Faktor-faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung Aromaterapi

9. Alkohol Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dan teratur dapat meningkatkan tekanan darah secara dramatis. American Heart Association, 2013. 10. Kondisi Psikis Paparan stres kronik bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah dan dapat menyebabkan hipertensi Gasperin et al., 2009. Menurut The American Institute of Stress 2014, stres susah untuk didefenisikan karena stres berbeda untuk setiap orang. Setiap orang akan memberikan respon yang berbeda terhadap stres yang sama. Ketika seseorang mengalami stres, baik secara fisik ataupun psikologis, sistem saraf simpatis mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk mensekresikan hormon adrenalin dan kortisol. Salah satu efek dari hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal ini adalah peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Setelah stres terlewati, maka efek tersebut akan menghilang.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung

Jantung merupakan organ yang dipengaruhi oleh kerja sistem sarah simpatis dan parasimpatis. Pelepasan norepinefrin dari postganglionic saraf simpatis mengaktivasi 1- adrenoreceptors di jantung , terutama di nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular, jaringan konduktif His-Purkinje dan jaringan kontraktil atrium dan ventrikel. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan denyut jantung kronotropi, laju transmisi jaringan konduktif dromotropi, dan kontraksi ventrikel inotropi. Sedangkan pelepasan asetilkolin dari postganglionic saraf parasimpatis N. Vagus mengaktivasi reseptor nikotinik di jantung, terutama nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular dan otot atrium. Stimulasi nervus vagus akan mengurangi denyut jantung, laju transmisi memalui nodus atrioventrikular, dan kontraksi atrium. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung: Universitas Sumatera Utara Meningkatkan denyut jantung: Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Meningkatkan Denyut Jantung Penurunan aktivitas baroreseptor arteri Amarah Peningkatan aktivitas reseptor regang atrium Hipoksia Inspirasi Stimulus yang paling nyeri Kegembiraan Olahraga Hormon tiroid Demam Sumber: Ganong, 2013 Menurunkan denyut jantung: Tabel 2.2 Faktor-faktor yang Menurunkan Denyut Jantung Peningkatan aktivitas baroreseptor arteri Stimulasi nyeri pada nervus trigeminus Ekspirasi Peningkatan tekanan intrakranial Rasa takut Kesedihan Sumber: Ganong, 2013

