Pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan Terhadap Keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA,

PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN

TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh:

JUNIARI N. SIAHAAN 107019067/IM

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2013


(2)

PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA,

PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN

TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Manajemen

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh:

JUNIARI N. SIAHAAN 107019067/IM

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2013


(3)

Judul Penelitian : PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA, PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP

KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA di kota medan

Nama : JUNIARI N. SIAHAAN

Nomor Pokok : 107019067

Program Studi : ILMU MANAJEMEN

Menyetujui Komisi Pembimbing:

Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si

Ketua

Dr. Yenni Absah, SE, M.Si Anggota

Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Paham Ginting, MS

Direktur,

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE


(4)

Telah Diuji pada: Tanggal

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si

Anggota : 1. Dr. Yenni Absah, SE, M.Si 2. Prof. Dr. Amrin Fauzi

3. Prof. Dr. Paham Ginting, MS 4. Dr. Parapat Gultom, MSIE


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul: “ PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA, PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA DI KOTA MEDAN” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Maret 2013 Yang membuat pernyataan,


(6)

PENGARUH KEMAMPUAN SDM, PARTISIPASI ANGGOTA

DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP KEBERHASILAN

KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Secara makro dapat dilihat peranan koperasi yang semakin meningkat dalam perekonomian, antara lain; meningkatnya manfaat koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang lebih mendalam terhadap azas, sendi serta tata kerja koperasi; meningkatnya produksi, pendapatan dan kesejahteraan; meningkatnya pemerataan dan keadilan; meningkatnya kesempatan kerja. Semua ini mengakibatkan pertumbuhan struktural dalam perekonomian nasional yang tergantung pada Co-operative Growth, Cooperative Share dan

Co-operative Effect yang melibatkan, memberdayakan segenap lapisan masyarakat,

sehingga dapat mengatasi kemiskinan. Masalah paling esensi adalah mengenai keberhasilan usaha koperasi dalam tumbuh dan berkembangnya suatu koperasi. Sampai saat ini koperasi lebih tertinggal dibanding dengan lembaga perekonomian lainnya. Penyebab ketertinggalan ini, karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi oleh koperasi dalam pengelolaannya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep koperasi, jenis koperasi di Indonesia, Koperasi Serba Usaha (KSU), Sumber Daya Manusia Koperasi, Partisipasi Anggota Koperasi, Pelayanan koerasi dan Keberhasilan Pengelolaan Koperasi.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanotory. Metode pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling (penarikan sampel proporsional acak berstruktur dengan sampel sebanyak 280 responden. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan uji secara simultan (Uji F) dan secara parsial (Uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Hasil analisis menunjukkan bahwa Kemampuan SDM KSU, Partisipasi anggota KSU dan Sistem Pelayanan KSU berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan dengan tingkat signifikansi 0,000. Koefisien determinasi (R2

Hasil uji t (secara parsial) yaitu Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan sistem Pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan.

) variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 78,10% dan sisanya 21,90% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Kesimpulan dari penelitian adalah Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU.

Kata kunci : Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota, Sistem Pelayanan dan Koperasi Serba Usaha (KSU).


(7)

THE INFLUENCE OF HUMAN RESOURCES’ CAPACITY, MEMBERS’ PARTICIPATION, AND SERVICE SYSTEM ON THE SUCCESS

OF ALL-PURPOSE COOPERATIVE (KSU) IN MEDAN

ABSTRACT

From the macro economy point of view, the role of cooperatives is

economically increasing; it can be seen from the increase of the use of cooperatives by people and for the environment, the understanding of the cooperative’s principle, foundation, and management, the increase in production, income, and welfare, the increase in distribution and justice, and the increase in employment. All these have caused the structural growth in the national economy which depends upon Co-operative Growth, Cooperative Share, and Co-operative Effect which involve and empower all walks of life so that poverty can be extricated. The most essential thing is about the success of a cooperative in its growth and development. So far, cooperatives have been left behind farther than the other economic institutions since the management of cooperatives has to face many problems.

The theory used in this study was the concept of cooperative, the types of cooperative in Indonesia, all—purpose cooperative (KSU), human resources in cooperative, cooperative members’ participation, service of cooperative, and the success in managing cooperatives.

The study used a survey approach with descriptive quantitative type and explanatory nature. The samples comprised 280 respondents and were taken by using proportionate stratified random sampling. The hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis with simultaneous type of test (F-test) and partial type of test (t-test) which was aimed to know the influence of independent variables on dependent variable at the level of reliability of 95% (α = 0.05).

The result of the analysis showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan with the significance level at 0.000. Coefficient determination (R2

The result of the t-test (partially) showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan.

) of independent variables on dependent variable was 78.10% and the rest (21.90%) was explained by other factors which were excluded from the study.

The conclusion of the study showed that the capacity of human resources, members’ participation, and service quality had significant influence on the success of KSU.

Keywords; Capacity of Human Resources, Members’ Participation, Service System,


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul: “Pengaruh Kemampuan SDM, Partisipasi anggota dan Sistem Pelayanan Terhadap Keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kota Medan”.

Atas selesainya tesis ini, Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan saran kepada Peneliti untuk kesempurnaan dalam Penelitian tesis ini.

4. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan Peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Dr. Yenni Absah, SE, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran kepada Peneliti untuk kesempurnaan dalam Penelitian tesis ini.


(9)

6. Bapak Prof. Dr. Amrin Fauzi, selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada Peneliti untuk kesempurnaan dalam Penelitian tesis ini.

7. Bapak Dr. Parapat Gultom, MSIE, selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada Peneliti untuk kesempurnaan dalam Penelitian tesis ini.

8. Bapak Drs. H. Tunggar Harahap, M.Si selaku Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kotamadya Medan yang bersedia memberikan data koperasi yang ada di Kota Medan

9. Suami tercinta Jimmy Carter Ambarita, SE dan anak saya Andre Justin Ambarita yang telah memberikan doa dan motivasi kepada Peneliti untuk menyelesaikan studi.

10.Kedua orang tua Peneliti, Ayahanda W. Siahaan (+) dan Ibunda S. Simanjuntak tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.

11.Seluruh staf pengajar program studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan selama masa perkuliahan.

12.Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang selama ini telah terjalin kerja sama dalam menyelesaikan semua tugas selama masa perkuliahan.


(10)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmad dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada Peneliti baik ketika masih kuliah maupun saat Penelitian tesis. Peneliti menyadari tesis ini belum sempurna, namun demikian diharapkan nantinya dapat berguna bagi banyak pihak, khususnya bagi Penelitian pengembangan pemberdayaan Koperasi Serba Usaha.

Medan, Maret 2013 Peneliti


(11)

RIWAYAT HIDUP

Juniari Siahaan, lahir pada tanggal 10 Juni 1982 di Balige Kabupaten Toba Samosir Menikah dengan Jimmy Carter Ambarita, SE tahun 2006 dan telah dikaruniai seorang putra, Andre Justin Ambarita.

Pendidikan dimulai pada tahun 1988 di Sekolah Dasar (SD) Negeri Nomor 173536 Balige dan lulus pada tahun 1994. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Balige lulus Tahun 1997. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Balige, lulus tahun 2000 Tahun 2001 melanjutkan ke Pendidikan Diploma I Mitra Bisnis Politeknik Sumatera Utara Jurusan Teknik Informatika Komputer, Tahun 2002 melanjutkan pendidikan ke Diploma III di Universitas Sisingamangaraja XII Medan Jurusan Teknik Komputer dan Lulus Tahun 2004 kemudian tahun 2008 melanjutkan ke strata-1 di STMIK Sisingamangaraja XII Medan Jurusan Manajemen Informatika Komputer dan tahun 2010 melanjutkan ke Strata-2 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di Medan, saat ini Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Perumusan Permasalahan ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1Penelitian Terdahulu ... 10

2.2Kerangka Teori ... 11

2.2.1 Konsep Koperasi ... 11

2.2.2 Jenis Koperasi di Indonesia ... 13

2.2.3 Koperasi Serba Usaha (KSU) ... 15

2.2.4 Sumber Daya Manusia Koperasi ... 16

2.2.5 Partisipasi Anggota Koperasi ... 20

2.2.6 Pelayanan Koperasi ... 24

2.2.7 Keberhasilan Pengelolaan Koperasi ... 27

2.3Kerangka Konseptual ... 31 2.4Hipotesis Penelitian ... 36


(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.4 Teknis Pengumpulan Data... 39

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.6 Identifikasi dan Operasional Variabel ... 40

3.6.1 Identifikasi Variabel ... 40

3.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 40

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.7.1 Uji Validitas ... 43

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 46

3.8 Metode Analisis Data ... 47

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 47

3.8.2 Analiisis Regresi berganda ... 47

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 48

3.8.4 Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Hasil Penelitian ... 52

4.1.1 Gambaran Umum Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan 52 4.1.2 Gambaran Struktur Organisasi ... 53

4.1.3 Visi dan Misi Koperasi dan UKM Kota Medan ... 54

4.1.4 Karakteristik Responden ... 55

4.1.5 Analisa Statistik Deskriptif (Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ... 56

4.1.6 Pengujian Asumsi Klasik ... 69

4.1.7 Hasil Regresi Berganda ... 73

4.2 Pembahasan ... 84

4.2.1 Pengaruh Kemampuan SDM KSU terhadap Keberhasilan KSU ... 84 4.2.2 Pengaruh Partisipasi Anggota KSU terhadap


(14)

Keberhasilan KSU ... 85

4.2.3 Pengaruh Ssitem Pelayanan KSU terhadap Keberhasilan KSU ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1. Kesimpulan ... 91

5.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 35 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 74 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 76


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan Koperasi di Kota Medan Tahun 2009-2011 ... 4

2.1 Penelitian Terdahulu ... 3.1 Jumlah Koperasi, Jumlah Sampel dan Jumlah Responden Berdasarkan ZonaWilayah Kota Medan Tahun 2012 ... 38

3.2 Operasionalisasi Variabel ... 41

3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kemampuan SDM KSU ... 44

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Partisipasi Anggota KSU ... 45

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Sistem Pelayanan KSU ... 45

3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keberhasilan KSU ... 46

3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 47

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 55

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56

4.4 Penjelasan Responden Atas Variabel Kualitas SDM (Pengurus KSU) .. 57

4.5 Penjelasan Responden Atas Variabel Kualitas SDM (Pengawas KSU) . 60 4.6 Penjelasan Responden Atas Variabel Partisipasi Anggota KSU ... 64

4.7 Penjelasan Responden Atas Variabel Sistem Pelayanan KSU ... 67

4.8 Penjelasan Responden Atas Variabel Keberhasilan KSU ... 71

4.9 Hasil Uji Multikolonieritas ... 75

4.10 Hasil Regresi Berganda ... 77

4.11 Hasil Uji Secara Simultan ... 78

4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 79


(17)

PENGARUH KEMAMPUAN SDM, PARTISIPASI ANGGOTA

DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP KEBERHASILAN

KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Secara makro dapat dilihat peranan koperasi yang semakin meningkat dalam perekonomian, antara lain; meningkatnya manfaat koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang lebih mendalam terhadap azas, sendi serta tata kerja koperasi; meningkatnya produksi, pendapatan dan kesejahteraan; meningkatnya pemerataan dan keadilan; meningkatnya kesempatan kerja. Semua ini mengakibatkan pertumbuhan struktural dalam perekonomian nasional yang tergantung pada Co-operative Growth, Cooperative Share dan

Co-operative Effect yang melibatkan, memberdayakan segenap lapisan masyarakat,

sehingga dapat mengatasi kemiskinan. Masalah paling esensi adalah mengenai keberhasilan usaha koperasi dalam tumbuh dan berkembangnya suatu koperasi. Sampai saat ini koperasi lebih tertinggal dibanding dengan lembaga perekonomian lainnya. Penyebab ketertinggalan ini, karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi oleh koperasi dalam pengelolaannya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep koperasi, jenis koperasi di Indonesia, Koperasi Serba Usaha (KSU), Sumber Daya Manusia Koperasi, Partisipasi Anggota Koperasi, Pelayanan koerasi dan Keberhasilan Pengelolaan Koperasi.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanotory. Metode pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling (penarikan sampel proporsional acak berstruktur dengan sampel sebanyak 280 responden. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan uji secara simultan (Uji F) dan secara parsial (Uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Hasil analisis menunjukkan bahwa Kemampuan SDM KSU, Partisipasi anggota KSU dan Sistem Pelayanan KSU berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan dengan tingkat signifikansi 0,000. Koefisien determinasi (R2

Hasil uji t (secara parsial) yaitu Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan sistem Pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan.

) variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 78,10% dan sisanya 21,90% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Kesimpulan dari penelitian adalah Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU.


(18)

THE INFLUENCE OF HUMAN RESOURCES’ CAPACITY, MEMBERS’ PARTICIPATION, AND SERVICE SYSTEM ON THE SUCCESS

OF ALL-PURPOSE COOPERATIVE (KSU) IN MEDAN

ABSTRACT

From the macro economy point of view, the role of cooperatives is

economically increasing; it can be seen from the increase of the use of cooperatives by people and for the environment, the understanding of the cooperative’s principle, foundation, and management, the increase in production, income, and welfare, the increase in distribution and justice, and the increase in employment. All these have caused the structural growth in the national economy which depends upon Co-operative Growth, Cooperative Share, and Co-operative Effect which involve and empower all walks of life so that poverty can be extricated. The most essential thing is about the success of a cooperative in its growth and development. So far, cooperatives have been left behind farther than the other economic institutions since the management of cooperatives has to face many problems.

The theory used in this study was the concept of cooperative, the types of cooperative in Indonesia, all—purpose cooperative (KSU), human resources in cooperative, cooperative members’ participation, service of cooperative, and the success in managing cooperatives.

