PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DI KELAS XI IPA SMA SWASTA YP MARISI MEDA.

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PE MBEL AJARAN KOO PERATI F TI PE TEAM ASSISTE D

INDIVIDUALIZATION DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DI KELAS XI IPA

SMA SWASTA YP MARISI MEDAN

Oleh :

Lisnawati Br Tampubolon NIM.4122111010

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Lisnawati Br Tampubolon dilahirkan di Medan, pada tanggal 28 Juli 1994. Ayah bernama M. Tampubolon dan Ibu bernama L. Simanungkalit. Merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 060944 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 24 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Swasta YP Marisi Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


(4)

iii

Lisnawati Br Tampubolon (NIM : 4122111010) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan yang terdiri dari 2 kelas, sedangkan yang dijadikan sampel terdiri dari dua kelas yang diambil dengan melakukan tes terhadap kelas semua kelas XI IPA yaitu XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen A dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI den XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen B dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan masing-masing jumlah sampel 27 siswa dalam setiap kelas. Instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes essay yang telah valid dengan jumlah soal sebanyak 5 soal. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas eksperimen I sebesar 66,481 dan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen II sebesar 74,259. Hasil perhitungan uji normalitas nilai postest siswa di kelas eksperimen I diperoleh Lhitung = 0,1297 dan Ltabel = 0,1778, karena Lhitung < Ltabelyaitu 0,1297 < 0,1778 maka sebaran data di kelas eksperimen I berdistribusi normal. Sedangkan di kelas eksperimen II diperoleh Lhitung = 0,1635 dan Ltabel = 0,1778, karena Lhitung < Ltabel yaitu 0,1635 < 0,1778 maka sebaran data di kelas eksperimen II berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh Fhitung= 1,26 dan Ftabel= 1,925. Diperoleh bahwa Fhitung <

tabel

F yakni 1,26 < 1,925 maka kedua kelas homogen. Selanjutnya berdasarkan perhiungan uji statistik-t diperoleh nilai thitung= -2,4687 dan ttabel= 2,008, thitung tidak berada dalam interval -2,008 < thitung< 2,008 yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada pokok bahasan Lingkaran di Kelas XI-IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Ibu Dra. Mariani, M.Pd, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, beserta Wakil Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku ketua jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada Bapak Breham Sinaga, S.Pd selaku kepala sekolah SMA Swasta YP Marisi Medan dan kepada Ibu Marni Tinambunan, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian serta para guru dan staf administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.


(6)

v

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda M. Tampubolon dan Ibunda L.Simanungkalit orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan panjang umur Amin. Terima kasih juga buat Abang M. Lambok Oloan Tampubolon, Kakak Meilisa Br Tampubolon, SE dan Adik Hotman P Tampubolon yang telah memberikan do’a, semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat selama perkuliahan Edak Elisa Sinaga, Rosa Intan Nia Sinaga, Ivo Lenni, Thevran, Doksen, Firman, Roy Manalu, Putri Ismila, Maulida, Muhammad Aim, Dhankie, Riski ASL, The Fiveser, Kanura, Ira, Juwita, Iswa, Khairul dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan khususnya DIK B MM 12 yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis. Dan yang terindah teman-teman SMA Mitha F Situmorang, Melisa Hasibuan, Ivana Napitupulu, Franky Panjaitan, Leo Sibarani, Aries Simare-mare, Julvan Bulele, Fransnando Siburian yang sangat luar biasa untuk dukungan, bantuan, memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini, serta ucapan terimakasih penulis kepada ibu Helmi Agustina Hasibuan, S.Pd, M.Si guru tersayang yang selalu ada setiap waktu untuk memotivasi penulis dalam segala apa pun, dan yang selalu diucapkan dalam setiap doa teman Daniel Petrus Martua Sihombing yang sangat luar biasa juga untuk dukungan, motivasi, semangat dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juli 2016

Penulis,

Lisnawati Br Tampubolon


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis 11

2.1.1 Pengertian Belajar 11

2.1.2 Belajar Mengajar Matematika 14

2.1.3 Hasil Belajar 17

2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif 19 2.1.5 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif 24 2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Assisted Individualization 28

