Radio Budaya Karo (1983-1997)

(1)

RADIO BUDAYA KARO (1983-1997) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Nama : YUNI VIKTORIA BR SEMBIRING Nim : 080706004

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

RADIO BUDAYA KARO (1983-1997) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

Nama : YUNI VIKTORIA BR SEMBIRING Nim : 080706004

Pembimbing,

Dra. Ratna, M.S. NIP. 131415907

Skripsi ini diajukan kepada panitia Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Ilmu Budaya

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi RADIO BUDAYA KARO (1983-1997)

Yang diajukan oleh:

Nama : Yuni Viktoria Br Sembiring Nim : 080706004

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing, Tanggal, 5 April 2013

Dra. Ratna, M.S NIP. 131415907

Ketua Departeman Sejarah Tanggal, 5 April 2013

Drs. Edi Sumarno, M. Hum NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP 196409221989031001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN:

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal : 11 April 2013 Hari : Kamis

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis. MA NIP 195110131976031001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M. Hum ( ) 2. Drs. Nurhabsyah, M.Si ( )

3. Dra. Ratna, M.S ( )

4. Dra. Penina Simanjuntak, M.S ( )


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerah, kasih dan penyertaanNya yang selalu Penulis terima, termasuk sepanjang proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu Sejarah.

Suatu kebahagian tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “RADIO BUDAYA KARO (1983-1997)” , sebab dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam pengerjaan skripsi ini. Akan tetapi, Penulis merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf pengajar Departemen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi yang memiliki pembahasannya yang sama kedepannya.

Medan, April 2013 Penulis,

NIM: 080706004


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini bukan semata-mata kerja keras penulis sendiri. Namun, banyak pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk dukungan materi maupun moril. Oleh karenanya, penulis di sini berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka, yaitu:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, Dr. Syahron Lubis, M. A

2. Ketua Departemen Sejarah, Drs. Edi sumarno, M. Hum, dan Sekretaris Departemen Sejarah, Drs. Nurhabsyah, M.Si yang telah memberikan dukungan dan arahan kepada penulis

3. Dra. Ratna, M.S. selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. selaku Dosen wali dan selalu memberi semangat selama masa perkuliahan

5. Dosen Departemen sejarah yang telah memberikan amal ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.

6. Soliana Tarigan selaku pimpinan Radio Budaya Karo, Indra pradipta Bangun atas bantuannya memberikan informasi penulisan skripsi ini

7. Seluruh responden dan pihak yang telah memberikan data untuk penulisan skripsi ini yang namanya tidak bisa penulis tuliskan secara satu persatu.

8. Kepada kedua orang tua saya tersayang, T. S.Kembaren dan S. Br .Brahmana yang telah memberikan cinta kasihnya kepada penulis dari kecil hingga selama kuliah,


(8)

selalu mendoakan dan memberikan semangat, motivasi kepada Penulis. Penulis menyadari tanpa kasih sayang mereka dan materi yang diberikan, penulis tidak bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari tanpa kerja keras mereka penulis tidak akan bisa kuliah.

9. Kepada kakak saya tersayang Eka Verawati Sembiring yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan doa kepada penulis setiap harinya. Buat adik-adik saya Desi Nimia Sembiring, Ratika Sembiring terima kasih buat dukungan dan doanya. 10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang dikejar deadline skripsi Hotman

Siagian, Evi Christina, Wenny, Yhanie, Resty, Husein, Glorika, Fahmi, Azis. Teristimewa sahabat terbaik penulis Riana H. Hutagaol .

11. Christian Tarigan sebagai teman berbagi, selalu mendengar setiap keluhan yang ada dan tetap memberikan perhatian dan semangat.

12. Buat stambuk 2009, 2010 terimakasih selalu mengingatkan “kapan wisuda kak” Akhirnya, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga segala amal baik mereka mendapatkan balasan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Terima Kasih dan skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2013 Penulis


(9)

ABSTRAK

Radio adalah satu media penyiaran. Penyiaran adalah kegiatan penyelenggaraan siaran radio maupun televisi, yang diselenggarakan oleh organisasi penyiaran radio atau televisi. Objek dari organisasi penyiaran adalah siaran. Siaran ditujukan kepada khalayak yang dapat menerima siaran melalui sarana komunikasi massa yang lahir di dunia berkat perkembangan teknologi elektronika, yaitu pesawat radio atau televisi.

Radio Budaya Karo merupakan salah satu radio swasta yang berada di kota Kabanjahe. Radio Budaya Karo kebanyakan menyajikan acara-acara dalam siarannya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan budaya Karo. Misalnya lagu-lagu Karo, informasi tentang Taneh Karo dan yang lain sebagainya. Sehingga pendengar dari radio ini secara keseluruhan merupakan masyarakat masyarakat Karo.

Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen penyiaran sebagai motor penggerak organisasi penyiaran dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran. Dalam hal ini, menejemen yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu bagaimana radio Budaya Karo di dalam mengelola penyiarannya.

Metode penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Radio Budaya Karo didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.

Kesimpulan penelitian ini adalah Radio Karo akhirnya mampu bertahan dan mampu bersaing dengan radio-radio lainya di Kabanjahe. Radio Budaya Karo terbuka terhadap pendengar dan menerima saran dan kritik dari para pendengarnya yang dijadikan sebagai bahan evaluasi demi peningkatan Radio Budaya Karo. Hal ini membuat Radio Budaya Karo dapat tetap bertahan dan semakin berkembang karena selalu terbuka terhadap pendengar dan mengikuti perkembangan tehnologi serta mampu menyesuaikan siarannya sesuai selera pendengar. Terbukti Radio Budaya Karo mampu bersaing dengan radio-radio swasta lainnya yang ada di Kabanjahe.


(10)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMAKASIH ii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 5

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 6

1.4Tinjauan Pustaka 6

1.5Metode Penelitian 8

BAB II GAMBARAN UMUM RADIO

2.1 Sejarah Radi 10

2.2 Sejarah Radio di Indonesia………...11 2.3 Sejarah Radio di Medan………16 2.4 Radio Siaran Swasta dan Keunggulannya 22

BAB III SEJARAH BERDIRINYA RADIO BUDAYA KARO

3.1 Terbentuknya Radio Budaya Karo...30

BAB IV PERKEMBANGAN RADIO BUDAYA KARO

4.1 Manajemen dan Struktur Organisasi……….36 4.2 Rekrutman Penyiar...……….………...42 4.3 Iklan ……….43


(11)

4.4 Sumber Materi Siaran dan Acara Siaran………..….47 4.5 Frekuensi Gelombang Radio………52 4.6 Audiens...53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 57

5.2 Saran 58

DAFTAR PUSTAKA ……….….60

DAFTAR ILFORMAN ………...62


(12)

ABSTRAK

Radio adalah satu media penyiaran. Penyiaran adalah kegiatan penyelenggaraan siaran radio maupun televisi, yang diselenggarakan oleh organisasi penyiaran radio atau televisi. Objek dari organisasi penyiaran adalah siaran. Siaran ditujukan kepada khalayak yang dapat menerima siaran melalui sarana komunikasi massa yang lahir di dunia berkat perkembangan teknologi elektronika, yaitu pesawat radio atau televisi.

Radio Budaya Karo merupakan salah satu radio swasta yang berada di kota Kabanjahe. Radio Budaya Karo kebanyakan menyajikan acara-acara dalam siarannya yaitu hal-hal yang berhubungan dengan budaya Karo. Misalnya lagu-lagu Karo, informasi tentang Taneh Karo dan yang lain sebagainya. Sehingga pendengar dari radio ini secara keseluruhan merupakan masyarakat masyarakat Karo.

Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen penyiaran sebagai motor penggerak organisasi penyiaran dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran. Dalam hal ini, menejemen yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu bagaimana radio Budaya Karo di dalam mengelola penyiarannya.

Metode penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang Radio Budaya Karo didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interprtasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.

Kesimpulan penelitian ini adalah Radio Karo akhirnya mampu bertahan dan mampu bersaing dengan radio-radio lainya di Kabanjahe. Radio Budaya Karo terbuka terhadap pendengar dan menerima saran dan kritik dari para pendengarnya yang dijadikan sebagai bahan evaluasi demi peningkatan Radio Budaya Karo. Hal ini membuat Radio Budaya Karo dapat tetap bertahan dan semakin berkembang karena selalu terbuka terhadap pendengar dan mengikuti perkembangan tehnologi serta mampu menyesuaikan siarannya sesuai selera pendengar. Terbukti Radio Budaya Karo mampu bersaing dengan radio-radio swasta lainnya yang ada di Kabanjahe.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Radio merupakan salah satu media yang efektif bagi masyarakat karena jangkauannya yang luas dan dapat menembus berbagai lapisan masyarakat1

Penemuan radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa awalnya diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Selanjutnya Le De Forrest melalui eksperimen siaran radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1916, sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio siaran.

. Radio juga disebut sebagai ”sahabat” yang dapat menemani kegiatan sehari-hari para pendengarnya, karena berfungsi sebagai alat penghibur, penyampai informasi, dan melaksanakan fungsi pendidikan bagi masyarakat.

Sejarah penemuannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat. Donald Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.

Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda, di antaranya adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia dijuluki scientific father of

wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang

elegtromagnetik, yaknigelombang yang digunakan radio dan televisi.

2

1

Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal.60. 2


(14)

Radio siaran pertama di Indonesia dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, bernama Bataviase Radio siaran Vereniging (BRV). Radio siaran ini didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 di Batavia dan berstatus sebagai radio swasta. Ketika Belanda menyerah pada Jepang 8 Maret 1942, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku (HKK). HKK merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta dan menyebarkan cabang-cabang di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang dengan nama Hoso

Kyoku. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku

saja.

Sampai pada masa Awal Kemerdekaan RI, radio siaran masih dikuasai oleh Jepang hingga ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia berita ini tidak dapat disiarkan secara langsung melalui radio siaran. Akan tetapi akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat dikumandangkan di udara melalui radio siaran

stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”.

Sejarah Radio Republik Indonesia dimulai sejak pendiriannya secara resmi pada tanggal 11 September 1945. Abdulrahman Saleh adalah salah satu tokoh yang mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, jln Menteng Dalam, Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama

Sampai akhir tahun 1966 Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Sebagai media massa, RRI mempunyai fungsi menghibur, mendidik dan penerangan. Ketiga fungsi ini dilaksanakan oleh RRI. RRI hadir di tengah-tengah


(15)

masyarakat, menjalankan misi (tujuan) mulia yang dapat dipertanggung jawabkan. Fungsi pendidikan artinya RRI merupakan sarana untuk menyiarkan acara pendidikan kepada pendengar yang jumlahnya begitu banyak. Fungsi pendidikan mengandung maksud bahwa siaran yang disajikan berusaha menambah pengetahuan masyarakat. Fungsi hiburan mengandung pengertian, RRI memberikan hiburan bagi pendengar, sehingga pendengar merasa senang dan terhibur. Fungsi pendengaran mengandung arti bahwasanya RRI mampu menyiarkan informasi kepada masyarakat sehingga mereka tahu peristiwaa apa saja yang terjadi di dalam maupun di luar negeri.

RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara yang siarannya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial, RRI berfungsi memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional.3

3

Ibid., hal. 104-144

Di samping RRI, pada tahun 1966 muncul radio-radio swasta di Indonesia. Radio swasta pertama di medan mulai ada pada tahun 1968. Pada tahun 1970 radio swasta disahkan oleh pemerintah. Pada tahun 1990 jumlah stasiun radio yang ada di Indonesia meningkat, karena pihak swasta banyak yang mendirikan stasiun radio untuk kepentingan mereka. Di Kabanjahe keberadaan radio swasta dimulai pada tahun 1980, dan radio swasta pertamanya bernama Radio Budaya Karo. Disebut Radio Budaya Karo karena dulu lagu-lagu yang diputar kebanyakan lagu Karo dan tema acaranya pun banyak membicarakan tentang budaya Karo.


(16)

Radio Budaya Karo didirikan pada tanggal 3 Mei 1983. Radio Budaya yang bermula dari ide dan keinginan para pemuda di Kabanjahe untuk mendirikan radio siaran dengan peralatan yang masih sangat minim dan sederhana. Pada masa itu, peran media lain sangat terbatas dari jangkauan berbagai lapisan masyarakat, sehingga radio menjadi begitu penting dalam hal penyebaran informasi dan hiburan bagi masyarakat. Sebagai radio swasta pertama di Kabanjahe, radio ini menjadi pilihan karena dalam dalam siarannya Radio Budaya Karo kerap menampilkan lagu-lagu Karo dan sering membahas tentang Kebudayaan Karo, sehingga radio ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar setianya dan radio ini dapat mengalahkan RRI.

Pada tahun itu juga, Radio Budaya Karo menjadi PT (Perseroan Terbatas) untuk memenuhi peraturan pemerintah RI, dan 6 tahun kemudian (1983) resmi memperoleh izin siaran dari Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia dengan Coll

sign PM 3 CEH. Kemudian, pada tahun 1997 Radio Budaya Karo berubah nama menjadi

Radio Bahana Kusuma (RBK)4

Setelah perubahan nama ini, maka Gelombang Amplitudo Mudulation (AM) yang digunakan selama ini yang lebih mementingkan jangkauanya siaran, diubah ke Frekuensi . Perubahan nama ini dilakukan karena Radio Bahana Kusuma dianggap dapat menjadi wadah bagi kaum muda dalam menggunakan waktunya secara maksimal dan positif dalam suasana yang santai, menghibur, mendidik / edukatif, serta ikut mencerdaskan generasi muda bangsa dalam keadaan santai dan menghibur, juga menyebarluaskan informasi ke khalayak pendengar.

4

Radio ini didirikan oleh Hendri Bangun, Rahmat Bangun, Makmur Bangun. Mereka ini adalah pengusaha.


(17)

Modulation (FM) , yaitu 99,5 FM. Gelombang FM lebih jernih dan jangkauan siarannya lebih luas. 5

Radio RBK FM selalu berusaha menyajikan program-program yang berkualitas untuk menarik minat pendengar dan mencari strategi-strategi baru dalam meningkatkan siaran radio tersebut. RBK FM memiliki ciri khas lain yang dapat menarik minat dengar khalayak Kabanjahe, yaitu RBK FM selalu menyajikan informasi seputar tanah karo setiap sore. Adapun waktu yang diangkat dalam penelitian ini adalah tahun 1983-1997. Tahun 1983 Dalam bidang siaran RBK FM lebih mendominasi acara hiburan. Hal ini semakin meningkatkan jumlah pendengar RBK, terutama dari kalangan muda. Pola penyesuaian acara dengan kelompok umur adalah teknik yang sering digunakan oleh kelompok radio swasta untuk meningkatkan kuantitas pendengar dari kelompok umur tertentu.

Hal yang menarik dari semua stasiun radio swasta yang ada di Kabanjahe adalah Radio Bahana Kusuma FM atau yang lebih akrab dengan sebutan RBK FM ini mengkhususkan siaran radio bagi anak muda. Akhirnya RBK FM dirancang khusus untuk anak muda. RBK FM menyajikan hal-hal yang up to date bagi anak muda masa kini. Misalnya saja musik yang sedang hits, gosip anak muda, trend, hingga lifestyle. RBK FM juga memiliki acara khusus anak muda, seperti nongkrong anak band dan acara curhat. Walaupun demikian RBK FMtidak hanya dikomsumsi oleh kalangan anak muda tetapi juga dikonsumsi oleh kalangan ibu rumah tangga, buruh, dan lain-lain. Hal ini menjadi kelebihan, sekaligus dijadikan daya tarik minat dengar khalayak, khususnya anak muda kota kabanjahe.oleh karena itu radio ini menjadi radio swasta yang sukses dan mampu bertahan sampai saat ini di Kabanjahe ditinjau dari segi pendengarannya dan aktivitas siarannya.

5

Herley Prayuda, Radio Suatu Pengantar Untuk Wacana dan Praktek Penyiaran, Jakarta: Bayu Media, 2000, hal. 23-25


(18)

diambil sebagai periode awal penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan Radio Budaya Karo menjadi Radio Bahana Kusuma FM.

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin penulis kaji yaitu: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Radio Budaya Karo? 2. Bagaimana perkembangan Radio Budaya Karo?

1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang sudah terlebih dahulu dirumuskan dalam rumusan masalah. Sehingga harus relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian penulis.

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini antara lain untuk: 1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Radio Budaya Karo. 2. Menje perkembangan Radio Budaya Karo dari tahun 1983-1997.

Manfaat penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk;

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah penelitian tentang radio, khususnya di sumatera utara

2. Untuk dijadikan referensi.

3. Dapat menjadi landasan evaluasi bagi Radio Budaya Karo untuk lebih meningkatkan peran dan fungsinya di dalam masyarakat.

1.4Tinjauan pustaka

Adapun salah satu buku yang digunakan sebagai Tinjauan Pustaka adalah buku karangan Onong Uchjana Efendy (1986) yang berjudul Radio Siaran Teori Dan Praktek


(19)

menjelaskan perbedaan antara siaran radio yang dikelola oleh pemerintah, dengan radio yang dikelola oleh swasta. Buku ini menjelaskan bahwa siaran radio pemerintah berorientasi pada kepentingan pemerintah dan dominan bersifat informatif. Hal ini berbeda dengan siaran radio swasta seperti Radio Budaya Karo yang berorientasi sesuai dengan selera masyarakat. Radio swasta harus memenuhi permintaan ini sebab siaran ini memperoleh biaya periklanan yang disampaikan kepada masyarakat. Ciri ini yang membuat siaran radio swasta lebih banyak diminati oleh masyarakat dari pada siaran radio yang dikelolo oleh pemerintah.

Buku kedua yang digunakan penulis adalah Teknik Dan Komunikasi Penyiar Televisi- Radio- Mc oleh M. Hamid Bari (1995). Buku ini berisi tentang seorang Penyiar Radio itu harus memiliki kemampuan untuk secara langsung dapat menumbuhkan kepercayaan pendengarnya terhadap segala informasi yang disampaikannya. Buku ini menjelaskan bahwa peranan penyiar sangat penting dalam suatu acara di radio, kadang pendengar gemar mendengarkan radio karena sikap dan tutur bahasa penyiarnya yang bagus dan memiliki ciri khas tersendiri. Penulis menggunakan buku ini sebagai tinjauan pustaka karena perkembangan Radio Budaya Karo juga tidak terlepas dari peranan penyiarannya. Radio Budaya Karo memiliki sikap dan tutur bahasa yang baik dan memiliki pendekatan emosional dengan pendengarannya.

Buku ketiga yang digunakan penulis adalah Komusikasi Massa oleh Elvinaro Ardianto, dkk. (2004) Buku ini menjelaskan pengertian tentang komunikasi massa dan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat. Buku ini digunakan penulis sebagai tinjauan pustaka Karena buku ini menjelaskan tentang komunikasi massa dan ini berhubungan dengan judul skripsi penulis tentang radio.


(20)

Jernita Simanjuntak dalam skripsinya (2007) Sejarah Stasiun Radio Pt Echo Lima 41

Medan (1968-1992), menjelaskan bahwa Radio Echo Lima 41 Medan radio yang dikelola

oleh pihak swasta. Radio yang dikelola oleh pihak pengusaha atau swasta pada dasarnya disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan permintaan pasar. Echo lima sangat terbuka terhadap pendengar dan menerima saran dan kritik dari para pendengarnya yang dijadikan sebagai bahan evaluasi demi peningkatan Radio Echo Lima 41. Hal ini yang membuat Echo Lima 41 dapat tetap bertahan dan semakin berkembang karena selalu terbuka terhadap pendengar dan mengikuti perkembangan teknologi serta mampu menyesuaikan siarannya sesuai selera pendengar dan tidak melupakan jiwa jamannya. Skripsi ini dijadikan sebagai bahan perbandingan antara radio swasta yang ada di Medan dengan radio swasta yang ada di Kabanjahe yang hampir mempunyai kemiripan, misalnya dari segi pengelolaannya, yaitu sama-sama dikelola oleh pihak pengusaha atau swasta. Radio ini juga sama-sama lebih mengutamakan acara hiburan.

1.5Metode penelitian

Di dalam melakukan penelitian ini, maka diperlukan metode penelitian, dalam hal ini adalah metode sejarah. Adapun metode sejarah terbagi dalam empat langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Langkah pertama yang penulis kerjakan yaitu heuristik. Heuristik adalah pengumpulan sumber-sumber atau data yang terkait dengan objek penelitian penulis. Dalam hal ini penulis akan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) yaitu pengumpulan berbagai sumber tertulis seperti buku, arsip, dokumen, koran, artikel yang dianggap mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami permasalahan. Sebagai buku yang penulis peroleh untuk penulisan skripsi ini adalah buku-buku dari


(21)

perpustakaan Universitas Sumatera Utara seperti, Teknik Dan Komunikasi Penyiar Televisi- Radio-Mc oleh M. Hamid Bari (1995), buku karangan Onong Uchjana Efendy (1986) yang berjudul Radio Siaran Teori Dan Praktek. Dokumen, arsip dan poto-poto didapat dari Radio Budaya Karo. Field research (penelitian lapangan) yaitu mencari informasi melalui metode sejarah lisan dan teknik yang digunakan adalah wawancara. Penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak, seperti wawancara dengan pimpinan Radio Budaya Karo, beberapa karyawan dan pendengar. Sesuai dengan rencana penulis yang ingin mewawancarai para pendiri ternyata tidak bisa dilakukan karena mereka sudah meninggal dunia.

