Faktor- Faktor yang Berhubungan dalam Melakukan Hubungan Seks pada Ibu Hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan Tahun 2010

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM

MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS PADA IBU HAMIL

DI KLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

TAHUN 2010

MELIA PEBRINA 095102014

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ii

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Melia Pebrina

Faktor- Faktor yang Berhubungan dalam Melakukan Hubungan Seks pada Ibu Hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan

Tahun 2010

IX + 51 hal + 9 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Kehamilan merupakan salah satu peritiwa penting dalam kehidupan perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan terhadap kondisi fisik dan psikis perempuan, termasuk hubungan seksnya. Menurut Eisenberg beberapa pasangan akan mengalami penurunan kenikmatan dan gairah seksual 21% dan yang tidak mengalami kenikmatan sebelum kehamilan. Persentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual ini meningkat menjadi 41% pada minggu ke-12 kehamilan, dan meningkat lagi menjadi 59% memasuki bulan kehamilan. Demikian pula pada minggu ke-12 kehamilan, kira-kira satu dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual, memasuki bulan kesembilan sepertiganya menjadi pantang seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional, Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 55 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Mariani Medan pada tanggal 15 Februari s/d 5 April 2010. Analisa data digunakan uji statistik chi-cquare. Dari hasil uji chi-cquare disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks dimana (nilai p=0,943), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara psikologis ibu hamil dengan hubungan seks dimana (nilai p=0,317), dan ada hubungan yang signifikan antara mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks dimana (nilai p=0,042). Disarankan kepada petugas kesehatan meningkatkan pemberian informasi atau penyuluhan kepada ibu hamil, khususnya dalam masalah hubungan seks. Dengan demikian diharapkan ibu yang telah memiliki pengetahuan dapat mengatasi masalah yang terjadi dalam hubungan seks selama kehamilan .

Daftar Pustaka : 18 (1998 – 2009)

Kata Kunci : Kondisi fisik ibu hamil, psikologis ibu hamil, mitos yang dianut ibu hamil, hubungan seks


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan” yang diajukan untuk memenuhi salah syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Murniati Manik, M.Sc. Sp.K.K. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Ibuk Mariani selaku Pimpinan Klinik Bersalin Mariani Medan.

5. Seluruh staf dan dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Papa, mama ku tersayang (H. Mawardi, Hj Mainar Asni) dan abang-abang yang ku sayangi (Rinaldo, ST, Amilton, ST, Sumitra) serta kakak tersayang (Deslisa, Amd. Pd, Ria Novia, SH) yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.


(4)

iv

7. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, Juni 2010


(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... . vii

DAFTAR SKEMA ... . viii

DAFTAR LAMPIRAN ... .. ix

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan... 6

2. Bagi Pendidikan Kebidanan ... 6

3. Bagi Institusi Masyarakat ... 6

4. Bagi Pendidikan Peneliti ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Hamil (Gravida) ... 7

B. Hubungan Seksual ... 7


(6)

vi

2. Fisiologi Seks ... 7

3. Hubungan Seksual Selama Kehamilan ... 10

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Melakukan Hubungan Seks ... 11

5. Beberapa Efek Kondisi Kehamilan terhadap Minat untuk Berhubungan Seksual pada Setiap Semester ... 15

6. Mitos yang Dianut Oleh Ibu Hamil dalam Melakukan Hubungan Seksual ... 21

7. Cara untuk Mempertahankan Hubungan Seksual ... 23

8. Posisi-posisi dalam Melakukan Hubungan Seksual Selama Kehamilan... 24

9. Komplikasi Hubungan Seksual pada Kehamilan ... 26

III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 29

B. Hipotesis ... 29

C. Definisi Operasional ... 30

IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 32

C. Tempat Penelitian ... 33

D. Waktu Penelitian ... 33


(7)

vii

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Reliabilitas ... 35

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 36

I. Analisis Data ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39

1. Analisis Univariat ... 39

2. Analisis Bivariat ... 42

B. Pembahasan ... 44

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 45

2. Keterbatasan Penelitian ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAB SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 30 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karekteristik di Klinik Bersalin

Mariani Medan 2010... 40

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Seks Dalam Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010………….... 40

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Ibu Hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010... 41 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Psikologis Ibu di Klinik

Bersalin Mariani Medan 2010... 41 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mitos dalam Kehamilan di

Klinik Bersalin Mariani Medan 2010... 42 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kondisi Fisik dengan Hubungan Seks dalam

Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010... 42 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Psikologis dengan Hubungan Seks dalam Kehamilan

di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010... 43 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Mitos dengan Hubungan Seks dalam Kehamilan


(9)

ix

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil ... 29


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Informed Concent Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 : Master Data

Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian Lampiran 8 : Lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Lembar Surat Balasan Penelitian


(11)

ii

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Melia Pebrina

Faktor- Faktor yang Berhubungan dalam Melakukan Hubungan Seks pada Ibu Hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan

Tahun 2010

IX + 51 hal + 9 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Kehamilan merupakan salah satu peritiwa penting dalam kehidupan perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan terhadap kondisi fisik dan psikis perempuan, termasuk hubungan seksnya. Menurut Eisenberg beberapa pasangan akan mengalami penurunan kenikmatan dan gairah seksual 21% dan yang tidak mengalami kenikmatan sebelum kehamilan. Persentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual ini meningkat menjadi 41% pada minggu ke-12 kehamilan, dan meningkat lagi menjadi 59% memasuki bulan kehamilan. Demikian pula pada minggu ke-12 kehamilan, kira-kira satu dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual, memasuki bulan kesembilan sepertiganya menjadi pantang seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional, Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 55 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Mariani Medan pada tanggal 15 Februari s/d 5 April 2010. Analisa data digunakan uji statistik chi-cquare. Dari hasil uji chi-cquare disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks dimana (nilai p=0,943), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara psikologis ibu hamil dengan hubungan seks dimana (nilai p=0,317), dan ada hubungan yang signifikan antara mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks dimana (nilai p=0,042). Disarankan kepada petugas kesehatan meningkatkan pemberian informasi atau penyuluhan kepada ibu hamil, khususnya dalam masalah hubungan seks. Dengan demikian diharapkan ibu yang telah memiliki pengetahuan dapat mengatasi masalah yang terjadi dalam hubungan seks selama kehamilan .

Daftar Pustaka : 18 (1998 – 2009)

Kata Kunci : Kondisi fisik ibu hamil, psikologis ibu hamil, mitos yang dianut ibu hamil, hubungan seks


(12)

xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan terhadap kondisi fisik dan psikis perempuan yang bersangkutan. Perubahan-perubahan tersebut menuntut adanya adaptasi dari istri dan orang-orang terdekatnya, sebab tidak hanya istri, mereka umumnya juga merasakan dampak dari perubahan selama kehamilan tersebut, khususnya suami (Saifuddin, 2002, hlm. 89).

Perubahan fisik yang paling mudah diidentifikasi dari ibu hamil adalah membesarnya ukuran uterus seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Pembesaran uterus ini mengakibatkan pembesaran abdomen yang pada gilirannya akan mempengaruhi aktifitas ibu hamil sehari-hari, termasuk hubungan seksnya. Ibu hamil mungkin merasa lekas lelah, pusing, mual, muntah atau nyeri pada payudara sehingga libidonya menurun. Begitu pula dengan psikis ibu yang berubah-rubah karena pengaruh dari kehamilannya (Saifuddin, 2002, hlm. 327).

