PROSPEK KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
PROSPEK KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh:
NURUL ADI GUNAWAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan daerah yang memiliki prospek kelayakan budidaya jamur tiram. Hal ini harapannya dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam perkembangan dan pembangunan terutama dalam hal pembudidayaan jamur tiram.
Penelitian ini dilakukan dengan meneliti 4 indikator diantaranya; kemudahan dan memperoleh bahan baku media tanam, permintaan dan pertumbuhan penduduk, ketinggian tempat, kondisi agroklimatik (suhu dan kelembaban udara). Masing-masing indikator yang digunakan, dianalisis untuk dilihat kelayakannya dengan berdirinya usaha budidaya jamur tiram di lapangan.
Pada penelitian prospek kelayakan budidaya jamur tiram menggunakan deskripsif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa adanya Adanya kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam kemudahan memperoleh bahan baku media tanam, yaitu 79% responden menjawab mudah mendapatkan serbuk gergaji, 87,5% responden menjawab mudah memperoleh bekatul, dan 100% responden menjawab mudah untuk medapatkan dolomit. Adanya kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam permintaan dan pertumbuhan penduduk. Peningkatan setiap tahunnya. sedangkan 2010/2011 mengalami dengan besarnya permintaan 50%. Sedangkan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun pada tahun, laju pertumbuhan penduduknya dengan rata-rata 2,5%/tahun. Adanya kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam ketinggian tempat. Dengan ketinggian 101–600 m dpl ada 61,74% dari luas keseluruhan merupakan daerah yang berpotensi dan layak untuk mendirikan budidaya jamur tiram. Sedangkan ada 100% tempat usaha yang memiliki kelayakan untuk budidaya jamur tiram. Adanya kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam kondisi agroklimatik, bahwa dengan suhu udara 280C dengan tempat usaha sebanyak 18 tempat usaha. Sedangkan kelembaban udara 77% dengan tempat usaha sebanyak 21 merupakan kondisi yang cocok untuk membudidayakan jamur tiram. Tempat usaha yang memiliki kelayakan.
(2)
PROSPEK KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
NURUL ADI GUNAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(3)
PROSPEK KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Nurul Adi Gunawan 0513034038
Pembimbing 1 : Dra. Nani Suwarni, M.Si
Pembimbing 2 : Drs. Edy Haryono, M.Si
Pembahas : Drs. Buchori Asyik, M.Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotaagung, sebuah ibu kota kabupaten di Provinsi
Lampung tepatnya Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada
tanggal 10 November 1986, anak keenam dari 8 bersaudara pasangan Bapak
Nursaid dan Ibu Nariyah.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 5 Kuripan pada tahun 1999, kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Kotaagung diselesaikan pada tahun
2002 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kotaagung diselesaikan pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung Melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis merupakan salah satu mahasiswa yang aktif di berbagai
organisasi intra kampus dan ekstra kampus, diantaranya adalah pada tahun 2005/2006 di
BEM F Unila sebagai Anggota Muda Pembaharuan Rakyat (AMPERA) dan Gema FPPI,
tahun 2006 Pansus Himpunan Mahasiswa Jurusan IPS (HMJ IPS) yang sekarang menjadi
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ilmu Sosial (HIMAPIS) sebagai Ketua Pansus. Pada tahun
2007 Pansus DPM FKIP Unila sebagai Kordinator Kesekretariatan, tahun 2006-2007
Himpunan Mahasiswa IPS (HIMAPIS) FKIP Unila sebagai Staff Ahli Bidang Sosial
Masyarakat dan di tahun ini pula penulis tergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa Forum
Pembelajaran dan Pengkajian Islam (UKM FPPI) FKIP Unila sebagai Staff anggota Bidang
Pendidikan . Pada tahun 2007-2008 Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ilmu Sosial
(HIMAPIS) sebagai Wakil Ketua Bidang Sosial Masyarakat, di tahun ini aktif juga di BEM
(5)
BEMU Unila sebagai Staff Ahli Departemen Sosial Masyarakat, di tahun yang sama penulis
juga menjabat sebagai Kordinator Youth Of Anti Corupption Community.
Pada tanggal 30 Juni – 7 Juli 2008, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Laboratorium Geologi LIPI Karang Sambung Jawa Tengah, DI. Yogyakarta dan Bali. Pada
bulan Juli–Oktober 2009, penulis mengikuti Program Pengalam Lapangan (PPL) di SMAN 2 Bandar Lampung.
Selain itu juga penulis berperan aktif dalam kegiatan di Lingkungan Pemerintah yaitu
Kementerian Kesehatan RI dan Global Fund bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung dalam Survey Terpadu Biologis dan Prilaku 2011 sebagai Pewawancara STBP
2011 mengenai penelitian kesehatan yaitu HIV/AIDS pada Wanita Penjaja Seks dan Pria
Beresiko Tinggi (Pria Risti) yang berlangsung pada 20 Januari – 15 Maret 2011 di daerah Bandar Lampung dan Lampung Selatan.
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir Prospek Usaha Budidaya jamur Tiram di
Kota Bandar Lampung... 17 2. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung 2012... 28 3. Peta Kontur Kota Bandar Lampung 2012... 30 4. Batas Besar Nilai Q dari Msaing – Masing Tipe Curah Hujan
Menurut Schmidt – Ferguson... 33 5. Piramida Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2011... 42 6. Peta Persebaran Asal Bahan Baku Media Tanam Budidaya Jamur
Tiram di Kota Bandar Lampung... 58 7. Grafik Jumlah Penduduk dan Permintaan Jamur Tiram di Kota
Bandar Lampung... 60 8. Grafik Ketinggian Tempat Dirinci Berdasarkan Luas di Kota
Bandar Lampung... 63 9. Peta Ketinggian Tempat Kota Bandar Lampung... 64
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penenlitian... D. Kegunaan Penenlitian... E. Ruang Lingkup Penenlitian...
1 9 9 9 10
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka... 1. Kaitan Geografi Ekonomi dengan Budidaya Jamur Tiram... 2. Prospek Usaha Budidaya Jamur Tiram... 3. Bahan Baku Media Tanam... 4. Permintaan... 5. Pertumbuhan Penduduk... 6. Ketinggian Tempat... 7. Agroklimatik... 8. Kesempatan Berusaha...
11 11 11 12 13 14 14 15 16 B. Kerangka Pikir... 16 C. Hipotesis... 18
III METODE PENENLITIAN
A. Metode Penenlitian... B. Populasi dan Sampel... 1. Populasi... C. Variabel dan Indikator Penelitian... 1. Variabel Penelitian... 2. Indikator Penelitian... D. Teknik Pengumpulan Data... 1. Teknik Observasi... 2. Teknik Wawancara... 3. Teknik Dokumentasi... E. Teknik Analisis Data...