2.3. Aromaterapi

Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial murni yang berasal dari berbagai bagian tumbuhan, termasuk bunga, akar, atau daun, untuk memperbaiki kesehatan fisik dan mental, kualitas hidup secara umum, atau hanya untuk kesenangan. Sekarang ini, aromaterapi dapat tersedia dalam beberapa bentuk, seperti sabun, pencuci rambut, bath salts, krim, pengharum ruangan, parfum, massage oils, dan lilin. Dalam penggunaannya, Universitas Sumatera Utara aromaterapi dengan minyak esensial seperti mawar, lemon, lavender, geranium, dan bergamot dapat diberikan melalui beberapa cara, seperti berendam, kompres kulit, inhalasi langsung, ataupun dijadikan pengharum ruangan Thomas, 2002. Aromaterapi dapat diberikan dengan berbagai cara. Cara yang sering digunakan adalah dengan cara inhalasi Liu, Lin, dan Chang, 2013. Efek dari minyak esensial paling cepat didapat dengan cara inhalasi. Inhalasi aromaterapi dapat menstimulasi nervus olfaktorius dan kemudian mempengaruhi sistem limbik. Sistem limbik dapat mempengaruhi kedua sistem saraf otonom, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis Cook, 2008. Salah satu minyak esensial yang paling sering digunakan adalah lavender Chang dan Shen, 2011. Menurut Collet 1994 dalam Sakamoto et al. 2012 minyak esensial lavender dapat menjadi terapi untuk insomnia, sakit kepala, migrain, ansietas, gugup, and melankolis. Pemeriksaan regio otak terhadap 10 perempuan sehat yang telah diberikan stimulus wewangian lavender dengan menggunakan positron emission tomography mendapatkan hasil peningkatan neuronal pada daerah orbitofrontal, girus singulata posterior, batang otak, talamus, serebelum, dan penurunan aktivitas di girus presentralis dan possentralis dan frontal eye field. Penemuan ini mengindikasikan bahwa aromaterapi dengan lavender selain menimbulkan efek relaksasi, dapat juga meningkatkan gairah pada beberapa subyek Duan et al., 2007 dalam Koulivand, Ghadiri, dan Gorji, 2013. Salah satu efek dari minyak esensial lavender adalah peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis dan penekanan aktivitas sistem saraf simpatis Cook, 2008. Komposisi minyak esensial lavender sudah diketahui dengan baik, komposisi utamanya adalah linalool dan linalyl acetate . Menurut Jager et al. 1992 pada aplikasi minyak esensial lavender secara topikal yaitu dengan massage , kadar linalool dan linalyl acetate dalam darah dapat terdeteksi dengan cepat, dan mencapai puncak dalam 19 menit Koulivand, Ghadiri, dan Ghorji, 2013. Linalool akan menstimulasi nervus olfaktorius dan kemudian impuls berjalan menuju hipotalamus dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Linalool akan berikatan dengan reseptor GABA di sistem saraf pusat dan menimbulkan efek relaksasi Xu et al. , 2008. Minyak esensial lavender meningkatkan efek gamma-aminobutyric aciddi amygdala. Linalool juga dapat menghambat pengeluaran asetilkolin untuk menimbulkan efek menenangkan Peng, Koo, dan Yu, 2009 Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Price 1997 dalam Widjaja 2011, impuls yang masuk ke otak mengaktifkan jaras ke nucleus Raphe sehingga dihasilkan serotonin. Serotonin yang dihasilkan akan merangsang hipotalamus anterior sebagai pusat parasimpatis. Aktivasi sistem saraf parasimpatis menimbulkan efek inotropik dan kronotropik negatif pada jantung yang menyebabkan penurunan kuat kontraksi dan frekuensi denyut jantung Guyton dan Hall, 2008. Lavender juga diperkirakan menghambat kerja sistem saraf simpatis dengan cara menghambat reseptor histamin Koulivand, Ghadiri, dan Ghorji, 2013. Seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis Rene Maurice Gattefosse menemukan kegunaan minyak esensial lavender yaitu dapat menyembuhkan luka bakar tanpa sedikitpun meninggalkan jaringan parut Thomas, 2002. Lavender juga mempunyai efek menenangkan Cook, 2008. Hasil penelitian di Bali menunjukkan inhalasi minyak esensial lavender dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis Dewi, Putra, dan Witarsa, 2013. Minyak esensial lavender juga dapat meningkatkan kualitas tidur Lytle, Mwatha, dan Davis, 2014. Selain itu, minyak esensial lavender dapat menurunkan tekanan darah dan efektif dalam pengobatan hipertensi. Penelitian terhadap 28 responden penderita prehipertensi dan hipertensi yang menerima intervensi berupa inhalasi campuran minyak esensial yang didalamnya terdapat lavender menunjukkan penuruan tekanan darah sistolik sebesar 4,7 mmHg dari 132,3 mmHg ke 127,6 mmHg dalam waktu empat minggu. Tekanan darah diastolik juga menurun sebesar 1,21 mmHg dari 85,7 mmHg ke 84,5 mmHg juga dalam waktu empat minggu Kim et al., 2012. Penelitian pada pasien di Intensive Care Unit ICU juga menemukan bahwa massage kaki dengan minyak esensial lavender bukan hanya dapat menurunkan tekanan darah, tetapi juga denyut jantung dan frekuensi nafas Hongratanaworakit, 2004. 2.4. Fisiologi Penciuman 2.4.1 Epitel Penciuman dan Bulbus Olfaktorius