Kebanyakan wanita malu menanyakan masalah seks selama masa kehamilan (pranatal). Seks merupakan aspek yang sangat penting diperhatikan dalam kehidupan berumah tangga dan banyak pasangan yang berselisih pendapat tentang seks selama hamil. Pasangan pria biasanya merasa takut mencelakai bayi yang dikandung istrinya, sedangkan pasangan wanita merasakan bahwa seks merupakan pengacau diantara dirinya dengan bayi yang dikandungnya. Sebaliknya, kebanyakan wanita menginginkan lebih disayangi selama hamil untuk mengatasi perasaannya tentang


(13)

xii

keadaan buruk yang sedang dialaminya. Sedangkan pria mengakui bahwa gairah mereka menurun ketika istrinya sedang dalam keadaan hamil trimester ke-tiga. Sedangkan sebagian lain menginginkan lebih protektif dan ingin mengadakan hubungan seks tapi takut untuk melakukannya (Vatsyayana, 2008, hlm. 45).

Banyak wanita yang mengalami masa kehamilan tanpa perubahan yang jelas pada gairah atau keinginan seksual. Beberapa wanita memang mengalami variasi yang sangat berbeda dalam keinginan seksual. Faktor emosi merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan ini. Hormon merupakan penyebab tidak langsung ia hanya menciptakan gejala fisik yang membuat wanita secara seksual menjadi apatis. Sebaliknya, ada juga wanita yang justru meningkat keinginan seksual selama hamil. Hal ini mungkin disebabkan oleh hilangnya kecemasan tentang keinginan untuk hamil atau keinginan untuk tidak hamil. Dan ada wanita yang tetap aktif dalam hubungan seksual sampai waktu hampir melahirkan. Bahkan ada beberapa wanita yang gairah seksualnya meningkat tinggi (Naek, 2000, ¶ 2, Hubungan Seks di Masa Hamil, Mengapa Tidak?. diperoleh tanggal 29 September 2009).

Menurut Eisenberg (2006, hlm. 309) beberapa pasangan akan mengalami penurunan kenikmatan dan gairah seksual 21% yang tidak mengalami kenikmatan sebelum kehamilan. Persentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual ini meningkat menjadi 41% pada minggu ke-12 dari kehamilan, dan meningkat lagi menjadi 59% memasuki bulan kehamilan. Demikian pula pada minggu ke-12 kehamilan, kira-kira satu dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual, memasuki bulan kesembilan sepertiganya menjadi pantang seksual. Tetapi


(14)

xiii

ada juga wanita yang dapat melakukan hubungan seksual selama kehamilan tanpa ada masalah.

Sebenarnya berhubungan seks pada kehamilan itu boleh dilakukan dan tidak ada masalah tapi pada kasus-kasus kehamilan tertentu, ibu hamil dilarang atau harus membatasi untuk melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Kasus-kasus kehamilan tersebut antara lain : riwayat kelahiran premature, ancaman keguguran, keluar cairan dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit menular seksual, plasenta previa, dilatasi pelebaran servik dan lain-lain (Kissanti, 2009, hlm. 94).

Menurut Pangkahila (2008), dalam penelitiannya untuk mengetahui pengaruh kehamilan terhadap dorongan seksual. Bagi sebagian wanita, kehamilan justru meningkatkan dorongan seksual, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh. Sementara bagi wanita yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seksual. Perbedaan pengaruh terhadap dorongan seksual ini ditentukan oleh sejauh mana perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi seksual wanita yang hamil tersebut. Selain itu mitos tentang seks dalam kehamilan yang beredar luas di masyarakat, dianggap sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu, dan juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku seksual suaminya. Karena terdapat perbedaan dorongan seksual, maka terjadi perbedaan dalam perilaku seksual wanita hamil dan pasangannya (Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan.


(15)

xiv

Pada trisemester pertama biasanya gairah seks wanita hamil menurun karena mengalami mual, muntah, dan kelelahan yang akan mempengaruhi hasrat mereka untuk berhubungan seksual. Memasuki trisemester kedua situasi dengan normal. Wanita hamil juga lebih mudah terangsang dan lebih responsif secara seksual. Pada trimester ketiga, ketidaknyaman fisik bisanya meningkat kembali (Mariana, 2008, ¶ 3, Aktivitas Seks Saat hamil. 2009).

Untuk menangani masalah tersebut bisa diatasi dengan pemilihan posisi yang nyaman dalam melakukan hubungan seksual. seperti posisi wanita diatas dan posisi duduk dapat menjadi pilihan pasangan sehingga wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi. Sementara bagi perempuan yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seksual. Sementara itu, seks ketika hamil dipengaruhi oleh beberapa hal yang berbeda-beda. Hal-hal yang mempengaruhi aktivitas seksual seseorang ketika sedang hamil, yaitu: kepercayaan atau mitos yang dianut ibu hamil tentang seks, kondisi fisik dan kondisi emosional atau psikologis pada saat kehamilan (Mariana, 2008, ¶ 2, Aktivitas Seks Saat hamil, diperoleh tanggal 10 Oktober 2009).

Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan di klinik bersalin Mariani Medan, empat dari 10 ibu hamil mengalami penurunan dalam melakukan hubungan seksual, tiga diantaranya tidak terjadi perubahan dan tiga ibu hamil lagi justru mengalami peningkatan hubungan seksual. Ibu hamil yang mengalami penurunan seksual mengatakan bahwa akibat perubahan fisik selama kehamilan mereka merasa tidak nyaman melakukan hubungan seks dan mereka juga takut terjadi keguguran dan menyakiti janin bila melakukan hubungan seksual.


(16)

xv

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah ibu hamil dalam melakukan hubungan seksual banyak dipengaruhi oeh beberapa faktor di antaranya yaitu kondisi fisik, psikologis, dan mitos maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010. 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kondisi fisik ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.

b. Mengetahui psikologis ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.

c. Mengetahui mitos yang dianut ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.

d. Mengetahui hubungan kondisi fisik ibu hamil, psikologis ibu hamil, dan mitos yang dianut ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.


(17)

xvi 4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah bahan kepustakaan, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mahasiswa D IV kebidanan dalam hal faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks selama hamil.

b. Pendidikan Kebidanan

Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya ibu hamil tentang faktor-faktor berhubungan seks selama kehamilan.

c. Bagi Ibu hamil

Mendapatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesional dan mendapatkan kesempatan untuk ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan serta dapat membandingkan teori-teori dengan kenyataan yang ada dilapangan.


(18)

xvii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu hamil (Gravida)

Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu yang sangat mempengaruhi keadaan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal (Manuaba, 1998, hlm.158).

Menurut Manuaba (1998, hlm.158) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu : 1. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kalinya

2. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup bulan B. Hubungan Seksual

1. Defenisi

Hubungan seksual adalah aktivitas seksual yang berkaitan dengan sistem reproduksi yang melibatkan gamet pria dan wanita (Dorland, 2002, hlm. 105). Selain itu, menurut Kamus Besar Indonesia (2003, hlm, 312), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. 2. Fisiologis Seks

Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan suami-istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil. Menurut Derek (2000, hlm. 55-59), aktivitas seksual yang sempurna berlangsung melalui empat fase reaksi seksual yaitu :

a. Fase kenikmatan atau bangkitnya gairah

Fase ini dimulai dari hubungan kontak tubuh dengan pria, bukan oleh rangsangan seksual, meskipun pandangan terhadap pria yang menarik bisa memainkan peranan. Bangkitnya gairah seksual bervariasi tergantung waktu.


