SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

(1)

ABSTRAK

SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN

PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

Oleh

RAHMADHANIL PUTRA RUSADI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dan besarnya faktor yang memengaruhi S/C pada sapi perah laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah pada 29 April sampai 13 Mei 2014. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS (Statistik Packet for Social Science).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa S/C sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden adalah 2,12±1,23. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai S/C berasal dari variabel perawat ternak dan ternak. Pada tingkat perawat ternak adalah pendidikan perawat ternak yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,615, jumlah sapi yang dipelihara berasosiasi positif dengan besar faktor 0,067,

pengetahuan beternak yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,721 dan letak kandang yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,060. Faktor-faktor yang memengaruhi S/C sapi perah pada tingkat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah periode laktasi yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,014, lama waktu kosong yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,238, perkawinan setelah melahirkan yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,214, calving interval (jarak melahirkan) yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,326, lama laktasi yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,278 dan masa kering yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,343.


(2)

ABSTRACT

SERVICE PER CONCEPTION AT LACTATING DAIRY CATTLE IN BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN

PAKAN TENAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO CENTRAL JAVA

Oleh

RAHMADHANIL PUTRA RUSADI

The aim of this research was to determine the level of S/C and the factors value that affect the level of S/C at lactating dairy cattle in BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Central Java, onApril, 29 th – May 13 th 2014. This research used sensus method with primary and secondary data. Analysis data used regression analysis with SPSS (Statistics Packet for Social Science) program.

The result showed that the S/C at BBPTU-HPT Baturraden is 2,12±1,23. Factors affecting the value of S/C form the herds man and the cattles. On the level of cattle are the education of herds man that negatively associated with factor value 0,615, number of the cattle that positively assosiated with factor value 0,067, herdsman knowledge that positively assosiated with factor value 0,721 and the distance between the cowshed with office that negatively assosiated with factor value 0,060. Factor affecting the S/C on dairy cattle are lactation level that positively assosiated with factor value 0,174, days open that \positively assosiated with factor value 0,238, mating post partus that negatively assosiated with factor value 0,214, calving interval that negatively assosiated with factor value 0,326, lactating duration that positively assosiated with factor value 0,278 and dry period that positively assosiated with factor value 0,343.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada 09 Maret 1992, sebagai putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Endi Rusadi dan Ibunda Tati Zarsmi. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah Pringsewu pada tahun 2004; Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2007; Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pringsewu pada tahun 2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN pada 2010.

Selama menjalani pendidikan, penulis pernah menjadi Ketua Bidang III

Himpunan Mahasiwa Peternakan (HIMAPET) periode 2012/2013. Pada Juli 2013 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah. Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Menggala Mas Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(7)

Allhamdulillah...

Segala Puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya serta Nabi Muhammad SAW

yang seluruh perjalanan hidupnya menjadi

pedoman hidup seluruh umat

Dengan kerendahan hati karya kecil yang

sederhana ini kupersembahkan kepada

Papa Mama, sebagai wujud bakti, cinta dan terimakasihku, serta

adik-adik kecilku Muharry Nanda Rusadi dan Rizqy

Fadhilah Putri Rusadi, dengan ketulusan dalam iringan

do’a semoga Allah SWT kelak

menempatkan

semuanya dalam jannah-Nya.

Hadiah cinta untuk para dosen, sahabat perjuangan, serta segenap

keluarga besarku, yang telah

memberikan do’a dan

dukungan selama Aku menuntut ilmu

Serta

Lembaga yang turut membaentuk pribadi diriku, mental serta

mendewasakanku dalam berpikir dan bertindak.

Almamater hijau....


(8)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya”

(Q.S. Al. Baqarah:286, Al An’am:152)

“Karena sesungguhnya sesu

dah kesulitan itu ada kemudahan

(QS. Al-Insyiroh: 4)

”Keberhasilan ditentukan oleh 99%

perbuatan dan 1 % pemikiran”

(Albert Einstein)

“Barang siapa yang ingin mutiara

harus berani terjun dilautan yang dalam”

(Ir. Soekarno)

Seutas senyum yang ikhlas dan menceriakan itu ibadah

(Farida Fathul)

Hidup ini pilihan, setiap pilihan mempunyai resiko dan setiap resiko

butuh tanggung jawab


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul Service Per Conception Pada Sapi Perah Laktasi Di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.--selaku Pembimbing Utama--atas ketulusan

hati, kesabarannya dalam membimbing penulis dan memberikan motivasi terbaik, arahan, serta ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

2. Bapak Siswanto, S.Pt., M.Si.--selaku Pembimbing Anggota--atas kebaikan, dorongan, bimbingan dan sarannya;

3. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Pembahas sekaligus Pembimbing Akademik--atas bimbingan, saran serta pengalaman yang diberikan selama pendidikan dan pengoreksian skripsi ini;


(10)

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas persetujuan, segala saran, arahan, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama masa studi;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;

6. Bapak Ir. Ali Rachman, M.Si., selaku Kepala Balai serta seluruh karyawan BBPTU – HPT Baturraden --atas izin, saran, bimbingan, dan arahan yang diberikan;

7. Bapak Teguh dan keluarga--atas kesediaannya kepada penulis untuk dapat tinggal satu atap selama penelitian;

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan pengalamannya;

9. Ungku, nenek serta keluarga besar--atas semua kasih sayang, nasehat,

dukungan, dan keceriaan di keluarga serta do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis;

10.Febi Aditya, Yuli Prasetyo dan Fandi Abdillah--atas kebersamaan, dorongan, dan kerjasama selama penelitian;

11.Nano, Tri, Rangga, Heru, Fara, Ajrul, Indah, Niko, Ari, Otok, Janu, Cheldra, Widi, Fauzan, Ijal, Repki, Fajar, Jefri, Anggiat (Alm), Kunai, Ayyub, Dewa, Edo, Agung, Owi, Rohmat, Mamat, Andri, Imam, Nani, Serly, Tiwi, Aini, Etha, Dewi, Nurma, Sekar, Irma, Gebby, Miranti, Dwi, Silvi, Rosa, Dian, Anung, Repi, Nova dan seluruh rekan-rekan angkatan 2010, serta rekan-rekan Peternakan 2008, 2009, 2011, 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,


(11)

12.Rekan-rekan mahasiswa UNSOED--atas segala bantuan, dukungan dan kebersamaannya;

13.Raiza, Reza, dan Yudhis--atas pengalaman, kebersamaan,dan motivasinya sebagai sahabat seperjuangan;

14.Putra, Supri, Seven, Tomi, Abi dan teman-teman terbaik di Dusun Waylayap Desa Hajimena Natar--atas kebersamaannya selama ini;

15.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberi dukungan baik dalam persiapan, pelaksanaan maupun penyelesaian skripsi ini.

