Anatomi perineum Ruptur Perineum 1. Pengertian

4. Etiologi Ruptur Perineum

Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana: aKepalajaninterlalu cepat; b Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya; c Sebelumya pada perineum terdapat banyak jaringan parut; dPada persalianan dengan distosia bahu Prawiharjo, 2011; e Presentasi defleksi dahi,muka; f Primipara; g Letak sungsang; h Pada obstetri dan embriotomi: ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dan embriotomiMochtar,2005. Robekan perineum berkaitan dengan kelahiran primipara, kala dua persalinan yang lama, arcus pubis yang sempit, posisi kepala yang kurang fleksi dan oksipital posterior, presipitasi persalinan,bayi besar lebih dari 4000 g, distosia bahu, kelahiran pervaginam dengan bantuan misalnya forcep tetapi lebih sedikit dengan ventiouse David,2008.

5. Tanda – Tanda dan Gejala Robekan Jalan lahir

Bila perdarahan masih berlangsung meski kontraksi uterus baik dan tidak didapatkan adanya retensi plasenta maupun adanya sisa plasenta, kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahir Taufan Nungroho,2012. Tanda dan gejala robekan jalan lahir diantaranya adalah perdarahan, darah segar yang mengalir setelah bayi lahir, uterus berkontraksi dengan baik, dan plasenta normal. Gejala yang sering terjadi antara lain pucat, lemah, pasien dalam keadaan menggigil.

6. Ciri Khas Robekan Jalan Lahir

a. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil. b. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir, perdarahan ini terus menerus setelah massase atau pemberian uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. Dalam hal apapun, robekan jalan lahir harus dapat diminimalkan karena tak jarang perdarahan terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat ynag fatal seperti terjadinya syok Rukiyah,2012. c. Bila perdarahan berlangsung meski kontraksi uterus baik dan tidak didapatkan adanya retensi plasenta maupun sisa plasenta, kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahirTaufan 2012.

7. Pencegahan Terjadinya ruptur Perineum

Laserasi spontan pada vagina atauperineum dapat terjadi saatbayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala dan bahu. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Janin bekerjasama dengan ibu selama persalinan dan gunakan manufer tangan yang tepat untuk mengendalikan kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama ini dibutuhkan terutama saat kepala bayi dengan diameter 5-6 cm telah membuka vulva crowning. Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan waktu pada jaringan vagina dan perineum untuk melakukan penyesuaian dan akan mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala mendorong vulva dengan diameter 5-6 cm bimbing ibu untuk meneran dan berhenti untuk beristirahat atau bernapas dengan cepat.

8. Mempersiapkan Penjahitan

a. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur meja. b. Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu. c. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehinnga perineum padat dilihat jelas. d. Gunakan teknik aseptik pada saatmemeriksa robekanatau episiotomi, memberikan anastesi lokal dan menjahit luka.