(19)

xviii

Banyak wanita mengalami minat seksual yang tinggi pada saat tertentu, seperti pada pertengahan siklus atau sebelum dan selama haid. Tetapi tidak ada pola yang konsisten dapat ditentukan. Fase kenikmatan seorang wanita tergantung pada kelambatan mencapai puncak, yang lebih lama dari pria. Selama itu, klitoris beraksi, saluran vagina lebih halus dan tebal karena dipenuhi pembuluh darah yang membentuk benjolan halus. Perubahan ini beragam tingkatannya dari satu wanita ke wanita lain.

b. Fase Plateau

Pada fase ini wanita akan merasakan penis bereaksi di dalam vaginanya. Banyak wanita mengatakan, bagian yang menyenangkan dari hubungan seksual, terpisah dari orgasme itu sendiri adalah perasaan ketika penis memasuki vagina. Jika wanita tidak mengalami orgasme ketika melakukan hubungan seksual, wanita tersebut mungkin menginginkan pria membantunya mencapai orgasme dengan mengusap daerah klitoris secara lembut atau mengusap dengan lidah dan bibir yang disebut dengan cunnilingus. Wanita mungkin lebih senang mengalami orgasme sebelum mereka memulai senggama atau setelah pria mengalami ejakulasi, tergantung dari suasana hati mereka berdua.

c. Fase Orgasme

Orgasme disebabkan oleh suatu refleks. Rangsangan di daerah klitoris baik secara langsung ketika wanita bermarturbasi atau dirangsang secara tidak langsung oleh gerakan penis ketika masuk ke dalam vagina. Setiap orang dewasa dan menerima orgasme secara berbeda. Penjelasan yang diberikan beberapa wanita menunjukkan, orgasme adalah perasaan nikmat yang


(20)

xix

tertinggi dari bangkitnya nafsu seks. Perasaan ini bisaanya dimulai di bagian pinggul, kemudian menyebar keseluruh tubuh. Selama orgasme perasaan wanita berpusat pada sensasi dan sebagian besar pada pengeluaran cairan. Ini dimulai dengan saat-saat ketegangan yang tidak terkontrol, pelepasan ketegangan mental dan kelegaan. Hamper setiap wanita dapat mencapai orgasme dengan bermarturbasi, atau dengan rileks dan yakin terhadap hubungannya untuk memberitahu pasangan tentang kebutuhan sehingga dapat membantu mencapi orgasme dengan perangsangan.

d. Fase Resolusi

Pada pria dan wanita, kontraksi otot konklusif dan kenikmatan orgasme diikuti dengan relaksasi. Tetapi berbeda dengan penis pria, bisaanya klitoris tidak mengendur dan beberapa wanita dapat mencapai satu orgasme setelah orgasme yang lain, tanpa selingan. Banyak wanita merasa cukup dengan hanya dengan satu orgasme. Dalam lima sampai sepuluh menit pertama dari fase resolusi, jaringan vagina dan vulva kehilangan cairan yang akan membasahi vagina. Tetapi jika wanita dirangsang kembali secara seksual, maka dia dapat terangsang dan mengalami orgasme yang lain dengan jarak waktu yang lebih pendek dari pada pria. Sebaliknya, jika wanita dirangsang pada fase plateu tetapi tidak dibantu mencapai orgasme, maka fase resolusi sering menjadi lama dan ketegangan jaringan vagina lambat untuk dipulihkan. Rangsangan yang berulang dan kegagalan mencapai orgasme bisa menyebabkan frustasi fisik dan mental. Mungkin juga menyebabakan keluhan ginekologis yang bersifat psikomatis.


(21)

xx 3. Hubungan Seksual Selama Kehamilan

Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang, rasa aman dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran (komunikasi), berpelukan, atau pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual. Selain itu dapat mencari alternatif lain dengan mandi air hangat, makan malam romantis atau apapun yang sama-sama membuat pasangan senang (Suririnah, 2004, ¶ 2, Berbahayakah Melakukan Hubungan Seksual dan

Orgasme Selama Kehamilan.

Oktober 2009).

Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko, pasangan suami-stri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan (Kissanti, 2009, hlm. 93).

Seperti yang dikemukan oleh Ningsih (2007), tidak sedikit wanita hamil justru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar bisaa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme multiple dengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena hormon wanita dan hormon kehamilan mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi) menjadi lebih sensitif dan


(22)

xxi

responsif

2009).

Dengan memahami pengaruh kehamilan terhadap perilaku seksual, dan dapat sebaliknya pengaruh hubungan seksual terhadap kehamilan diharapkan tidak terjadi masalah antara suami istri. Hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa hubungan seksual dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga diperlukan saling pengertian atas dasar saling mengasihi (Pangkahila, 2002, ¶ 1,

Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan.

tanggal 5 Oktober 2009).

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Melakukan Hubungan Seks

Menurut Eisenberg (2006, hlm. 308), banyak sekali perubahan fisik dan psikilogis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun untuk beberapa faktor yang membuat pasangan harus membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu:

a. Kondisi fisik

1). Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada pada waktu-waktu tertentu, gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Haln itu akan menghilang di akhir trimester pertama.

2). Keletihan biasanya terjadi pada bulan keempat, dapat mempengaruhi hasrat untuk bercinta. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan pasangan anda.

3). Perubahan bentuk fisik tubuh, perut buncit, kaki bengkak dan wajah sembab. Bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak


(23)

xxii

nyaman karena terhalang dengan perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat pasangannya menjadi tidak bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa besar itu indah.

4). Menyempitnya genital dapat menyebabkan seks kurang memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya.

5). Kebocoran kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena adanya rangsangan seksual payudara.

6). Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu sempit. Tetapai dapat membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi.

7). Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti bahwa penetrasi yang dalam kadang-kadang menyebabkan perdarahan, terutama pada kehamilan tua.


(24)

xxiii b. Kodisi Psikologis

1). Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan rahim.

2). Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature.

3). Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual.

4). Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.

5). Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun


(25)

xxiv

sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi). 6). Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul.

Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam.

7). Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan.

Beberapa kajian menunjukkan meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature.

(Eisenberg, 2006, hlm. 308-310).

5. Beberapa Efek Kondisi Kehamilan terhadap Minat untuk Berhubungan Seksual pada Setiap Trismester.

a. Trimester Pertama

1). Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu

Pada trimester pertama, kemungkinan akan mengalami beberapa gejala di bawah ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua calon ibu


(26)

xxv

merasakan gejala yang sama. Ada yang mengalami seluruh gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala pun. Kehamilan setiap wanita berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan kondisi sebelum kehamilan.

a). Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam, atau sepanjang hari. b). Produksi air ludah meningkat.

c). Tubuh mudah lelah dan mengantuk.

d). Payudara membengkak, puting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba. e). Mulut terasa pahit.

f). Sering buang air kecil.

g). Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan. h). Menginginkan atau menolak makanan tertentu (ngidam).

i). Sembelit

j). Sakait kepala atau pusing.

k). Mengalami perasaan tidak biasa, seperti tidak suka melihat seuami, sensitif pada bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dan lain-lain.

l). Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang cenderung cengeng. m). Sering merasa cemas terhadap kehamilan, misalnya takut keguguran,

takut janin terluka, dan lain-lain. 2). Efek terhadap Berhubungan Seksual

Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan terjadi


(27)

xxvi

penurunan minat terhadap seks. Survei mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama.

Semua gejala yang dialami calon ibu pada trimester pertama membuatnya merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami. Rasa mual membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk berhubungan seks. Mulut yang pahit membuat calon ibu tidak ingin berciuman dengan pasangan. Selain itu, payudara yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah, sensitive terhadap bau-bauan dan rasa benci terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau tidur sekamar apalagi berhubungan seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang.

Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan. Pada saat ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat terjadi.

b. Trimester Kedua

1). Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu

Beberapa gejala yang umumnya dirasakan oleh calon ibu pada trimester kedua di antaranya :


(28)

xxvii a). Pergerakan janin yang mulai terasa.

b). Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan menghilang. c). Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan tidak berbau

yang lazim disebut leukorhea. Ini normal terjadi karena adanya peningkatan hormon selama kehamilan.

d). Nafsu makan mulai meningkat. e). Payudara tidak lagi nyeri.

f). Produksi hormon progesteron meningkat.

g). Pinggul dan payudara lebih berisi berkat hormon kehamilan dan pertambahan berat badan. Areola dan puting susu berwarna lebih gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan bercahaya.

h). Suasana hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif dan suasana hati masih mudah berubah.

i). Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya. 2). Efek terhadap Hubungan Seksual

Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi Anda dan pasangan sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan.

Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada kondisi kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta


(29)

xxviii

memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester pertama membuat gairah lebih meningkat.

Pada trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Anda pun akan lebih mudah mengalami orgasme. Seperti pada beberapa wanita yang sudah mengalaminya pada trimester pertama, umumnya pada trimester kedua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif. Akan tetapi, banyaknya aliran darah ke vagina juga menyebabkan perubahan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit mempertahankan ereksi.

Bagi para suami, di masa ini pasangan mereka terlihat lebih menarik dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri yang meningkat membuat calon ibu terlihat lebih cantik, ditunjang dengan kulit dan rambut yang semakin bercahaya karena pengaruh hormon kehamilan. Namun, ada juga suami yang mengalami penurunan gairah karena khawatir berhubungan intim dapat mengganggu kesehatan ibu hamil atau janin, perasaan cemas bakal segera menjadi ayah, atau bahkan perasaan tidak enak karena merasa si janin menyaksikan acara bercinta tersebut.

c. Trimester Ketiga

1). Kondisi Fisik dan Emosi Calon Ibu

Mendekati masa persalinan, kemungkinan ibu hamil masih akan mengalami berbagai gejala seperti trimester sebelumnya. Akan tetapi, saat ini


(30)

xxix

akan lebih terfokus pada tanda-tanda lain yang berkaitan dengan persalinan. Bayangan akan hadirnya makhluk mungil dalam pelukan akan mengaburkan gejala yang biasanya masih dirasakan pada trimester terakhir ini. Berikut ini merupakan gejala yang pada umumnya dirasakan pada penghujung kehamilan. Gejala pada setiap wanita berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing.

a). Gerakan janin jauh lebih kuat dibanding sebelumnya, sering kali lebih aktif di malam hari.

b). Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab. c). Semakin mudah lelah dan napas pendek.

d). Kram kaki, terutama di malam hari. e). Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol. f). Kemungkinan mengalami varises.

g). Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang. h). Sering buang air kecil.

i). Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions). j). Sulit tidur.

2). Efek Terhadap Hubungan Seksual

Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali


(31)

xxx

merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah sembap membuat calon ibu merasa tidak enak dipandang lagi di mata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan janin.

Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Secara medis, sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit, dengan kata lain, kehamilan sedang dalam kondisi yang sehat. Namun demikian, satu hal yang wajar pula apabila saat ini frekuensi bercinta tidak sesering pada trimester kedua. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan untuk menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme.

Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekira 30 menit hingga terasa tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai, sebaiknya kunjungi dokter segera. Menurun atau meningkatnya keinginan untuk berhubungan seksual dengan pasangan di masa ini bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan karena hal penting yang perlu disadari ialah bahwa antara masa pembuahan dan kelahiran, bercinta bisa menjadi dimensi yang baru dan sangat menyenangkan (Suryoprajogo, 2008, hlm. 46-52).


(32)

xxxi 6. Mitos yang Telah Dianut oleh Ibu Hamil a. Posisi kanan dan kiri

Mitos ini mengaitkan posisi hubungan seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Konon, jika posisi pria ketika melakukan hubugan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-lakilah yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi yang akan lahir ialah bayi perempuan.

Tentu saja informasi ini salah dan tidak rasional karena jenis kelamin bayi tidaklah ditentukan oleh posisi pria ketika berhubungan seksual. Melainkan ditentukan oleh jenis spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Namun, jika spermatozoa dengan kromosom Y yang membuahi sel telur maka bayi laki-laki yang akan terbentuk. Akan tetapi, ternyata tidak sedikit orang yang memercayai mitos itu dan melakukannya.

b. Boleh tidaknya berhubungan

Anggapan lain yang juga tidak bisa dibenarkan tetapi beredar luas di masyarakat ialah bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama kehamilan agar tidak mengganggu perkembangan bayi. Anggapan ini tidak benar karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual mengganggu perkembangan bayi. Sebaliknya, ada anggapan lain yang menyatakan bahwa hubungan seksual tidak menimbulkan akibat apa pun terhadap kehamilan, sehingga tetap boleh dilakukan seperti sebelum masa kehamilan. Namun, anggapan ini juga tidak dapat dibenarkan. Karena, boleh tidaknya hubungan seksual dilakukan selama masa kehamilan lebih ditentukan oleh kondisi


(33)

xxxii

kehamilan yang ada serta tentunya menurut hasil konsultasi Anda dengan dokter kandungan atau bidan yang menangani kehamilan (Suryoprajogo, 2009, hlm. 73-75).

c. Harus sering

Salah satu mitos yang beredar luas di masyarakat ialah hubungan seksual harus sering dilakukan selama masa hamil, agar bayi di dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat. Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan pertumbuhan bayi. Artinya, kalau selama hamil melakukan hubungan seksual, maka sel jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk selama kehamilan. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi (Pangkahila, 2007, ¶ 1, Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan.

7. Cara untuk Mempertahankan Hubungan Seksual

Menurut Einberg (2006, hlm. 313), hubungan seksual yang baik dan tahan lama seperti hubungan pernikahan yang dan tahan lama, tidak akan bisa dibangun dalam satu hari (atau satu malam yang sangat indah sekalipun). Hubungan ini tumbuh bersamaan dengan pengalaman, kesabaran, saling


(34)

xxxiii

pengertian, dan cinta. Begitu pula dengan hubungan seksual selama kehamilan yang mengalami banyak tekanan fisik dan emosional. Berikut ini beberapa cara untuk mempertahankan hubungan seksual kehamilan yaitu :

a. Jangan tergantung dari keharusan dan berapa seringnya anda melakuka n hubungan seksual. Kualitas dari hubungan seksual jauh lebih penting dari pada jumlahnya, terutama selama hamil.

b. Lebih menekankan cinta dari pada permainan cinta. Bila salah satu pasangan tidak ingin melakukan hubungan seksual atau hubungan ini menimbulkan frustasi karena tidak memuaskan, maka temukan cara lain untuk mempertahankan keintiman, misalnya berciuman atau mencium leher, berpegangan tangan, mengusap punggung, memijat kaki, membagi minuman susu di tempat tidur, menonton TV.

c. Bicarakan setiap masalah secara terbuka, jangan disembunyikan atau dianggap tidak ada. Bila masalahnya terlalu besar untuk anda tangani sendiri, mintalah bantuan keluarga atau bantuan professional.

d. Berpikir secara positif, hubungan seksual adalah persiapan fisik yang baik untuk persalinan.

e. Mencoba poisi berhubungan seksual yang nyaman selama kehamilan.

f. Bila dokter anda melarang hubungan seksual selama kehamilan, tanyakan apakah orgasme diperbolehkan (melalui masturbasi mutual). Anda masih dapat menikmati hubungan seksual ini dengan tidak mencapai klimaks. Bila anda tidak diperbolehkan mengalami orgasme, setidaknya anda mendapatkan kepuasan dari memberikan kepuasan kepada pasangan anda.