Ada begitu banyak nama yang ingin kutuliskan, tetapi halaman ini terlalu kecil untuk menuliskan semua kebaikan kalian. Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang dan semoga karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar lampung, Oktober 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Sapi Perah ... 6

B. Lokasi dan Letak Geografis Wilayah BBPTU-HPT Baturraden ... 8

C. Service per Conception ... 9

1. Pengetahuan beternak ... 10

2. Alasan beternak ... 11

3. Perkawinan kembali setelah melahirkan ... 12

4. Lama waktu kosong ... 12

5. Selang beranak ... 13

6. Perkandangan ... 14

III. BAHAN DAN METODE ... 18

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18


(13)

C. Alat Penelitian ... 18

D. Metode Penelitian ... 18

1. Teknik pengambilan sampel ... 18

2. Besaran sampel ... 19

3. Variabel yang digunakan ... 19

4. Pelaksanaan penelitian ... 20

5. Analisis data ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.. ... 21

A. Kondisi Perawat Ternak dan Ternak di BBPTU-HPT Baturraden .. ... 29

B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Service per Conception ... 23

1. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai S/C Pada tingkat perawat ternak ... 25

a. Pendidikan perawat ternak ... 25

b. Jumlah sapi ... 26

c. Pengetahuan beternak ... 27

d. Letak kandang ... 28

2. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai S/C pada tingkat ternak 29

a. Laktasi ke (periode laktasi) ... 29

b. Perkawinan kembali setelah melahirkan ... 30

c. Masa kosong ... 31

d. Selang beranak (calving interval) ... 32

e. Lama laktasi ... 33

f. Masa kering ... 34

C. Penerapan Model ... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah ternak sapi laktasi... 19

2. Daftar variabel perawat ternak yang memengaruhi nilai S/C pada sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden ... 48

3. Daftar variabel ternak yang memengaruhi nilai S/C pada sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden ... 49

4. Kriteria penentuan skor kondisi tubuh sapi perah ... 50

5. Hasil pengamatan variabel pada tingkat perawat ternak ... 51

6. Hasil pengamataan variabel pada tingkat ternak ... 52

7. Hasil analisi S/C terhadap variabel perawat ternak ... 53


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

pemeliharaannya selalu diarahkan pada peningkatan produksi susu. Sapi perah bangsa Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang memiliki produksi susu paling tinggi diantara bangsa sapi yang lain. Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6.000--8.000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Arbel dkk., 2001) dalam Tawaf, 2009). Produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah FH di

Indonesia ternyata lebih rendah, berkisar antara 3.000--4.000 liter per laktasi. Produksi rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi) (Chalid, 2006 dalam Tawaf, 2009).

Kemampuan memproduksi susu seekor sapi perah baik kualitas maupun kuantitas sangat dipengaruhi berbagai faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik

berpengaruh 30% pada produksi susu sedangkan lingkungan berpengaruh sebesar 70%. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh yaitu manajemen pemeliharaan, pakan, temperatur, kesehatan dan manajemen reproduksi. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas sapi perah melalui perbaikan tatalaksana reproduksi yaitu dengan menerapkan sistem tatalaksana reproduksi yang tepat. Salah satu


(16)

2

kriteria untuk mengetahui efisiensi reproduksi sapi perah menurut Makin dkk. (1980) adalah dengan menghitung service per conception (S/C). Banyaknya jumlah perkebuntingan (service per conception) adalah jumlah perkawinan atau pelayanan inseminasi yang dilakukan untuk menghasilkan kebuntingan pada sapi perah. S/C merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya efisiensi reproduksi (Hardjopranjoto, 1995). Menurut Toelihere (1993), bahwa nilai S/C yang normal berkisar antara1,6--2,0, semakin rendah nilai S/C berarti semakin tinggi nilai kesuburan betina dan sebaliknya.

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian dan satu-satunya UPT yang bergerak di bidang pemuliaan, pemeliharaan, produksi, dan pemasaran bibit sapi perah unggul. BBPTU-HPT Baturraden memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

pengembangan sapi perah di Indonesia dengan mengoptimalkan produksinya. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden memiliki jumlah sapi perah betina dewasa sebanyak 343 ekor dan yang memiliki nilai S/C lebih dari dua adalah sebesar 229 ekor atau 66,76% (BBPTU-HPT, 2013). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai S/C sapi perah. Sampai saat ini belum diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi S/C di BBPTU-HPT Baturraden secara tepat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi service per conception pada sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden.


(17)

3

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dan besarnya faktor yang memengaruhi S/C pada sapi perah laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pengelola sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden mengenai faktor-faktor yang memengaruhi nilai S/C agar dapat diupayakan langkah untuk memperkecil nilai S/C, sehingga efisiensi reproduksi dapat meningkat. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang data atau informasi bagi penelitian selanjutnya.

D. Kerangka Pemikiran

Populasi sapi perah yang ada di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan susu nasional. Menurut Ditjen Peternakan (2010), populasi sapi perah di Indonesia mencapai 621.980 ekor. Populasi ini belum mencukupi kebutuhan susu Nasional, menurut data Kementerian Perindustrian (2013), total kebutuhan bahan baku susu tercatat 3,2 juta ton per tahun, sedangkan pasokan dari peternak hanya 690.000 ton yang dihasilkan oleh sekitar 597.135 ekor sapi perah. Artinya, hanya 21% bahan baku industri susu olahan yang bisa dipenuhi oleh peternak, sedangkan 79% masih harus diimpor.


(18)

4

Faktor keberhasilan usaha sapi perah salah satunya tergantung pada penampilan reproduksi yang berhubungan dengan efisiensi reproduksi. Penampilan reproduksi yang baik akan menunjukkan nilai efisiensi reproduksi yang tinggi, sedangkan produktifitas yang masih rendah dapat diakibatkan oleh berbagai faktor terutama yang berkaitan dengan efisiensi reproduksi. Efisiensi reproduksi adalah ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting dan menghasilkan keturunan yang layak (Niazi, 2003). Menurut Hafez (1993), efisiensi reproduksi adalah penggunaan secara maksimum kapasitas reproduksi.

