Pemasaran Hasil Produksi Kebun Karet

Tabel 22. Pendapatan Bersih Petani Kebun Karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way kanan Tahun 2013 Rata-rata Jumlah Produksi hatahun Harga Karet Rpkg Total Pendapatan Rpha Rata-rata Biaya Produksi Rpha Pendapatan Bersih Rphatahun 2.240 5000 11.200.000 3.500.000 7.700.000 Sumber : Hasil Penelitian 2013 Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pendapatan bersih adalah perkalian antara rata-rata jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan harga jual karet kemudian dikurangi rata-rata total biaya yang dikeluarkan, dihitung dalam waktu satu tahun dan dinilai dalam rupiah Rp. Berdasarkan Tabel pendapatan bersih, maka dapat diketahui tingkat pendapatan bersih petani responden pertahun dari jumlah pendapatan bersih petani responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 23. Jumlah Petani Kebun Karet Berdasarkan Pendapatan di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way kanan Tahun 2013 No Pendapatan Petani Jumlah Petani jiwa Persentase 1 ≥ 7.700.000 36 72,00 2 7.700.000 14 28,00 Jumlah 50 100 Sumber : Hasil Penelitian 2013 Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa petani yang memiliki pendapatan ≥ Rp7.700.000 yaitu sebanyak 36 petani responden atau 72,00 sedangkan yang memiliki pendapatan Rp7.700.000 sebanyak 14 petani responden atau 28,00. Pendapatan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu hasil yang diterima petani karet yang bersumber dari hasil menanam karret dalam jangka waktu satu tahun yang diukur dalam satuan rupiah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang deskripsi petani kebun karet di Desa Menanga Jaya Kecamatan Banjit di Kabupaten Way Kanan Tahun 2014 dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Sebanyak 72 responden memiliki luas lahan sedang 0,5-2ha dan sebanyak 28 responden memiliki luas lahan luas 2ha. Luas lahan garapan kebun karet seluruh responden yaitu 64,25ha dengan rata-rata luas lahan garapan yang dimiliki sebanyak 1,28ha. 2. Sebanyak 16 responden memperoleh pengetahuan dari pengalaman pribadi, sebanyak 52 responden memperoleh pengetahuan dari petani lain, sebanyak 22 responden memperoleh pengetahuan dari keluarga dan sebanyak 10 responden memperoleh pengetahuan dari penyuluhan. 3. Sebanyak 86 responden mengeluarkan biaya produksi Rp3.500.000 dan sebanyak 14 responden mengeluarkan biaya produksi ≥Rp3.500.000. Biaya produksi yang dikeluarkan seluruh responden Rp175.000.000 per tahun dengan rata-rata biaya produksi Rp3.500.000 per tahun. 4. Sebanyak 72 responden hasil produksi 2.300kg dan sebanyak 28 responden hasil produksi ≥2.300kg. Hasil produksi seluruh responden 143.920kg per tahun dengan rata-rata hasil produksi 2.240kg per tahun. 5. Sebanyak 28 responden pemasaran produksi kepedagang perantara, sebanyak 62 responden pemasaran produksi kepedagang pengumpul dan sebanyak 10 responden pemasaran produksi ke KUD. 6. Sebanyak 72 responden memiliki pendapatan ≥Rp7.700.000 dan sebanyak 28 responden memiliki pendapatan Rp7.700.000. Pendapatan seluruh responden Rp494.725.000 per tahun dengan rata-rata pendapatan Rp7.700.000 per tahun.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pengolahan suatu lahan pertanian oleh petani hendaknya dialokasikan secara efektif dan efisien untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usaha taninya meningkat. 2. Bagi petani karet yang berpendidikan dasar diharapkan mau menambah wawasan yang baru baik melalui penyuluhan yang ada di kelurahan maupun melalui media elektronik dan cetak sehingga pengetahuan yang dimiliki semakin bertambah. 3. Penggunaan biaya produksi perlu lebih diperhatikan oleh petani agar biaya tersebut dapat dialokasikan secara tepat, karena hal ini dapat mempengaruhi jumlah pendapatan yang akan diterima petani. 4. Jumlah produksi dapat ditingkatkan dengan pengelolaan teknologi budi daya yang sesuai anjuran sebaik mungkin sehingga produksi pertanian memberikan hasil yang diharapkan. 5. Hendaknya pihak pedagang perantara tengkulak menaikkan sedikit harga getah lateks bagi para petani kebun karet, karena harga getah lateks yang mereka jual masih tergolong murah. 6. Untuk meningkatkan pendapatan petani karet sangat penting diperhatikan variabel-variabel pada peningkatan jumlah produksi, pengelolaan biaya produksi, dan pemasaran produksi yang baik.