(35)

xxxiv

8. Posisi-Posisi dalam Melakukan Hubungan Seksual Selama kehamilan

Kehamilan bukan berarti tidak dapat melakukan hububan seks, tetapi saat kehamilan membesar perlu memilih memilih hubungan seks yang aman. Prinsipnya ibu hamil tetap bisa melakukan hubungan suami istri selama kehamilan, dengan alasan secara medis dan atas saran dari dokter untuk tidak melakukan hubungan seks. Pada saat kehamilan sudah semakin membesar maka perut pun akan semakin membesar dan saat itu perlu melakukan dan mencari posisi seks yang nyaman saat melakukan hubungan seks (Suryoprajogo, 2008, hlm. 63-69).

a. Posisi misionaris

Pria menindih wanita dari atas dan saling berhadapan. Posisi ini masih bisa digunakan pada trimester pertama dan kedua. Tetapi si pria harus menahan berat badannya agar tidak menekan perut si istri.

b. Saling berhadapan, istri diatas

Suami berbaring telentang, sedangkan istri setengah jongkok diatasnya dan membantu memasukkan kemaluan dengan lengan, atau duduk diatas pangkal paha suami. Suami berbaring mengangkat tubuh dengn lengan, atau melingkarkan tangan disekeliling pinggang istri. Posisi ini yang paling nyaman untuk ibu hamil, karena perut istri terhindar dari tekanan badan suami dan istri dapat mengontrol seberapa dalam penis berpenetrasi ke dalam vagina, sehingga mengurangi iritasi pada servik.

c. Posisi penetrasi dari belakang

Wanita menahan berat badannya dengan kedua tangan, tapi tangan dan payudaranya diletakkan di pinggir tempat tidur dan lututnya dialasi dengan


(36)

xxxv

bantal. Pria berlutut di lantai yang memungkinkannya mengontrol dalamnya penetrasi dengan dengan baik. Posisi ini akan lebih nyaman pada bulan-bulan terakhir kehamilan.

d. Posisi duduk

Suami duduk di kursi atau tepi tempat tidur, memangku istri dan saling berhadapan, kemaluan suami di dalam vagina istri, lengan saling memangkul. Posisi ini bisaanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut dimana tidak memerlukan banyak gerakan dan wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi.

e. Posisi berlutut atau berdiri

Dengan agak melipat lutu, suami dapat memasukkan penis dari belakang istri melingkarkan lengannya pada leher suami dan melingkarkan kaki suami antara kedua pahanya. Posisi ini juga sesuai untuk dilakukan pada saat perut anda sudah besar, atau anda tidak dapat berperan aktif lagi selama bercinta. 9. Komplikasi Hubungan Seksual pada Kehamilan

Wanita yang pernah mengalami keguguran, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dan masturbasi sampai mencapai orgasme terutama selama 3-4 bulan pertama, karena dapat menimbulkan gerakan rahim yang justru lebih hebat. Selain itu, prostaglandin yang ada di dalam sperma dapat menimbulkan kekejangan otot rahim sehingga menyebabkan keguguran (Pangkahila, 2002, ¶ 1,

Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan.

tanggal 5 Oktober 2009).

Menurut Westheimer (2002), ibu hamil tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus kehamilan sebagai berikut;


(37)

xxxvi

a. Placenta Previa karena dapat mengganggu plasenta dan potensial menimbulkan pendarahan dan kehaliran premature. Jika posisi plasenta tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan dilahirkan dengan operasi caesar. b. Afasemen dan dilatasi pada serviks. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

serviks yang mengalami efasmen atau dilatasi dalam awal kehamilan, memiliki resiko besar melahirkan bayi premature. Walaupun kebanyakan peneliti tidak meyakinkan, penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi, pecahnya kantong amnion. Jika dokter melarang anda berhubungan seks, diskusikan semua faktor diatas dan tanyakan apakah boleh berhubungan seks menggunakan kondom.

c. Serviks lemah, berarti serviks tidak cukup kuat Manahan kehamilan hingga saat persalinan tiba. Wanita yang telah di diagnosa memiliki kandungan yang lemah membutuhkan operasi yang disebut stitch. Walaupun tidak ada bukti ilmiah bahwa hubungan seks bisa membahayakan, kebanyakan dokter sepakat untuk membatasi hubungan seks jika terdapat jahitan pada rahim anda.

d. Perdarahan, khususnya jika kehamilan anda belum memasuki minggu ke 37 dari kehamilan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk puasa dari hubungan seks hingga perdarahan berhenti. Jika pendarahan terjadi lagi dan khususnya setelah hubungan seks, dokter akan menyarankan anda untuk sama sekali tidak berhubungan seks.

e. Cairan amniotic bocor atau ketuban pecah, kaena hubungan seks pada kondisi ini menambah resiko infeksi.


(38)

xxxvii

Selain itu pasangan suami istri juga tidak boleh melakukan hubungan seksual pada kasus-kasus kehamilan seperti : riwayat kelahiran premature, keluar cairan dari vagina yang tidak diketahuinya penyebabnya, suami atau istri yang menderita penyakit menular, pasangan menemukan posisi hubungan seksual yang nyaman, nyeri saat hubungan seksual, janin multiple (Suririnah, 2004, ¶ 2, Berbahayakah Melakukan Hubungan Seksual dan Orgasme Selama Kehamilan.

10. Hasil Penelitian Lain yang Berhubungan Dalam melakukan hubungan seks pada Ibu hamil:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cikmah yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Menolak dalam Berhubungan Seks di BPS Karang Rejo Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Tahun 2008”, yang mana menjelaskan hasil dari penelitiannya diketahui, berdasarkan hasil survei awal didapatkan sebanyak 10 orang ibu hamil dengan 7 orang (70%) tidak melakukan hubungan seksual, sementara dari 10 orang 7 orang di antaranya (70%) tidak mengerti tentang hubungan seksual yang aman selama kehamilan. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa faktor adat istiadat dan mitos

tidak mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan seks selama hamil, sedangkan faktor keadaan atau kondisi ibu sangat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan hubungan seks selama hamil.


(39)

xxxviii BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm.55).

Variabel independen Variabel dependen

Skema. 3.1 Skema kerangka konsep B. Hipotesis

1. Adanya hubungan kondisi fisik ibu hamil dengan melakukan hubungan seks. 2. Adanya hubungan psikologis ibu hamil dengan melakukan hubungan seks.

3. Adanya hubungan mitos yang dianut ibu hamil dengan melakukan hubungan seks.

Hubungan Seks • Kondisi fisik ibu hamil

• Psikologis ibu hamil


(40)

xxxix C. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

N o

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Hasil Skala

1. Hubungaan seks

Hubungan

persetubuhan antara pria dan wanita yang dilakukan pada saat wanita dalam keadaan hamil

Wawancara Kuesioner Menolak

(7 < Median di atas total skor) Tidak menolak (7 > Median di bawah total skor)

Nominal

2. Kondisi fisik ibu hamil

Perubahan-perubahan fisik yang dialami ibu selama hamil di lihat dari kondisi tubuh dan bentuk fisik tubuh seperti: mual muntah, keletihan, perut buncit, menyempitnya genital, kebocoran kolostrum,

Wawancara Kuesioner Berpengaruh (3 < Median di atas total skor) Tidak

berpengaruh (3 > Median di bawah total skor)


(41)

xl perdarahan dll.

3. Psikologis ibu hamil

Prilaku atau cara berfikir ibu hamil yang bersifat secara kejiwaan dan emosinal yang

dialami selama hamil.

