cells dan basal stem cells. Epitel penciuman dilapisi oleh lapisan mucus tipis yang disekresikan oleh sel penyokong dan kelenjar Bowman yang terletak dibawah epitel
penciuman. Masing-masing saraf penciuman memiliki dendrit yang pendek dan tebal yang berjalan ke rongga hidung. Pada ujung dendrit terdapat 6-12 silia. Nervus
olfaktorius akan melewati lempeng kribriformis yang merupakan bagian dari tulang etmoidalis dan kemudian akan memasuki bulbus olfaktorius. Molekul odoran larut di
dalam mucus dan berikatan dengan reseptor pada silia saraf penciuman. Akson-akson saraf sensoris penciuman N. Olfaktorius berjalan ke atas melalui lempeng kribriformis
tulang etmoidalis dan memasuki bulbus olfaktorius olfactory bulbs. Pada bulbus olfaktorius, akson-akson dari sel reseptor penciuman akan berhubungan dengan sel mitral
dan sel berumbai tufted cells, yang akan membentuk glomeruli olfaktori. Bulbus olfaktorius juga terdiri dari sel periglomerular, yang merupakan saraf inhibitory yang
menghubungkan satu glomerulus ke glomerulus lainnya, dan sel granul, yang tidak memiliki akson, dan membuat sinaps dengan sel mitral atau sel berumbai. Pada sinaps-
sinaps ini, sel mitral atau sel berumbai akan merangsang sel granul dengan mengeluarkan glutamat, kemudian sel granul akan menghambat kerja sel mitral atau sel granul dengan
mengeluarkan GABA. Banyak ditemukan ujung-ujung bebas dari saraf trigeminal pada epitel penciuman.
Ujung-ujung bebas ini terstimulasi oleh substansi yang dapat mengiritasi, yang akan membantu kita untuk mengenal karateristik bau tertentu, seperti peppermint, menthol, dan
chlorine. Aktivasi dari ujung-ujung bebas ini juga akan menginisiasi bersin, lakrimasi, dan refleks lainnya. Ganong, 2013
2.4.2. Korteks Penciuman
Sel berumbai memiliki ukuran yang lebih kecil dan akson yang lebih tipis dibandingkan dengan sel mitral, tapi kedua sel ini memiliki fungsi yang mirip. Akson-
akson dari sel mitral dan sel berumbai melewati bagian belakang lateral olfactory stria dan akan berakhir pada dendrit dari sel-sel piramidal di lima bagian korteks penciuman:
nukleus olfaktorius anterior, olfactory tubercle, korteks piriformis, amigdala, dan korteks entorinalis. Dari wilayah-wilayah ini, informasi berjalan langsung korteks frontalis atau
melalui thalamus ke korteks orbitofrontalis. Diskriminasi bau secara sadar bergantung
Universitas Sumatera Utara
pada jalur yang menuju korteks orbitofrontalis. Jalur menuju amigdala mungkin melibatkan respon emosional terhadap rangsangan penciuman, dan jalur menuju korteks
entorinalis bersangkutan dengan memori penciuman Ganong, 2013.
2.4.3. Reseptor Penciuman dan Transduksi Sinyal
Terdapat kira-kira 500 gen penciuman yang fungsional pada manusia. Reseptor penciuman adalah G protein coupled receptor GPCR. Ketika molekul odoran berikatan
dengan reseptor tersebut, maka subunit alfa, beta, dan gamma dari protein G akan berdisosiasi. Subunit alfa akan mengaktifkan adenilat siklase untuk mengkatalisis
produksi cAMP, yang berperan sebagai second messenger untuk membuka kanal kation, yang kemudian akan meningkatkan permeabilias ion Na
+
, K
+
, dan Ca
2+
. Influks dari ion Ca
2+
akan membuat graded receptor potential. Lalu, kanal ion Cl
-
yang teraktivasi oleh ion Ca
2+
akan terbuka, kemudian depolarisasi sel akan terjadi lebih lanjut. Jika stimulus dapat mencapai nilai ambang batas, potensial aksi dari nervus olfaktorius akan
terpicu.
Gambar 2.1. Reseptor Penciuman
Sumber: Mombaerts, P., 2004
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, jawaban mengapa 10.000 bau dapat dideteksi terletak pada organisasi saraf dari jalur penciuman. Walaupun terdapat jutaan saraf sensori, masing-masing hanya
mengekspresikan satu dari 500 gen penciuman. Masing-masing saraf akan menuju satu atau dua glomeruli. Hal ini akan memberikan peta dua dimensi yang khas terhadap
masing-masing bau pada bulbus olfaktorius. Sel-sel mitral dari glomeruli akan menuju ke bagian korteks penciuman yangberbeda.
Inhibisi yang diperantarai oleh sel-sel periglomerular dan sel-sel granul, tujuannya adalah untuk mempertajam dan memfokuskan sinyal-sinyal penciuman. Bagian ekstrasel
dari setiap glomerulus juga berosilasi, yang diatur oleh sel-sel granul. Fungsi dari osilasi ini belum jelas diketahui, diperkirakan juga ikut membantu memfokuskan sinyak-sinyal
penciuman menuju korteks penciuman Ganong, 2013.
2.4.4. Ambang Deteksi Bau