Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

(1)

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014

TESIS

Oleh

YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF HYPNOBIRTHING ON DURATION OF LABOR OF DELIVERING WOMEN IN EKA SRI WAHYUNI MATERNITY CLINIC

MEDAN DENAI SUBDISTRICT IN 2014

THESIS

By

YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014

T E S I S

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(4)

Judul Tesis : PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Yenni Kurniawati

Nomor Induk Mahasiswa : 127032127

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 5 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

2. Prof.dr. Delfi Lutan, M.Sc, SpOG (K) 3. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes, Ph.D


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, April 2015

Yenni Kurniawati 127032127/IKM


(7)

ABSTRAK

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Salah satu faktor yang memengaruhi lama persalinan adalah nyeri persalinan. Rasa nyeri kini dapat di kurangi dengan metode relaksasi hypnobirthing yang bertujuan untuk membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan tanpa adanya rasa sakit yang berlebihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing

terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.

Jenis penelitian menggunakan Pre Experimental Designs dengan jenis The Static-Group Comparison. Populasi perlakuan adalah seluruh ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai yang sudah mendapat sugesti hypnobirthing. Populasi kontrol adalah ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa yang tidak mendapat sugesti hypnobirthing. Sampel berjumlah 25 untuk kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-independent.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada primipara(p<0,001). Hypnobirthing tidak berpengaruh terhadap lama persalinan multipara, tetapi variabel perancu pengetahuan (p=0,002) dan suku (p=0,015) mempunyai pengaruh terhadap lama persalinan multipara.

Disarankan pada pihak praktisi hypnobirthing agar dapat memotivasi ibu bersalin khususnya primipara agar melakukan hypnobirthing secara intensif sejak masa awal kehamilan, dengan mengikuti kelas ibu hamil sehingga persalinan tidak membutuhkan waktu yang lama dan rasa sakit lebih sedikit.


(8)

ABSTRACT

Prolonged labor is labor which takes more than 24 hours for primipara childbirth and more than 18 hours for multipara childbirth . One of the factors which influence duration of labor is childbirth cramps. Now a days, cramps can be reduced by hypnobirthing relaxation method which is aimed to make the process of give birth a relief without too much pain. The objective of the research was to find out the influence of hypnobirthing on duration of labor of delivering women in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict in 2014.

The research used Pre Experimental with Static-Group Comparison design. The treatment population was all delivering women who got hypnobirthing sugesstions in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict, while the control population was those who did not get hypnobirthing in Tutun Sehati Maternity Clinic Tanjung Morawa Subdistrict. The samples were 25 respondents from treatment population, and 25 respondents from control population. The data were analyzed by using t-independent test.

The results of the research showed that there was the influence of hypnobirthing on duration of labor among primipara (p<0.001), Hypnobirthing did not influence the duration of labor among multipara, but confounding variables of knowledge (p=0,002) and tribe (p=0,015) could influence duration of labor among multipara.

It is recommended that hypnobirthing practitioners motivate delivering women, especially who give birth for the first time, to do hypnobirthing intensively since the beginning of pregnancy by participating in classes for pregnant women so that childbirth process will not take a long time and pain can be reduced.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014”.

Penulis menyadari bahwa ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing pertama yaitu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Pembimbing kedua, dimana kedua pembimbing memiliki penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya Tesis ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K) dan Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes, Ph.D, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan. 7. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan,

doa pada penulis dalam penyusunan tesis ini.

8. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Januari 2015 Penulis

Yenni Kurniawati 127032127/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yenni Kurniawati berumur 33 tahun dilahirkan di Benteng Rejo pada tanggal 09 Juni 1981 beragama Islam, penulis anak pertama dari empat bersaudara dengan status sudah menikah dan anak dari pasangan Hariyanto dan Sarimpi.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri No 050694 Batang Serangan pada tahun 1987 – 1993. Pada tahun 1993 – 1996, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Padang Tualang. Pada tahun 1996 – 1999, penulis melanjutkan pendidikan di SPK Dep.Kes RI Medan. Pada tahun 2000 – 2003, penulis melanjutkan kuliah D-III di Akademi Kebidanan Dep.Kes RI Medan. Pada tahun 2005 – 2007, penulis melanjutkan kuliah D-IV Bidan Pendidik di Poltekkes KepMenKes RI Medan , dan pada tahun 2007 sampai tahun 2011 penulis bekerja di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan. Selanjutnya pada tahun 2011 sampai tahun 2013 penulis bekerja di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai. Pada tahun 2012 selain bekerja di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai, penulis juga bekerja di Akademi Kebidanan Medica Bakti Persada Kota Subulussalam, Akademi Kebidanan Kharisma Husada Binjai dan Akademi Keperawatan Sehat Binjai sampai dengan sekarang. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan kuliah di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Persalinan ... 8

2.1.1Pengertian Persalinan ... 8

2.1.2Sebab-Sebab Mulainya Persalinan ... 9

2.1.3Proses Persalinan ... 10

2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan ... 15

2.1.5 Lama Persalinan ... 15

2.1.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan ... 17

2.2 Nyeri Persalinan ... 23

2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan ... 23

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan ... 24

2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan ... 28

2.2.4 Lama Nyeri Persalinan ... 30

2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri ... 30

2.2.6 Akibat tidak Mengatasi Nyeri ... 33

2.2.7 Metode Alternatif Mengatasi Nyeri Persalinan ... 34

2.3 Konsep Dasar Hypnobirthing ... 34

2.3.1 Pengertian Hypnobirthing ... 35

2.3.2 Manfaat Hypnobirthing ... 39

2.3.3 Hypnobirthing dalam Kehamilan ... 43

2.3.4 Teknik Hypnobirthing Menjelang Persalinan ... 44


(13)

2.3.6 Komunikasi dengan Spirit Baby Sukseskan Proses

Persalinan ... 50

2.3.6.1 Komunikasi Lewat Jalur Batin ... 50

2.3.6.2 Manfaat Berkomunikasi dengan Spirit Baby ... 51

2.4 Landasan Teori ... 52

2.5 Kerangka Konsep ... 54

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 55

3.2 Lokasi dan waktu penelitian ... 55

3.2.1 Lokasi penelitian ... 55

3.2.2 Waktu penelitian ... 56

3.3 Populasi dan sampel ... 56

3.3.1 Populasi ... 56

3.3.2 Sampel ... ... 56

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 59

3.5 Defenisi Operasional ... 59

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 61

3.6.1 Pengolahan Data ... 61

3.6.1 Analisis Data ... 62

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 64

4.1 Gambaran Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 64

4.2 Analisis Univariat ... 65

4.2.1 Variabel Perancu (Umur, Pendidikan, Suku dan Pengetahuan) ... 65

4.2.2 Deskriptif Lama Persalinan ... 72

4.2.3 Uji Normalitas Data Lama Persalinan ... 73

4.3 Analisis Bivariat ... 74

4.3.1 Hubungan Hypnobirthing dengan Lama Persalinan ... 74

4.3.2 Hubungan Pendidikan dan Suku dengan Lama Persalinan 75 4.3.3 Hubungan Umur dan Pengetahuan dengan Lama Persalinan ... 76

4.4 Analisis Multivariat ... 77

4.4.1 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Pendidikan dan Pengetahuan) dan Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara ... 77

4.4.2 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Suku dan Pengetahuan) dan Hypnobirthing Terhadap Lama Persalinan Multipara ... 77


(14)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 79

5.1 Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Primipara dan Multipara ... 79

5.2 Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara ... 82

5.3 Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Multipara ... 84

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan ... 16 3.1 Duration of Labor (Mean ± SD) ... 57 3.2 Definisi Operasional ... 60 4.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan, Umur, Paritas, Suku dan

Pengetahuan Menurut Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 66 4.2 Distribusi Jawaban Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan Ibu

Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 68 4.3 Distribusi Jawaban Pengetahuan pada Kelompok Kontrol Ibu

Bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa ... 70 4.4 Distribusi Frekuensi Paritas Multipara dan Intensitas Nyeri di

Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 72 4.5 Deskriptif Lama Persalinan ... 73 4.6 Uji Normalitas Data Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik

Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 73 4.7 Hubungan Hypnobirthing dengan Lama Persalinan Primipara dan

Multipara pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 74 4.8 Hubungan Pendidikan dan Suku dengan Lama Persalinan

Primipara dan Multipara pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 74 4.9 Hasil Uji Regresi Linier Berdasarkan Hubungan Umur dan


(16)

pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 76 4.10 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Pendidikan dan Pengetahuan)

dan Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 77 4.11 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Suku dan Pengetahuan)

terhadap Lama Persalinan Multipara pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 78


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Skala Face Pain Rating ... 31

2.2 Skala Pengukuran Nyeri ... 32

2.3 Landasan Teori ... 54


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Lembar Penjelasan ... 94

2 Lembar Persetujuan ... 95

3 Kuesioner Pengetahuan ... 96

4 Master Data ... 99

5 Hasil Statistik Analisis Univariat ... 101

6 Analisis Bivariat Primipara ... 111

7 Hasil Statistik Multipara ... 115


(19)

ABSTRAK

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Salah satu faktor yang memengaruhi lama persalinan adalah nyeri persalinan. Rasa nyeri kini dapat di kurangi dengan metode relaksasi hypnobirthing yang bertujuan untuk membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan tanpa adanya rasa sakit yang berlebihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing

terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.

Jenis penelitian menggunakan Pre Experimental Designs dengan jenis The Static-Group Comparison. Populasi perlakuan adalah seluruh ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai yang sudah mendapat sugesti hypnobirthing. Populasi kontrol adalah ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa yang tidak mendapat sugesti hypnobirthing. Sampel berjumlah 25 untuk kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-independent.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada primipara(p<0,001). Hypnobirthing tidak berpengaruh terhadap lama persalinan multipara, tetapi variabel perancu pengetahuan (p=0,002) dan suku (p=0,015) mempunyai pengaruh terhadap lama persalinan multipara.

Disarankan pada pihak praktisi hypnobirthing agar dapat memotivasi ibu bersalin khususnya primipara agar melakukan hypnobirthing secara intensif sejak masa awal kehamilan, dengan mengikuti kelas ibu hamil sehingga persalinan tidak membutuhkan waktu yang lama dan rasa sakit lebih sedikit.


(20)

ABSTRACT

Prolonged labor is labor which takes more than 24 hours for primipara childbirth and more than 18 hours for multipara childbirth . One of the factors which influence duration of labor is childbirth cramps. Now a days, cramps can be reduced by hypnobirthing relaxation method which is aimed to make the process of give birth a relief without too much pain. The objective of the research was to find out the influence of hypnobirthing on duration of labor of delivering women in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict in 2014.

The research used Pre Experimental with Static-Group Comparison design. The treatment population was all delivering women who got hypnobirthing sugesstions in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict, while the control population was those who did not get hypnobirthing in Tutun Sehati Maternity Clinic Tanjung Morawa Subdistrict. The samples were 25 respondents from treatment population, and 25 respondents from control population. The data were analyzed by using t-independent test.

The results of the research showed that there was the influence of hypnobirthing on duration of labor among primipara (p<0.001), Hypnobirthing did not influence the duration of labor among multipara, but confounding variables of knowledge (p=0,002) and tribe (p=0,015) could influence duration of labor among multipara.

It is recommended that hypnobirthing practitioners motivate delivering women, especially who give birth for the first time, to do hypnobirthing intensively since the beginning of pregnancy by participating in classes for pregnant women so that childbirth process will not take a long time and pain can be reduced.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI ini jauh meningkat di bandingkan dengan hasil SDKI pada tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur merupakan tindakan yang paling tepat dalam mengidentifikasi secara dini sesuai dengan risiko yang dialami oleh ibu hamil (Saifuddin, 2011).

Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung maupun penyebab tidak langsung. Penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsi), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Salah satu komplikasi


(22)

persalinan adalah persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya (Dinkes Jawa Tengah, 2009).

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Masalah yang terjadi pada persalinan lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung lebih dari 12 jam tetapi bayi belum lahir, dilatasi servik di kanan garis waspada pada persalinan fase aktif (Saifuddin, 2011).

Menurut data SDKI 2012 sebanyak 53% ibu tidak mengalami komplikasi pada saat melahirkan, terjadi persalinan lama sebanyak 12%, perdarahan berlebihan 9%, demam 7%, komplikasi kejang 2% dan ketuban pecah dini lebih dari 6 jam 17%. Faktor-faktor penyebab persalinan lama antara lain adalah karena letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar, kelainan kongenital, primitua perut gantung, grandemultipara dan ketuban pecah dini.

Selain itu salah satu faktor yang memengaruhi lamanya persalinan adalah nyeri persalinan. Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Pada fase laten terjadi pembukaan sampai 3 cm, bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri berasal dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya volume maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan terjadi mulai 3 cm sampai 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Nyeri yang terjadi dapat memengaruhi kondisi ibu


(23)

berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakhir pada persalinan yang lama bahkan dapat menimbulkan kematian (Sarwono, 2011).

Pada ibu hamil hampir semuanya mengalami kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan baik selama hamil, saat menghadapi persalinan, maupun selama persalinan. Kecemasan yang dirasakan umumnya mulai dari khawatir tidak bisa menjaga kehamilan sehingga janin tidak bisa tumbuh sempurna, khawatir keguguran, takut sakit saat persalinan, takut bila nanti dijahit perineum, bahkan yang lebih parah lagi ibu takut terjadi komplikasi pada saat persalinan sehingga dapat menimbulkan kematian (Aprilia, 2012).

Bila ibu bersalin merasa cemas dan takut menghadapi proses persalinan, maka hormon adrenalin akan keluar dan dapat menghambat pelepasan oksitosin yang diperlukan untuk kemajuan persalinan. Begitu ibu menjadi tenang dan rileks, oksitosin akan mengalir dan akan muncul endorphin yang dapat menghilangkan nyeri (Chapman, 2006).

Rasa nyeri saat melahirkan bisa di perberat oleh ketakutan. Namun, rasa nyeri itu kini dapat di kurangi atau bahkan di hilangkan sama sekali. Salah satu tindakan alternatif kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi, mengurangi nyeri dan menurunkan kebutuhan terhadap intervensi adalah metode hypnosis, metode ini oleh Mongan disebut Hypnobirthing. Metode hypnosis merupakan teknik yang efektif untuk memberikan sugesti positif secara jelas dan tepat kepada janin sehingga maksud dan tujuan dari ibu dapat dengan mudah di mengerti oleh bayi. Metode


(24)

relaksasi hypnobirthing membantu melancarkan persalinan dan meminimalisasi rasa sakit. Beberapa orang mungkin masih merasakan sakit, tetapi dengan hypnobirthing

rasa sakit itu tidak akan terasa begitu kuat sampai dapat mengurangi trauma pada saat persalinan (Batbual, 2010).