Wawancara Kuesioner Berpengaruh (2 < Median di atas total skor) Tidak

berpengaruh (2 > Median di bawah total skor)

Nominal

4. Mitos Suatu asumsi atau persepsi yang dianut dan dijalani oleh ibu selama hamil seperti: posisi dalam

melakukan hubungan seks menentukan jenis kelamin bayi.

Wawancara Kuesioner Percaya

(2 < Median di atas total skor) Tidak percaya (2 > Median di bawah total skor)


(42)

xxxviii BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm.55).

Variabel independen Variabel dependen

Skema. 3.1 Skema kerangka konsep B. Hipotesis

1. Adanya hubungan kondisi fisik ibu hamil dengan melakukan hubungan seks. 2. Adanya hubungan psikologis ibu hamil dengan melakukan hubungan seks.

3. Adanya hubungan mitos yang dianut ibu hamil dengan melakukan hubungan seks.

Hubungan Seks • Kondisi fisik ibu hamil

• Psikologis ibu hamil


(43)

xxxix C. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

N o

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Hasil Skala

1. Hubungaan seks

Hubungan

persetubuhan antara pria dan wanita yang dilakukan pada saat wanita dalam keadaan hamil

Wawancara Kuesioner Menolak

(7 < Median di atas total skor) Tidak menolak (7 > Median di bawah total skor)

Nominal

2. Kondisi fisik ibu hamil

Perubahan-perubahan fisik yang dialami ibu selama hamil di lihat dari kondisi tubuh dan bentuk fisik tubuh seperti: mual muntah, keletihan, perut buncit, menyempitnya genital, kebocoran kolostrum,

Wawancara Kuesioner Berpengaruh (3 < Median di atas total skor) Tidak

berpengaruh (3 > Median di bawah total skor)


(44)

xl perdarahan dll.

3. Psikologis ibu hamil

Prilaku atau cara berfikir ibu hamil yang bersifat secara kejiwaan dan emosinal yang

dialami selama hamil.

Wawancara Kuesioner Berpengaruh (2 < Median di atas total skor) Tidak

berpengaruh (2 > Median di bawah total skor)

Nominal

4. Mitos Suatu asumsi atau persepsi yang dianut dan dijalani oleh ibu selama hamil seperti: posisi dalam

melakukan hubungan seks menentukan jenis kelamin bayi.

Wawancara Kuesioner Percaya

(2 < Median di atas total skor) Tidak percaya (2 > Median di bawah total skor)


(45)

xli BAB IV

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi, yaitu penelitian ini menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi, kemudian melakukan korelasi antara fenomena tersebut, dengan pendekatan cross sectional karena pengambilan data faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seksual pada ibu hamil dimana data variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008, hlm. 89) Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan jumlah populasi yaitu sebanyak 55 responden.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dan keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili dari seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002, hlm. 79). Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan total sample yaitu 55 responden 15 Februari s/d 5 April 2010..

Sampel dalam penelitian menggunakan total sampling yaitu keseluruhan jumlah populasi dijadikan sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut:


(46)

xlii a. Kriteria sampel inklusi

1). Wanita hamil yang memeriksakan kehamilannya di Klinik Bersalin Mariani Medan

2). Dalam status sudah menikah

3). Bertempat tinggal serumah dengan suami

4). Bersedia ikut dalam penelitian dan telah menandatangani formulir C.Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Mariani Jl. Jendral Gatot Subroto Gang Johor No. 5 Medan, Karena mudah bagi peneliti untuk menjangkau tempat penelitian, dan belum adanya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil yang dilakukan di Klinik Bersalin Mariani Medan. Dan setelah melakukan survei di beberapa klinik, di Klinik Bersalin Mariani yang paling bayak terdapat sampel ibu hamil.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan 15 Februari 2010 s/d bulan 5 April 2010.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari pimpinan Klinik Bersalin Mariani Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan


(47)

xliii

untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. F. Instrumen penelitian

Instrumen pada penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan teoritis. Untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil dilihat dari faktor fisik, psikologis dan mitos, dengan mengunakan 40 pertanyaan berupa pernyataan yang terdiri dari hubungan seks sebanyak 10 pertanyaan, kondisi fisik ibu hamil sebanyak 10 pertanyaan, psikologis ibu hamil 9 pertanyaan, dan mitos yang dianut ibu hamil 11 pertanyaan. Dilakukan dengan cara mengisi kuesioner dengan menggunakan dua kategori adalah sebagai berikut : pertanyaan hubungan seks, alternatif jawaban: menolak skornya 1, tidak menolak skornya 0, kondisi fisik ibu hamil dan psikologis ibu hamil alternatif jawaban: berpengaruh skornya 1, tidak berpengaruh skornya 0, dan mitos yang dianut ibu hamil alternatif jawaban : percaya skornya 1, tidak percaya skornya 0, Selanjutnya di interpretasikan dengan menentukan skor kategori yaitu:

- Menolak : < Median di atas total skor


(48)

xliv G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner faktor-faktor yang berhubungan dalam kelakukan hubungan seks pada ibu hamil disusun dan dikembangkan sendiri oleh penulis. Sehingga sebelum disebar akan dilakukan uji coba kuesioner tersebut kepada 20 orang ibu hamil yang memiliki kriteria sama dengan sampel. Untuk mengetahui validitas dan reabilitas tersebut dilakukan sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji Validitas, dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0.44 dengan menggunakan nilai r tabel product moment dengan sampel 20 responden dan taraf signifikan 0,05. Uji validitas dilakukan dengan content validity oleh oleh dr. Sp.O.G yaitu ibu dr. Sarma N Lumbaraja, Sp.O.G pada tanggal 28 November 2009.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari 0.6 sudah memadai syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang ibu-ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care di RSUD Dr.


(49)

xlv

Pirngadi Medan yang mempunyai kriteria sama dengan sampel, lalu data diolah untuk mencari nilai koefisien reliabilitas.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Klinik Bersalin Mariani Medan, setelah mendapat izin, kemudian peneliti melaksanakan penelitian, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent, setelah itu peneliti memberikan penjelasan tetang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil. Setelah memberikan penjelasan, peneliti memberikan kuesioner untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil. Lembar kuesioner langsung diisi oleh responden dan peneliti menunggu sampai responden selesai mengisi lembar kuesioner, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data.

I. Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap ditandai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas responden apakah jawaban yang ada dilembar observasi sudah lengkap, jelas dan konsisten dengan apa


(50)

xlvi

yang akan kita teliti, kemudian memberikan koding atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam memasukkan data ke dalam komputer (entry) dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. 1. Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yakni melihat nilai dari faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil. Data demograrafi, hubungan seks, kondisi fisik ibu hamil, psikologis ibu hamil dan mitos yang dianut ibu hamil bersifat kategorik maka dicari frekuensi dan proporsi dan persentase.

2. Analisis bivariat

Dalam menganalisa secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-cquare dengan derajat kepercayaan 95%. Pedoman dalam menerima hipotesis: apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka H0 di tolak,

apabila (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak. data yang disajikan dalam bentuk tabel.

Fisher exact test juga dapat digunakan bila: b. Jumlah seluruh pengamatan (n) < 20,

c. Terdapat sel harapan (expected) < 5 dengan jumlah pengamatan antara 20-40 d. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan < 1


(51)

xlvii BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan. Pengambilan data telah dilaksanakan semenjak tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 5 April 2010, terhadap ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara memakai kuesioner kepada responden untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil yaitu tentang kondisi fisik, psikologis dan mitos selama kehamilan. total sampel yaitu sebanyak 55 responden.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data demograrafi yaitu umur, pendidikan dan paritas. Hubungan seks, kondisi fisik ibu hamil, psikologis ibu hamil dan mitos yang dianut ibu hamil bersifat kategori maka dicari distribusi frekuensi, proporsi dan persentase.


