Bila perbedaannya cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga akan semakin tinggi serta akan mempengaruhi pula faktor
– faktor lainnya, termasuk penggunaan lahan untuk pemukiman, dan usaha budidaya jamur tiram.
Menurut Parjimo dan Agus Andoko 2010: 10 menjelaskan, bahwa jamur tiram dapat tumbuh di pada ketinggian 100 meter sampai ketinggian sekitar 600 meter
dari permukaan laut, kelembaban 60 – 80 dan suhu udara 22 – 28
C. Jika melihat potensi fisik yang dimiliki Kota Bandar Lampung bahwa ketinggian
tempat di wilayah bandar lampung bervariasi, yaitu dari ketinggian 0 – 600 meter
dari permukaan laut dpl. hal ini yang dapat dijadikan ukuran prospek kelayakan budidaya jamur tiram di Kota Bandar Lampung.
7. Agroklimatik
Menurut Edi Suharyanto 2010: 22 dijelaskan: “jamur tiram umumnya tumbuh subur pada suhu yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan jamur tiram dibedakan dalam dua fase, yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara 22
–28 C dengan kelembapan 60
–70. Sementara itu, fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara 16
– 22
C dengan kelembapan 80 –90, intensitas cahaya matahari 60–70, dan
kadar oksigen sekitar 10”
Berdasarkan pendapat di atas yang penulis maksud dari agroklimatologi yaitu keadaan cuaca yang mendukungnya prospek usaha budidaya jamur tiram di kota
Bandar Lampung diantaranya yaitu keadaan suhu udara, kelembapan, pencahayaan. Namun pada penelitian ini kondisi agroklimatik yang akan diteliti
yaitu suhu dan kelembaban udara. Sedangkan pencahayaan tidak dilakukan penelitian mengingat alat untuk mengukur pencahayaan tidak ada.
8. Kesempatan Berusaha
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997: 308 disebutkan bahwa kesempatan berusaha artinya waktu luang
yang memungkinkan bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan suatu hasil. Selain itu, berdasarkan hasil prasurvey melalui wawancara dengan pemilik Usaha
Budidaya Jamur tiram yang ada di Kota Bandar Lampung didapatkan bahwa kebutuhan pasar yang ada di Bandar Lampung akan konsumsi jamur kurang lebih
1,5 tonhari hasil wawancara penulis dengan pemilik usaha. Dengan kondisi inilah yang menjadikan peluang usaha jamur konsumsi khususnya di Kota Bandar
Lampung masih sangat terbuka lebar.
Dengan adanya usaha budidaya jamur, secara tidak langsung dapat membuka kesempatan bagi masyarakat setempat untuk berusaha menjadi mitra kerja
seperti rumah produksi pembuatan baglog media tanam ataupun mendirikan usaha budidaya jamur tiram juga, industri rumah tangga seperti sate jamur, keripik
jamur, usaha-usaha lainnya.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya, bahwa tingginya permintaan pasar konsumen yang tidak diimbangi
oleh jumlah rumah produksi sebagai pengusaha budidaya jamur akan membuka kesempatan usaha kepada masyarakat. Disamping menciptakan kesempatan
usaha juga akan membuka lowongan pekerjaan kepada masyarakat. Berbicara
mengenai prospek usaha budi daya jamur ada tingginya permintaan dan pola konsumsi masyarakat terhadap jamur semakin meningkat.
Tidak hanya itu, mudahnya memperoleh bahan baku media tanam, potensi fisik dan wisata kuliner dan pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung ikut serta
mendukung untuk beridiri usaha budidaya jamur tiram. Selain itu pula, untuk mengukur pospek dalam bentuk kelayakan atau tidak layaknya prospek budidaya
jamur digunakanlah analisis usaha dipandang dari sudut geografi yaitu berupa ketinggian tempat dan keadaan agroklimatik maka dapat disusun kerangka pikir
sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Prospek Kelayakan Usaha Budidaya Jamur
Tiram di Kota Bandar Lampung. Kondisi
Agroklimatologi Pertumbuhan
Penduduk Tingginya
Permintaan pasar
Kesempatan Berusaha
Minimnya Usaha
Budidaya
PROSPEK USAHA
Ketinggian Tempat Kota Bandar Lampung
Bahan Baku Media Tanam
C. Hipotesis
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1.
Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam ketersediaan memperoleh bahan baku media tanam.
2. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam permintaan dan
pertumbuhan penduduk, apabila permintaan dan pertumbuhan penduduk sebanding.
3. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam ketinggian
tempat dengan prospek usaha budidaya jamur tiram. 4.
Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam kondisi agroklimatik dengan prospek usaha budidaya jamur tiram
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan
yanng terdapat dalam penelitian Masyhuri dan M. Zainuddin, 2008: 151. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripsif.