Hypnobirthing merupakan bagian dari self-hypnosis yang bertujuan untuk membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan, tanpa adanya rasa sakit berlebihan. Teknik hypnosis yang dipraktikkan di dalam kelancaran proses melahirkan ini mulai dipergunakan semenjak tahun 1950, meskipun namanya mungkin belum dikenal seperti sekarang. Saat itu salah satu fungsi hypnosis adalah menjawab kekhawatiran dan ketakutan ibu hamil dalam menghadapi rasa sakit pada saat proses persalinan. Akhirnya, self-hypnosis di dalam meredakan rasa sakit ini dicoba untuk diterapkan dalam hal mengurangi rasa sakit di saat melahirkan secara normal (Muhepi, 2013).

Hypnobirthing terbukti mampu menjawab kekhawatiran ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. Sebuah studi oleh Fuchs et al (2009) dilakukan pada 138 ibu hamil yang menderita mual dan muntah sangat parah kemudian dilakukan

hypnobirthing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 138 ibu hamil, 87 ibu hamil dilakukan hypnobirthing dan hasilnya 62 (71,3%) ibu hamil bebas dari rasa mual dan muntah, 24 (27,6%) ibu hamil bebas dari mual dan muntah meskipun bertahap, dan 1 (1,1%) ibu hamil gagal.

Penelitian yang dilakukan oleh Shawn (2001), menyebutkan bahwa fase aktif pada wanita primipara berlangsung selama 12 jam, sementara pada wanita yang


(25)

mengikuti Hypnobirthing prenatal class fase aktif hanya berlangsung 4,5 jam. Sementara kala II pada primipara berlangsung 2 jam sedangkan pada wanita yang mengikuti Hypnobirthing prenatal class lama kala II hanya berlangsung 1 jam (Aprillia, 2012).

Hypnobirthing dapat mempersingkat fase awal proses persalinan, yaitu pembukaan serviks yang biasanya bisa memerlukan waktu sampai 14 jam pada primipara dengan hypnobirthing maka fase awal persalinan menjadi lebih singkat yaitu kurang dari 14 jam. Penelitian lain yang dilakukan oleh Am J Clin Hypn tahun 2004 membuktikan bahwa ibu hamil yang mengikuti latihan hypnobirthing

mengalami ketenangan dan mempunyai emosional yang lebih positif di bandingkan dengan yang tidak terbiasa melakukan relaksasi secara teratur. Menurut Jenkins dan Pritchard, di Amerika tahun 1950 terjadi pengurangan lama persalinan kala satu fase aktif 3 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Sedangkan Abramson, menemukan terjadi percepatan persalinan kala satu fase aktif 3,23 jam. Penelitian di Inggris oleh Mellegren, A., menemukan secara statistik terjadi penurunan lama persalinan yang signifikan pada primigravida dan multigravida, hasilnya pada 70 pasien yang di hypnosis lama persalinan 6 jam 21 menit, 70 pasien yang diajarkan hanya relaksasi saja lama persalinan 9 jam 28 menit dan pada 70 pasien kontrol lama persalinan 9 jam 45 menit (Aprillia, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Batbual di Daerah Istimewa Yogyakarta (2010) menemukan bahwa rata-rata lama kala satu pada ibu primigravida dengan


(26)

jam) dengan perbedaan 7,14 jam. Jadi, lama kala satu lebih singkat dengan menggunakan hypnobirthing dari pada tanpa hypnobirthing (Batbual, 2010).

Dari survei awal yang telah dilakukan pada bulan Januari 2014 di Klinik Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai didapatkan bahwa dari 22 ibu bersalin dengan

hypnobirthing, 12 ibu bersalin (54,5%) persalinan kala I berlangsung cepat dan singkat, 8 ibu bersalin (36,4%) merasakan nyeri dalam kategori ringan setelah dilakukan hypnobirthing dan ibu bersalin memberikan kesan positif tentang penerapan hypnobirthing saat melahirkan karena setelah dilakukan hypnobirthing

mereka mengatakan lebih rileks dan nyeri yang dirasakan berkurang, dan 2 ibu bersalin (9,1%) mengeluh nyeri dengan skala sedang berat. Ibu bersalin yang diberikan hypnobirthing tidak ada yang memperlihatkan tanda-tanda stress fisiologis maupun stress fisik seperti yang terjadi pada ibu bersalin di klinik bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai.

Meskipun teori tentang hypnobirthing dapat mempercepat lama persalinan kala I sudah ada, tetapi masih terbatasnya pembuktian ilmiah tentang teori tersebut. Permasalahan yang ada bahwa hingga saat ini praktisi hypnobirthing masih sangat sedikit. Apalagi praktisi hypnobirthing yang berlatar belakang tenaga kesehatan. Hal ini juga disebabkan bahwa hypnobirthing merupakan ilmu baru di Indonesia sehingga membutuhkan waktu dan biaya untuk melakukan pelatihan serta dibutuhkan sosialisasi serta bukan merupakan kompetensi dasar bagi tenaga kesehatan. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil dan bersalin masih sedikit menggunakan metode hypnobirthing pada proses persalinannya.


(27)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Lama Persalinan Pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014”.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu faktor yang memengaruhi lamanya persalinan adalah nyeri persalinan. Nyeri yang terjadi dapat memengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stres. Stres dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakhir pada persalinan yang lama.

Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah “Bagaimana Pengaruh

Hypnobirthing terhadap lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014.


(28)

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi tenaga kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan hypnobirthing pada masa kehamilan dan persalinan sehingga kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan cepat, aman dan dapat mengurangi risiko komplikasi yang akan terjadi pada ibu maupun janin.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan (labor) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta, dan selaput ketuban) dari rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan alat atau dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan atau proses kelahiran adalah peristiwa normal. Proses ini diawali dengan rahim mengalami kontraksi secara teratur yang kemudian menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks atau jalan lahir. Perubahan pada serviks atau jalan lahir ini dibantu dorongan dari ibu dan janin dan akan menghasilkan keluarnya bayi dari rahim ibu (Varney, 2006).

Menurut Johariyah (2012), persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput plasenta keluar dari rahim ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa bantuan alat (kekuatan sendiri).

Bentuk persalinan berdasarkan definisinya adalah sebagai berikut (Johariyah, 2012) :

1) Persalinan spontan, yaitu apabila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan buatan, yaitu apabila proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.


(30)

3) Persalinan anjuran, yaitu apabila proses persalinan yang berlangsung dengan kekuatan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

2.1.2 Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya persalinan. Adapun teori-teori tentang penyebab terjadinya persalinan adalah (Johariyah, 2012): 1) Teori Peregangan Otot

a) Otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas tertentu. b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi rahim sehingga persalinan

dapat dimulai.

c) Pada kehamilan ganda, sering terjadi kontraksi setelah keregangan sehingga menimbulkan proses persalinan.

2) Teori Penurunan Progesteron

a) Proses penuaan plasenta dimulai pada umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi pelebaran pada jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.

b) Produksi Progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim menjadi lebih sensitif terhadap oksitosin.

c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah terjadi penurunan hormon progesteron.

3) Teori Oksitosin Internal


(31)

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.

c) Menurunnya konsentrasi akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat meningkat, sehingga persalinan dapat dimulai.

4) Teori Prostaglandin

a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.

b) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

c) c).Prostaglandin dianggap dapat menjadi pemicu persalinan. 5) Teori Hipothalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis

a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anancephalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hypothalamus.

b) Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya menunjukkan kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.

c) Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara

hypothalamus dengan mulainya persalinan.

d) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

2.1.3 Proses Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I dimulai dari membukanya servik 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, dengan kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong


(32)

keluar sampai lahir. Kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding rahim dan kemudian dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala IV tersebut diobservasi adanya perdarahan postpartum (Sumarah,dkk, 2009).