(52)

xlviii a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karekteristik di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Karakteristik Responden n Persentase (%)

Umur

< 20 tahun 21-35 tahun > 36 tahun

2 50 3 3,6 90,9 5,5

Jumlah 55 100

Pendidikan SMA D I D II D III S I 40 1 1 5 8 72,7 7,3 7,3 9,2 14,5

Jumlah 55 100

Paritas Primigravida Multigravida 25 30 45,5 54,5

Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel 5.1 tersebut, dapat dilihat bahwa dari 55 responden berdasarkan umur, sebagian besar 50 responden (90,9%) berumur pada rentang usia 21-35 tahun. Berdasarkan pendidikan sebagian besar 40 responden (72,7%) berpendidikan setara SMA, dan berdasarkan paritas sebagian besar multigravida yaitu sebanyak 30 responden (54,5%).

b. Hubungan seks dalam kehamilan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Seks Dalam Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Hubungan Seks n Persentase (%)

Menolak Tidak menolak 12 43 21,8 78,2


(53)

xlix

Berdasarkan tabel 5.2 tersebut, dapat dilihat bahwa dari 55 responden ternyata 21,8% responden menolak melakukan hubungan seks dalam kehamilan, dan 78,2% responden tidak menolak melakukan hubungan seks dalam kehamilan.

c. Kondisi fisik

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Ibu Hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Kondisi Fisik Ibu Hamil n Persentase (%)

Terpengaruh Tidak terpengaruh

27 28

49,1 50,9

Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel 5.3 tersebut dapat dilihat bahwa dari 55 responden ternyata 49,1% responden terpengaruh kondisi fisik ibu hamil, dan 50,9% responden tidak terpengaruh kondisi fisik ibu hamil.

d. Kondisi Psikologis

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Psikologis Ibu Hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Psikologis Ibu hamil N Persentase (%)

Terpengaruh Tidak terpengaruh

10 45

18,2 81,8

Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel 5.4 tersebut, dapat dilihat bahwa dari 55 responden ternyata 18,2% responden terpengaruh psikologis ibu hamil, dan 81,8% responden tidak terpengaruh psikologis ibu hamil.


(54)

l e. Mitos yang dianaut ibu hamil

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mitos dalam Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Mitos N Persentase (%)

Percaya Tidak percaya

16 39

29,1 70,9

Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel 5.5 tersebut, dapat dilihat bahwa dari 55 responden ternyata 18,2% responden percaya mitos yang dianaut ibu hamil, dan 81,8% responden tidak percaya mitos yang dianaut ibu hamil.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) yaitu kondisi fisik ibu hamil, kondisi psikologis ibu hamil dan mitos yang dianut ibu hamil dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu hubungan seks dengan menggunakaan uji statistik chi cquare dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

a. Kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Kondisi Fisik ibu hamil dengan Hubungan Seks di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Kondisi Fisik Ibu hamil

Hubungan Seks Total % *p

Tidak menolak Menolak

n % n %

Tidak berpengaruh

22 78,6 6 21,4 28 100 0,943

Berpengaruh 21 77,8 6 22,2 27 100

Jumlah 43 12 55


(55)

li

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hubungan antara kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks diperoleh 28 (100%) orang tidak terpengaruh dengan kondisi fisik ibu hamil, yang tidak menolak melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 22 orang (78,6%), dan dari 27 (100%) orang yang terpengaruh dengan kondisi fisik ibu hamil yang menolak melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 6 orang (22,2%). Dari uji statistik didapatkan nilai p=0,943 maka dapat disimpulkan, tidak terdapat perbedaan proporsi antara kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks dalam kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan. b. Psikologis ibu hamil dengan hubungan seks

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Psikologis Ibu Hamil dengan Hubungan Seks di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Psikologis Ibu hamil

Hubungan Seks Dalam Kehamilan Total % *p Tidak menolak Menolak

n % n %

Tidak terpengaruh

34 75,6 11 24,4 45 100 0,317

Terpengaruh 9 90,0 1 10,0 10 100

Jumlah 43 12 55

* uji chi square

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hubungan antara psikologis ibu hamil dengan hubungan seks diperoleh 45 (100%) orang tidak terpengaruh dengan psikologis ibu hamil, yang tidak menolak melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 34 orang (75,6%), dan dari 10 (100%) orang yang terpengaruh dengan psikologis ibu hamil yang menolak melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 1 orang (10,0%). Dari uji statistik didapatkan nilai p=0,317 maka dapat


(56)

lii

disimpulkan, tidak terdapat perbedaan proporsi antara psikologis ibu hamil dengan hubungan seks dalam kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan. c. Kondisi Mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Mitos dengan Hubungan Seks dalam Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan 2010

Mitos Hubungan Seks Dalam Kehamilan Total % *p Tidak menolak Menolak

N % N %

Tidak percaya

26 70,3 11 29,7 37 100 0,042

Tidak 17 94,4 1 5,6 18 100

Jumlah 43 12 55

*uji chi square

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa hubungan antara mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks diperoleh 37 (100%) orang tidak percaya dengan mitos yang dianut ibu hamil, yang tidak menolak melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 26 orang (70,3%), dan dari 18 (100%) orang yang percaya dengan mitos yang dianut ibu hamil yang menolak melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 1 orang (5,6%). Dari uji statistik didapatkan nilai p=0,042 maka dapat disimpulkan, terdapat perbedaan proporsi antara mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks dalam kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang membandingkan hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil.


(57)

liii a. Interpretasi dan diskusi hasil Analisa

1. Analisis Univariat 1) Hubungan seks

Berdasarkan tabel 5.1 dapat di lihat hasil dari 55 responden ternyata 21,8% responden menolak melakukan hubungan seks dalam kehamilan, dan 78,2% responden tidak menolak melakukan hubungan seks dalam kehamilan.

Tinggi angka kejadian ibu hamil tidak menolak dalam melakukan hubungan seks tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Elvina Zuhra tentang perubahan aktifitas seksual pada wanita sebelum dan selama hamil di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004 yaitu ibu hamil 62% mengemukakan berkurang gairah libido dan menolak melakukan hubungan seksual selama hamil.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penurunan gairah seksual dan ibu hamil menolak melakukan hubungan seksual disebabkan karena tidak adanya keingginan untuk bersetubuh, karena perubahan bentuk badan, rasa takut melukai janin dan rasa nyeri saat bersetubuh, dan selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko, pasangan suami-stri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang ahir persalinan.

2. Analisis Bivariat

1) Kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks

Dari tabel 5.6 dapat dilihat, hasil penelitian pada 55 responden Tanggal 15 Februari s/d 5 April 2010 di Klinik Bersalin Mariani Medan,


(58)

liv

didapatkan hasil uji statistik nilai p=0,943 maka dapat disimpulkan, tidak terdapat perbedaan proporsi antara kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks, dapat dilihat dari hasil pengolahan data di mana terlihat tidak ada pengaruh kondisi fisik ibu hamil dengan hubungan seks dalam kehamilan.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suryoprajogo (2008) Survei mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido menolak melakukan hubungan seksual pada trimester pertama, seperti rasa mual membuat ibu hamil merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk berhubungan seks, dan saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat berhubungan seks menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Dan juga diakibatkan perut yang kian membesar sehingga membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim, kaki bengkak, dan wajah sembap membuat calon ibu merasa tidak enak dipandang di mata pasangan.