Menurut Muhammad Ali 1985: 18 yang di maksud metode deskripsif yaitu: “suatu metode yang digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau
pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif dalam suatu
deskripsi
situasi”. Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini digunakan untuk
menggambarkan keadaan dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan, dalam rangka menjabarkan faktor-faktor yang mendukung untuk
berdirinya pembudiadayaan jamur tiram di Kota Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Masyhuri dan M. Zainuddin 2008: 151 populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran penelitian. Dalam Penenlitian
ini yang menjadi populasi adalah seluruh pengusaha budidaya jamur tiram yang
ada di Kota Bandar Lampung. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 pengusaha. Karena jumlah pengusaha budidaya jamur tiram di Kota
Bandar Lampung dapat dijangkau maka peneliti tidak melakukan penarikan sampel. Sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.
C. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah prospek kelayakan usaha budidaya jamur tiram.
2. Indikator Penelitian
a. Ketersediaan Bahan Baku Media Tanam
Bahan baku media tanam Baglog merupakan bahan sangat penting dalam pembudidayaan jamur tiram. Dalam pembuatan baglog diperlukan bahan baku,
seperti serbuk gergaji, bekatul. Dengan demikian di Kota Bandar Lampung memiliki prospek kelayakan usaha budidaya jamur, jika:
1. Layak
: dikatakan layak, jika ketersediaan bahan baku seperti serbuk gergaji dan bekatul mudah didapatkan.
2. Tidak layak : dikatakan tidak layak, jika ketersediaan bahan baku
seperti serbuk gergaji dan bekatul sulit didadapatkan
b. Permintaan
Tingginya permintaan akan jamur tiram yang tidak diiringi dengan rumah produksi akan mengakibatkan kurangnya permnintaan konsumen terhadap
konsumsi jamur tiram.. Permintaan yang penulis maksud yaitu jumlah atau
banyak jamur tiram yang terpenuhi dihitung dalam kilogram kg. Dengan demikian di Kota Bandar Lampung memiliki prospek kelayakan usaha budidaya
jamur, jika: 1
Layak : dikatakan layak, jika permintaan konsumen terhadap
jamur tiram selalu meningkat, belum terpenuhi, dan penjualan selalu habis terjual .
2 Tidak Layak : dikatakan tidak layak, jika permintaan konsumen terhadap
jamur tiram tidak meningkat, terpenuhi dan penjualan tidak habis terjual.
c. Pertumbuhan Penduduk
Kebutuhan jamur tiram sebanding dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan
serta perubahan pola konsumsi penduduk. Dengan demikian di Kota Bandar Lampung memiliki prospek kelayakan usaha budidaya jamur, jika:
1 Layak
: dikatakan layak, jika kebutuhan jamur tiram sebanding dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya.
2 Tidak layak : dikatakan tidak layak, jika kebutuhan jamur tiram
sebanding dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya
d. Ketinggian Tempat
Untuk menentukan kelayakan berdirinya suatu usaha budidaya jamur tiram berpatokan kepada pendapat Parjimo dan Agus Andoko 2010: 10. Dengan
demikian di Kota Bandar Lampung memiliki prospek kelayakan usaha budidaya jamur, jika:
1 Layak
: dikatakan layak, jika ketinggian tempat usaha berada pada 100
–600 meter dpl. 2
Tidak Layak : dikatakan tidak layak jika ketinggian tempat usaha berada pada 100 meter dpl atau 600 meter dpl.
e. Agroklimatologi
Sebelum memulai usaha budidaya jamur, banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah penentuan lokas budidaya. Tepat atau tidaknya suatu lokasi
penanaman jelas mempengaruhi pertumbuhan jamur. Hal ini yg menjadi menjadi alasan layak atau tidaknya usaha berdiri. Untuk menentukan layak atau tidak
layaknya berdirinya suatu usaha budidaya jamur tiram berpatokan kepada pendapat Edi Suharyanto 2010: 22. Dengan demikian di Kota Bandar Lampung
memiliki prospek kelayakan usaha budidaya jamur, jika: 1
Suhu udara a.
Layak : dikatakan layak, jika suhu antara 22
– 28 C
b. Tidak layak : dikatakan tidak layak jika, suhu udara 22
C atau 28
C 2
Kelembaban a.
Layak : dkatakan layak , jika kelembapan udara 60
– 80.
b.
Tidak layak : dikatakan tidak layak, jika kelembapan 60
atau 80.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur berstandar Suharsimi Arikunto,
2006: 222. Metode observasi dilakukan untuk melihat secara langsung keadaan lingkungan, penjualan jamur dipasaran, dan kebutuhan konsumen terhadap jamur
tiram. Selain itu juga memperoleh data mengenai kondisi agroklimatologi, yaitu dengan menggunakan alat bantu penelitian geografi diantaranya; Global
Positioning System GPS, higrometer dan termometer, dan kamera.
2. Teknik Wawancara
Dalam bukunya Masri Singarimbun 1995: 192 mengemukakan bahwa salah satu metode mengumpulkan data ialah dengan jalan wawancara yaitu mendapatkan
informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Berdasarkan pendapat diatas, maka teknik wawancara yang dipergunakan
bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari nara sumber yang berkompeten, dalam hal ini adalah produsen pemilik usaha budidaya jamur
tiram,. Selain itu juga teknik wawancara dipergunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang belum ada atau kurang jelas dari data yang sudah
ada. Wawancara ini pula untuk mengorek informasi kebutuhan jamur tiram di Kota Bandar Lampung.
3. Teknik Dokumentasi