The study used a survey approach with descriptive quantitative type and explanatory nature. The samples comprised 280 respondents and were taken by using proportionate stratified random sampling. The hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis with simultaneous type of test (F-test) and partial type of test (t-test) which was aimed to know the influence of independent variables on dependent variable at the level of reliability of 95% (α = 0.05).

The result of the analysis showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan with the significance level at 0.000. Coefficient determination (R2

The result of the t-test (partially) showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan.

) of independent variables on dependent variable was 78.10% and the rest (21.90%) was explained by other factors which were excluded from the study.

The conclusion of the study showed that the capacity of human resources, members’ participation, and service quality had significant influence on the success of KSU.

Keywords; Capacity of Human Resources, Members’ Participation, Service System,


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki prinsip kebersamaan dan rasa kekeluargaan.

Pembangunan koperasi identik dengan mengatasi kemiskinan. Menurut Bung Hatta, koperasi yang berazaskan pasal 33 UUD 1945 merupakan satu-satunya jalan untuk mendekatkan jurang perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin (Mubyarto 2003).

Secara makro dapat dilihat peranan koperasi yang semakin meningkat dalam perekonomian yaitu dari:

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor,

2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar,

3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat,

4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta

5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang.

Pemberdayaan koperasi secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat


(20)

pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan koperasi juga akan meningkatkan pencapaian sasaran di bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator kesejahteraan masyarakat Indonesia lainnya.

Sebagai soko guru perekonomian, koperasi memungkinkan untuk berkembang secara ekonomis, mampu memberikan pelayanan secara terus menerus dan meningkat kepada anggotanya serta masyarakat sekitarnya, juga dapat memberikan sumbangan yang mendasar kepada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Akan tetapi pada masa sekarang ini, banyak masyarakat menilai koperasi sebagai badan sosial yang mencoba bergerak di bidang ekonomi dan beranggapan bahwa usaha yang dilakukan koperasi merupakan usaha kecil-kecilan, padahal jika dikaji secara mendalam, koperasi sangat penting dalam perekonomian. Koperasi dianggap mampu memberikan berbagai kelebihan pada anggota dan masyarakat luas yang memanfaatkan koperasi. Ditambah lagi koperasi mempunyai tujuan yang sangat mulia, yakni memajukan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dengan demikian, ternyata masalah paling esensi adalah mengenai keberhasilan usaha koperasi dalam tumbuh dan berkembangnya suatu koperasi. Sampai saat ini koperasi lebih tertinggal dibanding dengan lembaga perekonomian lainnya seperti Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik


(21)

Daerah. Penyebab ketertinggalan ini, karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi oleh koperasi dalam pengelolaannya.

Secara kuantitatif, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan koperasi memang luar biasa. Jumlah, jenis, keanggotaan, maupun kapasitas permodalannya tumbuh pesat. Akan tetapi perkembangan tersebut belum mampu mencapai target yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah karena koperasi itu sendiri belum memasyarakat. Masih banyak anggota masyarakat yang belum memahami secara komprehensif, apa, mengapa dan bagaimana sesungguhnya koperasi. Rendahnya pemahaman masyarakat tersebut pada akhirnya berpengaruh negatif terhadap minat masyarakat untuk menjadi anggota dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan koperasi.

Di sisi lain, pertumbuhan kuantitas juga belum diimbangi dengan peningkatan kualitas. Masih banyak koperasi yang mengalami stagnasi atau bahkan gulung tikar. Kurang maksimalnya kinerja sebagian koperasi pada umumnya disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengelolanya. Dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia tidak lain adalah karena rendahnya pengetahuan pengelola terhadap koperasi.

Demikian juga halnya dengan keberadaan Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kota Medan menurut data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Medan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 menyebutkan dari sisi jumlah, koperasi di Kota Medan mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah koperasi, jumlah anggota dan Sisa Hasil Usaha (SHU), dimana sampai dengan tahun 2009 jumlah koperasi di Kota Medan sebanyak 457 unit


(22)

dengan jumlah anggota 135.330 orang, kemudian pada tahun 2010 meningkat 8.96 persen menjadi 502 unit dengan jumlah anggota 150.367 orang. Dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 9.71 persen menjadi 556 unit dengan jumlah anggota 170.750 orang. Demikian juga halnya dengan SHU, pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 10 persen menjadi Rp. 1.036.800.000 dan tahun 2011 juga meningkat sebesar 10 persen menjadi Rp.1.280.000.000.

N a m u n d e m i k i a n , d a r i s i s i k u a l i t a s

Tabel 1.1 Pertumbuhan Koperasi di Kota Medan

pertumbuhan kuantitas KSU tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas KSU yang baik. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase jumlah KSU yang hanya 8 hingga 10 persen dari tahun 2009 hingga 2011 dan meningkatnya jumlah koperasi tidak aktif, dimana pada tahun 2009 sampai tahun 2011 jumlah koperasi yang tidak aktif meningkat sebanyak 6.29 persen dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 6.98 persen.

Tahun 2009-2011

No. Uraian Satuan Tahun

2009 2010 2011

1. Jumlah Koperasi Unit 457 502 556

a. Aktif Unit 307 342 384

b. Tidak Aktif Unit 150 160 172

2. Anggota Orang 135.330 150.367 170.750

3. RAT Unit 50 60 70

4. Manager Orang 45 56 62

5. Karyawan Orang 226 251 281

6. Asset Rp.000 56.475.000 62.750.000 70.000.000 7. Volume Usaha Rp.000 121.320.000 134.800.000 150.000.000

8. SHU Rp.000 1.036.800 1.152.000 1.280.000

Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Medan, (2012)

Banyaknya masalah yang menghambat perkembangan Koperasi Serba Usaha khususnya di Kota Medan disebabkan oleh pengelolaan yang kurang efektif dan efisien.


(23)

Penyebab utama kurang berhasilnya koperasi termasuk KSU yang ada di Kota Medan, diantaranya keterbatasan sumber daya manusia pengurus koperasi yang berkualitas. Keberadaan sumber daya manusia KSU di Kota Medan khususnya pengurus dari sisi pendidikan dan kemampuan masih belum menggembirakan. Fakta menunjukkan masih rendahnya kualitas sumber daya koperasi khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi dan pemasaran.

Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (2008), yang menyebutkan bahwa, permasalahan yang dihadapi dalam membangun koperasi adalah masalah struktural dengan berbagai cirinya, misalnya masalah kelemahan pengelolaan/manajemen dan kelangkaan akan modal. Kelemahan manajemen tersebut biasanya disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat, dalam hal ini pengurus koperasi, masih terbatas, sedangkan kelangkaan akan modal disebabkan oleh kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang umumnya masi

Disamping itu adalah rendahnya tingkat kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia koperasi. Rendahnya tingkat pendidikan sumber daya manusia tersebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya-upaya peningkatan kemampuan (capacity building) baik melalui pelatihan, pendidikan, maupun studi banding secara terprogram. Pada umumnya sumber daya manusia yang ada lebih fokus pada pengalaman dalam menjalankan usaha. Upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masih belum merupakan prioritas. Lemahnya tingkat pendidikan dan kemampuan dari SDM koperasi memberi berbagai dampak,


(24)

diantaranya: rendahnya inovasi, lemahnya manajemen usaha, rendahnya produktivitas, rendahnya kualitas produk dan lemahnya kemampuan mengakses modal usaha.