Tetapi, tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kissanti (2009) selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak berisiko, pasangan suami-stri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang persalinan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, sebenarnya berhubungan seks pada kehamilan itu boleh dilakukan dan tidak ada masalah walau bayaknya perubahan fisik yang terjadi. Untuk menangani masalah tersebut bisa diatasi dengan pemilihan posisi yang nyaman dalam melakukan hubungan seksual. seperti posisi wanita diatas dan posisi duduk dapat


(59)

lv

menjadi pilihan pasangan sehingga wanita dapat mengontrol kedalaman penetrasi.

2) Psikologis ibu hamil dengan hubungan seks

Dari tabel 5.7 berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p=0,317 maka dapat disimpulkan, tidak terdapat perbedaan proporsi antara psikologis ibu hamil dengan hubungan seks, dan dapat dilihat dari hasil pengolahan data dimana terlihat tidak ada pengaruh psikologis ibu hamil dengan hubungan seks dalam kehamilan.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eisenberg (2006) psikilogis berpengaruh terhadap gairah dan kenikmatan seksual dan menurunnya libido itu berkaitan dengan takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran dan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan sehingga tidak adanya hasrat untuk melakukan hubungan seksual.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, sebenarnya berhubungan seks pada kehamilan terjadi perbedaan pengaruh terhadap dorongan psikologis seksual wanita. Perbedaan ini ditentukan oleh sejauh mana perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi seksual wanita yang hamil, selain itu tentu juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku seksual suami. Dan juga disebabkan kecemasan yang dapat dimengerti sifat hanya sementara dan bisa dialami oleh setiap orang.


(60)

lvi

3) Mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks.

Dari tabel 5.8 berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p=0,042 maka dapat disimpulkan, terdapat perbedaan proporsi antara mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks, dan dapat dilihat dari hasil pengolahan data dimana terlihat ada pengaruh mitos yang dianut ibu hamil dengan hubungan seks dalam kehamilan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cikmah yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Menolak dalam Berhubungan Seks di BPS Karang Rejo Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Tahun 2008”. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa mitos tidak mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan seks, sedangkan faktor keadaan atau kondisi ibu sangat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan hubungan seks selama hamil.

Tetapi berdasarkan hasil penelitian hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pangkahila (2008) mitos tentang seks dalam kehamilan yang beredar luas di masyarakat, dianggap sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, keajaiban dan penghormatan terhadap kehamilan kadangkala menimbulkan pandangan yang bervariasi tentang aktifitas seksual dalam kehamilan. Selama berabad-abad, kultur dan religi telah mempengaruhi prilaku hidup manusia. Begitu juga dengan mitos hubungan seksual selama hamil yang berkembang dimasyarakat. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu.


(61)

lvii 2. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya dan mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian secara optimal, namun berbagai kendala tidak jaramg muncul sehimgga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan penelitian ini antara lain: dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada respnden. Hai ini menimbulkan keengganan responden dalam mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Sehingga perlu dijelaskan kepada responden bahwa penelitian dilakukan untuk pengembangan ilmu, segala rahasia tentang diri responden dijaga.


(1)

Lampiran IV

TABEL VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

Kuesioner

r tabel

r hitung

Status

Valid

Nilai Alpha

Cronbach’s

Status

Reliabel

Hubungan seks

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,675

0,938

0,938

0,769

0,863

0,769

0,968

0,943

0,944

0,962

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,907

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Kondisi fisik ibu

hamil

P11

P12

P13

P14

P15

P16

P17

P18

P19

P20

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,927

0,993

0,998

0,964

0,986

0,983

0,992

0,998

0.998

0,941

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,981

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Psikologis ibu

hamil

P21

P22

P23

P24

P25

P26

P27

P28

P29

P30

P31

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,994

0,999

0,994

0,999

0,978

0,989

0,991

0,958

0.988

0,999

0,999

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,994

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel


(2)

Mitos yang

dianut ibu hamil

P32

P33

P34

P35

P36

P37

P38

P39

P40

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,971

0,989

0,989

0,989

0,997

0,993

0,993

0.997

0,996

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,991

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel


(3)

Lampiran VII

Crosstabs

Kondisi Fisik Ibu Hamil Dengan Hubungan Seks

Case Processing Summary

55 96.5% 2 3.5% 57 100.0%

kondisi fisik ibu hamil * Hubungan sek

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

kondisi fisik ibu hamil * Hubungan sek Crosstabulation

22 6 28

78.6% 21.4% 100.0%

21 6 27

77.8% 22.2% 100.0%

43 12 55

78.2% 21.8% 100.0% Count

% within kondisi fisik ibu hamil Count

% within kondisi fisik ibu hamil Count

% within kondisi fisik ibu hamil tidak berpengaruh

berpengaruh kondisi fisik

ibu hamil

Total

tidak menolak menolak Hubungan sek

Total

Chi-Square Tests

.005b 1 .943

.000 1 1.000

.005 1 .943

1.000 .600

.005 1 .944

55 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.89.


(4)

Risk Estimate

1.048 .291 3.767

1.010 .764 1.336

.964 .355 2.623

55 Odds Ratio for kondisi

fisik ibu hamil (tidak berpengaruh / berpengaruh) For cohort Hubungan sek = tidak menolak For cohort Hubungan sek = menolak N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence

Interval

Crosstabs

Psikologis Ibu Hamil Dengan Hubungan Seks

Case Processing Summary

55 96.5% 2 3.5% 57 100.0%

psikologis ibu hamil * Hubungan sek

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

psikologis ibu hamil * Hubungan sek Crosstabulation

34 11 45

75.6% 24.4% 100.0%

9 1 10

90.0% 10.0% 100.0%

43 12 55

78.2% 21.8% 100.0% Count

% within psikologis ibu hamil

Count

% within psikologis ibu hamil

Count

% within psikologis ibu hamil

tidak berpengaruh

berpengaruh psikologis

ibu hamil

Total

tidak menolak menolak Hubungan sek


(5)

Chi-Square Tests

1.001b 1 .317

.333 1 .564

1.151 1 .283

.430 .297

.983 1 .322

55 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.18.

b.

Risk Estimate

.343 .039 3.023

.840 .644 1.094

2.444 .355 16.825

55 Odds Ratio for

psikologis ibu hamil (tidak berpengaruh / berpengaruh) For cohort Hubungan sek = tidak menolak For cohort Hubungan sek = menolak N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence

Interval

Crosstabs

Mitos Yang Dianut Ibu Hamil Dengan Hubungan Seks

Case Processing Summary

55 96.5% 2 3.5% 57 100.0%

mitos yang dianut ibu hamil * Hubungan sek

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(6)

mitos yang dianut ibu hamil * Hubungan sek Crosstabulation

26 11 37

70.3% 29.7% 100.0%

17 1 18

94.4% 5.6% 100.0%

43 12 55

78.2% 21.8% 100.0% Count

% within mitos yang dianut ibu hamil Count

% within mitos yang dianut ibu hamil Count

% within mitos yang dianut ibu hamil tidak percaya

percaya mitos yang dianut

ibu hamil

Total

tidak menolak menolak Hubungan sek

Total

Chi-Square Tests

4.148b 1 .042

2.852 1 .091

4.948 1 .026

.078 .039

4.073 1 .044

55 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.93.

b.

Risk Estimate

.139 .016 1.178

.744 .587 .944

5.351 .748 38.300

55 Odds Ratio for mitos

yang dianut ibu hamil (tidak percaya / percaya) For cohort Hubungan sek = tidak menolak For cohort Hubungan sek = menolak N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval