II. METODE PRAKTIKUM 2.1 Waktu Dan Tempat
Hari Tanggal Praktikum dilakukan pada hari Jum’at 24 Oktober 2015.
Tempat Di Laboratorium Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi
2.2 Alat Dan Bahan
Alat Adapun alat yang dipakai pada praktikum pembuatan nata de coco adalah :
Panci
Kompor
Sendok Pengaduk
Beaker glass
Gelas ukur 1000 mL
Neraca ohaus
Saringan
Tali
Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan nata de coco adalah :
Air kelapa 500 ml
Sukrosa 25 gram
Ammonium sulfat 1,5 gram
MgSO
4
0,15 gram
Asam asetat glacial 99,8 2,5ml
Starter Acetobacter xylinum
Air bersih,
Kertas sampul
2.3 Prosedur Kerja
1. Sari buah kelapa sebanyak 700 ml ditambah kan sukrosa 28 gram, ammonium sulfat 2,1 gram dimasukkan ke dalam panci.
2. Dimasak hingga mendidih T : 100 C Dengan waktu 10 menit setelah
mendidih. 3. Kemudian ditambahkan asam asetat glacial 99,8 2,5 ml lalu didinginkan .
4. Dituang ke dalam botol fermentasi gelas ukur 1000 ml dan tambahkan starter Acetobacter xylinum 15 10,5 ml.
5. Difermentasikan selama 14 hari dengan suhu 28
o
C - 31
o
C .
12
6. Di panen lalu dicuci pada air mengalir. Kemudian direbus dalam air gula T =100
O
C, t = 15‘ 7. Nata De Coco siap dikonsumsi
III.HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Praktikum
HASIL PRAKTIKUM
PENGAMATAN I JUM’AT, 23 OKTOBER 2015
PENGAMATAN II SENIN, 26 OKTOBER 2015
PENGAMATAN III RABU,28 OKTOBER 2015
GAMBAR 1 GAMBAR 2
GAMBAR 3 PENGAMATAN IV JUM’AT,
30 OKTOBER2015 PENGAMATAN V SENIN,02
NOVEMBER 2015 HASIL PEMANENAN
NATA DE COCO
GAMBAR 4 GAMBAR 5
GAMBAR 6
13
14
III.2 Pembahasan
Dalam praktikum Pembuatan Nata De Coco ini, kami memperhatikan faktor factor yang mempengaruhi produksi Nata, mulai dari suhu fermentasi yang sesuai
yaitu suhu kamar pada locker penyimpanan. Starter yang kami gunakan adalah starter yang baru yaitu hasil peremajaan starter yang kami lakukan, proses pembuatan juga
kami lakukan secara aseptis. Selain itu media fermentasi yang kami buat memenuhi nutrisi bagi Acetobacter xylinum yaitu dengan penambahan sukrosa dan ammonium
sulfat pada media fermentasi, penurunan pH juga dilakukan dengan penambahan asam asetat glacial. Lama fermentasi selama 14 hari, dan wadah fermentasi yang
kami pakai adalah beaker glass sehingga aman , tidak mengganggu dan mengahambat aktivitas bakteri.
Hasilnya Nata yang terbentuk pada praktikum yang kami lakukan cukup bagus. Nata yang kami dapatkan terapung pada bagian permukaan cairan, memiliki
rata rata ketebalan 1,5 cm, teksturnya kenyal seperti jelly, dan warna dari Nata itu sendiri adalah putih bersih namun tidak transparan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yamanaka Iguchi et al. 2000 yang mengungkapkan Nata de coco adalah cellulose yang merupakan hasil aktifitas bakteri
Acetobacter xylinum. Nata berbentuk padat, berwarna putih, transparan, bertekstur kenyal, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan. Cellulose hanya
dihasilkan oleh bakteri di permukaan atas yang kontak dengan udara sebab sifat dari Acetobacter adalah aerob.
Terbentuknya Nata seperti jelly disebabkan oleh aktivitas mikroba Acetobacter xylinum untuk merombak jaringan protein menjadi bio sellulosa sehingga
timbul benang-benang serat sellulosa yang sangat banyak dimana makin lama, persediaan air kelapanya itu terombak menjadi bio sellulosa.
Selama proses fermentasi 2 minggu kami melakukan pengamatan setiap dua hari sekali, setiap dilakukan pengamatan memang menunjukkan perkembangan dari
aktivitas bakteri, yaitu semakin menebalnya nata yang terbentuk. Namun perbedaan yang sangat terlihat selama proses fermentasi adalah hasil pengamatan ke 2 dan ke 3
yang menunjukkan hasil yang sama, setelah diamati kenapa pada pengamatan ke 3 tidak ada perkembangan pada nata yang terbentuk ternyata karena ketika dilakukan
pengamatan ke 2 kami melakukan pemindahan pada media fermentasi. Akibatnya terjadi gerakan dan goncangan pada media sehingga bakteri membentuk lapisan nata
yang baru dan terpisah dari nata yang pertama sehingga perubahan ketebalan nata tidak terlalu terlihat . Hal ini menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar.
Sehingga jika diamati Nata hasil praktikum kami memiliki beberapa lapisan. Nata yang dihasilkan mempunyai rasa asam dan bau yang kecut, oleh karena
dalam pembuatannya kami menggunakan asam asetat glasial agar didapatkan pH 3,0 – 4,5 sebagai kondisi optimum pertumbuhan kedua jenis bakteri ini, sehingga
mempengaruhi rasanya, tapi rasa asam ini dapat dihilangkan dengan cara dilakukannya pencucian berulang-ulang sampai rasa asamnya itu hilang dan merebus
Nata dengan air gula sehingga nata terasa manis. Nata sebenarnya tidak mempunyai rasa, hanya saja bentuknya yang kenyal
dan tergolong makanan rendah kalori, karena hal inilah sehingga nata dapat Digunakan sebagai bahan makanan untuk diet, karena walaupun dimakan banyak
tidak memberikan kalori yang besar bagi tubuh kita, terutama untuk penderita diabetes.
IV. KESIMPULAN