Langkah kedua yaitu kritik sumber (verifikasi). Setelah sumber sejarah yang dibutuhkan terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan atau keaslian sumber yang di dapat. Dalam melakukan kritik sumber atau penyeleksian penulis akan melakukan kritik dalam bentuk kritik intern dan ektern . Dalam kritik intern yang maka harus dilakukan adalah menelaah dan memferifikasi kebenaran isi atau fakta sumber baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, laporan, dan arsip) maupun sumber lisan (wawancara). Kritik ektstern yang dilakukan dengan cara memverifikasi untuk menentukan keaslian sumber baik sumber lisan maupun sumber tulisan. Hal ini dilaksanakan agar penulis dapat menghasilkan suatu tulisan yang benar-benar objektif yang berasal dari data yang terjaga keasliannya dan keobjektifannya tanpa ada unsur subjektifitasan yang mempengaruhi hasil penulisan.

Langkah ketiga yang dilakukan yaitu interpretasi, metode ini akan dilakukan untuk memastikan hasil penelitian ini dengan cara memaparkan dengan hasil penelitian yang bdilakukan oleh penulis.


(22)

Langkah selanjutnya dan yang terakhir yaitu historiografi, yaitu tahap akhir dari penulisan, atau dapat juga dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu penulisan yang diperoleh dari fakta-fakta, dilakukan secara sistimatis dan kronologis.


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM RADIO 2.1 Sejarah Radio

Radio sudah mengalami perkembangan dari masa ke masa dan membuat sejarah perkembangan radio itu sendiri. Berikut, penulis akan membuat sejarah perkembangan radio baik itu secara mendunia dan sejarah radio di Indonesia6. Pada tahun 1860, Duke of Devonshire menghadiahkan sebuah institut riset baru dalam bidang eksperimental kepada Universitas Camridge dan James Clerk Maxwel terpilih sebagai ketua pertama. Laboratorium itu disebut Cavendish. Dari hasil penelitian nya, Maxwel kemudian menghasilkan sebuah teori yang mengatakan bahwa gelombang elektromaknetis merambat dari ujung yang satu ke ujung yang lain dengan kecepatan cahaya. Ketika gelombang ini dilepaskan dari keping metal pada induktor, kedua bola pada celah ressonator dihubungkan dengan bunga api. Untuk pertama kalinya gelombang elektro magnetis telah dibuat secara sistematis. Namun demikian, tidak semua ahli dan ilmuan yang percaya akan teori yang dikemukakan oleh Maxwel tersebut. Baru setelah sepuluh tahun Maxwel meninggal dunia, teori nya dibuktikan kebenarananya oleh seorang ahli fisika bangsa Jerman, Heinrich Hertz. Pada tahun 1887, Hertz menyusun suatu mesin induksi di salah satu sudut laboratoriumnya. Di sudut lainya, ia membuat suatu resonator, yang terbuat dari cincin kawat konduktor yang berbentuk bola dengan jarak celah kira-kira beberapa milimeter7

6

Onong Uchyana Efendi, Ilmu, Teori dan Filsafat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 156-170 7

Ibid., hal. 146-147

. Penggunaan awal radio adalah maritim, untuk mengirimkan pesan telegraf dengan menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal adalah Angkatan Laut Jepang yang memata-matai armada Rusia ketika perang Thusima pada tahun 1901. Radio digunakan juga untuk menyalurkan perintah


(24)

dan komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut dikedua belah pihak pada perang dunia 11. Jerman menggunakan komunikasi radio untuk menyamapikan pesan diplomatik kepada AS ketika perang berlangsung.

Setelah perang dunia 11 selesai dan setiap negara kembali menumpahkan perhatianya kepada pembangunan di dalam negeri masing-masing, radio siaran pun mulai mengalami kemajuan yang pesat. Perang dunia tersebut telah menghasilkan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi radio, mulai dari mikrofone dan pesawat penerima sampai pemancar tampak pengembangan yang jauh lebih maju daripada tahun-tahun sebelum perang. Mikrofon semakin peka, dan pemancar mempunyai daya jangkau yang lebih jauh.

Kemajuan teknologi bidang radio ini mengundang perhatian para pemimpin di berbagai negara untuk mencegah terjadinya pengaruh mempengaruhi antara satu negara dengan negara yang lain yang bias memimbulkan kerugian 8

Radio pertama di Indonesi (pada waktu itu bernama Nederland Hindia Belanda) ialah

Bataviase Radio Vereningin (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan tanggal 16 Juni 1925. Radio siaran di Indonesia selama penjajahan belanda dahulu mempunyai status swasta. Setelah munculnya BRV, maka muncul pula stasiun-stasiun radio yang lain yang bersifat ketimuran seperti Nederlansch Indische Radio Omroeap Mij (Nirom) di Jakarta, Bandung dan Medan, Solosche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse

Vereniging Voor Oosterse Radio Omroep Luisteraars (VOLR) di Bandung, Vereniging Voor

Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chieneese en Inheemse Radio Luisteraars

Vereniging Oos Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse Radio Omroep (EMRO) di

.

2.2 Sejarah Radio di Indonesia

8


(25)

Madiun, dan lain-lain. Radi sekian banyak radio itu, yang paling besar adalah NIROM karena mendapatkan bantuan dari pemerintahan Belanda yang lebih bersifat mencari keuntungan finasial dan membantu kukuhnya penjajahan Belanda menghadapi semangat kebangsaan kalangan penduduk pribumi yang berkobar sejak tahun 1908, lebih-lebih setelah tahun 1928.

Sebagai pelopor lahirnya radio usaha Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan pada tanggal 1 april 1933 yang didirikan oleh Mangkunegoro V11 seorang bangsawan Solo dan seorang insinyur bernama Ir. Sarsito Mangunkusumo.

Banyaknya siaran radio yang munucul membuat NIROM. NIROM yang pada awalnya adalah radio yang mensubsidi radio yang bersifat ketimuran diatas menarik dan mengurangi subsidinya. Hal tersebut dilakukan untuk mematikan radio-radio yang bersifaat ketimuran. Hal tersebut menjadi berita yang sangat mengejutkan bagi radio-radio yang bersifat ketimuran diatas.

Pada tanggal 29 maret 1937, atas usaha Volksraad M. Sutarjo Karthohadikusuma dan Ir. Sarsito Mangunkusumo diselenggarakan sebuah pertemuan diantara radio-radio yang bersifat ketimuran yang bertempat di Bandung dan hasil dari pertemuan itu melahirkan badan baru bernama Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) dan yang menjadi ketua adalah Sutardho Kartohadikusumo.

Sejak saat itu, PPRK berusaha agar dapat berjalan sepenuhnya tanpa bantuan dari NIROM. Pada saat bersamaan, situasi semakin panas karena api perang di Eropa yang menyebabkan Negeri Belanda berada dalam situasi sulit dan membutuhkan bantuan dari negara jajahannya. Hal tersebut membuat pemerintahan Belanda menjadi lunak. Pada tanggal 1 November 1940, tercapailah tujuan PPRK untuk menyelenggarakan siaran pertama.


(26)

Pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah pada Jepang. Sejak itu, bekas kawasan Hindia Belanda beralih ke pemerintahan Jepang. Radio yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku yang merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya bernama Hoso Kyoku terdapat di bandung, Purwokerto, Yokya, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Di samping stasiun-stasiun tadi, setiap Hoso Kyoku memiliki cabang disetiap kabupaten-kabupaten. Semua pesawat disegel, agar masyarakat tidak bisa mendengarkan siaran luar negeri selain radio yang dimiliki pemerintah jepang. Dalam pemerintahan Jepang ini, kebudayaan dan kesenian mendapat kemajuan yang pesat, jauh sekali dibandingkan ketika pemerintahan Belanda.

Tanggal 14 Agustus 1945, terdengar berita bahwa Jepang telah menyerah kalah tanpa syarat kepada tentara sekutu, setelah Jepang mengalami serangan bom atom yang hebat di Hirosiman dan Nagasaki. Seperti yang disebutkan diatas, rakyat tidak diperbolehkan mendengarkan siaran luar negeri. Namun, di kalangan pemuda terdapat orang yang dengan resiko kehilangan nyawa tetap mendengarkan radio siaran luar negeri dan mengetahui bahwa Jepang telah menyerah.

Tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Pada awalnya, teks proklamasikan akan disiarkan secara live, namun karena sejak tanggal 15 Agustus stasiun radio dijaga ketat oleh tentara Jepang, maka proklamasi itu baru boleh disiarkan pada malam harinya, tepanya pukul 19.00 dan hanya dapat didengar oleh penduduk sekitar Jakarta. Namun, atas usaha Sachrudin, seorang wartawan kantor berita Domei dan para penyiar Hoso Kanri Kyoku, Jusuf Ronodipuro dan Bachtiar Lubis serta para petugas teknik Suwardio dan Ismaun Irsan. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah


(27)

bersejarah itu dapat dikumandangkan di luar batas tanah air dengan resiko para petugas nya diberondong oleh tentara Jepang. Siaran ini mengudara dengan gelombang-gelombang pendek yaitu 16 meter, 19 meter, 24 meter, 24 meter, dan 45 meter PMH. Namun, walaupun pemerintah Jepang sudah kalah, mereka tetap memerintahkan kepada orang-orang radio agar menghentikan siarannya. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam. Sebuah pemancar gelap telah diusahakan dan tidak lama kemudian berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call Radio Indonesia Merdeka.

Pada tanggal 15 Agustus 1950 jam 08.05, presiden Soekarno menyatakan bahwa seluruh Indonesia sejak hari itu menjadi Negara Kesatuan dengan nama Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945. sejak itu pula, radio siaran di Indonesia meliputi 22 studio kembali ke call: Di sini Radio Republik Indonesia.

Sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah. Pada tahun itu, terjadi banyak perubahan dalam masyakarat akibat pergolakan politik, yakni beralihnya pemerintahan Soekarno ke pemerintahan Soeharto atau yang lebih dikenal dengan sebutan perubahan orde lama ke orde baru. Situasi peralihan ini merupakan kesempatan baik bagi mereka yang mempunyai hobi radio amatiran untuk mengadakan radio siaran.

Radio amatiran adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya. Sifatnya “two way traffic communication” dalam bentuk percakapan. Radio ini tidak mengadakan program acara seperti kesenian, sandiwara, warta berita, dan lain sebagainya. Seorang amatir adalah seorang pemraktek teknik radio yang melakukan komunikasi dengan rekannya untuk menguji kemampuannya mengenai daya jangkauan kapasitas pemancar yang dibuatnya.


(28)

Berdasarkan UU no. 5/TH.1964 dalam rangka usaha penertiban dan pengarahan kepada hal-hal yang positif, maka pada tahun 1970, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah no. 55 tahun 1970 tentang radio siaran non pemerintah yang mengatakan bahwa radio non pemerintah berfungsi sosial sebagai alat pendidik, alat penerangan dan alat hiburan, dan bukan untuk kegiatan politik. Dalam peraturan itu ditentukan bahwa radio siaran non pemerintah harus berfungsi sosial sebagai alat pendidik, alat penerangan, dan alat hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.

Meskipun bidang radio siaran adalah pendidikan, penerangan dan hiburan, namun operasinya tidak menutup kemungkinan untuk siaran-siaran yang bersifat komersial. Namun demikian, dalam pelaksanaannya mengikuti ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku mengenai usaha-usaha bersifat komersial, antara lain dalam bidang perpajakan.