Ukuran efesiensi reproduksi dalam usaha peternakan sangatlah penting, dengan adanya beberapa ukuran efesiensi reproduksi sapi perah berdasarkan penampilan reproduksinya. Menurut Jainudeen dan Hafez (2008), parameter yang digunakan untuk menilai tampilan reproduksi sapi perah adalah service per conception (S/C),

days open (DO), dan calving interval (CI).

Angka perkawinan per kebuntingan atau service per conception (S/C) adalah penilaian atau perhitungan jumlah pelayanan (service) inseminasi buatan (IB) yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya satu kali kebuntingan. S/C sering kali dipakai untuk membandingkan efisiensi relatif dari proses reproduksi di antara individu-individu sapi betina yang subur.

Service per conception dapat dihitung dengan membagi jumlah total perkawinan pada sekelompok ternak dengan jumlah induk yang bunting. Menurut Toelihere (1993), nilai S/C yang normal berkisar antara 1,6 sampai 2,0. Makin rendah nilai tersebut, makin tinggi kesuburan hewan - hewan betina atau sebaliknya.


(19)

5

Nilai service per conception dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu kualitas semen yang digunakan, kesuburan betina dan keterampilan inseminator. Menurut Kutsiyah dkk. (2003), faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan S/C

diantaranya adalah kualitas semen yang digunakan, deteksi berahi, tingkat kemampuan inseminator dan bobot hidup. Menurut hasil penelitian Kurniadi (2009) dan Sari (2010), faktor lain yang memengaruhi nilai S/C adalah pendidikan peternak, jumlah sapi, pengetahuan beternak, pemberian pakan, pengetahuan birahi dan perkawinan, alasan beternak, produksi susu, lama waktu kosong, perkawinan kembali setelah beranak, lama masa kering, selang beranak dan gangguan reproduksi.

Sampai saat ini faktor-faktor yang memengaruhi S/C sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor ini penting diketahui, sehingga pihak BBPTU-HPT dapat melakukan strategi untuk menurunkan angka S/C yang akan berpengaruh terhadap peningkatan populasi sapi perah yang nantinya mampu untuk meningkatkan produksi khususnya produk susu.

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor dan perbedaan besar faktor yang memengaruhi S/C pada sapi perah laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Perah

Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90 % dari seluruh sapi perah yang berada di sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas. Sapi FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Ciri-ciri sapi FH yang baik adalah memiliki tubuh luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan Bade, 1998).

Sapi Fries Holland atau FH, di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat Holstein. Sedangkan di Europa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi, dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lainya, dengan kadar lemak susu yang rendah rata-rata 3,7%. Sapi Holstein

berukuran besar dengan totol-totol warna hitam dan putih di sekujur tubuhnya. Dalam arti sempit, sapi Holstein memiliki telinga hitam, kaki putih, dan ujung ekor yang putih. Di Indonesia sapi jenis FH ini dapat menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050 kg susu 1 kali masa


(21)

7

laktasi. Sapi jantan jenis FH ini dapat mencapai berat badan 1.000 kg, dan berat badan ideal betina adalah 635 kg. Di Amerika sapi FH ini dapat memproduksi lebih dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa laktasi (Sudono dkk., 2003).

Sapi FH memiliki kemampuan berkembang biak yang baik, rata-rata bobot badan sapi FH adalah 750 kg dengan tinggi bahu 139,65 cm. Kemampuan produksi susu sapi FH lebih tinggi dibandingkan bangsa sapi perah yang lain. Untuk mencapai produksi yang optimal sapi perah sebaiknya dipelihara di tempat yang bersuhu rendah. Suhu lingkungan yang optimum untuk sapi perah dewasa berkisar antara 5--21 º C, sedangkan kelembaban udara yang baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50%--75% (Adriyani dkk.,1980).

Menurut Aksi Agraris Kanisius (1995), sapi FH memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) warna bulu hitam dengan bercak putih;

(2) terdapat warna putih berbentuk segitiga di daerah dahi; (3) tanduk pendek dan menjurus ke depan;

(4) dada, perut bagian bawah, dan ekor berwarna putih; (5) ambing besar;

(6) tenang dan jinak sehingga mudah dikuasai; (7) tidak tahan panas;

(8) kepala besar dan sempit.

Menurut Rustamadji (2004), sapi FH memiliki warna cukup terkenal, yaitu belang hitam putih dengan pembatas yang jelas dan tidak ada warna bayangan serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga bangsa sapi ini dapat dijumpai hampir di seluruh dunia.


(22)

8

Bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah jenis bangsa sapi perah peranakan Friesian Holstein (PFH). Menurut Siregar (2001), sapi PFH merupakan hasil persilangan (grading-up) antara sapi perah FH dengan sapi lokal. Menurut Rustamadji (2004), ciri-ciri sapi PFH adalah:

(1) warna bulunya belang hitam dan putih;

(2) mempunyai ukuran tubuh yang besar dan beratnya hampir sama dengan sapi FH;

(3) mempunyai kadar lemak susu yang juga rendah;

(4) produksi susu dapat mencapai 15--20 liter per hari per masa laktasi; (5) mempunyai sifat tenang dan jinak sesuai dengan induknya;

(6) lebih tahan panas jika dibandingkan dengan sapi FH, sehingga lebih cocok di daerah tropis;

(7) mudah beradaptasi di lingkungan barunya.

B. Lokasi dan Letak Geografis Wilayah BBPTU-HPT Baturraden

Lokasi BBPTU dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden berada pada wilayah yang meliputi 3 (tiga) area, yaitu : (a) area farm Tegalsari (34,802 Ha); (b) area Farm

Limpakuwus (96,787 Ha); dan (c) area farm Manggala (100 Ha). Ketiga area tersebut berada di lereng kaki Gunung Slamet sisi arah selatan. Area farm

Tegalsari dan Limpakuwus berada di dalam kawasan wisata Baturraden yang berjarak ± 15 km ke arah Utara dari kota Purwokerto, sedangkan area farm

Manggala yang berjarak ± 30 km ke arah Barat dari kota Purwokerto.