2.1.3.1 Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan kala pembukaan his berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih bisa berjalan-jalan. Secara klinis dapat dinyatakan mulai terjadi persalinan jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis tersebut pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini berlangsung kurang lebih 14 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm dan fase aktif (6 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.

Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai baik pada primigravida maupun


(33)

multigravida, akan tetapi pada multigravida fase laten dan fase aktif terjadi lebih pendek. Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam, dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam.

Ketika ibu memasuki fase aktif, kecemasan ibu cenderung meningkat seiring dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan menggunakan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu menunjukkan penurunan kemampuannya untuk berkoping dan rasa tidak berdaya. Ibu memilih ditemani keluarga yang mendampingi agar bisa memberikan dukungan yang lebih memuaskan sehingga rasa cemas dapat berkurang dibandingkan dengan ibu yang bersalin tanpa ada pendamping persalinan (Maryunani, 2010).

Secara ringkas dapat disimpulkan pada Kala I persalinan akan muncul tanda-tanda sebagai berikut :

1) Kontraksi yang datang perlahan dan akan semakin sering dan teratur yang menandakan membukanya jalan lahir.

2) Mulut rahim menipis dan melunak sebelum akhirnya menegang dan terbuka. 3) Keluarnya lendir bercampur dengan darah.

4) Saat mulut rahim mulai membuka, biasanya disertai dengan cairan ketuban. Cairan ketuban ini terlihat jernih dan tidak berbau serta menetes tidak terkendali.

5) Gerakan bayi menjadi lebih jarang kelihatan karena posisi bayi sudah menetap berada dijalan lahir.


(34)

2.1.3.2 Persalinan Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun memasuki ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat penurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin mengejan dan seperti akan buang air besar dengan tanda anus membuka. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya vulva dan anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak divulva pada saat ada his. Adanya his yang terpimpin, akan lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada primipara berlangsung 1½ sampai 2 jam, sedangkan pada multipara berlangsung ½ sampai 1 jam (Manuaba, 2009).

2.1.3.3 Persalinan Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga rahim setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Karena perlengketan plasenta semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlipat,


(35)

menebal dan akhirnya lepas dari dinding rahim. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah rahim atau ke dalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah : 1) Uterus menjadi bundar atau globular

2) Uterus terdorong keatas, karena plasenta di lepas ke segmen bawah rahim 3) Tali pusat bertambah panjang

4) Terjadi perdarahan.

Plasenta lepas secara spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Jika diraba dari luar, maka fundus rahim sebelum plasenta lahir setinggi pusat dan setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat. Dengan plasenta lahir seluruhnya, maka ibu mulai memasuki masa puerperium (nifas). Meskipun begitu, ibu masih memerlukan observasi pasca persalinan (Maryunani, 2010).

2.1.3.4 Persalinan Kala IV

Kala IV persalinan atau yang disebut kala observasi adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, ditujukan untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Observasi yang dilakukan mencakup 7 hal penting yang harus diperhatikan, Mochtar (2010) yaitu :

1) Kontraksi rahim baik.

2) Tidak ada perdarahan dari jalan lahir. 3) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap. 4) Kandung kemih kosong.


(36)

5) Luka perineum terawat. 6) Bayi dalam keadaan baik. 7) Ibu dalam keadaan baik.

2.1.4 Tanda-tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya ibu memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Serviks menipis dan membuka.

2) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek. 3) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah.

4) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan. 5) Dengan berjalan bertambah intensitasnya.

6) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri. 7) Adanya lendir bercampur darah..

8) Ada penurunan bagian terendah janin.

9) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi .

10) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya.

2.1.5 Lama Persalinan

Lama persalinan adalah apabila persalinan yang telah berlangsung lebih dari 14 jam tanpa kelahiran bayi dimana fase laten berlangsung lebih dari 8 jam dan dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf (Saifuddin, 2010). Sebab-sebab terjadinya lama persalinan adalah multikompleks dan bergantung pada pengawasan sewaktu hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penanganannya.


(37)

Tabel 2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan

Primipara Multipara

Rata-rata Upper

normal Rata-rata Upper normal

Fase laten 8 jam 16 jam 5 jam 10 jam

Fase aktif 6 jam 8 jam 3 jam 6 jam

Kala I 14 jam 24 jam 8 jam 16 jam

Kala II 60 menit 2,5 jam 30 menit > 60 menit Dilatasi

cervix rate

selama fase aktif

Kurang 1,2/jam adalah abnormal

Kurang 1,5 cm/jam adalah abnormal

Sumber: Oxorn, 2010

Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval kelahiran, status psikologis, posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus. Alat bantu yang dapat digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik adalah partograf. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPK-KR, 2011).

Perasaan takut yang terjadi pada ibu menjelang persalinan dapat menyebabkan stress pada ibu. Selain itu stress dapat membuat persalinan menjadi lebih lama karena ibu terus dibayangi oleh rasa takut akan proses persalinannya. Sebuah Riset yang dilakukan di Norwegia menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami rasa takut akan menghabiskan waktu dalam proses persalinan lebih lama yaitu berkisar setengah


(38)

sampai satu jam dibandingkan pada ibu hamil yang rileks menjelang persalinan. Selain itu rasa takut juga akan membuat proses persalinan menjadi tidak normal, sehingga persalinan harus dilakukan dengan menggunakan bantuan alat atau persalinan bisa mengarah ke bedah Caesar (Bidanku, 2012).

Akibat lama persalinan pada ibu dapat menyebabkan robekan pada rahim, kematian pada ibu yang diakibatkan perdarahan dan infeksi. Sedangkan pada janin persalinan lama dapat menyebabkan denyut jantung janin menjadi lebih cepat dan tidak teratur, air ketuban bercampur dengan mekonium berwarna kehijau-hijauan dan berbau, terjadi kaput succedaneum yang lebih besar, moulage kepala yang hebat dan bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan (Saifuddin, 2010).

2.1.6 Faktor – faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan

Proses persalinan merupakan proses mekanisme yang melibatkan 5 faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang mendorong (his, mengejan), janin yang didorong, psikis ibu dan penolong persalinan. Dari kelima komponen tersebut hanya kekuatan his yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan (Johariyah, 2012).

Faktor-faktor yang memengaruhi lama persalinan menurut Mochtar (2006) adalah sebagai berikut :

1. Power

His (kontraksi ritmis otot polos rahim), kekuatan mengejan ibu, kontraksi rahim berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi


(39)

rahim memiliki 3 fase yaitu increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme

(puncak/maksimum) decement (ketika relaksasi)

Kontraksi rahim terjadi karena adanya penimbunan dan peningkatan kalsium pada retikulum endoplasma yang bergantung pada Adenosina Triphosphat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2α mencegah penimbunan dan pengikatan oleh ATP pada

retikulum endoplasma (RE), RE membebaskan kalsium kedalam intra seluler dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraseluler akan berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril.

Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk menimbulkan refleksi yang meningkatkan daya kontraksi korpus rahim dan akan mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala janin meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus, kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi rahim bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh ibu, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif.

a) Kekuatan his kala I (Manuaba, 2010) : (1) Kontraksi bersifat simetris.

(2) Fundal dominan (fundus uteri berkontraksi lebih dulu). (3) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh ibu sendiri.


(40)

(4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek mengejan.

(5) Diikuti retraksi dimana rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong kesegmen bawah rahim.

(6) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan dapat menjalar kearah paha. Akhir kala I ditandai dengan pembukaan lengkap, ketuban pecah, dan dapat disertai refleks mengejan.

b) Kekuatan his kala II.

Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II mempunyai amplitude 60 mmHg, interval 3-4 menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks dimana terdapat fleksus frankenhauser sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan menimbulkan ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, mata hidung, mulut, dagu dan lahirlah seluruh tubuh bayi.

c) Kekuatan his kala III.

Setelah istirahat sekitar 8-10 menit, his berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya.

d) Kekuatan his kala IV.

Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitude 60-80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadilah kesempatan membentuk thrombus. Melalui


(41)

kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah post partum.

2. Passage atau Jalan Lahir

Jalan lahir yang paling penting dan menentukan persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat. Yang dikatakan dengan jalan lahir adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri atas : pintu atas panggul, bidang terluas panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul.

3. Passanger atau Janin

Keadaan janin meliputi letak, presentase, ukuran atau berat janin, ada tidaknya kelainan anatomik mayor. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar dengan ibu DM, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu karena persalinan bahu yang berat cukup berbahaya, sehingga dapat terjadi asfiksia. Pada letak sungsang mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu 8 menit.

4. Psikis Ibu

Pada ibu hamil trimester III selalu dihinggapi perasaan takut yang lebih dibandingkan trimester sebelumnya. Hal ini dikarenakan ketakutan ibu dalam menghadapi proses persalinan. Apabila keadaan tersebut tidak dapat diatasi oleh ibu, maka pada saat menjelang persalinan biasanya ibu akan mengalami kecemasan dan akan memberikan respon melawan atau menghindar (flight or flight) yang dipicu oleh


(42)

melimpahnya hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya ketakutan dan bentuk distress lainnya.

Cluett (2000) menyebutkan bahwa stress psikologis memiliki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stress seperti adrenalin berinteraksi dengan reseptor beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi serta dapat memperlambat persalinan (Chapman, 2006).

Kecemasan ibu dalam persalinan dapat berdampak menurunkan aliran darah ke rahim, meningkatnya waktu kala I (persalinan lama), menurunnya aliran darah ke plasenta, menurunnya suplai oksigen untuk janin, meningkatnya produksi katekolamin janin, serta meningkatnya persepsi wanita yang negatif. Selain itu dalam Chapman (2006) menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya persalinan lama adalah respon stress dan ini menempati urutan paling atas di antara penyebab-penyebab yang lainnya.

Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat telah dikembangkan metode non-farmakologis untuk menghadapi persalinan yaitu hypnobirthing. Metode ini merupakan metode alamiah yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik, tegang dan tekanan-tekanan lain yang menghantui selama persalinan. Hypnobirthing

banyak memberi manfaat karena melatih ibu hamil untuk selalu rileks, bersikap tenang dan menstabilkan emosi. Kondisi ibu yang tidak mendukung (seperti stress) ternyata ikut andil dalam mempersulit proses persalinan. Kondisi stress pada ibu dapat mengakibatkan otot tubuh terutama otot-otot yang berada di jalan lahir


(43)

menegang, kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Semakin ibu stress maka persalinan akan menjadi semakin lama.

5. Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (Rohani, 2011).

Kompetensi yang dimiliki seorang penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktek dalam memberikan asuhan tidak terjadi (Asrinah, 2010).

Penolong persalinan harus memiliki ketrampilan yang telah diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan dan harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas, ataupun rumah sakit. Penolong persalinan bisa saja Bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetrik. Jenis asuhan yanga akn diberikan harus disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2011).


(44)

Penolong adalah faktor yang sangat memengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Tahun 2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76%, artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi (Yanti, 2010).

Sedangkan dari kelima faktor tersebut, peran hypnobirthing termasuk pada psikis ibu. Dimana hypnobirthing memberi sugesti agar ibu lebih rileks dalam menjalani persalinan. Relaksasi ini bisa mengendurkan otot-otot dasar panggul sehingga proses janin keluar menjadi tidak terhambat. Dengan kondisi rileks ibu dapat mengendalikan rasa nyeri dan kemampuan olah nafas perut, menyebabkan ibu menjadi memiliki cukup energi untuk mengejan dan melakukan proses persalinan. Persalinan dengan hypnobirthing rata-rata memerlukan waktu 2,5 jam dimana persalinan menjadi lebih cepat dan lancar (Kuswandi, 2013).

2.2 Nyeri Persalinan

2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan merupakan sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan akibat stimulasi saraf sensorik. Nyeri persalinan terdiri atas dua komponen yaitu komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen fisiologis merupakan proses penerimaan impuls oleh saraf sensorik dan menyalurkan impuls tersebut menuju saraf pusat. Sementara komponen psikologis meliputi rekognisi sensasi, interpretasi rasa nyeri dan reaksi terhadap hasil interpretasi nyeri tersebut.


(45)

Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang mempersepsikan rasa nyeri yang berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung pada ambang nyeri yang dimilikinya. Nyeri persalinan berbeda dari nyeri pada umumnya, hal terebut dikarenakan :

1. Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal, sedangkan nyeri yang lain pada umumnya mengindikasikan adanya injuri atau penyakit.

2. Seorang ibu dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri pada saat persalinan sehingga nyeri tersebut dapat diantisipasi.

3. Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu seorang ibu untuk mengatasi nyeri pesalinan yang bersifat intermitten (sementara). Nyeri persalinan tersebut dapat berakhir setelah kelahiran bayi.

4. Konsentrasi ibu yang tertuju pada bayi dapat menjadikan motivasi bagi ibu untuk lebih toleran terhadap rasa sakit yang dirasakan saat persalinan.

Rasa nyeri yang dirasakan seseorang merupakan akibat respon fisik dan refleks fisik. Persepsi nyeri pada setiap orang akan berbeda karena setiap orang memiliki perbedaan budaya, koping mekanisme yang digunakan, tingkat pengetahuan dan sebagainya.

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan

Ada beberapa faktor yang memengaruhi persepsi nyeri persalinan menurut Sherwen,dkk (1999), yaitu :


(46)

1. Umur dan Paritas

Serviks pada wanita multipara mengalami perlunakan sebelum masuk dalam persalinan, namun tidak demikian halnya dengan serviks wanita primipara yang menyebabkan nyeri pada primipara lebih berat daripada multipara. Intensitas kontraksi uterus yang dirasakan pada primipara lebih besar daripada multipara, terutama pada akhir kala I dan permulaan kala II persalinan. Wanita dengan usia muda mengalami nyeri tidak berat seperti yang dirasakan pada wanita dengan usia yang lebih tua.

2. Ras, Budaya dan Etnik

Berbagai data menyebutkan bahwa ras, budaya dan etnik berpengaruh terhadap cara orang mengekspresikan rasa nyeri pada saat persalinan. Ekspresi nyeri tersebut berdasarkan perilaku lingkungan disekitarnya. Pengkajian yang akurat tentang kemajuan persalinannya dan tingkat toleransi terhadap nyeri ibu membantu penolong persalinan dalam menentukan kemungkinan komplikasi persalinan sebagai dampak dari suatu kebiasaan atau kultural tertentu.

3. Mekanisme Koping

Setiap manusia mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi stress akibat nyeri yang dialaminya. Namun ketika nyeri menjadi sesuatu yang mengancam integritas individu maka akan sulit bagi individu tersebut untuk mengontrol rasa nyerinya. Dalam hal ini, peran bidan adalah mengobservasi bagaimana ibu dapat menurunkan rasa nyerinya dan mengkaji efektivitas metode yang digunakannya.


(47)

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi bidan untuk memberikan alternative metode penanganan nyeri yang familiar bagi ibu.

