termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oprtunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan
kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi
yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk mendapatkan bonus dari principal.
Watts dan Zimmerman 1986 dalam Halim 2005 menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat
meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban
kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta
memberikan kompensasi kepada agent. Laporan keuangan yang digunakan oleh principal untuk memberikan
kompensasi kepada agent dengan harapan dapat mengurangi kotnflik keagenan dapat dimanfaatkan oleh agent untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Akuntansi akrual yang dicatat dengan basis akrual accrual basis merupakan subjek manajerial discretion karena fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP
memberikan dorongan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan agar dapat menghasilkan laporan laba seperti yang diinginkan, meskipun
menciptakan distorsi dalam pelaporan laba.
2.2.2. Faktor-faktor Pendorong Earnings Management
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Perilaku earnings management dapat dijelaskan melalui positif accounting theory atau PAT dan agensi teori. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan
pemahaman tindakan earnings management yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Halim, 2005.
a. Bonus dan plan hipotesis
Bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang
dilaporkannya lebih tinggi. Konsep ini membahas bahwa bonus yang dijanjikan pemilik kepada manajer perusahaan tidak akan memotivasi manajer untuk
bekerja lebih baik tetapi juga memotivasi manajer untuk melakukan kecurangan manajerial. Agar selalu bisa mencapai tingkat kinerja yang
memberikan bonus, manajer mempermainkan besar kecilnya angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan sehingga bonus itu selalu didapatnya setiap
tahun. Hal inilah yang mengakibatkan pemilik mengalami kerugian ganda yaitu memperoleh informasi palsu dan mengeluarkan sejumlah bonus untuk sesuatu
yang tidak semestinya. b.
Debt equity hypothesis Debt equity hypothesis menyatakan bahwa perusahaan yang mempunysi rasio
antara utang dengan ekuitas lebih besar, cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta
cenderung melanggar perjanjian hutang apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya. Keuntungan tersebut berupa permainan laba
agar kewajiban hutang piutang dapat ditunda untuk periode berikutnya sehingga semua pihak yang ingin mengetahui kondisi perusahaan yang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
sesungguhnya memperoleh informasi yang keliru dan membuat keputusan bisnis menjadi keliru pula. Akibatnya terjadi kesalahan dalam mengalokasikan
sumber daya. c.
Political cost hypothesis Political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih
dan menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat memperkecil atau memperbesar laba yang dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer
perusahaan cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang-undang perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat
diprolehnya. Manajer akan mempermainkan laba agar kewajiban pembayaran tidak terlalu tinggi sehingga alokasi laba sesuai dengan kemauan perusahaan.
2.2.3. Teknik Earnings Management