Secara administratif area Farm Tegalsari berada di wilayah Desa Kemutug Lor Kecamatan Baturraden; area Farm Limpakuwus berada di wilayah Desa


(23)

9

Limpakuwus Kecamatan Sumbang serta area Farm Manggala berada di wilayah Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok.

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden memiliki keadaan iklim yaitu temperatur berkisar 18--280C, curah hujan berkisar 6000--9000 mm/tahun, serta kelembapan udara 70--80 % merupakan habitat yang cocok untuk pengembangan sapi perah. BBPTU dan Hijauan Pakan Ternak berada pada ketinggian tempat : (a) area Farm Tegalsari sekitar ± 675 mdpl; (b) area

Farm Limpakuwus sekitar ± 725 mdpl; dan (c) area Farm Manggala sekitar ± 700 mdpl, sedangkan jenis tanahnya yaitu andosol coklat kekuningan serta assosiasi latosol dan regosol coklat dengan tekstur tanah lempung berpasir. Populasi ternak sapi perah yang ada di BBPTU-HPT Baturraden adalah 1204 ekor (BBPTU-HPT Baturraden, 2013).

C. Service Per Conception

Service per conception (S/C) adalah penilaian atau perhitungan jumlah pelayanan (service) inseminasi buatan (IB) yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebuntingan (Toelihere, 1993). S/C sering kali dipakai untuk

membandingkan efisiensi relatif dari proses reproduksi di antara individu-individu sapi betina yang subur. Service per conception dapat dihitung dengan membagi jumlah total perkawinan pada sekelompok ternak dengan jumlah induk yang bunting. Menurut Toelihere (1993), bahwa nilai S/C yang normal berkisar antara 1,6 sampai 2,0. Angka ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapat Bath dkk. (1978), banyaknya kawin perkebuntingan yang ideal adalah 1,3 akan tetapi dengan mempertimbangkan kematian fetus dapat mencapai 1,6. Semakin


(24)

10

rendah nilai tersebut, makin tinggi kesuburan hewan - hewan betina atau sebaliknya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Siregar (2001), bahwa nilai S/C dibawah angka 2 baru akan tercapai dengan penggunaan semen yang berkualitas baik, deteksi birahi yang akurat dan inseminasi yang tepat waktu. S/C merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap selang beranak; selang beranak akan makin panjang dengan bertambahnya jumlah perkawinan untuk menghasilkan kebuntingan (Slama dkk., 1976). Panjangnya selang beranak mencerminkan rendahnya produktivitas pada sapi perah.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pencapaian nilai rata-rata

service per conception sapi perah antara lain oleh Wahyudi (2012), di Kecamatan Jabung Malang sebesar 2,93±1,73. Subhi (2012), juga melakukan penelitian berdasarkan paritas dari 1 sampai 6 dan didapatkan nilai S/C sebesar 1,93 ± 1,18 kali. Menurut penelitian Sari (2010), di KPSBU Lembang nilai S/C sebesar 2,03±0,46. Angka rasio servis per konsepsi pada IB masih cukup tinggi, yang menunjukkan kurang berhasilnya IB.

Nilai service per conception dipengaruhi oleh pengatahuan beternak, alasan beternak, frekuensi dan jumlah pemberian hijauan, perkawinan kembali setelah melahirkan, umur ternak, lama waktu kosong, lama sapih, produksi susu, selang beranak, letak kandang, dan gangguan reproduksi (Kurniadi, 2009; Sari, 2010).

1. Pengetahuan beternak

Pengetahuan beternak akan dapat menurunkan nilai S/C. Pengetahuan yang didapat secara turun-temurun banyak yang sudah tidak sesuai dengan keadaan di


(25)

11

lapangan dan terkadang banyak yang salah menerapkan cara beternaknya dalam memelihara sapi perah, sehingga hasilnya tidak maksimal, pengetahuan yang didapat secara turun-temurun biasanya didapatkan peternak dari keluarganya yang sudah lebih dahulu memelihara sapi perah (Kurniadi, 2009).

Menurut Sudono dkk. (2003), bahwa salah satu syarat menjadi peternak sapi perah harus mempunyai pengetahuan tentang cara beternak sapi perah, yaitu sistem perkawinan dan seleksi. Pengalaman peternak dalam memelihara sapi perah mempunyai pengaruh terhadap fungsi reproduksi ternak. Menurut Wijono dan Umiyasih (1997), pengalaman peternak dalam memelihara sapi perah mempunyai pengaruh terhadap fungsi reproduksi ternak.

2. Alasan beternak

Peternak yang menjadikan beternak sebagai pekerjaan pokok memiliki motivasi yang tinggi dalam hal memajukan peternakannya, sehingga membuat peternak lebih giat dan rajin dalam memelihara sapi-sapinya dan banyak belajar tentang cara beternak yang baik. Menurut Sudono dkk. (2003), salah satu syarat menjadi peternak sapi perah adalah mempunyai ketekunan bekerja dalam waktu yang lama. Selain itu peternak yang menjadikan beternak sebagai pekerjaan pokok lebih memiliki banyak waktu untuk memelihara sapinya dibandingkan peternak yang menjadikan beternak sebagai pekerjaan sampingan. Keadaan ini akan memudahkan peternak dalam mengawasi sapinya sehingga dapat mengetahui kondisi sakit atau sedang estrus. Perhatian peternak yang tinggi terhadap sapi perahnya akan membantu mengurangi masalah-masalah yang dapat meningkatkan nilai S/C.


(26)

12

3. Perkawinan kembali setelah melahirkan

Ternak yang baru melahirkan organ reproduksinya belum kembali normal, sehingga membutuhkan waktu istirahat untuk menjadi normal kembali. Menurut Hardjopranjoto (1995), perkawinan kembali setelelah melahirkan sebaiknya dilakukan setelah bulan ke-2 tetapi tidak lebih dari bulan ke-3. Perkawinan kembali setelah melahirkan yang cepat akan menyebabkan terganggunya organ reproduksi karena uterus belum kembali normal. Perkawinan kembali setelah beranak yang panjang akan mengakibatkan selang beranak yang panjang.

Perkawinan kembali setelah melahirkan yang panjang biasanya terjadi karena

anestrus postpsrtus yang tidak normal. Anestrus postpartus yang normal terjadi antara 1 dan 2 bulan setelah melahirkan, karena pada periode ini uterus masih dalam periode involusi uteri, yaitu kembalinya uterus dari keadaan bunting menjadi normal kembali.