2.1.6.1Ciri khas Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI 28

2.1.6.2 Karakteristik Model Pembelajaran Tipe TAI 28 2.1.6.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif


(8)

vii

Tipe TAI pada Penelitian 30

2.1.6.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI 31

2.1.7 Model Pembelajaran Think-Pair-Share 32 2.1.7.1Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS 34

2.1.7.2Teori Belajar yang Mendukung Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 35 2.1.8 Teori Pembelajaran yang Relevan 36 2.1.9 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI

dan TPS 38

2.1.10 Lingkaran 40

2.1.10.1 Pengertian Lingkaran 40

2.1.10.2 Persamaan Lingkaran dengan pusat O(0,0) 40 2.1.10.3 Persamaan Lingkaran dengan pusat (a,b) 41 2.1.10.4 Persamaan Umum Lingkaran 42 2.1.10.5 Garis Singgung Ligkaran 42

2.1.10.5.1 Persamaan Garis Singgung melalui titik pada Lingkaran 42 2.1.10.5.2 Persamaan Garis Singgung bergradien

m dari lingkaran 43

2.2 Kerangka Konseptual 44

2.3 Hipotesis 45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 47

3.2 Populasi dan Sampel 47

3.2.1 Populasi 47

3.2.2 Sampel 47


(9)

viii

3.4 Definisi Operasional 47

3.5 Rancangan Penelitian 49

3.6 Prosedur Penelitian 50

3.7 Instrumen Penelitian 53

3.7.1 Tes Kemampuan 53

3.8 Teknis Analisis Data 53

3.8.1 Kemampuan Penalaran Matematika Siswa 53 3.8.1.1. Menghitung Rata-rata Skor 54 3.8.1.2. Menghitung Standart Deviasi 54

3.8.1.3. Uji Normalitas 54

3.8.1.4. Uji Homogenitas 56

3.8.1.5. Analisis Pengujian Hipotesis 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data dan Hasil Penelitian 58

4.2 Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 58 4.3 Nilai Post-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 59

4.4 Analisis Data Hasil Penelitian 61

4.4.1 Uji Normalitas Data 61

4.4.2 Uji Homogenitas Data 61

4.4.3 Uji Hipotesis Data 62

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian 63

4.5.1 Temuan Penelitian Perbedaan TAI dan TPS dalam

Proses pembelajaran 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 68

5.2 Saran 68


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.0 Hasil Belajar untuk Ketiga Ranah Kognitif,Afektif,

Dan Psikomotorik 18

Tabel 2.1 Ikhtisar dan Perbandingan Model-Model Pembelajaran 21 Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok

Belajar Konvensional 25

Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 27 Tabel 2.4 Pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari enam tahapan 33 Tabel 2.5. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI dan TPS 39

Tabel 3.1 Desain Penilitian Two Group (Pre-Test dan Post-Test) 49

Tabel 4.1 Data Pre-Test 58

Tabel 4.2 Data Post-Test 59

Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pre-Test dan Post-Test Kedua

Kelas 60

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data 61 Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Data 62


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Persamaan lingkaran dengan pusat O(0,0) dan

berjari-jari r 40 Gambar 2.2 Persamaan lingkaran dengan pusat P(a,b) 41 Gambar 2.3 Garis singgung di titik pada Lingkaran 42


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Eksperimen I) 72 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Eksperimen I) 77 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Eksperimen II) 82 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Eksperimen II) 87

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa 1 92

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa 2 95

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa 3 98

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa 4 101

Lampiran 9 Lembar Validitas Pretest 104

Lampiran 10 Lembar Validitas Postest 107

Lampiran 11 Kisi – ksis Pretest 110

Lampiran 12 Kisi – ksis Postest 111

Lampiran 13 Pretest 112

Lampiran 14 Postest 113

Lampiran 15 Kunci Jawaban Pretest 114

Lampiran 16 Kunci Jawaban Postest 118

Lampiran 17 Pengskoran tes hasil belajar 122 Lampiran 18 Lembar Observasi Aktivitas Guru 123 Lampiran 19 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data

Pre-Test Untuk kelas Eksperimen A (Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI) 127

Lampiran 20 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pre-Test Untuk kelas Eksperimen B

(Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS) 129 Lampiran 21 Uji Normalitas Data Pre-Test Dan Post Test 131

Lampiran 22 Perhitungan Uji Homogenitas 136

Lampiran 23 Perhitungan Uji Hipotesis 139

Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 141 Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 142


(13)

xii

Lampiran 26 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 143 Lampiran 27 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 145


(14)

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan yaitu : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada pokok bahasan Lingkaran di Kelas XI-IPA SMA YP Swasta Marisi Medan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ataupun TAI sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Kepada siswa, khususnya siswa SMA YP Swasta Marisi Medan disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam maningkatkan hasil belajar terhadap materi yang sedang dipelajari.