19 19 19 20 20 20 23 23 23 24 24
(8)
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Geografis Daerah Penenlitian... 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penenlitian... 2. Keadaan Topografi... 3. Keadaan Iklim... B. Keadaan Penduduk Kota Bandar Lampung... 1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandar Lampung... 2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Bandar
Lampung... 3. Komposisi Penduduk... C. Deskripsi Data Primer dan Hasil Pembahasan... 1. Identitas Pengusaha Budidaya Jamur Tiram... a. Umur... b. Jenis Kelamin... c. Etnis... d. Pendidikan Pengusaha... 2. Karakteristik Usaha... a. Status Kepemilikan Lahan Tempat Usaha Budidaya Jamur Tiram... b. Hasil Panen dan Luas Lahan Usaha Budidaya Jamur
Tiram... 3. Prospek Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram... a. Ketersediaan Memperoleh Bahan Baku Media Tanam Jamur Tiram... b. Permintaan dengan Pertumbuhan Penduduk... c. Ketinggian Tempat... d. Kondisi Agroklimatik...
26 26 29 31 35 35 37 40 44 44 44 45 47 49 51 51 52 55 55 59 61 65
V KESIMPULASN DAN SARAN
A. Kesimpulan...
B. Saran... 69 71
DARTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Bandar Lampung Dalam Angka 2010. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik.
Anonim. 2011. Profil Kawasan Sayuran Provinsi Lampung. Bandar lampung: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Adityarial. 2009. Peluang Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram (www.infopeluangusaha.com) diunduh pada hari Jumat, 28 Oktober 2010 pukul 23.41 WIB.
Arif Sadiman. 1990. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan.
Erlangga. Jakarta.
Bintarto. 1977. Geografi Sosial. UP Spring. Yogyakarta.
Bramirus Mikail. 2012. Kematian Akibat Rokok Melonjak Tiga Kali Lipat. (http://health.kompas.com/) diunduh pada Rabu, 07 Nopember 2012: 0812 WIB
Edi Suharyanto. 2010. Bertanam Jamur Tiram di Lahan Sempit. IPB Press. Bogor.
Elang Ilik Martawijaya dan Mochamad Yadi Nurjayadi. 2010. Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri. IPB Press. Bogor.
Erie Maulana Sy. 2012. Panen Jamur Tiram Tiap Musim. ANDI. Yogyakarta. Faiqoh. 2003. Nyai Agen Perubahan di Pesantren. Kucica. Jakarta Pusat.
http://www.wikipedia.co.id Profile Kota Bandar Lampung. Sekretariatan Badan Perwakilan Provinsi Lampung. Diunduh pada hari Minggu 17 Juli 2012, pukul 14.34 WIB.
Kartono Wirosuharjo. 1985. Kamus Istilah Demografi. Disunting oleh Yayah B. Lumintang. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
(10)
Masri Singaribun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian dan Survey. LP3ES. Jakarta.
Masyhuri dan M. Zainuddin. 2008. Metode Penelitian (Pendekatan Praktis dan Aplikatif). PT. Refika Aditama. Bandung.
Muhammad Ali. 1985. Penelitian Kependudukan Dasar dan Strategis. Aksara. Bandung.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.
Parjimo dan Agus Andoko. 2007. Budi Daya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan Jamur Merang). AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Satrio Adi Setiawan. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja dan Jenis Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kota Magelang (Skripsi). Undip. Semarang. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis..
Rineka Cipta. Jakarta.
Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Rja Grafindo Persada. Jakarta. Suryatna Rafi’i. 1995. Meteorologi dan Klimatologi, Cetakan I. Bandun. Angkasa Taqin Panteraya, 2010. Pengertian Prospek (http://taqinpanteraya.blogspot.com/)
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lokasi Dan Produksi Jamur Di Provinsi Lampung... 2 2. Penjualan Jamur Tiram Di Kota Bandar Lampung Tahun
2005–2009... 5 3. Data Curah Hujan Kota Bandar Lampung Selama 10 Tahun... 32 4. Tipe Iklmi Menurut Schmidt – Ferguson... 33 5. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial di Kota
Bandar Lampung Tahun 1980 – 2010... 36 6. Jumlah dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota
Bandar Lampung... 37 7. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Bandar
Lampung Tahun 2010... 39 8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Bandar
Lampung Tahun 2010... 40 9. Jumlah Pengusaha Berdasarkan Jenis Kelamin... 46 10. Jumlah Pengusaha Budidaya Jamur Tiram Berdasarkan Asal
Daerah... 47 11 Jumlah Pengusaha Berdasarkan Suku dari Luar Lampung... 48 12. Jumlah Pengusaha Budidaya Jamur Tiram Menurut Tingkat
Pendidikan... 49 13. Jumlah Pengusaha yang Pernah Mengikuti Pendidikan Nonformal. 50 14. Jumlah Pengusaha Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tempat
Usaha Budidaya Jamur Tiram di Kota Bandar Lampung... 51 15. Jumlah Pengusaha Berdasarkan Hasil Panen Jamur Tiram ... 53 16. Jumlah Pengusaha Berdasarkan Luas Tempat Usaha yang
Dimiliki... 56 17. Ketersediaan Memperoleh Bahan Baku Media Tanam Berdsarakan
Daerah Asal... 58 18. Jumlah Penduduk dan Permintaan Jamur Tahun 2007 – 2011... 59
(12)
19. Kriteria Ketinggain Tempat Dirinci Berdasarkan Luas di Kota
Bandar Lampung... 62 20. Rata-rata Suhu dan Kelembaban udara di Kota Bandar Lampung
Tahun 2011... 66 21. Jumlah Tempat Usaha yang Memiliki Kelayakan Prospek Usaha
Budidaya Jamur Tiram di Kota Bandar Lampung Berdasarkan
Suhu Udara... 67 22 Jumlah Tempat Usaha yang Memiliki Kelayakan Prospek Usaha
Budidaya Jamur Tiram di Kota Bandar Lampung Berdasarkan
(13)
MOTO
Bekerja Keras, Berpikir Cerdas (Penulis)
Jika kita ingin berhasil, rahasianya itu sederhana yakni pahamilah apa yang kita lakukan, cintailah apa yang kita lakukan dan yakinilah apa yang kita lakukan
(14)
MENGESAHKAN
1.
Tim Penguji
Ketua : Dra. Hj. Nani Suwarni, M.Si ...
Sekretaris : Drs. Edy Haryono, M.Si ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si ...
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003
(15)
PERSEMBAHAN
Dengan membaca “bismillahirrahmaanirrahiim” dan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya miniku ini kepada orang-orang terkasih dalah hidupku.
Ayah dan Ibu tercinta, yang dalam setiap sujud dan harinya selalu mendoakan keberhasilan
anak-anaknya, khususnya saya putra satu-satunya yang pernah mengenyam pendidikan
tertinggi di keluarga.
(16)
Judul Skripsi : PROSPEK KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Nurul Adi Gunawan
Nomor Pokok mahasiswa : 0513034038
Program Studi : Pendidikan Geografi
Jurusan : Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1.
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,
Dra. Hj. Nani Suwarni, M.Si Drs. Edy Haryono, M.Si
NIP. 19570912 198503 2 002 NIP. 19571218 198603 1 002
2.
Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi
Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si Drs. Zulkarnain, M.Si
(17)
SANWANCANA
Bismillaahirohmaanirrohim,
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin, puji syukur ke hadirata Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak
yang telah membantu dan membimbing, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu Dra.Hj. Nani Suwarni, M.Si selaku
pembimbing I, Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si selaku pembimbing II dan Bapak
Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si selaku penguji sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Awin Achmad, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Kegurun dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Kegurun dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(18)
6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Bapak dan Ibu Dosen program Studi Pendidikan Geografi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya selama penulis menuntut ilmu di kursi
perkuliahan.