4. Lama waktu kosong

Waktu kosong adalah jumlah hari atau jarak antara waktu kelahiran sampai saat perkawinan yang berhasil hingga terjadi kebuntingan (Noakes, 1996 dalam Hartono, 1999). Masa kosong merupakan salah satu ukuran untuk menilai

efisiensi reproduksi karena lamanya masa kosong pada sapi perah tergantung pada jumlah kawin perkebuntingan dan deteksi birahi. Menurut Hardjopranjoto (1995), jarak antara melahirkan sampai bunting kembali yang baik adalah tidak lebih dari 4 bulan. Waktu kosong yang panjang membuat ternak lebih terfokus untuk memproduksi susu selama masa laktasi, sehingga kemampuan reproduksinya


(27)

13

menurun akibat pakan yang dikonsumsi lebih banyak terserap untuk kebutuhan produksi susu. Hal ini disebabkan karena pakan pada sapi perah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi.

Menurut Warwick dan Legates (1979), bahwa masa kosong yang ideal bagi seekor sapi perah adalah 90--105 hari dengan rata-rata 100 hari. Hal ini

dimaksudkan untuk mencapai selang beranak 12--13 bulan. Semakin lama periode masa kosong sapi perah akan mengakibatkan penurunan performa reproduksi sapi perah, sehingga banyak waktu dan biaya terbuang. Dengan demikian sapi perah sebaiknya dikawinkan 60--90 hari setelah beranak karena interval perkawinan setelah beranak menentukan panjang interval kelahiran, hal ini akan berpengaruh terhadap produksi susu.

5. Selang beranak

Selang beranak (Calving Interval) merupakan salah satu ukuran keefisienan reproduksi yang sering digunakan sebagai petunjuk keberhasilan peternakan sapi perah. Calving interval adalah selang waktu antara dua kejadian beranak

berurutan. Efisiensi reproduksi dikatakan baik apabila seekor induk sapi dapat menghasilkan satu pedet dalam satu tahun (Ball and Peters, 2004).Menurut Bath dkk. (1978), selang beranak dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi reproduksi, selang beranak yang optimum untuk sapi perah adalah 12--13 bulan (12 bulan ± 15 hari). Selang beranak yang panjang diakibatkan karena lambatnya dilakukan perkawinan kembali setelah beranak. Menurut Hasnawati (2008), semakin lambat dilakukannya perkawinan kembali setelah beranak akan membuat induk sapi perah menyusui pedetnya hingga berumur 4 bulan sehingga induk memerlukan


(28)

14

pakan lebih banyak. Adanya selang beranak yang panjang dapat disebabkan oleh faktor manajemen, yaitu kesengajaan menunda kebuntingan atau karena faktor genetik. Selang beranak juga mempunyai pengaruh terhadap lama laktasi dan produksi susu. Panjanganya selang beranak mencerminkan rendahnya

produktivitas pada sapi perah.

Fakor yang mengakibatkan panjangnya selang beranakselain masa kosong adalah rata-rata nilai S/C. Semakin tinggi nilai S/Cmaka semakin lama selang beranak antara satu dengan yang kedua. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Moran (2005), yang menyatakan bahwa nilai S/Cyang tinggi akan menyebabkan selang beranak yang terlalu panjang. Faktor lain yang mempengaruhi selang beranak adalah pakan. Pakan yang mengandung nutrisi kurang akan mengakibatkan penurunan kinerja saluran reproduksi seperti keterlambatan birahi atau birahi tenang, sehingga akan menyebabkan efisiensi reproduksi menurun. Pradhan (2008), menyatakan bahwa kesuburan reproduksi ternak dipengaruhi oleh nutrisi yang diperoleh ternak dan berperan penting dalam siklus reproduksi. Kekurangan asupan nutrisi berakibat buruk pada ternak, baik dari produksi maupun

reproduksinya.

6. Perkandangan

Kandang merupakan suatu bangunan yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi ternak. Kandang berfungsi untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang merugikan dan dapat mengancam keselamatan seperti sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, tiupan angin kencang, dan binatang buas.


(29)

15

Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air, mudah terjangkau, tidak membahayakan ternak, tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk. Lokasi usaha peternakan diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah perluasan kota dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk peternakan sapi perah (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Ditambahkan, hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada kandang sapi perah adalah lantai, selokan, dinding, atap, ventilasi serta tempat pakan dan minum. Menurut Siregar (2001), sebaiknya kandang 20--30 cm lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Kandang sebaiknya diarahkan ke timur atau membujur ke utara selatan agar bagian dalam kandang memperoleh sinar matahari pagi yang memadai. Sinar matahari bermanfaat untuk mengeringkan lantai kandang sehingga mengurangi resiko terjangkitnya penyakit.

Menurut Ginting dan Sitepu (1989), rata-rata setiap seekor sapi membutuhkan luas lantai 3,5--4 m2 belum termasuk bangunan untuk tempat pakan, air minum, dan selokan untuk pembuangan air. Selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sapi perah adalah lantai kandang. Menurut Sudarmono (1993), lantai kandang sebaiknya dibuat dari bahan yang cukup keras (beeding)dan tidak licin untuk dapat menjaga kebersihan dan kesehatan kandang. Kebersihan

kandang sangat diperlukan karena akan mempengaruhi kesehatan sapi, salah satu cara untuk menjaga kebersihan kandang adalah dengan membuat lantai kandang diupayakan miring. Lebih tegas Siregar (2001), menyebutkan bahwa supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring dengan kemiringan kurang lebih 20.


(30)

16

Jarak dari rumah dengan kandang juga harus diperhatikan. Kandang yang terlalu dekat dengan rumah atau pemukiman akan menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, selain itu sirkulasi udara di rumah dan kandang menjadi tidak lancar. Menurut Aksi Agraris Kanisius (1995), jarak ideal antara kandang dengan bangunan rumah minimal 10 meter.

Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Sapi perah akan berproduksi maksimal apabila berada dikondisi yang nyaman (comfortable). Bila kedua hal tersebut tidak terpenuhi akan menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi yang berkaitan pada rendahnya efisiensi reproduksi. Menurut Sudono dkk. (2003), persyaratan umum kandang untuk sapi perah adalah sebagai berikut:

1. sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari, sehingga kandang tidak lembab. Kelembaban ideal yang dibutuhkan sapi perah adalah 60--70%; 2. lantai kandang selalu kering;

3. tempat pakan yang lebar sehingga memudahkan sapi dalam mengonsumsi pakan yang disediakan;

4. adanya tempat air minum agar air selalu tersedia sepanjang hari.