4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah pembangunan manusia dalam upaya menjadikan manusia berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan lembaga suatu negaranya. Bangsa yang berpendidikan adalah bangsa yang berilmu pengetahuan. Matematika merupakan salah satu pelajaran disekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.

Selanjutnya Nurhadi (2004:203) menyatakan bahwa,

Kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang efektif sangat diperlukan dalam kehidupan yang modern yang kompotitif ini. Kemampuan itu dapat dikembangkan melalui belajar matematika.

Berdasarkan pendapat di atas maka, diharapkan perlu adanya peningkatan mutu pendidikan matematika. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di sekolah. Namun saat ini pembelajaran matematika belum berhasil di Indonesia. Hal ini didukung oleh penelitian Zanurie menyatakan bahwa :

Hasil penelitian tim programme of International Student Assessment (PISA) menunjukan, Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literature matematika. Sementara itu, menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada tahun 1999, matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO). Padahal kalau kita teliti lebih dalam lagi, berdasarkan penelitian yang juga dilakukan oleh TIMMS yang di publikasikan 26 Desember 2006, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak di banding Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Tapi kenyataanya, prestasi Indonesia berada jauh dibawah kedua Negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu Malaysia mencapai 508


(16)

2

dan Singapura 605 (400 = rendah. 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Artinya waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih.

Selain itu Mendikbud memaparkan bahwa jumlah peserta UN SMA/MA tahun ajaran 2012-2013 adalah 1.581.286 siswa, dan siswa yang dinyatakan lulus UN berjumlah 1.573.036 siswa sedangkan yang tidak lulus berjumlah 8.250 siswa. Hal itu menunjukan tingkat kelulusan UN SMA/MA tahun ini mencapai 99,48% dan persentase ketidaklulusannya adalah 0,52%. Berarti persentase kelulusan 2013 ini turun 0,02% dari tahun sebelumnya yang mencapai 99,5%.

Rendahnya hasil pembelajaran matematika di Indonesia salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang diselenggarakan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dan kurangnya variasi model yang diterapkan guru.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan perkembangnya bergantung dari matematika. Matematika adalah ilmu dasar yang berkembang pesat baik dari materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga matematika perlu diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cockroft (Abdurrahman, 2012) bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran ruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah menantang.


(17)

3

Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Pada kenyataannya hasil pembelajaran matematika masih memprihatinkan. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan.

Di dalam dunia pendidikan, matematika memegang peranan yang cukup penting. Banyak yang telah disumbangkan matematika untuk kemajuan peradaban manusia. Hudojo (2005:37) menyatakan bahwa matematika suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap anak didik sejak SD bahkan sejak TK. Hal ini dimaksudkan untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerja sama.

Definisi yang diberikan untuk menjelaskan tentang apa dan bagaimana struktur dari matemtika. Hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri, dan karena matematika itu menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat mendeskripsikan dan memprediksi.

Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244) mengatakan bahwa :

Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Sehingga begitu pentingnya membangun kemampuan berpikir matematika, maka matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif. Selain itu, tanpa bantuan matematika, maka semua ilmu pengetahuan tidak akan sempurna. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Lerner (1988:430) mengemukakan bahwa:

Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.


(18)

4

Dari tahun ke tahun sampai sekarang, masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan bahkan menakutkan, sehingga membuat minat belajar sangat rendah seperti orang yang kalah sebelum bertanding. Penyebab dari masalah ini adalah pertama; kurangnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari matematika. Kedua; kurangnya variasi dalam metode pengajaran serta minimnya alat bantu yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari.

Banyak orang yang memandang matematika sebagai pelajaran yang paling sulit. Dari berbagai pelajaran yang diajarkan disekolah, matematika merupakan pelajaran yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak kesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca,dan menulis, kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua pelajaran memerlukan matematika yang sesuai. Ada alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Corkroft (1982: 1-5) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua pelajaran memerlukan ktrampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan daya pikir siswa.