8. Kakak-kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan dukungan baik
moral maupun materi, semoga Allah membalas kebaikan kalian.
9. Orang Tua Asuhku Drs. Baharudin, M. Hum dan Ibu Sunarti terima kasih
telah memberikan motivasi dan tempat kehidupan selama penulis menjadi
mahasiswa.
10.Kakak-kakak, teman-teman dan adik-adik Pendidikan Geografi yang telah
memberikan motivasi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
(19)
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan sumber daya alamnya, jika
dilihat dari sudut belahan bumi Indonesia bagian manapun juga. Indonesia sebagai
negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area
pertanian maupun dalam area yang relatif sempit. Sehingga memiliki komoditas
pertanian yang beragam. Keberagaman tersebutlah yang merupakan salah satu
aset yang memiliki potensi untuk dikembangkan, yaitu sebagai subsektor
hortikultura salah satunya yaitu “jamur”
Salah satu keberadaan jamur di lingkungan yang terasa sangat menguntungkan
adalah keberadaan jamur dalam dunia pangan. Salah satunya yaitu jamur tiram
yang digunakan sebagai bahan pangan sayuran ataupun bahan makanan berbahan
dasar jamur, antara lain; sate jamur, bakso jamur, nasi goreng jamur, keripik
jamur, nugget jamur, sop jamur, permen jeli jamur, pastel jamur, dan lain
sebagainya. Di Kota Bandar Lampung telah terdapat berbagai usaha pangan yang
berbahan dasar jamur tiram. Berdasarkan hasil prasurvey usaha pangan yang
berbahan jamur tiram, seperti; nasi goreng jamur, capcai jamur dan mie ayam
jamur yang berada di Kampung Lingsuh, Rajabasa. Selain itu, terdapat juga
(20)
2
Telah disinggung sebelumnya, jamur tiram putih (Plerotus ostreatus) dapat
menjadi makanan lezat sebagai sayuran dan lebih ke depannya lagi yaitu sebagai
pengganti daging terutama bagi kaum vegan (sebutan bagi orang
vegetarian/pemakan sayuran) dan mencegah dari kolestrol karena jamur memiliki
serat yang tinggi. Jika diperhatikan dari pemanfaatan jamur tiram putih (Plerotus
ostreatus) yang digunakan sebagai bahan makanan maka jamur tiram harus dipenuhi agar usaha yang bergerak dalam kuliner yang berbahan dasar jamur
dapat berjalan. Sehingga keberadaan jamur yang sangat penting tersebut, maka
harus ada usaha dalam bidang pembudiayaan jamur tiram di Kota Bandar
Lampung.
Di Kota Bandar Lampung sebenarnya sudah ada usaha pembudidayaan jamur
tiram, untuk itu dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Lokasi dan Produksi Jamur di Provinsi Lampung 2009.
No Lokasi Jumlah
Pengusaha
Jenis Jamur
Produksi
(kg) Pemasaran
1 Bandar Lampung 1 Merang 300 /bulan Lokal
24 Tiram 412,2/bulan Lokal
2 Metro 1 Tiram 140/bulan Lokal
3 Lampung Selatan 3 Tiram 130/bulan Lokal
1 Merang 50/hari Lokal
4 L. Tengah 3 Tiram 17/hari Lokal
5 Lampung Timur 3 Tiram 33/hari B. Lampung
6 Lampung Utara 1 Tiram 30/hari Lokal
7 Tanggamus 1 Tiram 5/hari Lokal
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Lampung
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, jumlah usaha budidaya jamur tiram di Kota
(21)
3
kabupaten-kabupaten lainnya yaitu 10 unit atau sebanyak 29,42%. Jika melihat
persebarannya pengusaha jamur tiram, jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan di kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi Lampung. Hal ini
dimungkinkan jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung tersebar cecara merata
dan memusat di daerah perkotaan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
lebih tinggi dibandingkan di kabupaten/kota yang ada di provinsi Lampung,
sehingga konsumsi terhadap jamur tiram lebih tinggi dibandingkan
kabupaten/kota yang ada di provinsi Lampung.
Meskipun demikian, untuk hasil produksinya pun masih sangat minim yaitu
sebanyak 4.122 kg/bulan atau dengan rata-rata 137,4 kg/hari. Padahal dari hasil
prasurvey (21 Oktober 2010) dan hanya tercukupi sebanyak 154,4 kg/hari padahal
permintaan pasar yang relatif tinggi yaitu berkisar 1500 kg/hari.
Selain itu pula, dengan melihat kondisi potensi yang ada di Kota Bandar
Lampung, yaitu sebagai ibukota Provinsi Lampung yang di dalamnya sebagai
pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, Kota
Bandar Lampung juga merupakan pusat kegiatan perekonomian dan
pemerintahan. Kondisi ini secara ekonomis sangat menguntungkan bagi
pertumbuhan dan perkembangan Kota menjadi pusat kegiatan perekonomian
terutama perdagangan industri dan wisata.
Mengenai Wisata, menurut Sekretariatan Sekretariatan Badan Perwakilan Provinsi
Lampung (2012) bahwa Kota Bandar Lampung memiliki potensi wisata kuliner
dengan berdirinya 184 Rumah makan dari berbagai menu diantaranya; Masakan
(22)
4
Rumah makan waralaba asing. Pusat oleh-oleh Jl. ZA. Pagar Alam, Jl.
Panjang-Srengsem dan Jl. Ikan Kakap.
Merujuk dengan adanya potensi tersebut, dapat menambah kegiatan ekonomi
dalam bidang subsektor pertanian yaitu budidaya jamur tiram. Keberadaan
budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan berbagai rumah makan sebagai
salah satu menu makanan istimewa.
Hal ini sebanding dengan hasil wawancara dengan Ibu Siti yang berprofesi
sebagai penjual nasi di daerah Rajabasa setiap harinya membeli jamur tiram 5
kg/hari untuk dibuat sayur. Bentuk sayur jadi tersebut nantinya akan dijual kepada
mahasiswa pramugari (hasil wawancara pada tanggal 23 Oktober 2011). Apabila
diseluruh wisata kuliner dengan berdirinya 184 Rumah makan dengan minimal 5
kg/hari artinya kebutuhan jamur tiram di Kota Bandar Lampung yaitu sebanyak
790 kg/hari. Kebutuhan jamur tiram inipun belum termasuk konsumen rumah
tangga non usaha.
Prospek kelayakan usaha pada pembudidayaan jamur tiram tidak terlepas dari
peran produsen (pembudidaya) jamur tiram, penjual makanan berbahan dasar
jamur tiram, penjual jamur tiram eceran, dan konsumen. Budidaya jamur tiram
memiliki nilai prospektif, prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram yang
jelas dan permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan pembudidaya
memasarkan hasil produksi jamur tiram. Hal ini disebabkan karena semua dan
barapapun hasil panen jamur tiram selalu terserap habis dipasaran. Disamping itu,
berbicara mengenai prospek, potensi jamur tiram sangat terbuka dan memiliki
(23)
5
Di Kota Bandar Lampung untuk penjualan jamur tiram dan selalu habis dipasaran
selama beberapa tahun mengalami peningkatan. Mungkin saja hal ini disebabkan
karena pertumbuhan, pendapatan dan perubahan pola konsumsi penduduk. Untuk
mengetahui penjualan jamur tiram di Kota Bandar Lampung yang habis dipasaran
dapat dilihat pada Tabel 2. Penjualan Jamur Tiram di Kota Bandar Lampung
Tahun 2005–2009.