Produksi sapi perah dapat optimum apabila kondisi internal dan eksternal sapi perah baik. Kondisi eksternal berkaitan dengan lingkungan yang baik adalah pengaruh suhu. Suhu lingkungan yang optimum untuk sapi perah dewasa berkisar antara 5--21º C, sedangkan kelembaban udara yang baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50%--75% (Adriyani dkk., 1980). Suhu kandang yang terlalu panas dan kelembaban yang terlalu tinggi dapat berpengaruh


(31)

17

buruk pada proses reproduksi khususnya pada saat pembuahan (Hardjopranjoto, 1995). Stres panas dapat memperpendek lama birahi, dan penurunan intensitas birahi menyebabkan waktu inseminasi buatan tidak tepat, serta ovulasi yang diperpendek menyebabkan tumbuhnya kasus kawin berulang.


(32)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 29 April sampai 13 Mei 2014 di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.

B. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah sapi perah betina laktasi yang ada di BBPTU-HPT Baturraden.

C. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner mengenai ternak dan perawat ternak yang ada di BBPTU-HPT Baturraden.

D. Metode Penelitian

1. Teknik pengambilan data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode sensus. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengamati ternak dan menajemen pemeliharaan sapi perah, serta melakukan wawancara pada


(33)

19

perawat ternak yang ada di lokasi penelitian, data inseminasi buatan pada sapi perah dan data pemeriksaan kebuntingan (PKB). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari recording di BBPTU-HPT.

2. Besaran sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi perah betina produktif yang ada di BBPTU-HPT Baturraden. Sapi perah betina produktif adalah sapi perah betina yang masih berproduksi dan menghasilkan anak, baik dalam keadaan laktasi, bunting atau kering kandang. Berikut tabel jumlah ternak sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturaden.

Tabel 1. Jumlah ternak sapi laktasi

Farm Jumlah Ternak (ekor)

Tegal Sari 124

Limpakuwus 70

Total 194

(Sumber : BBPTU-HPT Beturraden, 2013)

3. Variabel yang digunakan

Variabel dependent yang digunakan adalah nilai service per conception (S/C) pada sapi perah, sedangkan variabel independent adalah PNDDKN: pendidikan perawat ternak, LMBKJ: lama bekerja, PNHKURS: pernah mengikuti kursus, PGTHNBTRNK: pengetahuan beternak, PGTHNBRHPRKWN: pengetahuan birahi dan perkawinan, CRKWN: cara mengawinkan sapi, PKB: pemeriksaan kebuntingan, FREKPER: frekuensi pemerahan, FREKHIJ: frekuensi pemberian hijauan, JMLHIJ: jumlah hijauan, FREKKONS: frekuensi pemberian konsentrat,


(34)

20

JMLKONS: jumlah kosentrat, SISAIR: sistem pemberian air minum, JMLAIR: jumlah air minum, BTKDDG: bentuk dinding kandang, BHNLNTAI: bahan lantai kandang, BHNATP: bahan atap kadang, LSKNDG: luas kandang per ekor,

UMUR: umur sapi, PERLAK: periode laktasi, PROD: produksi susu, KOSONG: lama waktu kosong, BRHIPOSTPART: birahi pertama setelah beranak,

PKWNPOSTPART: perkawinan kembali setelah beranak, SKOR: skor kondisi tubuh, SMN: asal produksi semen, CI: selang beranak, SAPIH: penyapihan pedet, LAMALAK: lama masa laktasi, KERING: lama masa kering, dan REPRO: gangguan repoduksi.

4. Pelaksanaan Penelitian

Langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah melakukan pengisian kuisioner dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung terhadap perawat ternak, melihat data recording yang ada, dan mengamati manajemen pemeliharaan sapi perah di lokasi penelitian.

5. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan pengkodean terhadap data perawat ternak dan ternak untuk memudahkan diolah dalam program SPSS (statistik packet for social science) (Sarwono, 2006). Variabel dengan nilai P terbesar dikeluarkan dari penyusunan model kemudian dilakukan analisis kembali sampai didapatkan model nilai P < 0,10.


(35)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada peternak dan ternak di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

(1) service per conception (S/C) pada sapi laktasi di BBPTU – HPT Baturraden adalah 2,12±1,23.

(2) faktor-faktor yang memengaruhi nilai S/C berasal dari variabel perawat ternak dan ternak. Pada tingkat perawat ternak adalah pendidikan perawat ternak yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,615, jumlah sapi yang dipelihara berasosiasi positif dengan besar faktor 0,067, pengetahuan beternak yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,721, dan letak kandang yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,060.

(3) faktor-faktor yang memengaruhi S/C sapi perah pada tingkat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah periode laktasi yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,174, lama waktu kosong yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,238, perkawinan setelah melahirkan yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,214, calaving interval (jarak melahirkan) yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,326, lama laktasi yang berasosiasi


(36)

40

positif dengan besar faktor 0,278, dan masa kering yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,343.

B. SARAN

Dari hasil penelitian, penulis menyarankan kepada perawat ternak dan inseminator yang bekerja di BBPTU-HPT Baturraden agar menambah pengetahuan beternak dengan belajar, mengintensifkan deteksi birahi, memperpendek waktu selang beranak dan perawat ternak mengawasi sekitar 20 ekor sapi agar dapat menghasilkan produksi yang maksimal.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., Y. S. Ondho dan B. Sutiyono. 2012. Penampilan birahi sapi jawa berdasarkan poel 1, poel 2, dan poel 3. J. Animal Agriculture 1(2):86--92 Adriyani, Y. H. Suhartini, Aunorohman, Prayitno dan A. Priyono.1980.

Pengantar Ilmu Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Aksi Agraris Kanisius. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden. 2013. Laporan Evaluasi Kinerja Reproduksi Sapi Perah

BBPTU-HPT Baturraden bulan Juni 2013. Purwokerto. Jawa Tengah Ball, P.J.H and A.R. Peters. 2004. Reproduction In Cattle. Third Edition.

Blackwell Publishing. Victoria. Australia

Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker, and R.D. Appleman. 1978. Dairy Cattle.

2ⁿᵈ Ed. LEA and Febiger, Philadhelpia.

