Target dan Realisasi Penerimaan Tindakan penagihan pajak dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran

BAB III GAMBARAN DATA

A. Tindakan penagihan pajak dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran

Dalam pelaksanaaanya penagihan pajak haruslah dilandaskan pada peraturan perundang – undangan yang berlaku, sehingga mempunyai kekuatan hukum baik bagi wajib pajak maupun aparatur pajaknya. Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak denga menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Tujuan pelaksanaan penagihan pajak adalah guna pelunasan utang pajak oleh wajib pajak. Oleh karena itu, rangkaian tindakan pengihan pajak oleh fiskus harus diarahkan guna terpenuhinya tujuan tersebut. Rangkaian tindakan pengihan pajak yang dilakukan oleh fiskus pada dasarnya mencakup tiga kelompok kegiatan, yaitu : 1. Pemantauan pembayaran pajak 2. Penagihan yang bersifat aktif 3. Penagihan dengan surat paksa 30 Gambar III.1 Proses penagihan pajak menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas 2010;80 Penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis Penerbitan Surat Paksa Penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan Pengumuman Lelang Penjualan pelelangan barang sitaan Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa diawali dengan penerbitan surat teguran, surta peringatan atau surat lan yang sejenis oleh pejabat yang berwenang atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah 7 tujuh hari sejak jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya sebelum Surat Paksa diterbitkan. Surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya. Terhadap wajib pajak yang karena satu dan lain hal diberikan keleluasan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak tidak akan diberikan surat teguran walaupun tanggal jatuh tempo pembayaran pajak telah terlampaui dan wajib pajak belum melunasi utang pajaknya. Hal ini wajar karena wajib pajak tersebut akan menanggung beban tambahan berupa bunga sesuai dengan ketentuan yang berlaku terhadap keterlambatan pembayaran tersebut. Tetapi keterlambatan tersebut adalah atas sepengetahuan dan persetujuan fiskus sehingga terhadapnya tidak akan diberikan surat teguran karena pada dasarnya wajib pajak tersebut memiliki kepatuhan membayar pajak tetapi tidak bisa segera melakukan kewajibannya karena kondisi keuangannya kurang baik. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat 21 hari sejak diterbitkan surat teguran, maka pejabat segera menerbitkan surat paksa. Hal ini dapat dilihat pada Undang – undang No. 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang – Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang mana tersirat makna bahwa tindakan penagihan dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran. Yang diperkuat dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak No. Kep-20Pj1995 Tentang Jadwal Waktu Penagihan Pajak yaitu Pasal 1 dan Pasal 2 berikut : Pasal 1 1. Pengeluaran surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan segera setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran dari jumlah pajak yang masih harus dibayar. 2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal surat teguran, wajib pajak atau penanggung pajak harus melunasi pajaknya. 3. Surat teguran sebagaimana yang dimaksud ayat 1 dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Pasal 2 1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka jumlah pajak yang masih harus dibayar dapat ditagih dengan surat paksa. 2. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 hari sejak tanggal surat teguran Mengenai Tindakan Penagihan dapat dilihat dari Keputusan Menteri Keuangan No. 147KMK.041998 Tanggal 27 Februari 1998 yaitu Dilakukan apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembentulan SKP, Surat Keputusan Keberatan SKK, Pusat Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo. Sebelum dikeluarkan surat teguran ada yang menjadi dasar untuk melakukan penagihan pajak yaitu : surat ketetapan pajak yang menyatakan bahwa pajak terutang sesuai perhitungan wajib pajak masih kuranh dari seharusnya, surat tagihan pajak, keputusan fiskus dan keputusan pengadilan pajak yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak bertambah. Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan oleh fiskus, yang menyatakan bahwa masih terdapat kekurangan pembayaran pajak meliputi : a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB Menutur Undang – undang No. 16 Tahun 2000, dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat terhutangnya pajak, atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal – hal, sebagai berikut : 1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar. 2. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran. 3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tariff nol persen 0 4. Apabila kewajiban pembukuan tidak dipenuhi atau tidak lengkap sehingga perhitungan rugi-laba, atau peredaran tidak jelas, atau angka – angka dalam pembukuan tidak dapt diuji atau wajib pajak tidak membantu jalannya pemeriksaan. b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat adanya data baru novum dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebelumnya. Dalam hal masih ditemukan lagi data yang semula belum terungkap padasaat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau data baru yang diketahui kemudian oleh Dirjen Pajak, maka surat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar masih dapat diterbitkan lagi, sesuai dengan ketentuan tentang SKPKBT yang diatur dalam Pasal 15 Undang – undang KUP. c. Surat Tagihan Pajak Sesuai dengan Pasal 14 Undang – undang KUP, Surat Tagihan Pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak apabila : 1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. 2. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. 3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga. 4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang – undang Pajak Pertambahan Nilai, yang tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak atau pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai aha Kena Pajak tetapi tidak membuat atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak, sehingga dalam penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa. d. Surat Keputusan Pembetulan Menurut Pasal 16 Undang – undang KUP, Dirjen Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Ketetapan Pajak atau atas permohonan Wajib Pajak yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan perundang – undangan perpajakan. Pembentulan dapat dilakukan oleh Dirjen Pajak, baik atas permohonan wajib pajak maupun secara jabatan. Apabila kesalahan maupun kekeliruan ditemukan, baik oleh fiskus maupun berdasarkan permohonan waib pajak, maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus dibetulkan. e. Surat Keputusan Keberatan Menurut Pasal 25 Undang – undang No. 16 Tahun 2000 Tentang KUP, Bahwa waib pajak dalam mengajukan keberatan hanya kepada Dirjen Pajak atas : 1. Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar SKPKB 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT 3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB 4. Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN 5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah ragi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya pada Dirjen Pajak. Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. f. Putusan Banding Apabila wajib pajak merasa tidak puas aats jawaban keputusan keberatan yang diterbitkan oleh fiskus, wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan banding, sesuai dengan Pasal 27 Undang – undang No. 16 Tahun 2000. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oelh Dirjen Pajak. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. g. Jatuh Tempo Pembayaran Menurut Undang – undang No. 16 tahun 2000 Tentang KUP, Surat Tagihan Pajak STP, Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak diterbitkan. Surat teguran juga berfungsi sebagai alat untuk menangguhkan “Kadaluwarsa Penagihan Pajak” seperti yang disebutkan dalam pasal 22 ayat 1 undang – undang No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang – Undang No. 9 Tahun 1994, yaitu “ Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, kadaluwarsa setelah lampau waktu sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan.

B. Pentingnya Surat Teguran Dalam Mencairkan Tunggakan Pajak

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep-20Pj1995 tentang jadwal waktu penagihan pajak yaitu pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi : “Pengeluaran Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan segera tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayarannya dari jumlah pajak yang maish harus dibayar”. Salah satu tindakan penagihan pajak adalah dengan pemberitahuan surat teguran. Dasar dari penagihan pajak adalah adanya tunggakan pajak dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding. Apabila realisasi pencairan tunggakan pajak tersebut dapat direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan potensi pencairan tunggakan pajak, maka penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa tersebut telah efektif. Dengan efektifnya penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa maka dapat meningkatkan penerimaan pajak, dimana diharapkan memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional. Oleh karena itu efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran sangat diperlukan untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Tunggakan Pajak Peningkatan penerimaan pajak Penagihan pajak dengan surat teguran Realisasi pencairan tunggakan pajak