Pernah kursus Alasan beternak

16 Sitepu 1989 dalam Hartono 1999, rata-rata setiap ekor sapi membutuhkan luas lantai 3,5--4 m 2 belum termasuk bahan untuk pakan, tempat air minum, dan selokan tempat pembuangan air. Menurut Dewi 2001, luas kandang yang kurang dari ukuran standar mengakibatkan sirkulasi udara terganggu dan sapi tidak bisa bergerak dengan bebas. Sirkulasi udara yang kurang baik secara terus menerus akan menyebabkan gangguan fisiologis dan kesehatan sehingga dapat menyebabkan sapi menjadi cekaman panas karena sapi merasa tidak nyaman dengan kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas. 9. Umur induk sapi Semakin tua umur induk maka akan menurunkan nilai CR. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan fungsi uterus dan organ-organ reproduksi dalam memproduksi hormon-hormon reproduksi sehingga menyebabkan penurunan fertilitas Hunter, 1995. Menurut Salisbury dan VanDenmark 1985, pada sapi betina dara fertilitasnya akan meningkat secara berkesinambungan sampai umur 4 tahun dan akan mendatar sampai umur 6 tahun sampai pada akhirnya akan menurun secara bertahap apabila induk menjadi lebih tua. Menurut Bearden dan Fuquay 1984, efesiensi reproduksi mencapai puncaknya pada saat sapi berumur 4 tahun, tingkat konsepsi mulai mengalami penuruna pada umur 5 -- 7 tahun, dan penuruna efesiensi reproduksi yang nyata terjadi setelah sapi berumur 7 tahun. 17

10. Perkawinan kembali setelah beranak

waktu yang dibutuhkan untuk inovulsi uterus akan lebih lama sehingga kembalinya ukuran uterus dari keadaan bunting menjadi normal kembali akan lebih sempurna Sari, 2010. Menurut Hardjopranjoto 1995, perkawinan kembali setelah beranak sebaiknya dilakukan setelah bulan ke-2 tetapi tidak lebih baik dari bulan ke-3. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadisusanto 2008, yang menyatakan bahwa performan estrus kedua pasca partus menggambarkan bahwa uterus sudah mengalami inovulasi artinya secara fisiologis induk sudah mampu menerima kebuntingan berikutnya. Perkawinan atau inseminasi sebaiknya dilakukan pada hari itu juga bila tanda – tanda birahi terlihat pada pagi hari, sedangkan bila tanda – tanda birahi terlihat pada sore hari sebaiknya dilakukan inseminasi pada pagi hari berikutnya Toelihere, 1993. Pada sapi yang baru beranak, perkawinan sebaiknya dilakukan setelah hari ke-60 tetapi tidak lebih dari hari ke-90 Hardjopranjoto, 1995. Menurut Hardjopranjoto 1995, anestrus postpartus yang normal terjadi antara 1 -- 2 setelah melahirkan, karena periode ini uterus masih dalam periode involusi uterus. Pemeriksaan kebuntingan yang dilakukan setelah perkawinan atau inseminasi buatan akan menentukan sapi yang bunting dan tidak sehingga kehilangan waktu produksi dapat ditekan Hartono, 1999. Waktu yang tepat melakukan pemeriksaan kebuntingan melalui palpasi rektal untuk mengetahui kotiledon dan fetus adalah 80 hari dan 120 hari setelah perkawinan Hadisusanto, 2008.

Dokumen yang terkait

CONCEPTION RATE PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

0 9 60

PERBANDINGAN NILAI MPPA PRODUKSI SUSU ANTARA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DAN PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO

0 4 39

SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

2 16 40

SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

1 23 58

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

1 11 54

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

1 16 54

Anestrus Sapi Perah dan Penanggulangannya (Studi Kasus di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto- Jawa Tengah).

1 5 28

Evaluasi Tren Fenotipik Dan Genetik Sapi Bali Di Balai Pembibitan Ternak Unggul Dan Hijauan Pakan Ternak Denpasar.

0 3 31

STUDI PERFORMANS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI SATU SAMPAI LAKTASI EMPAT DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH (BBPTU-SP) BATURRADEN.

1 2 2

KURVA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DAN KORELASINYA PADA PEMERAHAN PAGI DAN SORE PERIODE LAKTASI SATU (Studi Kasus Di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden).

1 6 2