Tabel 2. Penjualan Jamur Tiram di Kota Bandar Lampung Tahun 2005–2009.
No. Tahun Penjualan
(Kg)
1 2005 3.765
2 2006 12.299
3 2007 12.471
4 2008 12.500
5 2009 14.290
Jumlah 55.325
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Lampung 2010.
Pada tabel 2 di atas, penjualan jamur tiram pada tahun 2005–2009 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005–2006 penjualan jamur tiram mencapai peningkatan penjualan sebesar 226,67%. Hal ini dikarenakan adanya penambahan
luas lahan pembudidayaan jamur tiram 293 ha menjadi 1.042 ha (Profil Kawasan
sayuran Provinsi Lampung 2010). Dengan adanya penambahan luas lahan panen
tersebut dimungkinkan peminat jamur tiram di kota Bandar Lampung selalu
meningkat. Sehingga keberadaan jamur tiram di nilai memiliki prospek kelayakan
ekonomi yang bagus. Tidak hanya itu, pada tabel 2 selalu menunjukkan
peningkatan pejualan dipasaran meskipun relatif kecil. Hal ini dimungkin kan
(24)
6
Keberadaan jamur tiram di Kota Bandar Lampung pada saat ini sudah dikenal
masyarakat, dari pasar tradisional sampai ke pasar swalayan. Hal ini terbukti dari
hasil prasurvey penulis, jamur tiram sudah banyak yang menjualnya meskipun
dengan kuantitas yang terbatas. Pertambahan atau pertumbuhan penduduk pun
menjadi salah satu aspek prospek kelayakan berdirinya usaha budiddaya jamur
tiram.
Untuk usaha budidaya jamur tiram juga dapat dilakukan dengan modal terbatas,
karena selama ini banyak orang yang mengira bahwa mendirikan usaha budidaya
jamur tiram harus memerlukan modal yang sangat besar. Sebenarnya pernyataan
tersebut tidaklah benar seluruhnya. Usaha budidaya jamur tiram dapat dilakukan
secara sederhana untuk skala rumah tangga, skala kecil, menengah dan besar.
Untuk usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan pada skala rumah tangga
dengan menggunakan pekarangan rumah baik pada bagian samping, dalam,
belakang dan atau depan rumah sendiri. Sebagai contoh dari hasil prasurvey
penulis ada sebuah usaha budidaya jamur tiram pada skala rumah tangga, Recky
yang berada di Jl. Untung Suropati, Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung.
Pengusaha ini pada mulanya (tahun 2009) menggunakan satu ruangan dengan luas
3m x 4m dan kini usaha yang dirintisnya dari skala rumahan tersebut telah
berkembang dengan lebih luas yaitu memiliki 10 buah rumah pembuahan jamur
atau yang disebut dengan kumbung (wawancara pada tanggal 23 Maret 2011).
Disamping itu juga untuk menciptakan prospek yang cerah pengusaha ataupun
pemilik usaha budidaya jamur mampu membaca dan paham akan produksi.
(25)
7
jamur. Pada usaha budidaya jamur tiram adalah proses produksi pembuatan
baglog. Baglog disebut juga media buatan.
Pada dasarnya media tanam (baglog) berbahan baku serbuk gerjaji, bekatul
(dedak), tepung tapioka (terigu) dan kapur. Semua bahan dasar tersebut diproses
dan dibungkus menggunakan kantong plastik. Media tanam tersebutlah yang
nantinya akan diberikan bibit jamur. Setelah beberapa minggu baglog tersebut
akan menghasilkan jamur tiram yang sebelumnya melalui perawatan.
Berbicara mengenai prospek pada pembudidayaan jamur tiram juga harus
memperhatikan aspek seperti banyaknya permintaan dan peminat, memperoleh
bibit dan media tanam dengan mudah, kondisi alam yaitu keadaan
agroklimatologi, seperti suhu udara, kelembaban dan cahaya matahari. Suhu udara
memegang peranan yang penting dalam menciptakan pertumbuhan yang optimal.
Selain suhu udara kondisi agroklimatik lainnya yang memperangruhi
pertumbuhan jamur tiram yaitu ketinggian tempat.
Mengenai ketinggian tempat merupakan salah satu potensi yang dimiliki beberapa
wilayah Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung sebagian besar terletak
pada ketinggian 0 – 600 meter dari permukaan laut (dpl), terdiri dari; daerah pantai sekitar Teluk Betung dan Panjang, daerah perbukitan sekitar Teluk Betung
bagian utara, daerah dataran tinggi disekitar Tanjung Karang bagian barat,
pulau-pulau kecil di bagian selatan (BPS Propinsi Lampung dalam Bandar Lampung
Dalam Angka 2011). Hal ini sangat prospektif terhadap usaha budidaya jamur
tiram. Potensi ketinggian tempat tersebut sesuai dengan keadaan lingkungan
(26)
8
Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan diantaranya:
Pertama, tinggi akan permintaan pasar terhadap jamur di Kota Bandar Lampung
disebabkan kurangnya rumah produksi sebagai pembudiadaya jamur tiram.
Kebutuhan pasar dan kurangnya rumah budidaya jamur di Kota Bandar Lampung.
Kedua, potensi Fisik dan Wisata Kuliner Kota Bandar Lampung yang menunjang
untuk berdirinya usaha budidaya jamur tiram. Hal ini membuka kesempatan
berusaha kepada setiap masyarakat. Ketiga, konsumsi jamur jamur tiram selalu
meningkat seiring dengan pertumbuhan, pendapatan, pola konsumsi penduduk.
Keempat, keadaan agroklimatologi seperti ketinggian tempat, kelembaban dan
suhu udara selain itu juga kepadatan penduduk.
Berdasarkan latar belakang maka penulis merasa sangat perlu dan penting untuk
melakukan penelitian tentang bagaimanakah prospek usaha budidaya jamur tiram
dengan melalui pendekatan kuantitatif, kemudian yang dimaksud dengan
budidaya dalam penelitian ini yaitu persepsi masyarakat (konsumen) dan
pedagang makanan berbahan dasar jamur tiram serta keadaan agroklimatik serta
ketinggian tempat di Kota Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah penulis uraikan maka yang
menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada Kelayakan Prospek Usaha Budidaya Jamur Tiram dalam
(27)
9
2. Apakah ada Kelayakan Prospek Usaha Budidaya Jamur Tiram dalam
permintaan dan pertumbuhan penduduk di Kota Bandar Lampung?
3. Apakah ada Kelayakan Prospek Usaha Budidaya Jamur Tiram dalam
ketinggian tempat di Kota Bandar Lampung?
4. Apakah ada Kelayakan Prospek Usaha Budidaya Jamur Tiram dalam
kondisi agroklimatologi di Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memetakan daerah yang cocok
untuk usaha budidaya jamur tiram dengan memperhatikan sumber bahan baku
media tanam, keadaan agroklimatik, ketinggian tempat, pertumbuhan penduduk,
dan permintaan yang tersebar dalam 13 kecamatan di Kota Bandar Lampung.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di Perguruan
Tinggi khususnya yang berhubungan dengan kajian Geografi Ekonomi.
2) Sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Program Studi Pendidikan Geografi.
3) Menambah pengetahuan dan bahan perkuliahan bagi penulis secara pribadi
pada mata kuliah Geografi Ekonomi di Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
(28)
10
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan masalah maka
penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1) Ruang lingkup objek penelitian yaitu Usaha Budidaya Jamur Tiram
2) Ruang lingkup subjek penelitian adalah Prospek Kelayakan Usaha
Budidaya Jamur Tiram
3) Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian yaitu di Kota Bandar
Lampung Tahun 2012
4) Ruang Lingkup Ilmu adalah Geografi Ekonomi
Menurut Nursid Sumaatmadja (1988: 54) geografi ekonomi yaitu cabang Geografi Manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas ekonomi. Dengan demikian titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang termasuk kedalamnya bidang pertanian–industri–perdagangan– transportasi– komunikasi dan lain–lain sebagainya.
Dalam penelitian ini digunakan Geografi Ekonomi sebagai ruang lingkup ilmu
karena dengan tujuan penelitian yaitu meneliti kegiatan ekonomi suatu Usaha
Budidaya Jamur yang berada di Kota Bandar Lampung. Dalam upaya
memberikan kesempatan usaha kepada masyarakat Kota Bandar Lampung dan
(29)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Kaitan Geografi Ekonomi dengan Budidaya Jamur Tiram
Menurut Bintarto (1977: 10), geografi dapat diklasifikasikan menjadi dua cabang yaitu geografi fisis dan geografi sosial. Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi, yang meliputi tanah, air, udara, dengan segala prosesnya. Geografi fisik terbagi menjadi beberapa cabang yaitu Geologi, Geomorfologi, Ilmu Tanah, Oseanografi, dan lain-lain. Sedangkan Geografi sosial adalah cabang geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala dipermukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok. Geografi sosial terbagi menjadi beberapa cabang yaitu Geografi Penduduk, Geografi Ekonomi, Geografi Politik dan lain-lain.
Dari pengertian geografi di atas, dijelaskan bahwa selain mempelajari sifat-sifat
bumi dan gejala-gejala alam geografi juga mempelajari tentang penduduk yang
dalam penelitian ini adalah kesempatan berusaha dalam kajian keadaan ekonomi
bagi masyarakat di Kota Bandar Lampung. Sehingga berkaitan dengan cabang
ilmu geografi yaitu geografi ekonomi.
2. Prospek Usaha Budidaya Jamur Tiram
Prospek merupakan kondisi yang akan dihadapi oleh perusahaan dimasa yang
akan datang baik kecendrungan untuk meningkatkan atau menutup. (Taqin
Panteraya, 2012)
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram
(30)
12
memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram
(Adityarial, 2010)
Dari pernyataan di atas maka yang dimaksud dengan prospek yaitu kemungkingan
atau harapan layak atau tidak dikembangkannya suatu Usaha Budidaya Jamur
Tiram di Kota Bandar Lampung
Selain itu, berdasarkan hasil prasurvey melalui wawancara dengan pemilik Usaha
Budidaya Jamur tiram yang ada di Kota Bandar Lampung didapatkan bahwa
kebutuhan pasar akan konsumsi jamur kurang lebih 3 ton/hari (hasil wawancara
penulis dengan pemilik usaha). Dengan kondisi inilah yang menjadikan peluang
usaha jamur konsumsi khususnya di Kota Bandar Lampung masih sangat terbuka
lebar.
3. Bahan Baku Media Tanam
Sebenarnya jamur tiram dapat tumbuh pada sebatang pohon ataupun kayu
gelondongan yang telah lapuk. Namun pada saat ini seiring dengan perkembangan
jaman jamur tiram dapat ditumbuhkembangkan dengan menggunakan media
tanam buatan yang dikenal dengan baglog.
Menurut Parjimo dan Agus Andoko (2007: 32) menjelaskan bahwa belakangan ini
penggunaan kayu batangan untuk media tanam jamur mulai ditinggalkan karena
sulit didapat dan harganya relatif mahal. Selain itu, bibit jamur yang ditanam di
batangan kayu tumbuhnya lama. Sebagai gantinya, saat limbah usaha
(31)
13
Pembudiayaan jamur tiram di Kota Bandar Lampung pun menggunakan media
tanam (Baglog) berbahan dasar serbuk gergaji dan bekatul. Untuk memenuhi
bahan dasar serbuk gergaji di wilayah Kota Bandar Lampung sangat mudah
didapatkan. Serbuk gergaji diperoleh melalui panglong kayu ataupun industri
furniture. Kemudahan memperoleh serbuk gergaji ini dikarenakan di Kota Bandar Lampung setiap harinya tidak ada yang tidak melakukan aktivitas pembangunan
gedung ataupun pemukiman. Hal ini mengakibatkan banyaknya pembuatan daun
pintu dan jendela, kusen pintu dan jendela, kursi, lemari, dan dipan.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku lainnya seperti bekatul di
Kota Bandar Lampung sukar didapatkan, karena bukan pusat pertanian. Sehingga
pembudidaya jamur tiram memperoleh bekatul di wilayah sekitar Kota Bandar
Lampung yang memang merupakan pusat pertanian padi, seperti Kedondong,
Pringsewu, Natar dan Metro.
4. Permintaan
Menurut Erie Maulana Sy (2012: 5) dijelaskan bahwa permintaan pasar jamur
tiram pun kini makin meningkat, seiring pengetahuan masyarakat akan manfaat
jamur tiram yang mengandung banyak khasiat bagi kesehatan. Lebih lanjut,
menurut Ying dalam Erie Maulana Sy (2012: 35) menjelaskan mengkonsumsi
jamur tiram dilaporkan memperbaiki fungsi hati dan membatu kerusakan
gastrotestinal pada manusia.
Hal ini sesuai dengan hasil prasurvey penulis (wawancara, 21 Oktober 2010)
(32)
14
Lampung yang menjelaskan bahwa mengonsumsi jamur tiram dapat mencegah
kanker.
Permintaan jamur di Kota Bandar Lampung pada saat ini belum mencukupi hal ini
sesuai dengan hasil prasurvey penulis yang telah dijelaskan pada latar belakang,
yaitu kebutuhan jamur di Kota Bandar Lampung berkisar 3 ton/harinya.
5. Pertumbuhan Penduduk
Menurut Elang Ilik Martawijaya dan M.Yadi Nurjayadi (2010: 4) menjelaskan
seiring dengan popularitas dan kemasyarakatan jamur tiram, maka permintaan
konsumen dan pasar jamur di berbagai daerah terus meningkat. Kebutuhan jamur
tiram sebanding dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan serta perubahan
pola konsumsi penduduk.
Kota Bandar Lampung yang merupakan salah satu pusat Pendidikan dimana
pertumbuhan penduduknya paling banyak disebabkan oleh migrasi setiap
tahunnya. Tebutinya, Kota Bandar Lampung memiliki Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) dan berbagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Hal ini diterimanya
Mahasiswa baru setiap tahunnya dari berbagai Kabupaten/Kota baik yang berada
di provinsi Lampung maupun luar Lampung.