Keberhasilan hasil belajar siswa tergantung pada bagaimana guru menyampaikan suatu pembelajaran. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 2 menyebutkan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan


(19)

5

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Dalam pembelajaran, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu, pembelajaran hendaknya lebih diarahkan pada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban tunggal yang paling tepat).

Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator daripada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.

Seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 65) bahwa :

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya, siswa malas untuk belajar..

Pemilihan metode pengajaran yang tepat akan membantu siswa memahami materi pelajaran matematika. Guru diberi kebebasan dalam memilih metode pengajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan satu metode saja, tetapi harus mampu menggunakan


(20)

6

beberapa metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak guru yang terjebak dalam corak pengajaran konvensional. Terdapat kurangnya intraksi antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kurangnya minat siswa dalam belajar, kurangnya sumber bahan belajar, dan proses pembelajaran yang cenderung pasif, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran adalah melalui variasi model pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada Kamis, 21 Januari 2016 di SMA YP Swasta Marisi Medan yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika masih sangat memprihatikan dan masih perlu dilatih, sulit untuk mengungkapkan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan yang ada. Siswa terlihat kurang terampil berinteraksi antara siswa dengan guru, seperti bekerja sama, menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, menanggapi pertanyaan/ pendapat orang lain. Hal ini menyebabkan kemampuan matematika siswa menjadi rendah pada pokok bahasan Lingkaran. Ini terlihat pada hasil belajar siswa dalam belajar Matematika. Dari yang memiliki pemahaman yang rendah, sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada indikator yaitu translasi (kemampuan untuk mengubah simbol menjadi simbol lain tanpa perubahan makna), interprestasi (kemampuan menjelaskan suatu makna yang terdapat didalam simbol, baik simbol verbal maupun non verbal) dan ekstrapolasi (kemampuan untuk melihat kecendrungan atau kelanjutan dari suatu temuan).

Peneliti juga melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran Matematika pada Kamis, 21 Januari 2016 di SMA YP Swasta Marisi Medan. Hasil wawancara menegaskan bahwa pada proses pembelajaran jarang dilakukan pembelajaran kooperatif apalagi menerapkan model pembelajaran. Dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dengan sejumlah siswa


(21)

7

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Untuk menyelesaikan tugas kelompoknya, siswa saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Saat ini telah terjadi perubahan dalam bidang pendidikan dari bihavioristik (teacher centered) menuju konstruktisme (student centered). Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi, tetapi sebagai fasilisator yang kreatif dan mampu memotivasi siswa serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk proses belajar mengajar.

Model pembelajaran kooperatif menekankan pada kelompok heterogen yang terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial.

Ada berbagai macam tipe dalam model pembelajaran kooperatif, salah satunya yaitu, model pembelajaran kooperatif TAI (Team Assisted Individualition) dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualition) diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai membantu siswa yang lemah. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Jadi dalam tipe ini sangat dituntut kerja sama yang kuat antar anggota kelompok, sehingga pada akhirnya semua anggota kelompok harus bisa memahami konsep dari materi ajar.

Berbeda dengan TAI (Team Assisted Individualition) model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dapat di ajarkan untuk materi lingkaran karena model Think-Pair-Share dapat mempengaruhi interaksi siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini mempermudah guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Strategi Think-Pair-Share berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk


(22)

8

mempengaruhi pola interaksi siswa, karena dalam Think-Pair-Share siswa diberi lebih banyak berpikir untuk merespon saling membantu.

Pemilihan model pengajaran yang tepat akan membantu siswa memahami materi pelajaran matematika. Guru diberi kebebasan dalam memilih model pengajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan satu model saja, tetapi harus mampu menggunakan beberapa model mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak guru yang terjebak dalam corak pengajaran konvensional. Model ini menempatkan guru sebagai inti dalam keberlangsungan proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan Think-Pair-Share sehingga peneliti mengambil judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.’’

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka timbul beberapa masalah dalam peneliti ini yaitu :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan di benci siswa.

2. Siswa kurang tertarik belajar matematika karena pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan.

3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru.

4. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization atau Think-Pair-Share dalam pembelajaran matematika belum diterapkannya.


(23)

9

1.3. Batasan masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah yaitu Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas yang menjadi rumusan masalah adalah : Apakah terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi Siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 2. Bagi Guru, sebagai pengetahuan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan Think-Pair-Share.


(24)

10

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika dan Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dimasa yang akan datang.


