BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tujuan serta penelitian terdahulu, dapat diindikasikan faktor Earnings Management dan Good Corporate Government dalam hal ini diawakili
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit sebagai variabel penelitian yang mempengaruhi luasnya pengungkapan CSR sebagai
variabel dependen. Untuk membantu memahami luasnya pengungkapan CSR diperlukan kerangka konsep. Dari landasan teori dan literatur yang telah diuraikan
sebelumnya dapat dibuat kerangka pemikiran. 1. Hubungan earnings management dengan CSR
Fisher 1995 dalam Sulistyanto 2008 mendefinisikan earnings management sebagai tindakan manajer dengan menyajikan laporan yang
menaikan menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaika penurunan profitabilitas
ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Banyak alasan perusahaan melakukan earning management. Theory
stakehoder berpendapat bahwa perusahaan bukanlah hanya entitas yang beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun memberikan manfaat bagi
stakeholder, dimana stakeholder merupakan perangkat yang baik yang dapat digunakan untuk menggalang dukungan dari para pemangku kepentingan.
Manager melakukan earnings management dengan menggunakan kegiatan CSR sebagai salah satu strateginya menjaga hubungan dengan para stakeholder Prior,
2007 2. Hubungan komisaris independen terhadap CSR
Tugas utama dari komisaris independen mewujudkan bisnis yang sehat, bertanggung jawab serta mendorong diterapkannya prinsip good corporate
governance melalui pemberdayaan komisaris independen. Keberadaaan komisaris independen diperkuat dengan undang para modal. Dimana dijelaskan keberadaan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dewan komisaris independen minimal berjumlah 30 dari seluruh jumlah dewan komisaris.
Penelitian Agrawal 1996 dalam Warjanto 2010 menemukan bahwa dengan adanya dewaman komisaris independen pengelolaam perusahaan akan lebih
efektif dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independen dewan komisaris terhadap
kepentingan pemegang saham mayoritas dan benar-benar menempatkan kepentingan lainnya Muntoro, 2006 dalam Warjanto, 2010. Dengan demikian,
semakin besar komposisi dewan komisaris independen dalam struktur dewan komisaris akan semakin meningkatkan kemampuan dewan komisaris untuk
mengambil keputusan dalam rangka melindungi seluruh pemangku kepentingan dan mengutamakan perusahaan semakin objektif. Dengan kata lain semakin besar
komposisi komisaris independen dapat bertindak semakin objektif dan mamppu melindungi seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian hal ini dapat
mendorong pengungkapan CSR secara lebih luas. 3. Hubungan kepemilikan institusional dengan CSR
Mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol masalah keagenan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik good corporate government.
kepemilikan institusional merupakan salah satu mekanisme good corporate government dapat dijadikan upaya dalam hal mengurangi masalah agensi melalui
monitoring Mursalim, 2007. Dengan kepemilikan yang besar kepada pihak luar, pengawasan perusahaan semakin meningkat. Investor Institusional yang besar
akan lebih mampu untuk memonitor managemen. Semakin besar kepemilikan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
institusional sebagai pemilik juga sangat berkepentingan untuk menjaga reputasi perusahaan.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar akan lebih mampu untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka
semakin efesien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen
Machmud, 2008. Kepemilikan institusional dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
pengungkapan suka rela. Kepemilikan institusional juga memiliki power dan expereince untuk bertanggung jawab dalam menerapkan prinsip good corporate
government untuk melindungi hak dan kepentingan seluruh pemegang saham, sehingga mereka menuntu perusahaan untuk melakukan komunikasi secara
transparan. Hal ini berarti dengan kepemilikan institusional yang besar dapat mendorong meningkatkan luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan
Machmud, 2008.
4. Hubungan komite audit dengan CSR Fungsi komite audit bertugas melakukan pengawasan untuk meningkatkan
efektivitas dalam menciptakan keterbukaan dan aporan keungan yang berkuaalitas, ketaatan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
pengawasan internal yang memadai. Sebagai bukti pengawasan terhadap laporan keuangan tersebut bagi perusahaan yang listed diharuskan untuk memiliki komite
audit, dimana komite audit yang dimiliki perusahaan minimal 3 tiga orang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dimana sekurang kurangnya 1 satu orang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas
perusahaan dan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Keberadaan komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris
dalam melaksanakan pengawasan terhadap manajemen khususnya dalam hal pelaporan keuangan. Menurut Forker 1992 dalam Waryanto 2010, komite
audit dianggap sebagai alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas
pengungkapan informasi perusahaan. Penelitian Ho dan Wang 2001 dalam Handayani 2009 keberadaan komite audit dapat mempengaruhi pengungkapan
yang dilakukan perusahaan secara signifikan. Keberadaan komite audit membantu menjamin pengungkapan dan sistem pengadilan akan berjalan dengan baik.
Dengan demikian diharapkan dengan ukuran komite audit yang besar, maka pengawasan yang dilakukan perusahaan semakin meningkat atau semakin luas
Collier, 1993 dalam Waryanto, 2010.
Gambar 3.1. Kerangka konseptual
Earning Management X
1
Good Corporate Governance -
Proporsi Dewan Komisaris X
2
- Komite Audit X
3
- Kepemilikan Institusional X
4
Corporate Social Responsibility Y
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
3.2. Hipotesis Penelitian