4. Metode Relaksasi yang Digunakan

Apabila seseorang ibu yang bersalin mampu melakukan relaksasi selama kontraksi, maka ibu tersebut akan merasakan kenyamanan selama proses persalinannya. Penggunaan teknik relaksasi yang benar akan meningkatkan kemampuan ibu dalam mengontrol rasa nyerinya, menurunkan rasa cemas, menurunkan kadar katekolamin, menstimulasi aliran darah menuju uterus dan menurunkan ketegangan otot. Teknik relaksasi yang digunakan dapat berupa teknik pernapasan saat kontraksi atau menggunakan teknik relaksasi mendalam seperti

hypnobirthing.

5. Cemas dan Takut

Kecemasan ringan dan sedang sebenarnya akan berefek positif terhadap ibu bersalin sehingga dapat meningkatkan perhatiannya terhadap proses kehamilan dan persalinannya sekaligus dapat meningkatkan pengetahuannya tentang proses yang akan dialaminya. Akan tetapi pada kecemasan berat akan menyebabkan ketidak mampuan ibu untuk menoleransi nyeri persalinan yang dialaminya.

Cemas dan takut menyebabkan peningkatan tegangan otot dan gangguan aliran darah menuju otak dan otot. Hal tersebut menyebabkan tegangan pada otot pelvis, kontraksi uterus yang terganggu dan hilangnya tenaga pendorong ibu selama kala II persalinan. Ketegangan yang lama akan menyebabkan kelelahan pada ibu dan


(48)

meningkatkan persepsi nyeri serta menurunkan kemampuan ibu untuk mengontrol rasa nyerinya.

6. Kelelahan

Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu menoleransi rasa nyeri dan tidak mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat fokus akibat dari relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut. Kelelahan juga menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak dapat mengontrol keinginannya untuk meneran. Pada akhir kehamilan, kelelahan lebih banyak disebabkan oleh gangguan istirahat dan kurang tidur, kurangnya cairan dan kalori yang dikonsumsi, serta ketidak mampuan ibu dalam mengelola energinya saat persalinan. Kadangkala ibu memerlukan medikasi untuk memfasilitasi istirahat ibu antara lain hipnotis dan akupressur. Selain metode tersebut, perlu diperhatikan juga intake cairan dan kalori ibu serta perubahan posisi untuk mengurangi kelelahan pada ibu.

7. Lama Persalinan

Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan lebih lama sehingga rasa nyeri akan meningkat. Lamanya waktu persalinan bisa disebabkan oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan rasa nyeri dan kelelahan yang semakin meningkat seiring dengan lamanya proses persalinan.

Waktu persalinan bervariasi pada setiap orang. Semakin lama waktu persalinan, akan menyebabkan kelelahan juga akan semakin lama serta meningkatkan kecemasan dan rasa nyeri pada ibu bersalin.


(49)

8. Posisi Maternal dan Fetal

Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu, kontraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom hipotensi supinasi. Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada vena cava inferior dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen pada bayi. Dengan demikian, perlu adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan menurunkan persepsi nyeri.

Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi pada area sacrum ibu di setiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah punggung ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas kontraksi. Posisi oksiput posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri punggung ibu dapat menurun apabila bayi dapat melakukan rotasi menjadi posisi oksiput anterior dan proses persalinan mengalami kemajuan.

Menurut Batbual (2010) stress pada ibu bersalin menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi glukosa tubuh yang menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang menghambat kontraksi uterus. Peningkatan katekolamin menyebabkan beralihnya aliran darah dari rahim dan plasenta dan organ-organ lain yang tidak penting untuk penyelamatan segera ke organ-organ yang penting dalam reaksi melawan atau menghindar, seperti jantung, paru-paru, otak dan otot rangka. Hal tersebut menyebabkan penurunan aliran darah ke rahim dan plasenta, memperlambat kontraksi rahim dan mengurangi pasokan oksigen ke janin sehingga


(50)

menyebabkan persalinan lama, cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stress berkepanjangan.

Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2005).

2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan

Menurut Bobak (2005) rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh tiga hal yaitu :

Tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan: (1) Dilatasi dan penipisan serviks

(2) Iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Implus rasa nyeri tahap pertama persalinan ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf sensori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks.

Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, 2005).

Tahap Kedua Persalinan, saat pengeluaran bayi ibu mengalami nyeri somatik atau nyeri pada perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum ini timbul akibat


(51)

peregangan jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga akibat tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Rasa nyeri juga dapat diakibatkan pengeluaran janin menggunakan forsep atau tekanan pada bagian terendah janin, yakni kandung kemih, usus, atau struktur sensitif panggul yang lain. Implus nyeri pada tahap kedua persalinan dihantar melalui S1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada persalinan tahap ketiga ialah nyeri rahim, yang mirip dengan nyeri yang dialami pada awal tahap pertama persalinan (Bobak, 2005).

Nyeri dapat berupa nyeri lokal disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina, atau jaringan perineum. Rasa tidak nyaman sering digambarkan sebagai sensasi nyeri terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang. Nyeri juga dapat beralih sehingga dapat dirasakan di punggung, dipinggang, dan dipaha (Bobak, 2005).

2.2.4 Lama Nyeri Persalinan

Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin hebat dalam kala pengeluaran. Pada ibu yang baru pertama kali bersalin, kala pembukaan berlangsung kira-kira 13 jam dan kala pengeluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita yang pernah melahirkan kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7 jam dan kala pengeluaran sekitar 1/2 jam (Maya, 2010).

2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri

Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul, berdenyut, seperti terbakar).


(52)

Evaluasi ini juga dapat didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri MC bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai nyeri. Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri disebuah gambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata yang menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama atau menetap untuk menetap untuk menjalaskan pola nyeri. Pada bagian keempat klien menentukan tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5 (Price, 2005).

Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri klien :

a. Face Pain Rating Scale


(53)

b. Skala Intensitas Nyeri

Gambar 2.2 Skala Pengukuran Nyeri Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1 - 3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4 – 6: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7 – 9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.


(54)

Menurut Wong dan Baker (1998), pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”. Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Penolong persalinan juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numeric (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (Maryunani, 2010).

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi ibu kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik


(55)

pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Maryunani, 2010).

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila ibu dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Penolong persalinan dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Maryunani, 2010).

2.2.6 Akibat tidak Mengatasi Nyeri

Menurut Mander (2004), nyeri persalinan yang berat dan lama dapat mempengaruhi ventilasi, sirkulasi metabolisme dan aktivitas uterus. Nyeri saat persalinan bisa menyebabkan tekanan darah meningkat dan konsentrasi ibu selama persalinan menjadi terganggu, tidak jarang kehamilan membawa “stress” atau rasa khawatir / cemas yang membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya. Misalnya mengakibatkan kecacatan jasmani dan kemunduran kepandaian serta mental emosional nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Rasa cemas yang berlebihan juga akan menambah intensitas nyeri selama persalinan.

2.2.7 Metode Alternatif Mengatasi Nyeri Persalinan

Selain pengelolaan nyeri persalinan secara farmakologis dan non-farmakologis, terdapat berbagai metode pengelolaan nyeri persalinan terkini yang dibenarkan untuk


(56)

mengatasinya, dalam hal ini disebut sebagai metode alternative atau metode alami. Pada perinsipnya tetap sama, yaitu mengurangi ketegangan ibu sehingga bisa merasa nyaman dan rileks menghadapi persalinan.

Berbagai metode ini juga bisa meningkatkan stamina untuk mengatasi rasa nyeri dan tidak berdampak pada bayi yang dilahirkan. Paparan mengenai berbagai metode alternatif penghilang rasa nyeri persalinan di bawah ini bertujuan untuk menambah wawasan pemberi asuhan agar dapat memberikan gambaran pilihan bagi ibu dalam memilih strategi penghilang rasa nyeri persalinan. Salah satu tindakan alternatif untuk mengurangi rasa nyeri pada persalinan adalah dengan metode

hypnobirthing (Maryunani, 2010).