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1995. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Terjemahan: B. Srigandono. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta

Capuco, A.V., R.M. Akers, and J .J . Smi -m. 1997. Mammary growth in Holstein cows during the dry period. Quantification of nucleic acids and histology. J. Dairy Sci. 80(3): 477--187

Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta Dwiyanto, K. 2007. Aplikasi Sexing Semen Beku. Komisi Bioetika Nasional.

Singosari. http://www.vet-indo.com/artikel-member/Meningkatkan-Efisiensi-Reproduksi-melalui-penggunaan-spermatozoa-sexing.html. pada 2 Juli 2014

Esslemont, R.S., J. H. Baile, and M. S. Cooper. 1985. Fertility Management in Dairy Catlle. Collins Professional Technical Books. William Collins sons & Co.Ltd


(38)

42

Ginting , N dan P. Sitepu. 1989.Teknik Beternak Sapi Perah di Indonesia. Edisi Pertama. Rekan Anda Setiawan. Jakarta

Hartono, M. 1999. Faktor-faktor dan Analisa Garis Edar Selang Beranak pada Sapi Perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Hasnawati, M. 2008. Faktor-faktor yang Memengaruhi Servis per Conception pada Sapi Potong di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Utara Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University

Press. Surabaya

Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Philadelphia: Lea & Febiger

Kementerian Perindustrian. 2013. Produksi Susu Nasional 2013 Diprediksi Turun 10%-15%.

http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/1/0/1634/produksi_susu_nasiona l_2013_diprediksi_turun_10__15_.html. diakses pada 10 November 2013 Kurniadi, R. 2009. Faktor-faktor yang Memengaruhi Servis per Conception

pada Sapi Perah Laktasi di Koperasi Peternakan Bandung Selatan

Pengalengan Bandung Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Kutsiyah, F., Kusmartono dan T. Susilawati. 2003. Studi komparatif

produktivitas antara sapi Madura dan persilangan dengan Limousin di Pulau Madura. J. Ilmu Ternak Vet. 8(2):99--106

Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2008. Cattle And Buffalo dalam

Reproduction In Farm Animals. 7th Edition. Edited by Hafez E. S. E. Lippincott Williams & Wilkins. Maryland. USA.

Makin, M., Abdel Komar., Z.E. Sukraeni, I. Hamidah, N.K. Suwardi, W. Djaja, dan I.B. Suamba.1980. Ilmu Reproduksi Ternak Perah. Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran, Bandung.

Markusfeld, O., N. Galon and E. Ezra. 1997. Body condition score, helath, yield, and fertility, in dairy cows. The vet. Record. 141 : 67--72

Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming. Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in Humid Tropics. Lanandlinks Press. Collingwood VIC. Australia


(39)

43

Niazi, A. A. K. 2003. Comparative Studies on the Reproductive Efficiency of Imported and Local Born Friesian Cows in Pakistan. Biological Sciences, 3(4): 388--394

Pradhan, R. 2008. Reproductive disorders in cattle due to nutritional status. Journal of International Development and Cooperation. 14 (1): 45--66 Qisthon, A. 2007. Buku Ajar Produksi Ternak Perah. Jurusan Peternkan. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung Rustamadji, B. 2004. Dairy Science I.

http://sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/bangsa-bangsa-sapi-perah-di- indonesia/htm. Diakses pada 10 November 2013

Sari, T. 2010. Service Per Conception Pada Sapi Perah Laktasi Di Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta

Siregar, S. 1995. Jenis dan Teknik Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta ________. 2001. Jenis, Tehnik Pemerahan, dan Analisis Usaha Sapi Perah.

Penebar Swadaya. Jakarta

Slama, H., M.E. Wells, G.D.Adams and R.D. Morrison. 1976. Factors effecting calving interval in dairy herds. J. Dairy Sci. 59(7): 1334--1337

Subhi, A. 2012. Tampilan Reproduksi Sapi Perah Pada Berbagai Paritas Di Wilayah KUD Batu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Sudarmono. 1993. Tata Usaha Sapi Kereman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Parah Secara

Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta

Tawaf, R. 2009. Sapi Perah Fries Holland.

http://disnaksinjai.blogspot.com/2011/09/sapi-perah-fries-holland.html. Diakses pada 10 November 2013

Toelihere M. R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung Wahyudi, L. 2012. Tampilan Reproduksi Sapi Perah pada Berbagai Paritas di


(40)

44

Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Warwick, E.J. And J.E. Legates. 1979. Breedingand Improvement of Farm Animals. (7 Ed.).Mc graw-Hill Book Co, New York.

Wijono D. B. dan U. Umiyasih. 1997. Tampilan Status Reproduksi Sapi Perah pada Tingkat Kondisi Badan yang Berbeda dan Sistem Pengelola di Pertenakan Rakyat. Instalasi dan Pengkajian Teknologi Pertanian Grati. Pasuruan


(1)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada peternak dan ternak di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

(1) service per conception (S/C) pada sapi laktasi di BBPTU – HPT Baturraden adalah 2,12±1,23.

(2) faktor-faktor yang memengaruhi nilai S/C berasal dari variabel perawat ternak dan ternak. Pada tingkat perawat ternak adalah pendidikan perawat ternak yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,615, jumlah sapi yang dipelihara berasosiasi positif dengan besar faktor 0,067, pengetahuan beternak yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,721, dan letak kandang yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,060.

(3) faktor-faktor yang memengaruhi S/C sapi perah pada tingkat ternak di BBPTU-HPT Baturraden adalah periode laktasi yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,174, lama waktu kosong yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,238, perkawinan setelah melahirkan yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,214, calaving interval (jarak melahirkan) yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,326, lama laktasi yang berasosiasi


(2)

40

positif dengan besar faktor 0,278, dan masa kering yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,343.

B. SARAN

Dari hasil penelitian, penulis menyarankan kepada perawat ternak dan inseminator yang bekerja di BBPTU-HPT Baturraden agar menambah pengetahuan beternak dengan belajar, mengintensifkan deteksi birahi, memperpendek waktu selang beranak dan perawat ternak mengawasi sekitar 20 ekor sapi agar dapat menghasilkan produksi yang maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., Y. S. Ondho dan B. Sutiyono. 2012. Penampilan birahi sapi jawa berdasarkan poel 1, poel 2, dan poel 3. J. Animal Agriculture 1(2):86--92 Adriyani, Y. H. Suhartini, Aunorohman, Prayitno dan A. Priyono.1980.