(25)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Arends, RichardI, (2012), Learning To Teach Ninth Edition, McGraw-Hill Companies, New York.

Bloom, Benjamin S.. 1966. Taxonomy of Educational Objectives. New York: David McKay

Cockroft, W. H., (1982), Mathematics Count, Commercial Colour Press, London.

FMIPA Unimed, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, Fmipa, Medan.

Gagne, Robert M. (1988). Principle of Instructional Design. New York: Holt Rinehart & Winston

Hamalik, Oemar, (2001), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hamid, Abdul, (2014), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pascasarjana Unimed, Medan.

Hamzah, H.M.A., dan Muhlisrarini, (2014), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang..


(26)

70

Johnson, D,W.; & Johnson, R. T,. 1984 Cooperation in the Classroom. Minneapolis: Interaction Book Company.

Johnson, Doris J,; & Myklebust, Halmer R.. 1967. Learning Disabi-lities. New York: Grume &Stratton.

Joyce, B. dan Weil, M. (1980). Models of Teaching. Englewood Cliff, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Lerner, J.W.. 1988.Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching Strategies. New Jersey: Houghton Mifflin Company.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM Press.

Romiszowski. A. J.. 1981. Designing Instructional System. New York: Nichols Publishing.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Schoen, H. L.(1976). Self paced mathematics instruction: How effective has it been Arithmetic Teacher.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.


(27)

71

Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi Paikem, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Usodo Budi, (2009), Wahana Matematika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.


(1)

mempengaruhi pola interaksi siswa, karena dalam Think-Pair-Share siswa diberi lebih banyak berpikir untuk merespon saling membantu.

Pemilihan model pengajaran yang tepat akan membantu siswa memahami materi pelajaran matematika. Guru diberi kebebasan dalam memilih model pengajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan satu model saja, tetapi harus mampu menggunakan beberapa model mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak guru yang terjebak dalam corak pengajaran konvensional. Model ini menempatkan guru sebagai inti dalam keberlangsungan proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan Think-Pair-Share sehingga peneliti mengambil judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted

Individualization dan Tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran

di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.’’

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka timbul beberapa masalah dalam peneliti ini yaitu :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan di benci siswa.

2. Siswa kurang tertarik belajar matematika karena pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan.

3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru.

4. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization atau Think-Pair-Share dalam pembelajaran matematika belum diterapkannya.


(2)

1.3. Batasan masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah yaitu Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas yang menjadi rumusan masalah adalah : Apakah terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan tipe Think-Pair-Share Pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas XI IPA SMA Swasta YP Marisi Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi Siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 2. Bagi Guru, sebagai pengetahuan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan Think-Pair-Share.


(3)

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika dan Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dimasa yang akan datang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Arends, RichardI, (2012), Learning To Teach Ninth Edition, McGraw-Hill Companies, New York.

Bloom, Benjamin S.. 1966. Taxonomy of Educational Objectives. New York: David McKay

Cockroft, W. H., (1982), Mathematics Count, Commercial Colour Press, London.

FMIPA Unimed, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, Fmipa, Medan.

Gagne, Robert M. (1988). Principle of Instructional Design. New York: Holt Rinehart & Winston

Hamalik, Oemar, (2001), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hamid, Abdul, (2014), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pascasarjana Unimed, Medan.

Hamzah, H.M.A., dan Muhlisrarini, (2014), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang..


(5)

Johnson, D,W.; & Johnson, R. T,. 1984 Cooperation in the Classroom. Minneapolis: Interaction Book Company.

Johnson, Doris J,; & Myklebust, Halmer R.. 1967. Learning Disabi-lities. New York: Grume &Stratton.

Joyce, B. dan Weil, M. (1980). Models of Teaching. Englewood Cliff, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Lerner, J.W.. 1988.Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching Strategies. New Jersey: Houghton Mifflin Company.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM Press.

Romiszowski. A. J.. 1981. Designing Instructional System. New York: Nichols Publishing.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Schoen, H. L.(1976). Self paced mathematics instruction: How effective has it been Arithmetic Teacher.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.


(6)

Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning : Teori & Aplikasi Paikem, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Usodo Budi, (2009), Wahana Matematika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

0 15 87

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS,).

0 2 23

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DENGAN TIPE TAI ( TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PADA MATERI POKOK SEL DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ONANRUNGGU TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

0 1 17

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS

0 2 15

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

0 0 10