2.3 Konsep Dasar Hypnobirthing

Metode relaksasi persalinan yang bernama “Hypnobirthing” sebenarnya

dikembangkan pertama kali oleh Marie F. Mongan, M.Ed., M.Hy. di Amerika Serikat (AS). Marie Mongan telah mematenkan nama Hypnobirthing yang akhirnya digunakan oleh banyak orang di seluruh dunia. Awalnya, Marie Mongan merasa tergugah pada betapa banyaknya perempuan yang merasa takut menjalani proses kelahiran. Kemampuannya dalam Hypnoterapi membuatnya berfikir untuk mengembangkan metode relaksasi persalinan (Andriana, 2013).

Kurang lebih setahun setelah ia menjadi seorang Hypnoterapis,Marie Mongan menciptakan metode Hypnobirthing yang merupakan penggabungan dari


(57)

self-hypnosis dan proses kelahiran alami. Pada 3 Januari 1990, bayi pertama dilahirkan dengan metode Hypnobirthing (Andriana, 2013).

2.3.1 Pengertian Hypnobirthing

Hypnobirthing berasal dari kata “hypnosis” dan “birthing”. Hypnosis yang berasal dari kata Hypnos (bahasa Yunani) adalah nama Dewa tidur. Arti tidur disini adalah pikiran yang tenang. Sedangkan birthing (Bahasa Inggris) berarti proses persalinan (Kuswandi, 2013).

Hypnobirthing adalah upaya alami menanamkan niat kepikiran bawah sadar untuk menghadapi persalinan dengan tenang dan sadar. Hypnobirthing merupakan suatu metode yang dikhususkan untuk ibu hamil dengan melakukan relaksasi mendalam, bertujuan untuk mempersiapkan proses kelahiran normal yang lancar, nyaman dengan rasa sakit yang minimum, karena mampu memicu hormon endorphin yang merupakan hormone penghilang rasa sakit alami tubuh (Andriana, 2013).

Hypnobirthing berarti proses melahirkan dengan hypnosis, dimana ibu sepenuhnya sadar dan menikmati proses persalinan. Metode ini berakar dari ilmu hypnosis dengan metode pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada ibu untuk berkonsentrasi, fokus dan rileks sehingga hypnobirthing lebih mengacu pada hipnoterapi, yakni penanaman sugesti pada alam bawah sadar oleh ibu, untuk mendukung alam sadar yang mengendalikan tindakan ibu dalam menjalani proses persalinan (Batbual, 2010).

Maryunani (2010) mengatakan hypnobirthing adalah upaya penggunaan


(58)

Hypnobirthing merupakan metode relaksasi yang mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa mengalami persalinan melalui insting dan memberikan sugesti bahwa persalinan itu nikmat.

Hypnobirthing adalah salah satu metode hypnosis yang digunakan dalam membantu proses persalinan (melahirkan), dengan tujuan untuk memberikan rasa aman, nyaman dan mengurangi rasa sakit yang dialami ibu melahirkan (Batbual, 2010).

Menurut Kuswandi (2013) metode hypnobirthing didasarkan pada keyakinan bahwa setiap perempuan memiliki potensi untuk menjalani proses melahirkan secara alami, tenang, dan nyaman (tanpa rasa sakit) juga ampuh dalam menetralisir dan memprogram ulang (reprogramming) rekaman negatif dalam pikiran bawah sadar dengan program positif. Dengan demikian, rekaman yang tertanam dalam pikiran bawah sadar bahwa persalinan itu menakutkan dan menyakitkan, bisa terhapus dan berganti dengan keyakinan bahwa persalinan berlangsung mudah, lancar, tanpa rasa sakit (nyaman).

Hypnobirthing adalah suatu metode relaksasi yang digunakan untuk membantu ibu dalam proses persalinan yang bertujuan memberikan rasa nyaman sehingga proses persalinan berlangsung cepat dan aman tanpa ada indikasi penyulit persalinan. 2.3.1.1 Hypnobirthing Dasar.

Dasar dari hypnobirthing adalah relaksasi. Relaksasi merupakan teknik untuk mencapai kondisi rileks. Maksudnya ketika seluruh sistem syaraf, organ tubuh dan


(59)

panca indera kita beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada sedangkan kita tetap dalam keadaan sadar (Andriana, 2013). Relaksasi terdiri dari:

1. Relaksasi otot

Otot adalah bagian yang paling luas di tubuh manusia dan banyak digunakan untuk beraktivitas. Saat berfikir ternyata otot juga ikut tegang yaitu di daerah leher, tengkuk, bahu kiri dan kanan serta punggung (Kuswandi, 2013).

2. Relaksasi wajah

Mencapai relaksasi wajah yang dalam sangat penting karena membuat bagian tubuh lain lebih mudah mengikuti. Setelah menguasai relaksasi wajah, rahang akan benar-benar rileks dengan mulut sedikit terbuka. Sehingga akan memasuki kondisi rileks yang alami dengan cepat (Kuswandi, 2013).

3. Relaksasi pernapasan

Napas yang rileks adalah napas perut yang lambat dan teratur. Perlahan-lahan hirup napas yang lewat hidung, hitung 10 kali hitungan. Selanjutnya hembuskan lewat hidung perlahan-lahan (Kuswandi, 2013).

Pernapasan perut atau diafragma adalah jika perut yang naik lebih tinggi saat menghirup udara, sedangkan jika perut tidak terangkat atau terangkat sedikit dibandingkan dada artinya itu adalah pernapasan dada. Ada tiga teknik pernapasan yang penting dalam hypnobirthing, yaitu yang pertama pernapasan tidur (sleep breathing). Pernapasan tidur yang perlahan dan dalam merupakan teknik pernapasan yang lebih sering digunakan pada awal latihan relaksasi. Perlu memfokuskan


(60)

perhatian untuk menguasai teknik ini secepatnya. Teknik ini juga dipakai untuk relaksasi saat menghadapi kontraksi selama persalinan (Kuswandi, 2013).

Kedua adalah pernapasan perlahan (slow breathing), merupakan bagian paling penting pada persiapan melahirkan. Teknik pernapasan ini berupa tarikan napas panjang, tenang, pelan yang langsung memfokuskan pada bayi dan membantu pada setiap kontraksi. Tujuan napas panjang yaitu membuat tarikan dan hembusan napas sepanjang mungkin agar dapat menyesuaikan dengan panjangnya gelombang kontraksi. Selain itu, pernapasan ini membuat dinding perut mengembang sebesar dan setinggi mungkin (Kuswandi, 2013).

Ketiga adalah teknik pernapasan lanjut (birth breathing). Setelah napas teratur dan mampu membawa diri menuju kondisi rileks dengan mudah, relaksasi dapat diperdalam menggunakan teknik ini dengan cepat (Kuswandi, 2013).

4. Relaksasi visualisasi

Dengan teknik visualisasi berarti berlatih menggunakan imajinasi untuk mencapai kondisi rileks. Selain itu, teknik ini juga akan melatih menciptakan suatu tempat khusus tang indah, tenang dan nyaman di dalam pikiran. Teknik ini sangat efektif dalam menanggulangi masalah stress yang memengaruhi tubuh ibu (Andriana, 2013).

5. Relaksasi pikiran

Pada saat berbaring/duduk, pandang atau pusatkan perhatian pada satu titik atau benda terus menerus hingga terasa kelopak mata semakin santai, mulai berkedip


(61)

perlahan untuk kemudian biarkan kedua mata terpejam. Nikmati santainya jiwa dan raga (Kuswandi, 2013).