6. Ketinggian Tempat
Tinggi tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan jamur
tiram, maka usaha budidaya jamur tiram dapat berdiri. Setiap kenaikan 100 meter
(33)
15
Bila perbedaannya cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga akan semakin
tinggi serta akan mempengaruhi pula faktor – faktor lainnya, termasuk penggunaan lahan untuk pemukiman, dan usaha budidaya jamur tiram.
Menurut Parjimo dan Agus Andoko (2010: 10) menjelaskan, bahwa jamur tiram
dapat tumbuh di pada ketinggian 100 meter sampai ketinggian sekitar 600 meter
dari permukaan laut, kelembaban 60 – 80% dan suhu udara 22 – 280C.
Jika melihat potensi fisik yang dimiliki Kota Bandar Lampung bahwa ketinggian
tempat di wilayah bandar lampung bervariasi, yaitu dari ketinggian 0 – 600 meter dari permukaan laut (dpl). hal ini yang dapat dijadikan ukuran prospek kelayakan
budidaya jamur tiram di Kota Bandar Lampung.
7. Agroklimatik
Menurut Edi Suharyanto (2010: 22) dijelaskan:
“jamur tiram umumnya tumbuh subur pada suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram dibedakan dalam dua fase, yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara 22–280C dengan kelembapan 60–70%. Sementara itu, fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara 16– 220C dengan kelembapan 80–90%, intensitas cahaya matahari 60–70%, dan kadar oksigen sekitar 10%”
Berdasarkan pendapat di atas yang penulis maksud dari agroklimatologi yaitu
keadaan cuaca yang mendukungnya prospek usaha budidaya jamur tiram di kota
Bandar Lampung diantaranya yaitu keadaan suhu udara, kelembapan,
pencahayaan. Namun pada penelitian ini kondisi agroklimatik yang akan diteliti
yaitu suhu dan kelembaban udara. Sedangkan pencahayaan tidak dilakukan
(34)
16
8. Kesempatan Berusaha
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, 1997: 308) disebutkan bahwa kesempatan berusaha artinya waktu luang
yang memungkinkan bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan suatu hasil. Selain
itu, berdasarkan hasil prasurvey melalui wawancara dengan pemilik Usaha
Budidaya Jamur tiram yang ada di Kota Bandar Lampung didapatkan bahwa
kebutuhan pasar yang ada di Bandar Lampung akan konsumsi jamur kurang lebih
1,5 ton/hari (hasil wawancara penulis dengan pemilik usaha). Dengan kondisi
inilah yang menjadikan peluang usaha jamur konsumsi khususnya di Kota Bandar
Lampung masih sangat terbuka lebar.
Dengan adanya usaha budidaya jamur, secara tidak langsung dapat membuka
kesempatan bagi masyarakat setempat untuk berusaha (menjadi mitra kerja)
seperti rumah produksi pembuatan baglog (media tanam) ataupun mendirikan
usaha budidaya jamur tiram juga, industri rumah tangga seperti sate jamur, keripik
jamur, usaha-usaha lainnya.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang dikemukakan
sebelumnya, bahwa tingginya permintaan pasar (konsumen) yang tidak diimbangi
oleh jumlah rumah produksi sebagai pengusaha budidaya jamur akan membuka
kesempatan usaha kepada masyarakat. Disamping menciptakan kesempatan
(35)
17
mengenai prospek usaha budi daya jamur ada tingginya permintaan dan pola
konsumsi masyarakat terhadap jamur semakin meningkat.
Tidak hanya itu, mudahnya memperoleh bahan baku media tanam, potensi fisik
dan wisata kuliner dan pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung ikut serta
mendukung untuk beridiri usaha budidaya jamur tiram. Selain itu pula, untuk
mengukur pospek dalam bentuk kelayakan atau tidak layaknya prospek budidaya
jamur digunakanlah analisis usaha dipandang dari sudut geografi yaitu berupa
ketinggian tempat dan keadaan agroklimatik maka dapat disusun kerangka pikir
sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Prospek Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram di Kota Bandar Lampung.
Kondisi Agroklimatologi Pertumbuhan
Penduduk
Tingginya Permintaan
pasar Kesempatan
Berusaha Minimnya
Usaha Budidaya
PROSPEK USAHA
Ketinggian Tempat Kota Bandar Lampung
Bahan Baku Media Tanam
(36)
18
C. Hipotesis
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam ketersediaan
memperoleh bahan baku media tanam.
2. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam permintaan dan
pertumbuhan penduduk, apabila permintaan dan pertumbuhan penduduk
sebanding.
3. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam ketinggian
tempat dengan prospek usaha budidaya jamur tiram.
4. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam kondisi
(37)
19
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan
yanng terdapat dalam penelitian (Masyhuri dan M. Zainuddin, 2008: 151).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripsif.
Menurut Muhammad Ali (1985: 18) yang di maksud metode deskripsif yaitu: “suatu metode yang digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi”.
Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini digunakan untuk
menggambarkan keadaan dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan, dalam rangka menjabarkan faktor-faktor yang mendukung untuk
berdirinya pembudiadayaan jamur tiram di Kota Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2008: 151) populasi adalah serumpun atau
sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran penelitian. Dalam Penenlitian
(38)
20
ada di Kota Bandar Lampung. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
sebanyak 24 pengusaha. Karena jumlah pengusaha budidaya jamur tiram di Kota
Bandar Lampung dapat dijangkau maka peneliti tidak melakukan penarikan
sampel. Sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.
C. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah prospek kelayakan usaha budidaya jamur
tiram.
2. Indikator Penelitian
a. Ketersediaan Bahan Baku Media Tanam
Bahan baku media tanam (Baglog) merupakan bahan sangat penting dalam
pembudidayaan jamur tiram. Dalam pembuatan baglog diperlukan bahan baku,
seperti serbuk gergaji, bekatul. Dengan demikian di Kota Bandar Lampung
memiliki prospek kelayakan usaha budidaya jamur, jika:
1. Layak : dikatakan layak, jika ketersediaan bahan baku seperti
serbuk gergaji dan bekatul mudah didapatkan.
2. Tidak layak : dikatakan tidak layak, jika ketersediaan bahan baku
seperti serbuk gergaji dan bekatul sulit didadapatkan
b. Permintaan
Tingginya permintaan akan jamur tiram yang tidak diiringi dengan rumah
produksi akan mengakibatkan kurangnya permnintaan konsumen terhadap
(39)
21
banyak jamur tiram yang terpenuhi dihitung dalam kilogram (kg). Dengan
demikian di Kota Bandar Lampung memiliki prospek kelayakan usaha budidaya
jamur, jika:
1) Layak : dikatakan layak, jika permintaan konsumen terhadap
jamur tiram selalu meningkat, belum terpenuhi, dan
penjualan selalu habis terjual .
2) Tidak Layak : dikatakan tidak layak, jika permintaan konsumen terhadap
jamur tiram tidak meningkat, terpenuhi dan penjualan
tidak habis terjual.
c. Pertumbuhan Penduduk
Kebutuhan jamur tiram sebanding dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan
serta perubahan pola konsumsi penduduk. Dengan demikian di Kota Bandar
Lampung memiliki prospek kelayakan usaha budidaya jamur, jika:
1) Layak : dikatakan layak, jika kebutuhan jamur tiram sebanding
dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya.