Sampai dengan tahun 1980, jumlah stasiun radio non RRI tercatat 948 buah yang terdiri dari 379 stasiun komersial, 26 stasiun non komersial, dan 136 stasiun radio pemerintah daerah. Badan radio non pemerintahan tersebut terhimpun dalam satu wadah yaitu Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesi (PRSSNI). Organisasi yang didirikan pada tanggal 17 Desember 1974 berkedudukan di ibukota Republik Indonesia.

RRI sendiri sejak tahun 1975 telah mengembangkan diri terutama dalam sarana fisik dan mencatat bahwa tahun ini adalah tahun terbentuk suatu sistem jaringan yang dapat menghubungkan pusat dengan daerah dan daerah dengan daerah. Pada tahun 1974, RRI memiliki stasiun radio sebanyak 47 buah dengan jumlah pemancar 118 yang meliputi 1.113,75 KW, pada tahun 1975 ditambah dengan sebuah stasiun dengan jumlah 130 pemancar dengan kapasitas 1.132,75 KW. Jumlah pemancar pada tahun 1979-1980 tercatat 174 buah meliputi 2.612,75 KW.


(29)

Dalam bidang elektronika, pada tanggal 17 Agustus 1976 mempunyai arti yang sangat penting bagi Indonesia dengan diluncurkannya satelit Komunikasi Palapa. Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa ini merupakan media yang sangat ampuh bagi siaran (radio, televisi, telepon, teleks dan lain-lain) guna mencapai 147 penduduk Indonesia yang menghuni 13.677 pulau di Nusantara9

Sejarah perkembangan radio di Medan dimulai pada zaman penjajahan Belanda, sama seperti perkembang radio di Jakarta (Batavia) pada sekitar tahun 1930-an. Di Jakarta pendiri siaran radio swasta dipelopori oleh orang belanda , hal yang sama terjadi juga di Medan yang tercatat sebagai perdiri pertama radio swasta di Medan adalah seorang Belanda bernama Meyer. Ia adalah seorang direktur perusahaan bioskop Nibem yang merasa tertarik juga kepada bidang radio. Pada tahun 1930, Meyer pertama kali mendirikan radio swasta yang bernama “Meyer Omroep Voor Allen” (MOVE)

2.3 Sejarah Radio DI Medan

10

Pada masa itu di Sumatera Timur sudah berdiri banyak perusahaan perrkebunan besar milik Belanda, usaha Meyer itu menarik beberapa pengusaha perkebunan bangsa Belanda, sehingga mereka mengikuti jejak Meyer mendirikan radio swasta untuk kepentingan perusahaan mereka, setelah pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda mendirikan radio siaran swasta di Medan, maka terbentuklah sebuah organisasi radio bernama ”Algemeene

Vereniging Radio Omroep Medan” (AVROM) yang juga dipelopori oleh

pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda11

9

Ibid., hal. 156-170 10

RRI Nusantara1 Medan (tampa penerbit), Sejarak Singkat RRI Nusantara 1 Medan, Medan: 1977, hal. 24

11

Ibid., hal. 28

. Setelah beberapa tahun berdirinya MOVA dan AVROM di Medan, barulah menyusul berdirinya NIROM. Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui


(30)

dengan jelas bahwa siaran radio di Medan sekitar tahun 1930-an didominasi oleh pengusaha-pengusaha Belanda dengan sendirinya siaran radio di Medan pada masa itu ditujukan untuk kepentingan siaran radio dalam bidang komersial.

Pada tanggal 13 maret 1942 tentara Jepang sudah mulai menduduki kota Medan. Sejak saat itu, mereka tidak mengijinkan penduduk mendengarkan siaran radio luar negeri, sebab menurut pandangan jepang siaran tersebut dapat mempengaruhi sikap rakyat Indonesia terhadap Jepang. Oleh sebab itu mereka segera menyita pesawat radio kepunyaan penduduk.

Dipihak lain Jepang memerlukan siaran Radio untuk kepentingan propaganda mereka, tentara pendudukan jepang menyelenggarakan siaran Radio sendiri, radio Jepang di daerah-daerah penting yang mereka duduki bernama Hoso Kyoku, stasion radio Hoso Kyoku

di Medan Baru, berdiri lebih kurang setahun setelah tentara Jepang menduduki kota Medan. Alat-alat radio milik NIROM sebahagian tidak dapat dipergunakan lagi dan alat-alat pemancar, sebahagian besar sudah dirusak oleh Belanda menjelang masuknya Jepang, hal inilah yang membuat tertundanya siaran radio tersebut.

Menjelang akhir tahun 1942, tiba di Medan orang-orang Jepang yang akan meminpin radio Jepang Hoso Kyoku, pada mulanya terletak di Jalan Balai Kota sekarang. Jepang kemudian mempergunakan sebuah gedung, bekas milik perusahaan Deli Maatschappy yang terletak di Sei Kambing, Jalan Binjai Medan. untuk menjalankan administrasi pemerintah Jepang tetap mempekerjakan bekas pegawai kantor Belanda, tetapi untuk kegiatan Medan

Hoso Kyoku tidak demikian halnya. Penyelenggaraan administrasi dan siaran serta bidang

tehnik, pimpinan Medan Hoso Kyoku segera membuka lowongan pekerjaan bagi para peminat bangsa Indonesia, ternyata lebih dari 400 orang mendaftarkan diri sebagai pelamaran


(31)

untuk bekerja pada Medan Hoso Kyoku. Mereka terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia. Setelah melalui seleksi yang cukup ketat akhirnya yang dapat diterima hanya 7 orang saja12

12

Chairul Arif, “RRI Nusantara III Medan Sejarah dan Perkembangannya 1955-1997”, Skripsi, Medan: Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, 1996, hal. 24-25

. Pada masa pendudukan Jepang, rasa kebangsaan Indonesia yang sejak lama mendambakan kemerdekaan makin menyala-nyaala, oleh sebab itu di antara para pegawai bangsa Indonesia yang bekerja pada Medan Hoso Kyoku, ada yang bekerja secara diam-diam dan rahasia berusaha memanfaatkan siaran Medan Hoso Kyoku untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia, seperti misalnya menyiarkan sebanyak mungkin lagu-lagu Nasional yang diciptakan komponis-komponis Indonesia.

Bagi orang-orang Indoesia bekerja pada radio Jepang Hoso Kyoku, bukan sesuatu yang enak karena mereka selalu diawasisehingga tidak punya kebebasan. Selain mengamat-amati, orang jepang tidak segan-segan melakukan tindakan kejam terhadap pegawai-pegawai Indonesia yang bekerja pada Medan Hoso Kyoku, mereka mendapat berbagai pengalaman dalam bidang keradioan, ternyata kelak sangat berguna ketika mereka melakukan kegiatan radio untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan do Proklamasikan.

Pengumuman secara resmi mengenai kemerdekaan Indonesia di lakukan di Medan, pada tanggal 30 september 1945. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Gubernur Mr. T. Hasan, setelah bulan Agustus 1945 bertemu dengan Bung Karno dan Bung Hatta di Jakarta. Setelah pengumuman itu, para pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat di Medan terus menerus melakukan kegiatan, untuk mengujudkan kekuasaan Republik Indonesia di Medan atau Sumatera Timur umumnya, sebelum tentara sekutu menduduki Kota Medan.


(32)

Pada saat pasukan sekutu telah berada di Medan, maka alat pemancar dicoba pada malam hari serta dilakukan hubungan dengan Jakarta. Dalam siaran percobaan ini mereka menggunakan “Stasiun Call”: “Inilah Radio Negara Indonesia di Medan”. alat pemancar tersebut berkekuatan 300 watt, dengan demikian siaran hanya menjangkau daerah Medan dan sekitanya.

Kehadiran pasukan sekutu dan Netherlands Indies Civil Administration (Nica) di Medan sejak bulan Oktober 1945, ternyata bukan hanya untuk mengurus kepentingan sekutu, tetapi juga mendukung kepentingan Belanda yang ingin kembali mengsejak bulan Oktober 1945, ternyata bukan hanya untuk mengurus kepentingan sekutu, tetapi juga mendukung kepentingan Belanda yang ingin kembali menguasai daerah Sumatera Timur. Banyak terdapat perusahaan perkebunan milik Belanda. Pasukan sekutu ternyata memberi dukungan untuk kepentingan penjajahan Belanda.Oleh karena kehadiran mereka dari semula menang sudah tidak di sukai rakyat, maka suasana permusuhan dari hari ke hari semakin terasa antara pihak Indonesia dan pasukan sekutu maupun Nica13

Kenyataan ini menunjukkan, betapa liciknya cara-cara yang dipergunakan oleh NICA untuk mencapai tujuannya. Gelombang siaran radio Indonesia yang telah popular di tengah masyarakat, sengaja di pergunakann untuk kepentingan propaganda penjajah. Pada bulan

.

Pada tahun 1947 NICA berhasil menduduki kota Medan. mereka mulai menyelenggarakan siaran radio yang dikelola oleh Dienst Voor Lager Contacten (DLC) yaitu dinas yang menghubungi tentara Belanda. Siaran radio yang diselenggarakan oleh DLC tersebut menggunakan call: Radio Sumatera”.

13


(33)

November 1947, Radio Sumatera kepunyaan Nica di Medan mulai memperluas siaran dengan acara yang mempergunakan bahasa Indonesia.

Namun demikian ternyata rakyat Indonesia di Sumatera tidak pernah lemah semangatnya, dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, malah sebaliknya Belanda sendiri yang semakin terdesak, hingga harus menyerahkan kedaulatan ketangan bangsa Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.

Dari sejak berdirinya pada tanggal 11 September 1945 di Jakarta, RRI senantiasa seirama dengan gerak perjuangan bangsa Indonesia dan perkembangan politik Republik Indonesia. Oleh karena itu dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS), maka seluruh siaran-siaran radio, baik RRI maupun radio Belanda Radio Omroep In Overgangstijd

(ROIO) di satukan menjadi Radio Republik Indonesia Serikat. Dengan demikian, maka sejak awal tahun 1950 radio Belanda ROIO yang berkedudukan di Medan dibentuk menjadi Radio Republik Indonesia Serikat.

Pada awal tahun 1950 Radio Republik Indonesia Serikat di Medan mempergunakan “stasiun call”: “Disini Radio Republik Indonesia Medan”. tetapi setelah bulan Februari “stasiun call” tersebut diubah menjadi Radio Republik Indonesia Serikat14

Sejalan dengan perubahan yang terjadi, maka atas keputusan pemerintah Republik Indonesia, sejak tahun 1950 seluruh stasiun radio kepunyaan pemerintah kembali menjadi Radio Republik Indonesia (RRI). Oleh karena itu maka sejak bulan Oktober 1950, Radio Republik Indonesia Serikat di Medan berubah pula kedudukannya menjadi Radio Republik Indonesia dengan “stasiun call”: “Disini Radio Republik Indonesia Medan”. pimpinan RRI

.

14

M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Terj. Dharmo Hardjowidjono, Yogyakarta: Gajah Mada University, 1991, hal. 350


(34)

Medan pada waktu itu adalah Soeratno yang kemudian diganti oleh Loetan Soetan Toenaro pada bulan November yaitu pimpinan RRI Padang yang dipindahkan ke Medan.