Dengan demikian dalam memilih pengurus koperasi sangat diutamakan bagi mereka yang memiliki berbagai macam kemampuan atau potensi agar dapat mengelola koperasi menuju keberhasilan. Rendahnya kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi. Hal ini yang mengakibatkan proses manajemen koperasi lemah sehingga arah dan tujuan yang hendak di capai koperasi tidak bisa diraih terutama dalam peningkatan perkembangan usaha dari koperasi.

Dalam hal ini partisipasi dari para anggota koperasi dalam memilih pengurus koperasi yang profesional sangat dibutuhkan. Partisipasi merupakan kebutuhan dasar bagi usaha koperasi, karena maju mundurnya suatu koperasi sangat tergantung pada partisipasi anggota dalam berbagai aspek seperti pendidikan dan penyuluhan, pertemuan, pembentukan modal, pengembangan usaha dan komunikasi pembuatan program. Semakin besar partisipasi anggota, semakin mudah koperasi berkembang.

Meliani & Ismulyati (2002), menambahkan kendala yang sering dihadapi koperasi selain faktor permodalan adalah kurangnya partisipasi anggota, padahal partisipasi anggota merupakan unsur utama dan terpenting dalam kegiatan koperasi serta untuk kebersamaan dalam koperasi


(25)

Pada kenyataan yang ada partisipasi anggota koperasi saat ini masih rendah, disebabkan para anggota belum sepenuhnya mengerti lingkup kegiatan koperasi yang sebenarnya sehingga anggota koperasi tidak menunjukkan partisipasinya baik itu secara kontributif maupun insentif terhadap kegiatan koperasi sendiri. Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada para anggota koperasi ditengarai menjadi faktor utamanya, karena para pengurus beranggapan hal tersebut tidak akan menghasilkan manfaat bagi diri mereka pribadi. Kegiatan koperasi yang tidak berkembang membuat sumber modal menjadi terbatas. Terbatasnya usaha ini akibat kurangnya dukungan serta kontribusi dari para anggotanya untuk berpartisipasi membuat koperasi seperti stagnan. Oleh karena itu, semua masalah berpangkal pada partisipasi anggota dalam mendukung terbentuknya koperasi yang tangguh, dan memberikan manfaat bagi seluruh anggotanya, serta masyarakat sekitar.

Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini juga disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.


(26)

Selain itu rendahnya partisipasi anggota mungkin pula disebabkan oleh kurang mampunya koperasi dalam meningkatkan dan pelayanan yang baik kepada anggota.

Pelayanan yang baik dan berkualitas juga penting karena dapat menarik simpati pelanggan dan juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang dalam hal ini adalah para anggota koperasi. Dengan adanya kualitas pelayanan yang optimal, dapat menarik pelanggan yang loyal, maka diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan koperasi terutama dalam hal pertumbuhan Sisa Hasil Usaha (SHU).

Namun pada kenyataannya kualitas pelayanan koperasi dinilai masih rendah. Rendahnya pelayanan koperasi juga disebabkan kurang mampunya koperasi dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Koperasi pada umumnya belum dapat meningkatkan pelayanan yang prima terutama kepada anggota yang merupakan unsur penting dan salah satu pihak yang berpengaruh dalam kelancaran pelaksanaan usaha koperasi.

Agar mampu bersaing dalam menghadapi pasar bebas yang berlangsung saat ini diperlukan adanya suatu kualitas layanan koperasi dan kepuasan anggota untuk memperoleh persaingan yang maksimal. Akan tetapi kualitas layanan tersebut tidak lepas dari jati diri koperasi, sehingga prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi masih bisa melembaga dalam susunan ekonomi pasar bebas. Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang layanan koperasi harus dapat meningkatkan kualitas layanan dan kepuasan anggota terhadap pengelolaan usaha yang ditawarkan.


(27)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan SDM Koperasi Serba Usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan?

2. Apakah partisipasi anggota SDM Koperasi Serba Usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan?

3. Apakah sistem pelayanan SDM Koperasi Serba Usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui pengaruh kemampuan SDM Koperasi Serba Usaha (KSU), partisipasi anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) dan sistem pelayanan Koperasi Serba Usaha (KSU) terhadap keberhasilan pengelolaan Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan program dalam pemberdayaan dan pengembangan koperasi pada masa


(28)

mendatang.

b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, penelitian ini merupakan tambahan kekayaan penelitian untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan di masa mendatang.

c. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.

d. Bagi peneliti, menambah wawasan secara ilmiah dalam bidang manajemen sumber daya manusia khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan koperasi.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian dalam bidang koperasi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian Nurlela (2001), dengan judul : Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA”

Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dengan metode kuesioner, metode dokumentasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis deskriptif persentase dan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS versi 16 for Windows.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, kemampuan manajerial pengurus, partisipasi anggota dan lingkungan usaha berpengaruh terhadap keberhasilan koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati baik secara bersama-sama maupun parsial.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anwar dkk tahun 2009, dengan judul: “Pengaruh Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi

Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung). Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan koperasi dan partisipasi anggota terhadap perkembangan volume usaha, modal usaha dan


(30)

produksi usaha anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin (KOPISMA) Bandung, baik secara simultan maupun secara parsial. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research) dengan melakukan observasi, wawancara, dan kuesioner sebagai instrument penelitian yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode sensus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung).

Ketaren (2007) melakukan penelitian dengan judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota koperasi sebanyak 204 orang. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah 40 orang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota, kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

1. Nurlela

(2001)

Pengaruh Kemampuan

Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan Lingkungan

Metode kuantitatif dan kualitatif. Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif

kemampuan manajerial pengurus, partisipasi anggota dan lingkungan usaha berpengaruh terhadap keberhasilan


(31)

No. Nama

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati persentase dan analisis regresi linier berganda dengan program

SPSS versi 16 for

Windows

koperasi di KUD

”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati baik secara bersama-sama maupun parsial

2. Anwar

dkk (2009)

Pengaruh Kualitas

Pelayanan Koperasi

Dan Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung).

Jenis penelitian adalah Penelitian Penjelasan

(explanatory

research). Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode sensus.

Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang

Mesin/KOPISMA Bandung).

3. Ketaren

(2007)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan

Koperasi Credit

Union Dalam

Pemberdayaan Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang) Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi

Credit Union, meliputi:

SHU, partisipasi anggota, kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.

2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Konsep Koperasi

Menurut Swasono (2005), secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata Cooperation” (Latin) atau “Cooperation” (Inggris), atau Co-operate (Belanda), atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja sama.

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 1, menyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan


(32)

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”.

Menurut pernyataan ICA (International Co-operate Alliance, 2002) tentang jati diri koperasi mengemukakan, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya besama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.

ILO (International Labour Organization) memberikan definisi koperasi

yang lebih detail dan berdampak international sebagai berikut:

“Co-operative define as an association of person usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking” (Sitio dan Tamba, 2001).

Definisi yang diberikan ILO di atas, mengandung 6 elemen yang terdapat dalam koperasi sebagai berikut:

1. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (association of persons).

2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan kesukarelaan (voluntary joined togather).

3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common economic end).

4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of democratically controlled bussiness arganization).


(33)

5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (making equitble contribution to the capital required).

6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (accepting a fair share of the risk and benefits of the understanding).

2.2.2 Jenis Koperasi di Indonesia

Jenis-jenis koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut:

A. Jenis koperasi berdasarkan fungsinya :

1. Koperasi Konsumsi, didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum sehari-hari para anggotanya. Yang pasti barang kebutuhan yang dijual di koperasi harus lebih murah dibantingkan di tempat lain, karena koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.

2. Koperasi Jasa adalah untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga yang dipatok harus lebih rendah dari tempat meminjam uang yang lain.

3. Koperasi Produksi, Bidang usahanya adalah membantu penyediaan bahan baku, penyediaan peralatan produksi, membantu memproduksi jenis barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkannya hasil produksi tersebut.

B. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja

1. Koperasi Primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang perseorangan.


(34)

2. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer.

C. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya

1. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota.

2. Koperasi Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit produksi, unit wartel.

3. Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga.

4. Koperasi Produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan pemasaran.


(35)

D. Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

1. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pedesaan, terutama pertanian.

2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup departemen atau instansi.

3. Koperasi Sekolah, memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan kejujuran.

2.2.3 Koperasi Serba Usaha (KSU)

Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menjalankan beberapa macam usaha yang sesuai dengan keperluan masyarakat dan lingkungan (Arifinal, 1987)”. Koperasi Serba Usaha memiliki beberapa fungsi, yaitu: a) Perkreditan, b) Penyediaan dan penyaluran sarana produksi dan keperluan sehari-hari, c) Pengelolaan serta pemasaran hasil.


(36)

1.

Adapun tujuan koperasi serba usaha adalah sebagai berikut:

2.

Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

3.

Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur.

4.

Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan produktif.

Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi.

1.

Menurut Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, prinsip koperasi serba usaha sama dengan prinsip koperasi yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, yaitu:

2.

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

3.

Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

4.

Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

5.

Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. Kemandirian.

2.2.4 Sumber Daya Manusia Koperasi

Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh koperasi yaitu masalah klasik antara lain keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola koperasi. Dalam hal ini kepemahaman tentang perkoperasian dan cara


(37)

pengelolaan yang baik menjadi faktor utama yang menunjang maju tidaknya suatu koperasi.

Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi.

Dalam arena persaingan global yang semakin ketat, eksistensi individu, masyarakat ataupun organisasi akan ditentukan oleh keunggulan daya saing yang berkesinambungan. Hanya dengan sumber daya manusia yang unggul dan mempunyai daya saing tinggi, suatu masyarakat atau organisasi termasuk Koperasi dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.

Sumarsono (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga syarat yang harus dimiliki oleh seorang pengelola (manajer/pengurus) koperasi, yaitu : Managerial skill, Technical skill dan Entrepreneur skill. Selain dari managerial skill dan tehnical skill, entrpreneur skill merupakan salah satu keahlian yang penting dan harus dimiliki oleh pengurus dalam menjalankan usaha koperasi. Keahlian kewirausahaan merupakan salah satu keahlian yang sangat menunjang dalam proses pengembangan suatu unit usaha, karena tanpa jiwa wirausaha yang baik maka perkembangan usaha akan rendah.

Dengan demikian seorang wirausaha sangatlah diperlukan oleh setiap bentuk badan usaha, termasuk pada bentuk usaha koperasi. Melalui perannya,


(38)

seorang wirausaha mampu menghadapi setiap tantangan dan memanfaatkan setiap peluang yang ada demi keberhasilan usaha yang dikelolanya.

Selanjutnya menurut Marbun dalam Alma (2004), Pengelola koperasi baik itu pengurus ataupun manajer sebaiknya memiliki sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha sebagai berikut ; 1) Percaya diri, 2) Berorientasikan tugas dan hasil, 3) Pengambil resiko, 4) Kepemimpinan, 5) Keorsinilan, 6) Berorientasi ke masa depan.

Kompetensi sumber daya manusia seluruh unsur penggerak koperasi, baik itu anggota, pengurus, maupun pengawas harus selalu digali, diasah, dan dikembangkan sehingga muncul pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan koperasi. Widarmanto (2008), Kompetensi yang harus dimiliki oleh para anggota, pengurus, dan penggerak koperasi meliputi kompetensi kelembagaan, kompetensi pengembangan usaha dan menejerial, kompetensi penguasaan iptek, kompetensi membangun networking, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan usaha, kompetensi optimalisasi pelayanan, dan kompetensi dalam membangun etos kerja.

Semua kompetensi tersebut di atas apabila bisa dikembangkan secara maksimal akan menjadi kekuatan yang besar dalam mengelola koperasi yang berkualitas. Ada beberapa langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia tersebut. Pertama, Peningkatan kompetensi kelembagaan. Peningkatan kompetensi kelembagaan di sini berupa penyegaran kembali, penegasan kembali, serta pemahaman kembali para seluruh penggerak koperasi baik anggota, pengurus, dan pengawas tentang jati diri koperasi (co-operative


(39)

identity) yang meliputi pemahaman kembali akan tiga aspek koperasi yaitu pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of co-operative), dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (principles of co-operative). Melalui penyegaran dan pemahaman kembali hal-hal di atas, falsafah dan prinsip-prinsip koperasi dapat dipertahankan sehingga kalau suatu saat nanti koperasi tersebut bisa berkembang tetap dapat mempertahankan prinsip-prinsip etis perkoperasian Indonesia.

Kedua, Kompetensi Pengembangan Usaha dan manajerial. Setiap unsur

penggerak koperasi, baik itu pengurus dan anggota harus memiliki kompetensi pengembangan usaha dan menejerial sehingga mampu mengembangkan usaha yang luwes sesuai dengan kepentingan seluruh anggota sekaligus mampu mengembangkan modal yang dipunyainya. Untuk itu para penggerak koperasi harus mampu memiliki kemampuan manejerial baik manajerial yang berkait dengan pengembangan usaha dan organisasi maupun yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan.

Ketiga, kompetensi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penguasaan komputer dan internet menjadi syarat utama para pelaku dan pengembangan koperasi. Dengan memiliki kompetensi itu segala hal yang berkait dengan pemasaran, pengelolaan keuangan, mitra usaha, dan pencitraan lembaga koperasi dalam dilakukan dengan cara yang efektif dan menjangkau sasaran yang luas.

Keempat, Kompetensi membangun networks. Dalam dunia menyeluruh tak


(40)

kemampuan menjalin kerjasama dan membentuk jejaring usaha. Semua badan ekonomi termasuk juga koperasi harus mampu menjalin sebanyak mungkin

networks atau jaringan kerja, harus mampu membentuk jejaring usaha yang

seluas-luasnya sehingga dapat menciptakan pasar.