2) Tidak layak : dikatakan tidak layak, jika kebutuhan jamur tiram
sebanding dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya
d. Ketinggian Tempat
Untuk menentukan kelayakan berdirinya suatu usaha budidaya jamur tiram
(40)
22
demikian di Kota Bandar Lampung memiliki prospek kelayakan usaha budidaya
jamur, jika:
1) Layak : dikatakan layak, jika ketinggian tempat usaha berada pada
100–600 meter dpl.
2) Tidak Layak : dikatakan tidak layak jika ketinggian tempat usaha
berada pada < 100 meter dpl atau > 600 meter dpl.
e. Agroklimatologi
Sebelum memulai usaha budidaya jamur, banyak hal yang harus diperhatikan.
Salah satunya adalah penentuan lokas budidaya. Tepat atau tidaknya suatu lokasi
penanaman jelas mempengaruhi pertumbuhan jamur. Hal ini yg menjadi menjadi
alasan layak atau tidaknya usaha berdiri. Untuk menentukan layak atau tidak
layaknya berdirinya suatu usaha budidaya jamur tiram berpatokan kepada
pendapat Edi Suharyanto (2010: 22). Dengan demikian di Kota Bandar Lampung
memiliki prospek kelayakan usaha budidaya jamur, jika:
1) Suhu udara
a. Layak : dikatakan layak, jika suhu antara 22 – 280C b. Tidak layak : dikatakan tidak layak jika, suhu udara < 220C
atau > 280C
2) Kelembaban
a. Layak : dkatakan layak , jika kelembapan udara 60 – 80%. b. Tidak layak : dikatakan tidak layak, jika kelembapan < 60%
(41)
23
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang
dilakukan secara sistematis, dengan prosedur berstandar (Suharsimi Arikunto,
2006: 222). Metode observasi dilakukan untuk melihat secara langsung keadaan
lingkungan, penjualan jamur dipasaran, dan kebutuhan konsumen terhadap jamur
tiram. Selain itu juga memperoleh data mengenai kondisi agroklimatologi, yaitu
dengan menggunakan alat bantu penelitian geografi diantaranya; Global
Positioning System (GPS), higrometer dan termometer, dan kamera.
2. Teknik Wawancara
Dalam bukunya Masri Singarimbun (1995: 192) mengemukakan bahwa salah satu
metode mengumpulkan data ialah dengan jalan wawancara yaitu mendapatkan
informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.
Berdasarkan pendapat diatas, maka teknik wawancara yang dipergunakan
bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari nara sumber yang
berkompeten, dalam hal ini adalah produsen (pemilik) usaha budidaya jamur
tiram,. Selain itu juga teknik wawancara dipergunakan untuk mendapatkan
keterangan-keterangan yang belum ada atau kurang jelas dari data yang sudah
ada. Wawancara ini pula untuk mengorek informasi kebutuhan jamur tiram di
(42)
24
3. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagianya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Teknik penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data tentang hasil produksi, jumlah karyawan, jumlah
penduduk, mata pencaharian, luas wilayah, peta wilayah. Pada teknik
menggunakan catatan-catatan (data) dari arsip usaha budidaya jamur tiram, arsip
Kabupaten/Kota, peta topografi, dan peta foto udara.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa
kuantitatif persentase artinya bahwa data yang diperoleh dari dalam laporan
dimasukkan dalam bentuk tabel tunggal dipersentasekan sebagai dasar interpretasi
untuk memberi pengertian yang jelas terhadap data dalam tabel yang disajikan
dan selanjutnya disusun sebagai laporan dari hasil penelitian.
Sedangkan menurut Arief Sadiman (1990: 96) teknik analisis persentase yang
dilakukan dengan penyususnan distribusi persentase sederhana. Langkah
menyususn distribusi persentase yang pertama adalah membagi jumlah observasi
dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah frekuensi (N),
kemudian setelah dibagi, hasilnya dikalikan 100 untuk menghasilkan persentase.
Distribusi sederhana total (T) dan persentase harus sama dengan 100, namun jika
(43)
25
Adapun rumus mencari pesentase adalah sebagai berikut:
Keterangan:
% : Persentase yang diperoleh f : Variabel
N : Jumlah frekuensi
(44)
69
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Data yang yang diperoleh dalam penelitian ini ditabulsikan, kemudian dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan metode persentase, maka dapat
disimpulkan mengenai kelayakan prospek budidaya jamur tiram. Diantaranya
tersedianya bahan baku media tanam, permintaan konsumen, pertumbuhan
penduduk, ketinggian tempat, dan kondisi agrokliamtologi dengan prospek usaha
budidaya jamur tiram di Kota Balam Lampung dengan hasil sebagai berikut:
1. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam tersedianya
bahan baku media tanam di Kota Bandar Lampung. Hal ini karena
mudahnya memperoleh media tanam sperti dolomit, serbuk gergaji, dan
bekatul. Namun demikian, kebutuhan media tanam berupa serbuk gergaji
mudah diperoleh dan banyak tersedia di Kotabumi dan Lampung Selatan,
mengingat di daerah Kotabumi masih banyak penebangan kayu (hutan
industri). Sedangkan Bekatul berasal dari Bandar Lampung, Metro,
Pringsewu dan Natar
2. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam permintaan
konsumen di Kota Bandar Lampung. Besarnya permintaan, yaitu 3000
kg/hari sedangkan yang tercukupi 1460 kg/hari. Selain itu pula Ada
(45)
70
penduduk. Hal ini dapat diketahui melalui pertumbuhan penduduk Kota
Bandar Lampung, yaitu pertumbuhan penduduk 2,80% pertahun
sedangkan permintaan jamur tiram sebanyak rata-rata 32% pertahun.
Dengan demikian, ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram
pada permintaan dan pertumbuhan peduduk. Hal ini karena permintaan
dan pertumbuhan penduduk sebanding.
3. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam ketinggian
tempat. Ketinggian Kota Bandar Lampung yaitu 0–600 meter dari permukaan laut, merupakan wilayah yang prospektif. Adapun ketingian
tempat yang memiliki prospek usaha budidaya jamur yaitu berada antara
101 – 600 meter dari permukaan laut, yaitu 61,74% dari luas keseluruhan dengan keadaan topografinya bergelombang sampai berbukit dan
bergunung. Sedangkan ada sebanyak 24 tempat usaha yang layak.
4. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam kondisi
agroklimatik. Agroklimat di Kota Bandar Lampung yang mendukung
perkembangan usaha budidaya jamur tiram. Karena keadaan temperatur
udara rata-rata 280C dimana sebanyak 18 tempat usaha memiliki
kelayakan. Sedangkan kelembaban udaranya 77% dimana sebanyak 21
tempat usaha dikatakn layak. Hal ini sesuai dengan kesesuaian tempat
tumbuh jamur tiram yaitu pada kondisi agroklimat, kelembaban 60 – 80% dan suhu udara 22 – 280C.
(46)
71
B. Saran – saran
Adapun saran-saran diantaranya sebagai berikut:
1. Prospek kelayakan budidaya jamur tiram di Kota Bandar Lampung
cenderung di daerah-daerah yang memiliki kondisi vegetasi yang rapat,
dan keadaan topografi atau ketinggian di atas, 100 mdpl. Diharapkan
kepada masyarakat yang berada pada daerah yang syarat tersebut dapat
mendirikan budidaya jamur tiram, mengingat kebutuhan jamur tiram yang
masih tinggi. Dan sebaliknya bagi pembudidaya jamur tiram yang berada
di ketinggian < 100 mdpl sebaiknya pidah ke ketinggian > 100 mdpl.
2. Diharapkan bagi pengusaha untuk meningkatan pengetahuannya dengan
kursus atau pelatihan berbudidaya jamur tiram agar maksimal.
3. Kepada pengusaha budidaya jamur tiram yang berda di daerah yang
memiliki suhu udara lebih tinggi dan atau kelembaban udara lebih rendah
dapat melakuakan manifulasi suhu ataupun kelembaban untuk
menyesuaiakn lingkungan pertumbuhan jamur tiram.
4. Untuk yang memiliki tempat usaha yang luasnya masih sempit agar
(1)
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur berstandar (Suharsimi Arikunto, 2006: 222). Metode observasi dilakukan untuk melihat secara langsung keadaan lingkungan, penjualan jamur dipasaran, dan kebutuhan konsumen terhadap jamur tiram. Selain itu juga memperoleh data mengenai kondisi agroklimatologi, yaitu dengan menggunakan alat bantu penelitian geografi diantaranya; Global
Positioning System (GPS), higrometer dan termometer, dan kamera.
2. Teknik Wawancara
Dalam bukunya Masri Singarimbun (1995: 192) mengemukakan bahwa salah satu metode mengumpulkan data ialah dengan jalan wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.
Berdasarkan pendapat diatas, maka teknik wawancara yang dipergunakan bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari nara sumber yang berkompeten, dalam hal ini adalah produsen (pemilik) usaha budidaya jamur tiram,. Selain itu juga teknik wawancara dipergunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang belum ada atau kurang jelas dari data yang sudah ada. Wawancara ini pula untuk mengorek informasi kebutuhan jamur tiram di Kota Bandar Lampung.
(2)
3. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagianya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Teknik penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil produksi, jumlah karyawan, jumlah penduduk, mata pencaharian, luas wilayah, peta wilayah. Pada teknik menggunakan catatan-catatan (data) dari arsip usaha budidaya jamur tiram, arsip Kabupaten/Kota, peta topografi, dan peta foto udara.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kuantitatif persentase artinya bahwa data yang diperoleh dari dalam laporan dimasukkan dalam bentuk tabel tunggal dipersentasekan sebagai dasar interpretasi untuk memberi pengertian yang jelas terhadap data dalam tabel yang disajikan dan selanjutnya disusun sebagai laporan dari hasil penelitian.
Sedangkan menurut Arief Sadiman (1990: 96) teknik analisis persentase yang dilakukan dengan penyususnan distribusi persentase sederhana. Langkah menyususn distribusi persentase yang pertama adalah membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah frekuensi (N), kemudian setelah dibagi, hasilnya dikalikan 100 untuk menghasilkan persentase. Distribusi sederhana total (T) dan persentase harus sama dengan 100, namun jika ada pembulatan mungkin sedikit beda.
(3)
Adapun rumus mencari pesentase adalah sebagai berikut:
Keterangan:
% : Persentase yang diperoleh f : Variabel
N : Jumlah frekuensi
(4)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Data yang yang diperoleh dalam penelitian ini ditabulsikan, kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode persentase, maka dapat disimpulkan mengenai kelayakan prospek budidaya jamur tiram. Diantaranya tersedianya bahan baku media tanam, permintaan konsumen, pertumbuhan penduduk, ketinggian tempat, dan kondisi agrokliamtologi dengan prospek usaha budidaya jamur tiram di Kota Balam Lampung dengan hasil sebagai berikut:
1. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam tersedianya bahan baku media tanam di Kota Bandar Lampung. Hal ini karena mudahnya memperoleh media tanam sperti dolomit, serbuk gergaji, dan bekatul. Namun demikian, kebutuhan media tanam berupa serbuk gergaji mudah diperoleh dan banyak tersedia di Kotabumi dan Lampung Selatan, mengingat di daerah Kotabumi masih banyak penebangan kayu (hutan industri). Sedangkan Bekatul berasal dari Bandar Lampung, Metro, Pringsewu dan Natar
2. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam permintaan konsumen di Kota Bandar Lampung. Besarnya permintaan, yaitu 3000 kg/hari sedangkan yang tercukupi 1460 kg/hari. Selain itu pula Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam pertumbuhan
(5)
penduduk. Hal ini dapat diketahui melalui pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung, yaitu pertumbuhan penduduk 2,80% pertahun sedangkan permintaan jamur tiram sebanyak rata-rata 32% pertahun. Dengan demikian, ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram pada permintaan dan pertumbuhan peduduk. Hal ini karena permintaan dan pertumbuhan penduduk sebanding.
3. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam ketinggian tempat. Ketinggian Kota Bandar Lampung yaitu 0–600 meter dari permukaan laut, merupakan wilayah yang prospektif. Adapun ketingian tempat yang memiliki prospek usaha budidaya jamur yaitu berada antara 101 – 600 meter dari permukaan laut, yaitu 61,74% dari luas keseluruhan dengan keadaan topografinya bergelombang sampai berbukit dan bergunung. Sedangkan ada sebanyak 24 tempat usaha yang layak.
4. Ada kelayakan prospek usaha budidaya jamur tiram dalam kondisi agroklimatik. Agroklimat di Kota Bandar Lampung yang mendukung perkembangan usaha budidaya jamur tiram. Karena keadaan temperatur udara rata-rata 280C dimana sebanyak 18 tempat usaha memiliki kelayakan. Sedangkan kelembaban udaranya 77% dimana sebanyak 21 tempat usaha dikatakn layak. Hal ini sesuai dengan kesesuaian tempat tumbuh jamur tiram yaitu pada kondisi agroklimat, kelembaban 60 – 80% dan suhu udara 22 – 280C.
(6)
B. Saran – saran
Adapun saran-saran diantaranya sebagai berikut:
1. Prospek kelayakan budidaya jamur tiram di Kota Bandar Lampung cenderung di daerah-daerah yang memiliki kondisi vegetasi yang rapat, dan keadaan topografi atau ketinggian di atas, 100 mdpl. Diharapkan kepada masyarakat yang berada pada daerah yang syarat tersebut dapat mendirikan budidaya jamur tiram, mengingat kebutuhan jamur tiram yang masih tinggi. Dan sebaliknya bagi pembudidaya jamur tiram yang berada di ketinggian < 100 mdpl sebaiknya pidah ke ketinggian > 100 mdpl. 2. Diharapkan bagi pengusaha untuk meningkatan pengetahuannya dengan
kursus atau pelatihan berbudidaya jamur tiram agar maksimal.
3. Kepada pengusaha budidaya jamur tiram yang berda di daerah yang memiliki suhu udara lebih tinggi dan atau kelembaban udara lebih rendah dapat melakuakan manifulasi suhu ataupun kelembaban untuk menyesuaiakn lingkungan pertumbuhan jamur tiram.
4. Untuk yang memiliki tempat usaha yang luasnya masih sempit agar pengaturan tataletak baglog pada kumbung agar hasil jamur lebih banyak.