Setelah dua tahun RRI Medan berkumandang diudara, maka terjadilah peristiwa penting dimana RRI diuji kemampuannya yaitu harus meliput peristiwa bersejarah, dengan menyelenggarakan PON ke-III di Medan dan pemberontakan DII/TII di Aceh.

Pada tanggal 20-27 September 1953, tibalah saatnya RRI Medan menghadapi suatu tugas yang cukup berat, yang belum pernah dilaksanakan RRI Medan sebelumnya. Pada tahun itu Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke-III di selenggarakan di Medan. PON tersebut merupakan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia karena selain mengandung aspek persatuan, juga untuk pembinaan olah raga (atlit) maka seluruh kegiatan itu harus diliput oleh RRI Medan, agar dapat diketahui oleh masyarakat luas, bukan saja di daerah Sumatera Utara tetapi juga di seluruh Indonesia. Untuk kegiatan penyiaran PON ke III selain mendapat tambahan sebuah alat pemancar juga di datangkan tenaga dari RRI Jakarta, untuk bekerja sama dengan RRI Medan.

Setelah di selenggarakannya PON ke III di Medan, terjadi suatu perubahan bagi perkembangan kota Medan sebab terjadi kota utama di Sumatera. Prospek yang demikian itu melahirkan gagasan untuk membangun suatu studio baru bagi RRI Medan, untuk menggantikan studio sederhana yang terletak di jalan serdang, karena kota medan terus berkembang menjadi kota besar, di perkirakan memerlukan satu stasiun radio yang lebih sempurna.

Di Sumatera terdapat lima stasiun RRI yaitu RRI Medan, Banda Aceh, Bukit Tinggi, Padang dan Palembang. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala Jawatan Radio Maladi, pada tanggal 1 Agustus 1945, presentase antara siaran kata dan music RRI adalah,


(35)

20% untuk siaran berita, 10% untuk siaran pemeritahan dan penerangan umun, 5% untuk siaran pendidikan, 53% untuk siaran music, 25% untuk meliputi kesenian daerah, 15 % untuk kesenian Indonesia baru, 5% untuk variasi, 8% untuk kesenian asing. RRI merupakan primadona di angkasa Sumatera Utara, bahkan di Pulau Sumatera15

Radio amatir adalah komunikasi dua arah melalui radio dengan status amatir yang telah diakui. Kegiatan Amatir Radio adalah kegiatan melatih diri dengan saling komunikasi dan penyelidikan teknik radio yang diselenggarakan oleh para amatir radio. Para amatir radio merupakan orang yang memiliki hobi dan bakat dibidang teknik elektronika radio dan

.

Musik merupakan salah satu cabang kesenian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan kegiatan RRI dimanapun juga. Sejak munculnya RRI Medan pada tahun 1950, kelompok-kelompok musik yang terdapat di Medan seperti Orkes Rayuan Kencana pimpinan lily Suheiry, Orkes Terang Bulan Pimpinan B.J. Supardi dan Orkes Rayuan Kesuma pimpinan T. Sahdan ikut aktif mengisi acara siaran music di RRI Medan.

Sejalan dengan perkembangan RRI Medan yang dilakukan pada tahun 1950-an, maka pada bulan Desember 1954 didirikan Orkes Studio Medan (OSM) di bawah pimpinan komponis Lily Suheiry. Puluhan musisi terkemuka di Medan ikut menjadi anggotanya, sehingga pada tahun 1950-an Orkes Studio Medan muncul sebagai salah satu kelompok musik atau orkes terkemuka di Indonesia. Untuk menjamin mutu musisi yang ikut menjadi anggota Orkes Studio Medan, dari Jakarta sengaja didatangkan komponis dan musisi nasional terkenal seperti Saiful Bahri, Iskandar Suwandi dan Gito Martoyo, untuk menguji para musisi yang akan menjadi anggota orkes tersebut.

2.4 Radio Siaran Swasta dan Keunggulannya

15


(36)

komunikasi tanpa maksud komersial. Selain itu para amatir radio menggunakan radio amatirisme sebagai wadah dengan tujuan pribadi tanpa mencari keuntungan keuangan serta mendapat izin untuk mengoperasikan pesawat amatir radio. Makna amatir itu adalah seseorang yang menekuni suatu hobi tanpa dibayar, ia tidak dibayar untuk melakukan komunikasi, mempelajari lebih dalam lagi di bidang itu, dan tidak dibayar demi kepuasan dan kesenangan hatinya sendiri.

Kegiatan radio amatir di Indonesia diwadahi oleh organisasi-organisasi seperti Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI). Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia berdiri pada 8 April 1968 dan berubah namanya pada kongres pada tahun 1975 menjadi Organisasi Amatir Radio Indonesia dengan singkatan sama yaitu ORARI . Pada tahun 1977 ORARI resmi menjadi anggota IARU. ORARI adalah salah satu organisasi amatir radio yang diakui oleh Republik Indonesia. Sejak tahun 1970-an ORARI berkembang karena semakin banyaknya penggemar radio amatir di Indonesia mengunakan radio sebagai alat berkomunikasi sehingga terjalin komunikasi antar perorangan atau komunitas radio amatir Selain ORARI pada akhir akhir ini muncul pula beberapa Organisasi yang Resmi maupun tidak resmi16

Semakin maraknya radio amatir milik warga Medan, membuat pemerintah mengeluarkan peraturan sebagai upaya penertiban dan mengkoordinasi radio-radio yang tidak memiliki izin resmi menyiar. Akhirnya, pada tahun 1970 dikeluarkan peraturan pemerintah untuk memisahkan radio Amatir dengan propesional yaitu PP No 55/1970. Pada tahun 1960an bermunculanlah radio- radio swasta di Medan. adanya radio swasta membuat

.

16

Alex Boby Irvanda Hutasoit, “Organisasi Amatir Radio Indonesia di Sumatera Utara (1968-1988)”, Skripsi, Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, 2007, hal. 32-37


(37)

para pengusaha menyadari bahwa stasiun radio bisa menjadi lahan bisnis dan semakin banyaknya para pengusaha lain yang ingin bersaing di dunia penyiaran.

Secara historis radio siaran swasta telah melalui rangkaian perjalanan panjang penuh dinamika yang terlepas dari bagian sejarah perjalanan politik bangsa sejak berakhirnya pemerintahan orde lama. Pada awal kelahirannya, radio siaran swasta merupakan intensitas komunikasi bagi perjuangan mahasiswa dan pelajar ketika turut berperan melawan rezim orde lama. Pada masa itu radio siaran swasta masih disebut dan berstatus amatir bertebar dalam bentuk komunitas kampus. Sepanjang pemerintahan Orde Baru kehidupan Radio Siaran Swasta (RSS) walaupun berkembang tetapi penuh dengan keresahan karena sewaktu siaran sering ada razia penggerebekan dan dilarang mengudara karena dianggap mengganggu aktifitas penerbangan pesawat atau siaran Radio pemerintah dan tidak pernah mendapat perlindungan hukum karena undang-undang tentang penyiaran belum ada.

Radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme radio amatir yang dimotori kaum muda diawal Orde Baru tahun 1966. Secara yudiris keberadaan radio siaran swasta akhirnya diakui, dengan persyaratan, penyelenggaraan ber-Badan hukum dan dapat menyesuaikan dan ketentuan Peraturan Pemerintah RI nomor 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta pengawasan. Stasiun radio mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan acara siaran unntuk disampaikan kepada pendengar. RSS pada masa lalunya hanya berdasarkan PP No. 55 tahun 1970, yang semula dimaksudkan hanya sebagai pengatur kesemrawutan penggunaan frekuensi radio. Pada masa Orde Baru, radio siaran swasta juga tampil memainkan peranan sebagai komunikator masyarakat.


(38)

Dari data tahun 1980 yang terdaftar dibalai monitor Ditjen Postel Kelas II Medan jumlah RSS di Sumatera Utara sekarang ini tercatat : 103 Stasiun (tidak termasuk RRI) dengan pertumbuhan sebagai berikut:

1. Tahun 1980 :Medan : 17 sts Dati II : 3 sts 2. Tahun 1990 :Medan : 19 sts Dati II : 23 sts 3. Tahun 2000 :Medan : 20 sts Dati II : 35 sts 4. Tahun 2003 : Medan :19 sts Dati II :73 sts

Sebagai media elektronika, radio mempunyai sifat yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Lambang komunikasi radio bersifat auditif, terbatas pada rangkaian suara/bunyi yang hanya menerpa indera telinga. Radio tidak menuntut khalayaknya untuk memiliki kemampuan membaca, tidak menuntut kemampuan melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar. Begitu sederhananya persyarakat yang dituntut radio. Dengan keterbatasan itu, radio memiliki keunggulan. Sejalan dengan kemajuan teknologi, generasi pesawat radio kini amat canggih. Banyak radio transitor berukuran kecil dengan kemampuan daya tangkap yang tinggi, serta harganya yang relative murah. Orang dapat membawanya kemana-mana. Jadi siapa saja, kapan saja, mengenai apa saja, orang bias mendengarkan acara siaran radio. Karenanya pemakaian radio telah memasyarakat, mulai dari kalangan paling bawah sampai kalangan paling atas.

Penggunaan radio amat peraktis, seseorang hanya menghidupkan pesawat radionya, lalu mendengarkan. Apabila tidak mengenai program yang didengar, ia tinggal mengatur dan menekan tuning pengubah gelombangdan mencari siaran yang memenuhiseleranya. Demikian banyaknya stasiun pemancar radio, apabila diperkotaan membuat kemudahan


(39)

untuk mencari program yang disukai. Ketika mendengar siaran radio, seseorang bisa sambil mengerjakan aktifitas lainya. Hal ini sulit dipenuhi oleh media lainnya. Sambil memasak, atau mengerjakan pekerjaan lain dirumah, ibu-ibu dapat mendengar radio. Saat bertugas di kantor, seorang karyawan bisa menyimak informasi atau menikmati hiburan melalui pesawat radio. Saat berjalan atau mengendarai kendaraan, radio banyak digunakan sebagai penghibur, atau sebagai penambah pengetahuan.

Sebagai media massa, radio siaran swasta mempunyai karakteristik yang tidak dipunyai oleh media lain yaitu:

1. Auditori, radio adalah suara, untuk didengar karena isi siarannya bersifat sepintas lalu dan tidak dapat diulang. Pendengar tidak mungkin menoleh kebelakang sebagaimana pembaca koran yang bisa kembali pada tulisan yang sudah dibaca atau mengulang bacaan.

2. Transmisi, proses penyebarluasan atau penyampaian pesan kepada pendengar dengan melalui pemancar.

3. Mengandung gangguan, seperti timbul tenggelam dan gangguan tehnis “chanel noise factor”

4. Theater of mind, karena radio dapat menciptakan gambar dalam imajinasi

pendengar dengan kekuatan kata atau suara. Pendengar hanya bisa membayangkan dalam imajinasinya apa yang dikemukakan penyiar, bahkan tentang sosok penyiarannya sendiri.