Pengantar Ilmu Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Aksi Agraris Kanisius. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden. 2013. Laporan Evaluasi Kinerja Reproduksi Sapi Perah

BBPTU-HPT Baturraden bulan Juni 2013. Purwokerto. Jawa Tengah Ball, P.J.H and A.R. Peters. 2004. Reproduction In Cattle. Third Edition.

Blackwell Publishing. Victoria. Australia

Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker, and R.D. Appleman. 1978. Dairy Cattle. 2ⁿᵈ Ed. LEA and Febiger, Philadhelpia.

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1995. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Terjemahan: B. Srigandono. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta

Capuco, A.V., R.M. Akers, and J .J . Smi -m. 1997. Mammary growth in Holstein cows during the dry period. Quantification of nucleic acids and histology. J. Dairy Sci. 80(3): 477--187

Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta Dwiyanto, K. 2007. Aplikasi Sexing Semen Beku. Komisi Bioetika Nasional.

Singosari. http://www.vet-indo.com/artikel-member/Meningkatkan-Efisiensi-Reproduksi-melalui-penggunaan-spermatozoa-sexing.html. pada 2 Juli 2014

Esslemont, R.S., J. H. Baile, and M. S. Cooper. 1985. Fertility Management in Dairy Catlle. Collins Professional Technical Books. William Collins sons & Co.Ltd


(4)

42

Ginting , N dan P. Sitepu. 1989. Teknik Beternak Sapi Perah di Indonesia. Edisi Pertama. Rekan Anda Setiawan. Jakarta

Hartono, M. 1999. Faktor-faktor dan Analisa Garis Edar Selang Beranak pada Sapi Perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Hasnawati, M. 2008. Faktor-faktor yang Memengaruhi Servis per Conception pada Sapi Potong di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Utara Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University

Press. Surabaya

Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Philadelphia: Lea & Febiger

Kementerian Perindustrian. 2013. Produksi Susu Nasional 2013 Diprediksi Turun 10%-15%.

http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/1/0/1634/produksi_susu_nasiona l_2013_diprediksi_turun_10__15_.html. diakses pada 10 November 2013 Kurniadi, R. 2009. Faktor-faktor yang Memengaruhi Servis per Conception

pada Sapi Perah Laktasi di Koperasi Peternakan Bandung Selatan

Pengalengan Bandung Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Kutsiyah, F., Kusmartono dan T. Susilawati. 2003. Studi komparatif

produktivitas antara sapi Madura dan persilangan dengan Limousin di Pulau Madura. J. Ilmu Ternak Vet. 8(2):99--106

Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2008. Cattle And Buffalo dalam

Reproduction In Farm Animals. 7th Edition. Edited by Hafez E. S. E. Lippincott Williams & Wilkins. Maryland. USA.

Makin, M., Abdel Komar., Z.E. Sukraeni, I. Hamidah, N.K. Suwardi, W. Djaja, dan I.B. Suamba.1980. Ilmu Reproduksi Ternak Perah. Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran, Bandung.

Markusfeld, O., N. Galon and E. Ezra. 1997. Body condition score, helath, yield, and fertility, in dairy cows. The vet. Record. 141 : 67--72

Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming. Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in Humid Tropics. Lanandlinks Press. Collingwood VIC. Australia


(5)

Niazi, A. A. K. 2003. Comparative Studies on the Reproductive Efficiency of Imported and Local Born Friesian Cows in Pakistan. Biological Sciences, 3(4): 388--394

Pradhan, R. 2008. Reproductive disorders in cattle due to nutritional status. Journal of International Development and Cooperation. 14 (1): 45--66 Qisthon, A. 2007. Buku Ajar Produksi Ternak Perah. Jurusan Peternkan. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung Rustamadji, B. 2004. Dairy Science I.

http://sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/bangsa-bangsa-sapi-perah-di- indonesia/htm. Diakses pada 10 November 2013

Sari, T. 2010. Service Per Conception Pada Sapi Perah Laktasi Di Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta

Siregar, S. 1995. Jenis dan Teknik Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta ________. 2001. Jenis, Tehnik Pemerahan, dan Analisis Usaha Sapi Perah.

Penebar Swadaya. Jakarta

Slama, H., M.E. Wells, G.D.Adams and R.D. Morrison. 1976. Factors effecting calving interval in dairy herds. J. Dairy Sci. 59(7): 1334--1337

Subhi, A. 2012. Tampilan Reproduksi Sapi Perah Pada Berbagai Paritas Di Wilayah KUD Batu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Sudarmono. 1993. Tata Usaha Sapi Kereman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Parah Secara

Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta

Tawaf, R. 2009. Sapi Perah Fries Holland.

http://disnaksinjai.blogspot.com/2011/09/sapi-perah-fries-holland.html. Diakses pada 10 November 2013

Toelihere M. R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung Wahyudi, L. 2012. Tampilan Reproduksi Sapi Perah pada Berbagai Paritas di


(6)

44

Desa Kemiri Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Warwick, E.J. And J.E. Legates. 1979. Breedingand Improvement of Farm Animals. (7 Ed.).Mc graw-Hill Book Co, New York.

Wijono D. B. dan U. Umiyasih. 1997. Tampilan Status Reproduksi Sapi Perah pada Tingkat Kondisi Badan yang Berbeda dan Sistem Pengelola di Pertenakan Rakyat. Instalasi dan Pengkajian Teknologi Pertanian Grati. Pasuruan


Dokumen yang terkait

CONCEPTION RATE PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

2 23 39

CONCEPTION RATE PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

0 9 60

PERBANDINGAN NILAI MPPA PRODUKSI SUSU ANTARA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DAN PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO

0 4 39

SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

1 23 58

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

1 11 54

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

1 16 54

Anestrus Sapi Perah dan Penanggulangannya (Studi Kasus di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto- Jawa Tengah).

1 5 28

hubungan antara umur beranak pertama dengan produksi susu 305 hari di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden.

0 0 2

STUDI PERFORMANS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI SATU SAMPAI LAKTASI EMPAT DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH (BBPTU-SP) BATURRADEN.

1 2 2

KURVA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DAN KORELASINYA PADA PEMERAHAN PAGI DAN SORE PERIODE LAKTASI SATU (Studi Kasus Di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden).

1 6 2