4. Tuang ke dalam botol fermentasi dan tambahkan starter Acetobacter xylinum
5. Fermentasikan selama 5 hari. Amati
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktikum
Gambar 1. Media peremajaan starter nata de coco yang siap untuk di
fermentasi. Gambar 2. Media peremajaan stater
nata de coco yang sudah difermentasi selama 5 hari.
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan peremajaan starter nata de coco yaitu Acetobacter xylinum dipindahkan dari media yang lama ke dalam media yang baru.
Dengan tujuan untuk meremajakan starter sebelum dipakai untuk fermentasi nata de coco.
Pertama yang dilakukan pada Praktikum ini adalah menyiapkan media yang baru untuk starter Acetobacter xylinum yaitu sari buah kelapa 500 ml , ditambah kan
sukrosa 25 gram yang berguna sebagai sumber karbon pada bakteri Acetobacter xylinum saat fermentasi, kemudian penambahan ammonium sulfat 1,5 gram, MgSO
4
0,15 gram yang berguna sebagai sumber mineral pada starter lalu dimasak hingga
5
mendidih. Setelah mendidih sari buah kelapa di dinginkan dan ditambahkan asam asetat Penambahan asam asetat dimaksudkan untuk menurunkan pH air kelapa.
Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada kisaran pH 3,5 – 7,5. Namun demikian, bakteri ini sangat cocok tumbuh pada suasana asam dengan pH 4,3. Jika
kondisi lingkungan dalam suasana basa, bakteri ini akan mengalami gangguan metabolisme selnya. Kemudian sari buah kelapa yang sudah diolah dimasukkan ke
dalam botol fermentasi, lalu pada tahap inilah starter nata dipindahkan atau diinokulasi ke dalam media baru nya yaitu air kelapa yang sudah diolah. Kemudian
media siap difermentasi untuk peremajaan. Dalam fermentasi nata de coco, salah satu faktor berhasil tidaknya pembuatan
sangat tergantung oleh kualitas starter yang digunakan. Penggunaan starter merupakan syarat yang sangat penting yang bertujuan untuk memperbanyak jumlah koloni A.
xylinum yang menghasilkan enzim pembentuk nata. Disamping itu starter juga berguna untuk adaptasi bakteri sebelum proses fermentasi nata de coco. Ketika
pembuatan starter, waktu simpan akan mempengaruhi berapa jumlah bakteri yang telah berkembang didalamnya.
Maka setelah fermentasi 5 hari hasil yang kami amati adalah terjadi penggumpalan di permukaan cairan pada media. Artinya praktikum yang kami
lakukan berhasil dalam meremajakan starter nata karena bakteri Acetobacter xylinum dapat berdaptasi dan tumbuh pada media baru yang kami buat. Hal ini menunjukkan
jumlah koloni A. xylinum yang menghasilkan enzim pembentuk nata meningkat. Menurut Misgiyarta, 2007 Gumpalan ini terjadi karena aktivitas bakteri
yang mengeluarkan enzim ekstraselulerpolimerase sangat banyak sehingga dapat menyusun polimer glukosa menjadi selulosa matrik nata . Prosesnya dapat terjadi
karena penambahan sukrosa pada media yang merupakan sumber makanan bagi bakteri Acetobacter xylinum atau sumber karbon.
Ketika ditumbuhkan dalam media yang kaya akan sukrosa gula pasir, bakteri ini akan memecah sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa. Senyawa – senyawa glukosa dan fruktosa tersebut baru dikonsumsi sebagai bahan bagi metabolisme sel. Bakteri Acetobacter xylinum merombak gula untuk memperoleh energi
yang diperlukan bagi metabolisme sel. Selain itu, bakteri ini juga mengeluarkan enzim yang mampu menyusun mempolimerisasi senyawa glukosa menjadi polisakarida yang
dikenal dengan selulosa ekstraseluler matrik nata . Fruktosa, selain digunakan sebagai
6
sumber energi, bahan dasar matrik nata setelah dihidrolisis menjadi glukosa, juga berperan sebagai induser bagi sintesis enzim ekstraseluler polimerase.
IV. KESIMPULAN