5. Identik dengan musik, karena radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan music. Dalam hal musik, radio memiliki daya surprise seketika untuk member kejutan,


(40)

karena pendengar biasanya tidak tau lagu-lagu apa yang disajikan, berbeda dengan memutar kaset yang sudah bisa ditebak urutan lagunya.

6. Media siaran sangat fleksibel, murah dan tidak terbatas pada gerak, ruangan, serta waktu

7. Memiliki kecepatan dan ketepatan didalam mencapai khalayak.

8. Kemampuan yang tinggi di dalam menghimpun dan membentuk opini massa

9. Dapat dengan cepat menyesuikan format siaran menurut kondisi serta situasi.

10.Pendengar radio mencakup wilayah sangat luas dengan jumlah khalayak melampui media manapun.

Di samping itu radio siaran mempunyai peran dan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam bidang:

1. Informasi

Dengan mendengar radio masyarakat dapat mengetahui informasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai sumber informasi dengan keunggulannya yang cepat dan dengan daya jangkauannya yang mampu diperdengarkan terhadap masyarakat luas secara seksama. Informasi yang disampaikan selintas melalui radio menjadi pengetahuan tentang suatu kejadian atau peristiwa atau tentang pendapat seseorang, setidaknya tentang pokok-pokoknya.

2. Pendidikan

Radio tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga berfungsi sebagai alat pendidikan yang mana sangat berguna bagi masyarakat umum untuk menambah pengetahuan seperti siaran agama, bahasa, dan lain-lain. Fungsi pendidikan dapat didengarkan bisa dalam bentuk dialog, wawancara. Misalnya tentang bahaya narkoba, HIV, dan dapat dilakukan dengan sandiwara,


(41)

jadi disamping masyarakat dapat terhibur juga mendapat pengetahuan tentang bahaya Narkoba dan HIV.

3. Hiburan

Fungsi radio sebagai hiburan sudah sangat dirasakan oleh masyarakat dan ini merupakan fungsi yang lebih dominan yang dirasakan oleh masyarakat dari radio. Siaran radio menyajikan acara-acara berupa lagu-lagu, olah raga dan lain sebagainya, yang dapat didengarkan oleh siapa pun tanpa adanya klasifikasi.

Sebagai media komunikasi, radio juga memiliki keunggulan dibandingkan media komunikasi lainnya, yaitu:

1. Cepat dan langsung. Sarana cepat, lebih cepat dari koran ataupun tv, dalam menyampaikan informasi kepada publik tampa melalui proses yang rumit dan butuh waktu yang banyak seperti tv atau sajian media cetak. Hanya dengan melalui telefon, reporter radio dapat secaralangsung menyampaikan berita atau melaporkan peristiwa yang ada dilapangan.

2. Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya sekali. Orang mendengarkan radio dalam secara berkelompok tetapi biasanya mendengarkannya sendirian, seperti di mobil, di dapur, di kamar tidur, dan sebagainya.

3. Dekat. Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengarnya. Pembicaraannya langsung menyentuh aspek pribadi.

4. Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan suara penyiar dan sering kali berpikir bahwa penyiar adalah seorang temen baik mereka.


(42)

5. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografi, demografis, SARA (suku, agama, ras, antargolongan), dan kelas sosial. Hanya tunarunggu yang tak mampu mengkonsumsi atau menikmati radio.

6. Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga media pesawat televise, pesawat radio relatif jauh lebih murah, pendengarpun tidak dipungut bayaran sepersenpun untuk mendengarkan radio.

7. Bisa mengulang. Radio memiliki kesementaraan alami sehingga berkemampuan mengulang informasi yang sudah disampaikan secara cepat

8. Fleksibel. Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktivitas yang lain, seperti memasak, mengemudi, belajar, dan membaca Koran atau buku.


(43)

BAB III

Sejarah Berdirinya Radio Budaya Karo

3.1 Terbentuknya Radio Budaya Karo

Seperti yang telah disebutkan terdahulu bahwa perkembangan radio swasta di Medan pada tahun 1980 sudah mencapai 17 stasiun radio. DI Kabanjahe keberadaan radio swasta dimulai pada tahun 1983, dan radio swasta pertama bernama Radio Budaya Karo. Awal radio ini berdiri hanya sekedar hobi saja. Barulah pada tanggal 3 Mei 1983 Radio Budaya Karo resmi didirikan oleh Hendri Bangun, Rahmat Bangun, dan Makmur Bangun, dengan menggunakan AM (Amplitudo Modulation). Peresmian Radio Budaya Karo tanggal 3 Mei 1983. Pada hari selasa mereka menghadap kepada Raskami Sembiring, Serjana Hukum, Notaris di Medan, dengan dihadiri para saksi. Adapun yang berkepentingan membuat akte ini adalah

1. Tuan Hendry Bangun, partikulir, bertempat tinggal di Kabanjahe, Jl Veteran, Gang Kembang No 6

2. Tuan Rahmat Bangun, partikulir, bertempat tinggal Kabanjahe, Jl Veteran, Gang Kembang No 6

3. Tuan Makmur Bangun, partikulir, bertempat tinggal di Medan, Jl Kapiten Pattimura No 595-A

Akte itu menerangkan bahwa mereka secara bersama-sama mendirikan suatu perseroan terbatas. Perseroan ini diberi nama “P.T. Radio Budaya Karo”, berkedudukan dan berkantor pusat di Kabanjahe, Jl Veteran, Gang Kembang nomor 6. Maksud dan tujuan pendirian perseroan ini adalah menjalankan usaha penyelenggaraan radio siaran (pancaran radio) non pemerintah bersifat komersial, antara lain mengangkat radio siaran untuk


(44)

usaha-usaha penerangan, pendidikan, hiburan dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah nomor 55 Tahun 1970 dan surat keputusan Menteri Penerangan nomor 39/KEP/MEMPEN/1971.

Modal perseroan ini berjumlah Rp 5.000.000, (lima juta rupian), terbagi atas 100 (seratus) saham, masing-masing atas permohonan direksi. Semua saham dikeluarkan atas nama pemiliknya. Nama pemiliknya dicatat pada surat-surat saham oleh direksi.

Radio ini didirikan untuk memperkenalkan budaya karo dan menghibur masyarakat. Pada awal Radio Budaya Karo didirikan dengan peralatannya masih sangat minim dan sederhana, karena pada saat itu, peran media lain sangat terbatas dari jangkauan berbagai lapisan masyarakat. Peralatan yang hanya ada pada waktu itu adalah mikrofon dan kabel antenna sebagai pemancar radio. pada saat itu. Sebagai radio swasta pertama di Kabajahe, radio ini menjadi pilihan karena dalam siarannya Radio Budaya Karo kerap nenampilkan lagu-lagu karo, informasi seputar Taneh Karo dan membahas tentang kebudayaan karo, sehingga radio ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar setianya.17

Sebagai radio siaran swasta yang baru lahir dan radio ini didirikan dari sekedar hobi ke 3 pendiri. Radio ini belum memiliki manajemen dan struktur organisasi yang baik. Dalam hal ini para pendiri dapat bertindak sebagai penyiar, artinya rekrutmen penyiar termasuk penggajian belum dilakukan oleh Radio Budaya Karo. Bila ketiga pendiri berhalangan, mereka mempercayakan penyiaran radio kepada keluarga atau teman yang mereka kenal dan memiliki hobi yang sama untuk menyiar di Radio Budaya Karo. Dengan demikian, pada masa itu jadwal siaran di Radio Budaya Karo pun belum teratur. Disamping itu sumber

17

Wawancara , Soliana Tarigan, Pimpinan PT. Radio Budaya Karo di Kabanjahe, jumat 15 Februari 2013


(45)

materi siaran masih tertumpu pada fungsi tunggal yaitu untuk hiburan saja, dengan pendengar tampa batas umur/ mencakup semua usia..

Pada tanggal 1 Desember 1984 Hendry Bangun dan Makmur Bangun mengundurkan diri dan berhenti sebagai para pesero maupun dalam jabatan mereka sebagai direktur utama dan komisaris dari perseroan terbatas tersebut. Pengunduran diri Hendy Bangun dan Makmur Bangun disebabkan karena mereka merasa dengan usaha radio tersebut tidak mendapatkan keuntungan yang banyak.

Dengan keluarnya Hendry Bangun dan Makmur Bangun maka sebagai penerus perseroan terbatas tersebut adalah Djauhari Bangun, Andri Yansen Bangun dan Rahmat Bangun. Terhitung sejak 1 Desember 1984.

Pada tanggal 29 Mei 1991 Djauhari Bangun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Utama. Ada pun alasan Djauhari Bangun mengundurkan diri karena faktor kesehatan. Sejak tanggal 29 Mei 1991 Direktur utama di PT Radio Budaya Karo adalah Andri Yansen Bangun hingga saat ini18

Semenjak Andri Yansen Bangun menjadi direktur utama di PT Radio Budaya Karo, Radio Budaya Karo mengalami perubahan secara berarti. Radio Budaya Karo mulai mempunyai struktur organisasi, manajemen, dan mempunyai visi misi serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena Radio Budaya Karo mulai menyadari dengan semakin banyak muncul radio-radio swasta lainnya di kabupaten Karo, seperti radio PT. Radio Turang, PT. Radio Bayu, Radio Ersena FM, dan PT. Radio Gray FM. Untuk menghadapi persaingan inilah Radio Budaya Karo melakukan berbagai cara dan strategi agar dapat menarik perhatian para pendengar.

.

18 Ibid.


(46)

Secara bertahap Radio Budaya Karo memasuki babak baru dengan ciri profesional menuju indusrti media radio. Bila sebelumnya radio siaran bertumpu pada fungsi tunggal yaitu hiburan kini mulai mengkristalkan, berfungsi untuk hiburan, informasi, penerangan, pendidikan dan komersial. Era industry radio ini dikenal sebagai paradigm baru radio-radio siaran.

Adapun visi dan misi Radio Budaya Karo adalah sebagai berikut: Visi Radio Budaya Karo

1. Menyampaikan informasi kepada pendengar tentang perkembangan yang berkaitan dengan lokal, nasional, internasional secara positif.

2. Ikut menjaga/ melestarikan dan mewujudkan budaya nasional.

3. Informasi bisnis dan perkembangan perekonomian daerah khususnya daerah Sumatera Utara.

Misi Radio Budaya Karo:

1. Memberikan alternatif kepada pendengar dalam bentuk hiburan, edukasi, dan informasi secara positif dalam bentuk audio yang sesuai dengan perkembangan tehnologi.

2. Menjadikan radio sebagai sarana promosi bagi produk secara profesional dengan program-program yang berkualitas dan layak juan.

3. Menciptakan lapangan pekerjaan

4. Bersaing sehat secara bisnis sehingga mampu memberikan pelayanan dengan semangat, bertanggungjawab dan profesional.

5. Tetap menjadi diri sendiri agar tetap menjadi radio terkemuka dan terdepan dalam tehnologi dan pengelolaan penyiaran.


(47)

Disamping itu Radio Budaya Karo berusaha semaksimal mungkin memenuhi tugasnya sesuai dengan ketetapan dari pemerintah tentang peraturan pemerintah mengenai radio siaran non pemerintah, yaitu:

Pada dasal 1, yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah ini adalah:

a. Radio siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.

b. Penyelenggaraan radio siaran non-pemerintah adalah suatu badan hukum yang memiliki perangkat tehnis elektronika yang lazimnya disebut sebagai pemancar radio.