2.3.2 Manfaat Hypnobirthing

Kuswandi (2013) yang mengatakan bahwa hypnobirthing ditujukan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot yang berperan dalam proses persalinan secara optimal. Latihan pernafasan, relaksasi, visualisasi, avirmasi dan pendalaman. Pada latihan tersebut, dapat mempengaruhi faktor-faktor yang dapat menyebabkan Kala I lama seperti power, passage, passanger, psikologi dan penolong. Teknik pernafasan membantu ibu menghemat energi selama fase penipisan leher rahim selama pembukaan leher rahim. Pernafasan lambat memaksimalkan gelombang otot-otot vertikal, menyebabkan otot ini bekerja lebih efisien dalam menarik ke atas otot-otot melingkar bagian bawah, serta menipiskan dan membuka leher rahim. Bantuan yang diberikan pada kedua otot ini memperpendek durasi gelombang persalinan.

Hypnobirthing mengajarkan level yang lebih dalam dan relaksasi untuk mengeliminasi stress serta ketakutan dan kekhawatiran menjelang kelahiran yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri dan sakit saat bersalin.

Menurut Batbual (2010) metode relaksasi hypnobirthing membantu melancarkan persalinan dan meminimalisasi rasa sakit. Beberapa orang mungkin masih merasakan sakit, tetapi dengan hypnobirthing rasa sakit itu tidak akan terasa begitu kuat sampai membebaskan trauma.


(62)

Dalam Kuswandi (2013) manfaat hypnobirthing sebagai berikut : (1) Selama Kehamilan :

a) Mengatasi rasa tidak nyaman selama hamil dan rasa sakit saat melahirkan tanpa efek samping terhadap janin.

b)Mengurangi rasa mual, muntah, dan pusing di trimester pertama.

c) Membantu janin terlepas dari kondisi lilitan tali pusat, bahkan bisa memperbaiki janin yang letaknya sungsang menjadi normal (letak belakang kepala)

d)Membuat kondisi ibu hamil menjadi tenang dan damai selama kehamilannya. Ketenangan dan rasa damai sang ibu akan dirasakan janin sehingga ia pun mempunyai nilai kedamaian dalam dirinya (spiritual quotient).

(2) Menjelang Persalinan :

a) Melatih relaksasi untuk mengurangi kecemasan serta ketakutan menjelang persalinan yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri, dan sakit saat persalinan.

b)Mampu mengontrol sensasi rasa sakit pada saat kontraksi rahim.

c) Meningkatkan kadar endorfin dalam tubuh untuk mengurangi, bahkan menghilangkan rasa nyeri pada saat kontraksi dan persalinan (endorfin/endogenic morphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh saat tenang).

(3) Saat Persalinan:


(1)

Excluded Variablesb

Model Beta In t Sig. Partial Correlation

Collinearity Statistics Tolerance

1 Umur -.105a -.650 .522 -.132 .765

Pendidikan -.092a -.631 .534 -.128 .944

pengetahuan -.344a -1.036 .310 -.207 .176 a. Predictors in the Model: (Constant), Hypnobirthing


(2)

Lampiran 7 : Hasil Statistik Multipara

Langkah 1 : Uji Normalitas Data

Lama Persalinan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

L_persalinan .142 23 .200* .943 23 .212

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Langkah 2 : Analisis Bivariat Uji T-Independent

T-Test

Hypnobirthing

Group Statistics

Hypnobirthing N Mean Std. Deviation Std. Error Mean L_persalinan Dilakukan 11 308.91 51.870 15.639 Tidak dilakukan 12 380.50 83.138 24.000

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper L_persalinan Equal

variances assumed

3.043 .096 -2.450 21 .023 -71.591 29.225 -132.367 -10.815 Equal

variances not assumed


(3)

T-Test Suku

Group Statistics

SukuKat N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

L_persalinan Jawa 13 324.31 78.969 21.902

Bukan Jawa 10 374.80 69.208 21.885

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper L_persalinan Equal

variances assumed

.274 .606 -1.602 21 .124 -50.492 31.522 -116.046 15.061 Equal

variances not assumed

-1.631 20.576 .118 -50.492 30.962 -114.963 13.978

T-Test Variabel Pendidikan

Group Statistics

Didik_Kat N Mean Std. Deviation Std. Error Mean L_persalinan Pendidikan menengah 18 341.28 78.994 18.619

Pendidikan tinggi 5 364.20 77.802 34.794

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the


(4)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper L_persalinan Equal variances

assumed .268 .610 -.576 21 .571 -22.922 39.820 -105.731 59.887 Equal variances

not assumed -.581 6.494 .581 -22.922 39.463 -117.733 71.888

Correlations

Correlations

Umur pengetahuan L_persalinan

Umur Pearson Correlation 1 .134 .272

Sig. (2-tailed) .541 .209

N 23 23 23

pengetahuan Pearson Correlation .134 1 -.522*

Sig. (2-tailed) .541 .011

N 23 23 23

L_persalinan Pearson Correlation .272 -.522* 1

Sig. (2-tailed) .209 .011

N 23 23 23


(5)

Langkah 3 : Analisis Bivariat Uji Regresi Linier

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method 1

pengetahuan .

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050, Probability- of-F-to-remove >= ,100). 2

SukuKat .

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050, Probability- of-F-to-remove >= ,100). a. Dependent Variable: L_persalinan

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .522a .272 .238 67.717

2 .679b .461 .408 59.699

a. Predictors: (Constant), pengetahuan


(6)

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 36051.828 1 36051.828 7.862 .011a

Residual 96298.607 21 4585.648

Total 132350.435 22

2 Regression 61072.112 2 30536.056 8.568 .002b

Residual 71278.323 20 3563.916

Total 132350.435 22

a. Predictors: (Constant), pengetahuan

b. Predictors: (Constant), pengetahuan, SukuKat c. Dependent Variable: L_persalinan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 454.305 41.039 11.070 .000

pengetahuan -10.398 3.708 -.522 -2.804 .011

2 (Constant) 441.926 36.480 12.114 .000

pengetahuan -12.040 3.327 -.604 -3.618 .002

SukuKat 67.718 25.558 .443 2.650 .015

a. Dependent Variable: L_persalinan

Excluded Variablesc

Model Beta In t Sig. Partial Correlation

Collinearity Statistics Tolerance

1 Hypnobirthing -.284a -.453 .656 -.101 .092

SukuKat .443a 2.650 .015 .510 .965

2 Hypnobirthing -.111b -.197 .846 -.045 .090

a. Predictors in the Model: (Constant), pengetahuan

b. Predictors in the Model: (Constant), pengetahuan, SukuKat c. Dependent Variable: L_persalinan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tehnik Hypnobirthing Terhadap Intensitas Nyeri pada Persalinan Pervaginam pada Primipara di Klinik Bersalin Summi Medan Tahun 2012

2 50 73

Faktor-faktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin diKlinik Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai Tahun 2015

5 52 68

Faktor-faktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin diKlinik Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai Tahun 2015

4 46 68

Cover Faktorfaktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin diKlinik Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai Tahun 2015

0 0 14

Chapter I Faktorfaktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin diKlinik Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai Tahun 2015

0 0 4

Reference Faktorfaktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin diKlinik Bersalin Eka Kecamatan Medan Denai Tahun 2015

0 1 2

PENGARUH HYPNoBIRTHING TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KABUPATEN MALANG

0 0 10

Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

1 4 32

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan 2.1.1 Pengertian Persalinan - Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

0 0 49

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

2 10 8