7 Penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan secara kualitatif yang disusun oleh
Djaenuddin dkk. 2000, sedangkan penilaian kelayakan finansial budidaya tanaman ubi kayu dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net BC Ratio,dan
IRR.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kondisi yang ada di daerah penelitian seperti yang dikemukakan dalam kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :
1.
Kelas kesesuaian lahan tanaman ubi kayu Manihot esculenta Crantz Desa
Tanjung Senang Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara cukup sesuai dengan faktor pembatas pH dan KTK tanah S2nr.
2.
Usaha budidaya tanaman ubi kayu Manihot esculenta Crantz Kelompok
Tani Usaha Maju Desa Tanjung Senang Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara secara finansial menguntungkan dan layak
untuk dikembangkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu
Ubi kayu dengan nama latin Manihot esculenta, pertama kali dikenal di Amerika
Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan
bertumbuh liar di Brasil Selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar banyak, semua kultivar Manihot esculenta dapat dibudidayakan Arifin dkk., 2012.
Ubi kayu ditanam secara komersial di wilayah Indonesia waktu itu Hindia
Belanda pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil. Namun ubi kayu baru
bermasyarakat pada tahun 1952. Penyebaran pertama kali ubi kayu terjadi, antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan beberapa negara yang terkenal
daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada posisi 30
Lintang Utara dan 30 Lintang Selatan Arifin dkk., 2012.
Produksi ubi kayu dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2008.
Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia BPS Indonesia, 2013
9
2.1.1 Syarat tumbuh
Tanaman ubi kayu banyak diusahakan di lahan kering dengan berbagai jenis
tanah terutama Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol. Provinsi Lampung merupakan sentral produksi ubi kayu utama di Indonesia. Di Provinsi Lampung ubi kayu
sebagian besar ditanam di lahan Ultisol bersifat masam, Al-dd tinggi dan kandungan hara relatif miskin. Ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada tanah
ultisol dengan pH 6,1. Klon yang umum ditanam petani adalah klon unggul UJ-5 Balai Penelitian Kacang dan Ubi, 2013.
Untuk dapat berproduksi dengan optimal, tanaman ubi kayu memerlukan curah
hujan 150 - 200 mm pada umur 1 - 3 bulan, 250 - 300 mm pada umur 4 - 7 bulan, dan 100 - 150 mm pada fase panen Wargiono dkk., 2006. Berdasarkan
karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubi kayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun
beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tiap fase pertumbuhan.
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 800 m dpl. Di
atas ketinggian lebih dari 800 m dpl, pertumbuhan akan lambat, daunnya kecil, dan umbinya pun kecil dan sedikit. Drainase harus baik, tanah tidak terlalu keras
dan curah hujan 760 – 2.500 mm tahun
-1
, dengan bulan kering tidak lebih dari 6 bulan Danarti, 2009.
10
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Ubi Kayu
Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama
ubi kayu dan ketela pohon dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama ketela berasal dari kata castilla dibaca kastilya, karena tanaman ini dibawa
oleh orang Portugis dan Castilla Spanyol. Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya pohung, dan bahasa Sunda sampeu. Dalam sistematika taksonomi
tumbuhan, kedudukan ubi kayu di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae tumbuh-tumbuhan Divisi
: Spermatophyta tumbuhan berbiji Sub Divisi
: Angiospermae berbiji tertutup Kelas
: Dicotyledoneae biji berkeping dua Ordo
: Euphorbiales Famili
: Euphorbiaceae Genus
: Manihot Spesies
: Manihot esculenta
2.1.3 Budidaya Ubi kayu
a. Penyiapan Bibit
Sumber bibit ubi kayu berasal dari pembibitan tradisional berupa stek yang
diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan dengan kebutuhan bibit untuk sistem budidaya ubi kayu monokultur adalah 10.000 - 15.000 stek ha
-1
Tim Prima Tani, 2006. Untuk satu batang ubi kayu hanya diperoleh 10 - 20 stek sehingga luas areal pembibitan minimal 20 dari luas areal yang akan ditanami
ubi kayu. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit