Teori Behaviorisme Teori Belajar dan pembelajaran
situasi sehingga siswa dapat menafsirkan informasi bagi pemahaman mereka sendiri. Smaldino 2012:14
Walaupun terdapat banyak variasi dalam mendifinisikan pembelajaran konstruktivis terdapat empat kesepakatan umum yaitu, Cooperstein dan Kocevar-
Weidinger 2004:141: 1.
Pembelajar membangun makna mereka sendiri.siswa bukanlah penerima yang pasif.mereka bukan hanya memproses maupun
mentransfer dengan mudah apa yang mereka terima agar pengetahuan berguna dalam situasi baru, siswa harus melakukan upaya yang cukup
bermakna untuk menyesuaikan logika informasi yang datang kepada mereka. Mereka harus memiliki pemaknaan ini, mereka harus
memanipulasi, mencari dan menciptakan pengetahuan mereka yang sesuai dengan system keyakinan mereka sendiri.
2. Pembelajaran baru dibangun di atas pengetahuan terdahulu. Dalam
upaya memahami logika informasi, siswa hars membuat jembatan penghubung antara informasi lama dan informasi baru. Mereka harus
membandingkan dan mengkritisi, menantang dan menyelidiki, menerima atau menolak informasi dan keyakinan lama sebagai upaya
untuk berkembang merespon informasi baru
3. Pembelajaran meningkat dengan adanya interaksi social. Proses
konstrukif bekerja lebih baik dalam setting social karena siswa memilki peluang untuk membandingkan dan berbagi ide-ide mereka
dengan yang lain.pembelajaran terjadi saat siswa berupaya memecahkan benturan-benturan ide. Walaupun interaksi social
seringkali dapat diselesaikan pada aktifitas kelompok kecil, diskusi dalam keseluruhan kelas memungkinkan siswa mengungkapkan
pengetahuan mereka dan belajar dari pengetahuan yang lain. Pembelajaran bermakna berkembang melalui kegiatan autentik. Aspek
konstruktivis ini sering disalahartikan. Menggunakan authentic tas kegiatantugas autentik bukan berarti bahwa kita harus menunggu katak berubah bentuk untuk
mengajarkan metamorphosis. Ini bermakna bahwa aktivitas yang dipilih hendaknya mampu mensimulasikan fakta yang akan ditemui dikehidupan nyata.
Pembelajaran konstructivist biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan, kasus atau masalah. Dalam sesi konstructivist, siswa bekerja pada sebuah masalah
yang mana instruktur akan melakukan intervensi hanya jika diperlukan guna membimbing siswa menuju kearah yang benar. secara asas, instruktur
menghadirkan permasalahan
dan membiarkan
siswa memecahkannya.
Coooperstein dan kocevar-weidinger. 2004:142