Kelima, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan

persaingan usaha. Ini berkaitan dengan kemampuan usaha bagi koperasi kecil untuk dapat mengembangkan diri dengan menekankan pada sebuah produk atau layanan unggulan sekaligus membangun pasar bagi produk atau layanan jasa yang dilakukan. Kompetensi ini dapat diraih dengan menekankan pada bentuk pendidikan dan latihan kewirausahaan, pendampingan usaha dan permodalan.

Keenam, adalah kompetensi optimalisasi pelayanan. Ini berarti setiap

pengurus maupun anggota koperasi harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya sekaligus mampu memenuhi kebutuhan kolektif tersebut. Setelah identifikasi akan dapat ditentukan skala prioritas dengan mempertimbangkan pelbagai aspirasi. Dengan pemberdayaan yang berkesinambungan koperasi diharapkan tumbuh berkembang dan berkualitas sehingga memiliki daya tawar yang setara dengan pelaku ekonomi lain. Untuk itu perlu adanya upaya yang serius untuk meningkatkan dan memberdayakan kompetensi sumber daya manusia perkoperasian yang dilakukan secara kontinuitas baik melalui media pendidikan, media massa maupun media yang lain.


(41)

2.2.5 Partisipasi Anggota Koperasi

Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha koperasi. Secara harfiah, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anggota, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan anggotanya, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan perusahaan koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko usaha koperasi, serta secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun proses pengambilan keputusan usaha koperasi.

Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual identity), yaitu anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai pemilik, anggota wajib berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan dan membuat keputusan; sedangkan sebagai pengguna/pelanggan, anggota koperasi wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang, maupun jasa yang disediakan oleh koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan perusahaan koperasi atau sebaliknya akan menentukan baik buruknya perkembangan organisasi maupun usaha koperasi. Semakin kuat ketergantungan anggota dengan perusahaan koperasi, maka semakin tinggi dan baik perkembangan organisasi dan usaha koperasi, sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi semakin sehat berkembang sebagai badan usaha atas dukungan anggota secara


(42)

penuh. Koperasi memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi langsung maupun tidak langsung bagi anggota, dan anggota mendukung, berinteraksi, dan proaktif bagi perkekmbangan usaha koperasi.

Mengenai partisipasi anggota, Ariffin (2004) menyebutkan, bahwa keanggotaan dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting, karena maju mundurnya sebuah koperasi antara lain dipengaruhi oleh tingkat partisipasi anggota di koperasi. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Rachmad(1993) yang menyatakan bahwa anggota merupakan faktor penentu keberhasilan pengembangan koperasi. Dalam (Rachmad, 1993) disebutkan, bila dilihat faktor yang turut mempengaruhi aktivitas partisipasi anggota maka mutu pelayanan koperasi kepada anggota merupakan faktor kunci dalam peningkatan partisipasi anggota koperasi.

Sementara itu Burhannudin (2005) menyebutkan salah satu kriteria determinan keberhasilan koperasi adalah kemampuan koperasi menumbuhkan partisipasi demokratis anggota dalam pembagian manfaatekonomi dan risiko.Dengan demikian partisipasi anggota memegang peranan penting dalam mewujudkan keberhasilan pemberdayaan koperasi.

Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi anggota koperasi berarti anggota memiliki keterlibatan mental dan emosional terhadap koperasi, memiliki motivasi


(43)

berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi.

Deputi bidang pengembangan sumber daya manusia Kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik indonesia Tahun 2010, menjelaskan bahwa, Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai keterlibatan para anggota secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijakan, arah dan langkah usaha, pengwasan terhadap jalannya usaha koperasi, penyertaan modal usaha, dalam pemanfaatan usaha, serta dalam menikmati sisa hasil usaha.

Partisipasi anggota juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik kedudukan anggota sebagai pemilik maupun sebagai pengguna/pelanggan. Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk pencurahan pendapat dan pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam pengawasan, kehadiran dan keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Secara umum, partisipasi anggota koperasi menyangkut partisipasi terhadap sumberdaya, pengambilan keputusan, dan pemanfaatan, atau seringkali dibuat kategori partisipasi kontributif, partisipasi insentif.

Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas ganda baik sebagai pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk partisipasi anggota juga mengikutinya. Sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dan bentuk


(44)

kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan, serta ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi. Selanjutnya sebagai pengguna, anggota memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota dan menunjang kegiatan usaha koperasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara generik terdapat beberapa bentuk partisipasi anggota koperasi, yaitu :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan penyampai/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik bagi koperasi).

2. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela/manasuka, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).

3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi).


(45)

2.2.6 Pelayanan Koperasi

Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya, mengingat pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi perusahaan lain (non koperasi). Koperasi harus layak dan efisien memberikan layanan yang dapat dinikmati secara sosial ekonomi oleh anggota, disamping juga mampu mengantisipasikan kemungkinan perubahan kebutuhan atau kepentingan dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota berhubungan lurus dengan perubahan waktu peradaban, dan perkembangan jaman, sehingga hal ini menentukan pula pola kebutuhan angota dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi.

Kondisi ini memposisikan koperasi harus mampu memberikan pelayanan prima yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi memberi pelyanan kepada anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih prima dibanding dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota.

Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang tersedia dikoperasi pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh perusahaan koperasi.

Mahri (2006) menyatakan bahwa, pelayanan koperasi kepada anggota adalah jasa yang diberikan koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh karena itu, sebagian koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha anggota-nya.


(46)

Terkait dengan pelayanan usaha koperasi, koperasi selain memberikan kesejahteraan pada anggotanya (social motive) juga mempunyai tujuan untuk mencapai keuntungan (profile motive). Kesejahteraan pada anggota dapat diwujudkan salahs atunya dengan cara memberikan pelayanan yang baik pada anggotanya.

Aziz (2003), menyatakan bahwa sasaran pelayanan koperasi tersebut dapat tercapai melalui pelayanan pada unit-unit usaha koperasi dengan cara :

1. Unit Usaha Pertokoan

Dalam memberikan pelayanan dipertokoan harus mempertimbangkan ; a) Sikap dan kemampuan karyawan setempat

Karyawan dapat dikatakan sebagai ujung tombak pemasaran barang-barang yang akan dijual koperasi. Dengan keramahan dann kecepatan dalam melayani anggota serta kemampuan karyawan dalam memberikan informasi tentang produk yang dijualm koperasi akan mampu menarik minat anggota untuk berbelanja di koperasi.

Konsumen akan merasa senang apabila karyawan yang melayani kebutuhan ramah serta cekatan. Akibatnya anggota akan memutuskan untuk melakukan pembelian kembali di koperasi.

b) Barang yang disediakan 1. Kelengkapan jenis barang

Mudah memperoleh barang yang dibutuhkan merupakan kepuasan tersendiri bagi anggota. Apalagi bila hampir semua kebutuhan tersebut


(47)

didapat dengan membeli di satu tempat yaitu koperasi. Hal ini akan menghemat waktu, tempat dan biaya.