Fungsi dan peran, hak, kewajiban, dan tanggungjawab radio siaran Pasal 2

a. Radio siaran harus berfungsi sosial yaitu sebagai alat pendidik, alat penerangan, dan alat hiburan.

b. Radio siaran tidak dipergunakan sebagai alat untuk kegiatan politik.

c. Setiap Warga Negara Republik Indonesia dapat mengadakan usaha radio siaran dengan mendirikan badan penyelenggara Radio Siaran yang berbentuk badan hukum.

d. Anggaran dasar badan penyelenggara radio siaran harus mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman, setelah mendengarkan pertimbangan dari Departemen Penerangan.

e. Dalam menjalankan fungsi sosialnya badan penyelenggara Radio Siaran berkrwajiban untuk:


(48)

1. Membela, mendukung dan menegakkan pancasila serta Undang- Undang Dasar 1945.

2. Memperjuangkan pendapat yang dihayati oleh moral dan etika pancasila. f. Badan penyelenggara Radio Siaran bertanggungjawab atas:

1. Segala isi siaran-siarannya

2. Pematuhan dan penyelenggaraan dari ketentuan-ketentuan yang tercantup dalam peraturan pemerintah ini19

Berangkat dari kondisi radio siaran swasta yang kurang menguntungkan akibat kebijakan politis masa lalu, kini radio siaran swasta menyadari kelemahannya dan berupaya untuk bangkit dan berkembang mengatasi ketertinggalan.

.

19


(49)

BAB IV

PERKEMBANGAN RADIO BUDAYA KARO

Konsikuensi dari perkembangan, menuntut radio siaran mengembangkan dan meningkatkan kinerja secara profesional untuk disesuaikan dengan dinamika dan selera. Demikian juga halnya dengan Radio Budaya Karo yang berdiri sejak tahun 1983, terbuka terhadap perkembangan jaman dan teknologi dengan selalu mengadakan perubahan-perubahan disegala bidang demi kemajuan. Para pengelola berusaha memperoleh peluang untuk bisa melanjutkan kelangsungan hidup radio siaran swasta-nya dan untuk bisa mencapai tingkat standar.

Keinginan untuk mengembangkan Radio Budaya Karo, seperti yang telah disebutkan terdahulu, sudah dirintis sejak Radio Budaya Karo berada dibawah kepeminpinan Andri Yansen Bangun. Pengembangan dilakukan berbagai hal seperti pada manajemen dan struktur organisasi. Agar Radio Budaya Karo dapat dikelola lebih baik dan terarah, rekrutmen penyiar dengan syarat-syarat tertentu, menyusun materi-materi dan acara siaran yang disesuaikan dengan selera pendengar dan waktu-waktu yang tepat. Berikut penjelasannya:

4.1 Manajemen dan Struktur Organisasi

Menurut James A.F. Stoner, manajemen merupakan proses perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas kegiatan anggota-anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan itu maka disusunlah suatu strategi yakni:

a. Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan b. Anggota-anggota organisasi


(50)

d. Mencapai tujuan.20

Dalam hal ini Radio Budaya Karo mengubah orientasi para karyawan, tidak hanya sekedar untuk menyalurkan hobby tetapi lebih kepada propesional kerja. Radio Budaya Karo mencari karyawan yang mempunyai potensi dan berkompeten untuk dapat meningkatkan serta mengembangkan Radio Budaya Karo. Para karyawan akan menerima upah/gaji. Hal ini akan mendorong terbentuknya manajemen ideal untuk memajukan dan menggerakkan stasiun radio ini hingga lebih dikenal dan disukai oleh masyarakat.

Dalam perencanaan struktur organisasi, Radio Budaya Karo menempatkan karyawan secara profesional dengan melihat potensi dari setiap karyawan. Hal ini dimaksudkan supaya anggota dapat bekerja secara maksimal. Masing-masing karyawan yang duduk dalam struktur, memiliki hak dan tanggungjawab yang diberikan oleh pimpinan. Hak dan tanggungjawab yang diberikan kepada setiap karyawan serta hubungan kerja antar karyawan bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan fungsi masing-masing bagian serta dapat mempertanggungjawabkan kepada atasan. Dengan demikian, setiap aktivitas perusahaan dapat terselenggara dengan baik dan terkoordinir.

Struktur organisasi Radio Budaya Karo adalah struktur organisasi dan staf. Atasan memiliki bawahan tertentu dan bawahan bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaannya. Adapun staf adalah ahli dalam bidang tertentu yang bertugas dalam memberi nasehat ataupun saran-saran yang sesuai dengan bidangnya kepada pimpinan dalam organisasi tersebut apabila pimpinan mengalami kesulitan dalam menangani permasalahan dalam organisasi. Oleh karena itu staf disini tidak memiliki hak untuk memerintah bawahan dan secara formal

20

Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia, Kompilasi Makalah Manajemen Radio Siaran, Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Radio Siaran, Jakarta: 1990, hal 5


(51)

yang berhak memerintah hanya pimpinan. Mengingat besarnya peran struktur organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan, maka RBK mempunyai struktur Organisasi organisasi dengan fungsinya masing-masing.

Fungsi, tugas dan tanggungbjawab struktur organisasi Radio Budaya Karo antara lain: a. Direktur utama Radio Budaya Karo hingga saat ini adalah Andri Yansen Bangun. Di dalam manajemen radio, Direktur Utama tidak terlalu memiliki tugas dan wewenang secara khusus. Direktur Utama hanyalah orang yang memiliki dan pemegang saham di radio. Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh direktur utama adalah melakukan pengawasan secara umum dan khusus, memberikan nasihat atas segala pekerjaan dari setiap sub-sub bagian dari organisasi yang dianggap kurang oleh direktur utama. Selanjutnya, hal yang dilakukan direktur utama adalah menerima laporan tahunan dan bulanan dari direktur.

b. Jabatan Direktur sejak tahun 1995 hingga kiniberada dibawah pimpinan Soliana Tarigan. Dia adalah istri dari Andri Yansen Bangun. Sebagai direktur dia memiliki tugas sebagai berikut:

1. Mengawasi seluruh kegiatan studio siaran Direktur Utama

Direktur

Operator/mu

sik director Teknisi Penyiar Administrasi

Program dan musik manager


(52)

2. Member saran-saran kepada seluruh petugas demi kelancaran tugas-tugas 3. Bertanggungjawab atas kelancaran usaha

4. Merencanakan perbaikan/peningkatan mutu tehnik siaran 5. Menandatangani dokumen-dokumen perusahaan

6. Mengendalikan kegiatan-kegiatan studio

c. Teknisi untuk Radio Budaya Karo berada dibawah Syamsul dan Kholi yang sudah bekerja sejak Radio Budaya Karo memiliki struktur organisasi dan manajemen. Teknisi bertugas:

1. Bertugas dalam bidang tehnik pemancaran dan tehnik siaran 2. Mengawasi mutu tehnik siaran

3. Hal-hal yang ditugaskan direktur/ penanggungjawab

d. Operator/ musik director dipegang oleh Indra saat ini. Ia memiliki tugas sebagai: 1. Mengkoordinir tugas-tugas bagian operator

2. Membantu mengkoordinir siaran-siaran 3. Mengatur keindahan studio/operator 4. Menyediakan bahan-bahan siaran 5. Sebagai penyiar

6. Koorninator dan mengawasi program siaran

7. Sebagai penyiar/ operator dan melaksanakan tugas-tugas dari Direktur/ penanggungjawab.

e. Penyiar di Radio Budaya Karo saat ini adalah: Saka, Natan, Tika, Shesi, Rasita dan Bonita. Sebagai penyiarpun mereka diberi tanggungjawab sebagai berikut:


(53)

1. Bekerja sesuai jadwal yang berlaku, minimal hadir 30 menit sebelum mengudara.

2. Merancang dan menyusun naskah siaran.

3. Mempelajari tema program acara yang akan diudarakan. 4. Melaksanakan tugas siaran sesuai format / pola yang berlaku.

5. Wajib mengudarakan materi siar yang sudah dijadwalkan seperti spot iklan, iklan baca, juga Mengisi log siaran/iklan dan menandatangani bukti siaran 6. Menghadiri rapat

7. Wajib menanggapi dan menjawab surat pendengar.

f. Untuk jabatan bidang administrasi Radio Budaya Karo saat ini dipegang oleh Soliana Tarigan. Tugas-tugas yang diemban oleh pejabat administrasi adalah:

1. Menerima, mengadakan, distribusi dan menyimpan surat-surat masuk 2. Mengawasi dan membantu tugas-tugas bidang administrasi dan keuangan 3. Menyiapkan konsep/mengetik surat-surat keluar dan menyimpan arsip 4. Melayani klien iklan

5. Mengerjain tugas-tugas pengetikan 6. Membuat daptar iklan setiap harian

7. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan atasan.

g. Bagian ini dipegang oleh Indra. Manager program dan musik harus: 1. Merencanakan program-program siaran radio

2. Menjaga agar program tetap mengacu kepada kebijakan yang telah dilakukan 3. Evaluasi/survey tentang penetrasi program-program yang dilaksanakan 4. Melaporkan data serta kegiatan bagian program


(54)

5. Mengawasi kegiatan-kegiatan bagian siaran dari isi/materi acara/ program 6. Memeriksa script.

Seperti yang telah disebutkan pada awal didirikannya Radio Budaya Karo sasaran pendengar masih bersifat umum tanpa ada batasan umur dan ekonomi karena, proses pendirian Radio Budaya Karo juga termasuk tampa perencanaan yang matang hanya sebatas menyalurkan hobby. Akan tetapi semakin banyaknya menghadapi persaingan dengan munculnya stasiun-stasiun radio swasta lainnya, maka Radio Budaya Karo memilih untuk memperbaiki manajemen dan membuat segmentasi pendengar, yaitu anak muda dengan usia antara 15-45

Kelompok ini adalah kelompok yang potensial sebagai target periklanan karena daya beli yang cukup dan daya hidup yang mendukung. Disamping itu produk-produk remaja jauh lebih banyak beriklan diradio dipasang sebagai media yang relative karena Cost Per Mill (CPM) yang rendah untuk mencapai kelompok pendengar diatas.

Keunggulan Radio Budaya Karo a. Format Acara

Dalam hal format acara Radio Budaya Karo mempunyai keunggulan dibandingkan radio lain. Radio Budaya Karo mengutamakan gaya komunikasi, bahasa siaran dan kemasan dalam menyampaikan keseluruhan program musik, informasi maupun iklan, baik off air maupun on air.

b. Komposisi Siaran

Radio Budaya Karo lebih unggul dan konsisten dalam hal format dan komposisi siaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan segmentasi Radio Budaya Karo.


(55)

c. Sumber Siaran

Radio Budaya Karo mempunyai sumber materi siaran lokal yang terdiri dari acara yang bermaterikan lagu-lagu.

4 .2. Rekrutmen Penyiar

Perkembangan Radio Budaya Karo tidak terlepas dari peranan penyiarnya. Di Indonesia sendiri profesi penyiar ini banyak lahir dari kegiatan hobby semata dan lebih bersifat amatir. Seiring dengan perkembangan penyiaran media elektronik maka profesi penyiar ini semakin dituntut untuk bekerja lebih profesional, tidak lagi hanya sekedar hobby tetapi memupuk bakat dan minat. Hal inilah yang dirasakan oleh Radio Budaya Karo sehingga membuka lowongan kerja melalui radio untuk menerima penyiar yang sangat dibutuhkan dalam stasiun radio ini. Ada pun syarat-syarat untuk menjadi penyiar Radio Budaya Karo yaitu harus bertempat tinggal di sekitar Kabanjahe dan Brastagi, minimal sedang duduk di bangku SMA, memiliki tutur bahasa yang baik, jujur, dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan untuk acara karo maka penyiarnya harus Suku Karo, selebihnya suku apa saja bisa mendaftar sebagai penyiar.

Orang-orang direkrut kemudian diberi pelatihan. Pelatihan dilakukan di Radio Budaya Karo. Mereka diberikan kesempatan untuk membawakan acara radio, dari situ akan dinilai dia dianggap mampu atau tidak sebagai penyiar. Karena salah satu kegunaan penyiar bisa mewakili citra stasiun penyiaran radio. Di balik mikrofon sebuah stasiun penyiaran radio, penyiar terkadang memiliki tugas-tugas dan tanggungjawab lainnya sesuai dengan kemampuan mereka jika diperlukan.

Selama pelatihan mereka dilatih keterampilan sebagai penyiar radio juga sebagai seorang presenter, melakukan siaran langsung, menyiarkan iklan, dan membacakan


(56)

produk-produk iklan, dan sebagai pengisi suara atau narasi dalam pembuatan iklan komersial. Sebagai tambahan, pada acara-acara tertentu yang diadakan oleh Radio Budaya Karo. Radio Budaya Karo diundang sebagai fasilitator sebuah acara atau pada situasi tertentu maka penyiar harus mampu berperan menjadi seorang MC penyiar paling tidak selain memiliki suara yang bagus, bisa mengoperasikan peralatan siaran, juga harus memiliki kemampuan menulis untuk mempersiapkan bahannya sendiri ketika siaran. Secara luas, penyiar bisa diartikan sebagai penyaji musik dan kata-kata. Penyiar pada stasiun-stasiun penyiar radio terkadang bisa juga difungsikan menjadi seorang yang bertugas dalam produksi program, serta bisa berfungsi pula sebagai operator studio. Setelah dianggap mampu maka mereka diijinkan untuk menyiar.21

21

Wawancara, Saiful, penyiar PT. Radio Budaya Karo, di Sigarang-Garang, Kamis 14 Februari 2013 .

4.3. Iklan

Salah satu cara yang dilakukan pengelola Radio Budaya Karo untuk mengembangkan radio swasta-nya adalah menjadikan Radio Budaya Karo sebagai medium periklanan. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa radio merupakan medium umum yang digunakan untuk mencapai dan memotivasi konsumen secara efektif. Penggunaan radio sebagai sarana periklanan sudah ada sejak ditemukannya radio. Radio siaran seperti halnya dengan media lainnya, hidup dan berkembang dari aktifitas periklanan. Tegasnya radio tanpa iklan sama dengan nol, dan iklan diperoleh dari pengguna jasa periklanan seperti biro, iklan/advertising, produsen, distributor serta perusahaan dan pelaku usaha yang memerlukan jasa promosi. Radio dapat mencapai lebih banyak orang-orang yang berbeda-beda setiap hari, setiap minggu jika dibandingkan dengan televise dan media lainnya.


(57)

. Oleh karena itu, radio sebagai salah satu media massa merupakan pilihan yang tepat untuk mempromosikan sesuatu. Sebagai media massa radio dapat mencakup masyarakat secara sekaligus sehingga dapat mendengar dan mengetahui tentang sesuatu dari radio. Demikian halnya dengan Radio Budaya Karo, iklan dapat digunakan membiayai stasiun radio, sehingga radio ini juga mendapat kontrak dari pihak perusahaan-perusahaan untuk mempromosikan barang-barang produksi mereka untuk diperkenalkan kepada masyarakat.

Pertama kali Radio Budaya Karo menggunakan iklan adalah pada tahun 1995, yaitu dengan terdaftarnya Radio Budaya Karo pada stasiun radio swasta nasional. Sejak saat itu pihak manajemen mulai memikirkan segi komersialnya. Hal ini disebabkan sejak saat itu Radio Budaya Karo dikenakan kewajiban-kewajiban seperti pembayaran pajak, gaji kariyawan, dan biaya operasional lainnya. Oleh pertimbangan itu maka mulailah disusun strategi mendapatkan iklan sesuai dengan kaidah bisnis radio siaran yaitu dengan menjaring pendengar sebanyak-banyaknya lewat acara-acara yang menarik. Kesuksesan atau kegagalan radio tersebut bahkan pihak pengusaha juga perlu memantau secara langsung atas profil radio. Sebagai radio swasta yang ingin tetap hidup dan untuk mendapat untung dengan peluang bisnis seperti yang diharapkan maka, Radio Budaya Karo mulai menggunakan tarif iklan.22

Iklan pertama Radio Budaya Karo adalah iklan obat sakit kepala Paramex. Iklan ini bekerja sama dengan

advertising agency

22

Wawancara, Salomo, penyiar Radio Budaya Karo, Guru Benua, 1 Maret 2013

. Melalui siaran Radio Budaya Karo Dinas Pertanian Kabanjahe juga mengadakan kerja sama, yaitu mengadakan penyuluhan terhadap bagaimana cara mengatasi hama pada tanaman, khusnya pada tanaman jeruk, jagung, cabai, tomat dll. Melalui siaran radio tersebut para petani dapat mengetahui obat-obat pestisida apa saja yang


(58)

harus mereka gunakan untuk tanaman mereka, Dinas pertanian juga menjelaskan bagaimana caranya memilih bibit-bibit yang bagus untuk digunakan oleh para petani. Tidak hanya Dinas Pertanian yang mengadakan penyuluhan di RBK, Dinas kesehatan, Dinas Pendidikan Kabanjahe dan masih banyak pihak yang mengadakan penyuluhan di Radio Budaya Karo untuk menyampaikan informasi-informasi kepada masyarakat.

Penggunaan iklan disertai dengan tarifnya tidak langsung berhasil dan mendapat untung yang besar yang menyebabkan radio ini tidak begitu berkembang karena pemasukan belum menguntungkan karena masih untuk memenuhi kebutuhan radio. Akan tetapi tahun 1995-an perkembangan periklanan sudah meningkat sehingga materi keuntungan bagi Radio Budaya Karo.

Iklan-iklan tersebut misalnya, obat untuk mengatasi hama pada tanaman, khususnya pada tanaman jeruk, jagung, jabai, tomat dll. Iklan pengobatan tradisional, iklan makanan dan minuman dll. Tarif bagi iklan-iklan tersebut tercantum pada tarib iklan sponsor program dan tariff iklan per-spot. Untuk lebih jelas lihat pada tabel 1 dan II dibawah ini.


(59)

Tabel 1

Tarif Iklan Sponsor Program

Blocking Time

Semi Blocking Time

Siaran Langsung/ Reportase Produksi Spot

30 Menit 60 Menit 30 Menit 60 Menit

1.000.000 1.500.000 500.000 1.000.000 1.000.000 350.000 Sumber: Radio Budaya Karo tahun 1996

Blocking time merupakan sponsor/iklan penuh, yang mana pemasang iklan

membayar untuk keseluruhan program siaran dan hanya iklan sponsor perusahaan tersebut saja yang harus ditayangkan. Semi blocking time adalah sponsor mensponsori sebuah acara tapi produk lain masih tetap di iklankan, tapi tidak produk sejenis. Siaran Langsung/ Reportase ialah info yang di ambil langsung pada saat itu ter-update. Produksi spot yaitu, proses produksi iklan radio dengan durasi 30 dan 60 detik.


(60)

Tabel II Tarif Iklan Per-spot

Spot Hari Jam 30 detik 60 detik

Prima Time

Regular Time Senin- Jumat Sabtu-Minggu Senin- Jumat Sabtu- Minggu 08.00-10.00 11.00- 14.00 11.00- 14.00 16.00- 19.00 06.00-08.00 14.00- 20.00 06.00-11.00 14.00- 16.00 20.00- 22.00 20. 000 25.000 40.000 50.000

Sumber: Radio Budaya Karo tahun 1996

Yang dimaksud dengan prima time yaitu, waktu utama, yang paling ramai di dengar oleh audiens. Sedangkan regular time yaitu, waktu yang pendengarannya cukup ramai tetapi tidak jadi di program unggulan.

4.4 Sumber Materi Siaran dan Acara Siaran

Acara siaran yaitu materi-materi yang akan disiarkan oleh Radio Budaya Karo dalam proses kegiatan on-air nya terdiri atas:

1. Hiburan : Musik terdiri dari lagu daerah (Karo, Simalungun, Toba), lagu barat, lagu Indonesia, lagi rohani yang sudah mendapat hak hak siar, karya lomba cipta lagu.


(61)

a. Talkshow : yang biasanya menghadirkan narasumber, baik langsung maupun tidak langsung. Pihak radio akan meminta persetujuan dari narasumber sebelum acara disiarkan di audio dan begitu juga sebaliknya.

b. Live Report: mengadakan report/ laporan langsung dari tempat-tempat kegiatan

sponsor atau kejadian lain dan identitas dari petugas radio jelas dan sudah mendapat persetujuan dari pihak yang bersangkutan. Contahnya misalnya, meliput acara 17 Agustus.

3. Informasi, Merupakan materi acara didapat dari berbagai macam sumber yang layak dan terpercaya baik didapat dari media cetak, elektronika maupun secara langsung melalui reporter.

4. Iklan, yaitu Niaga terdiri dari jigle dan iklan baca, dan iklan layanan masyarakat terdiri dari jigle iklan baca yang akan disiarkan setelah kedua belah pihak setuju iklan akan dibacakan.

Secara keseluruhan Radio Budaya Karo memiliki banyak program acara dan siaran. Acara siaran ini dikonsep sesuai dengan kebutuhan pendengar dan hasil evaluasi dari penyiaran sebelumnya.

1. Program Rohani Kristen, yaitu Renungan pagi dan penyiaran lagu-lagu rohani pop pada pagi hari. disiarkan pada pukul 05.30- 06.00 WIB. Biasanya memutarkan lagu-lagu sukacita (lagu-lagu rohani yang memiliki tempo sedang) dan lagu-lagu rohani bertempo lambat untuk menemani para pendengar ketika bersaat teduh (berdoa pada pagi hari dengan kondisi yang tenang). Lagu rohani yang diputarkan yaitu berisikan ucapan selamat pagi kepada Tuhan, ucapan syukur dan ucapan terima kasih atas keagungan ciptaan Tuhan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)