Untuk melengkapi jenis barang yang dijual, koperasi harus menggali informasi atau mengetahui berbagai produk kebutuhan anggota.

2. Harga dan Kualitas

Anggota akan cenderung berbelanja di koperasi bila barang dijual berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Sebelum memutuskan untuk berbelanja di koperasi, tentunya anggota akan membandingkan dengan kualitas dan harga yang dijual di toko lain. Tidak menutup kemungkinan bila anggota beralih ke toko lain karena toko tersebut memberikan harga yang relative rendah dengan kualitas barang yang sama, karena itu dalam menetapkan harga hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga kompetitif dan dapat menutup biaya dan masih ada margin untuk laba. Paling tidak harga yang diberikan ada yang sama dengan harga pasar.

3. Jumlah Barang

Agar tidak mengecewakan anggota sebagai konsumen, hendaknya koperasi mengadakan pengendalian persediaan terhadap barang yang dijual. Dengan demikian tidak akan dijumpai situasi dimana pembeli sudah antri, ternyata barang yang dibutuhkan kosong (persediaan habis). Pengendalian persediaan dilakukan dengan memadukan bagian penjualan, pembelian, distribusi dan gudang.


(48)

c) Tehnik Layanan

Tehnik layanan dalam hal ini berkaitan dengan upaya untuk mempermudah anggota dalam memperoleh barang yang dibutuhkan. Kemudahan ini diperoleh dengan pemberian layanan berupa melayani pembelian secara kredit.

d) Keadaan Toko

Keadaan toko dapat mempengaruhi image anggota terhdap koperasi baik itu dari segi lokasi, layout barang maupun layout ruang. Anggota akan memutuskan berbelanja di koperasi apabila lokasi toko tersebut mudah dijangkau. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan biaya, tenaga dan waktu.

Pemberian pelayanan usaha yang baik dari koperasi kepada anggotanya akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh anggota, apakah akan berperan atau tidak dalam kegiatan koperasi. Atau dengan kata lain, kualitas pelayanan usaha yang baik dari koperasi akan dapat merangsang minat anggota untuk bekersasama atau berperan dalam kegiatan koperasi, karena manfaat yang akan diperolehnya.

Sebaliknya kualitas pelayanan yang kurang baik akan dapat mempengaruhi keingginan anggota untuk tidak berperan serta dalam koperai. Hal ini wajar karena koperasi dibentuk dengan tujuan utama adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Menurut Aziz (2003) ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada anggotanya, yaitu : 1) Adanya tekanan


(49)

persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non koperasi) dan 2) Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban. Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengkonsumsi produk-produk yang di tawarkan oleh koperasi

2.2.7 Keberhasilan Pengelolaan Koperasi

Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pengelolaan koperasi tersebut dapat dicapai karena dilaksanakan dengan manajemen yang baik.

Ester (2011) menyatakan bahwa, keberhasilan yang dicapai koperasi tidak semata-mata diukur dengan tingkat efisiensi koperasi sebagai perusahaan ataupun keuntungan yang didapat, melainkan diukur dengan seberapa efisien koperasi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat, serta dapat menimbukan dampak yang baik untuk lingkungan. Adapun syarat-syarat agar koperasi dapat mencapai keberhasilan, yaitu :a) Berusaha dengan efisien dan produktif, b) Efisien dan efektif bagi para anggota, c) Memberikan saldo bagi setiap anggota dalam jangka panjang, d) menghindari terjadi situasi, dimana kemanfaatan dari usaha bersama merupakan barang milik umum

Menurut Hanel, dalam Yuliani (2007), bahwa untuk mengukur koperasi ada tiga jenis efisiensi yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan, yaitu sebagai berikut: 1) Efisiensi pengelolaan usaha adalah sejauhmana koperasi dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan sebagai suatu badan mandiri, 2)


(50)

Efisiensi pembangunan adalah penilaian atas dampak-dampak secara langsung atau tidak langsung yang timbul oleh koperasi sebagai kontribusi koperasi terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan 3) efisiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota adalah suatu tingkat dimana melalui berbagai kegiatan pelayanan yang bersifat menunjang kegiatan usaha koperasi, kepentingan anggota dan tujuan bersama para anggotanya.

Dengan demikian manajemen koperasi harus dilaksanakan sebaik-baiknya oleh semua perangkat organisasi koperasi. Untuk meningkatkan kepentingan anggota, manajemen koperasi harus peka terhadap proses keanggotaan melalui penerapan manajemen keanggotaan. Fungsi operasional keanggotaan koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses dari fungsi perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam pengadaaan anggota (procurement), pengembangan anggota (development), pemberiaan manfaat kepada anggota (benefit), pemeliharaan anggota (maintenence), dan pemutusan hubungan keanggotaan (separation

Sebagai badan usaha, koperasi dituntut oleh para anggotanya untuk sukses mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan dalam Rapat Anggota. Menurut Limbong (2010), tingkat keberhasilan koperasi dilihat dari tiga faktor utama, yaitu faktor pertama adalah partisipasi anggota. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai anggota. Tingkat partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti besarnya nilai manfaat pelayanan koperasi. Partisipasi anggota akan efektif jika tejadi kesesuaian kebutuhan dan keinginan dengan output yang diterima anggota.


(51)

Faktor penentu keberhasilan koperasi yang kedua adalah profesionalisme manajemen. Mutu manajemen koperasi akan sangat menentukan keberhasilan usaha-usaha bisnis koperasi. Manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis, pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu manajemen koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan iptek serta riset dan informasi.

Sedangkan hal lain yang menentukan tingkat keberhasilan koperasi adalah faktor dari luar koperasi. Faktor dari luar koperasi yang berpengaruh adalah peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Dalam hal ini bukan hanya undang-undang koperasi, tetapi juga peraturan perundang-undangan non koperasi seperti undang-undang penanaman modal persaingan usaha, pajak, perbankan dan lain-lain.

2.3Kerangka Konseptual

Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan yang tumbuh di masyarakat saat ini masih dilirik sebagai lembaga keuangan yang dinomorduakan. Padahal, kebaradaan koperasi ini dapat membantu ekonomi masyarakat kecil maupun kelompok usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang dalam mencari modal usahanya. Demikian juga halnya dengan koperasi serba usaha sebagai bagian dari koperasi yang menjalankan beberapa macam usaha yang sesuai dengan keperluan masyarakat dan lingkungan harus dikelola secara maksimal


(52)

karena dengan pengelolaan yang maksimal akan membawa pada keberhasilan usaha koperasi.

Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya yang biasanya koperasi ini tidak terbentuk sekaligus untuk melakukan bermacam-macam usaha, melainkan makin luas karena kebutuhan anggota yang makin berkembang, kesempatan usaha yang terbuka dan lain-lain sebab. (Anoraga dan Widiyanti, 2003)

Namun realita dilapangan masih terdapat berbagai faktor penghambat dalam keberhasilan pengelolaan koperasi termasuk koperasi serba usaha, antara lain sumber daya manusia (pengelola) koperasi, manajemen, partisipasi dan pelayanan yang diberikan koperasi.

Menurut Subiakto dalam Limbong (2010), bahwa kegagalan koperasi disebabkan: 1) masih terbatasnya kualitas dan partisipasi anggota, 2) terbatasnya sumber daya manusia yang profesional, 3) belum berkembangnya perangkat lunak organisasi koperasi, 4) lemahnya komponen modal dalam struktur permodalan, dan 5) belum tumbuhnya kemampuan koperasi untuk menyatukan seluruh kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan pendapat Subiakto, dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu keberhasilan pengelolaan koperasi. Sumber daya manusia koperasi sebagaimana yang dijelaskan Hadipermana dalam Andriyani (2012) adalah sumber daya atau potensi, atau kemampuan atau kekuatan yang ada dalam diri manusia koperasi, yang menentukan kualitas manusia koperasi


(53)

sehingga mampu berprestasi dan menjadikan koperasi efektif dan efisien dalam melayani anggota. Sumber daya manusia koperasi itu tidak terbatas pada karyawan atau pegawai koperasi, tetapi juga mencakup manajer, pengurus, pengawas dan bahkan para anggotanya.

Salah satu sumber daya manusia dalam koperasi adalah pengurus. Pengurus dalam koperasi memiliki peranan yang cukup penting dalam keberhasilan pengelolaan koperasi. Hal ini senada dengan pendapat Sumarsono (2003) bahwa “Pengurus koperasi mempunyai kedudukan yang sangat menentukan bagi keberhasilan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial.

Dengan demikian dalam memilih pengurus koperasi sangat diutamakan bagi mereka yang memiliki berbagai macam kemampuan atau potensi agar dapat mengkelola koperasi menuju keberhasilan.

Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi. Hal ini yang mengakibatkan proses manajemen koperasi lemah sehingga arah dan tujuan yang hendak di capai koperasi tidak bisa diraih terutama dalam peningkatan perkembangan usaha dari koperasi.

Selain itu, partisipasi anggota juga memegang peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan koperasi. Anggota Koperasi sebagai modal utama dari koperasi, berhasil atau tidaknya pengeolalaan koperasi akan ditentukan oleh peran


(54)

aktif anggota baik sebagai pemodal (pemilik), nasabah (konsumen) serta sebagai penerima manfaat atau dengan kata lain anggota adalah raja.

Ini adalah realita dalam perkoperasian karena anggota sebagai pemilik koperasi memberikan makna bahwa anggota memiliki hak penuh menentukan diterima atau disetujuinya perencanaan usaha yang diajukan oleh Pengurus dan Pengawas dalam forum Rapat Anggota.

Selanjutnya pelayanan koperasi juga merupakan unsur penting dalam mengelola koperasi. Koperasi akan berhasil apabila dikelola dengan menerapkan pelayanan yang optimal kepada anggota koperasi. Pelayanan Koperasi kepada anggota adalah jasa yang diberikan Koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh karena itu, sebagian Koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha anggota-nya.

Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggota Koperasi harus mewujudkannya melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi yang lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh pasar.

Karakteristik yang harus dimiliki oleh Koperasi agar dapat disebut sebagai pusat pelayanan, menurut Nasution (2008) adalah sebagai berikut :

1. Mampu menyediakan sarana dan bahan kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan kodrat sebagai manusia baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kegiatan produksi


(55)

2. Mampu berperan untuk membangkitkan inisiatif lokal agar semua masyarakat dapat meningkatkan peran sertanya dalam proses pembangunan dan menikmati hasil-hasil pem-bangunan tersebut

3. Dapat berperan sebagai sarana dalam proses transformasi struktural termasuk redistribusi faktor-faktor produksi dan pendapatan.

Oleh karena itu, pelayanan yang baik dari Koperasi, akan meningkatkan keberhasilan usaha koperasi. Demikian pula Koperasi sebagai organisasi ekonomi merupakan wadah berbagai kegiatan ekonomi masyarakat, bisa diterima oleh anggota karena adanya pelayanan yang diberikan sesuai dengan bentuk dan kebutuhan yang diberikan oleh anggota sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pengelolaan koperasi.

Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya.

Keberhasilan KSU antara lain bisa dilihat sebagai suatu peningkatan dalam kuantitas asset usaha, jasa, perolehan (pendapatan) atau hal-hal lain. Lebih khusus untuk koperasi, keberhasilan mungkin dapat ditinjau baik aspek peningkatan aktual atau relatif keanggotaan, simpan pinjam, SHU, kekayaan modal mandiri, jasa pelayanan dan sebagainya.

Rahardjo (2004) yang menyatakan kunci keberhasilan pemberdayaan koperasi terletak pada kemampuan manajemen yakni : a) Harus memiliki rencana usaha (corporate plan) yang mencakup rumusan mengenai visi,misi dan tujuan budaya bisnis, strategi pengembangan, target-target jangka pendek dan menengah,


(56)

dan rencana keuangan (cash flow); b) Pembinaan kelembagaan melalui proses profesionalisasi; dan c) Setiap unit koperasi mikro memiliki standar prosedur koperasi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Burhannudin (2005) yang menyebutkan beberapa kriteria determinan keberhasilan koperasi adalah kemampuan manajemen pengelola koperasi yakni: a) Kelayakan ekonomis koperasi sebagai suatu perusahaan; b) Kapasitas koperasi untuk beradaptasi, tumbuh dan melakukan inovasi; c) Kemampuan koperasi untuk menyediakan jasa yang dibutuhkan anggotanya; d)Kemampuan koperasi untuk menumbuhkan partisipasi demokratis anggota perencanaan dan implementasi pengambilankeputusan termasuk dalam pembagian manfaat ekonomi dan risiko; dan e) Kemampuan koperasi meraih sasaran-sasaran sosial dan ekonomi yang telah dicanangkan.

Dari uraian sebelumnya, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Kemampuan SDM KSU

Partisipasi Anggota KSU

Sistem Pelayanan KSU


(57)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diungkapkan sebelumnya maka dihipotesiskan:

1. Kemampuan Sumber Daya Manusia Koperasi Serba Usaha (KSU berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU). 2. Partisipasi Anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU).

3. Sistem Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU).


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan Koperasi Serba Usaha yang ada di Kota Medan. Penelitian deskriptif kuantitatif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian (Kuncoro, 2003).

Adapun sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanotory, yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sugyono, 2006).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Koperasi Serba Usaha di wilayah Kota Medan. Kegiatan penelitian dari pengumpulan data hingga penulisan laporan akhir dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dimulai sejak Desember Tahun 2012 sampai dengan Maret Tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

Penentuan jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling (penarikan sampel proporsional acak berstruktur). Menurut Sugiyono (2006) apabila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, maka


(59)

proportionate stratified random sampling (penarikan sampel proporsional acak berstruktur) yang digunakan.

Selanjutnya Arikunto (2002) menyatakan bahwa: jumlah sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih Sebaliknya jika jumlah subjeknya kecil atau kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,”.

Maka dari populasi sebanyak 556 KSU, jumlah sampel yang akan diambil untuk mendukung penelitian ini adalah 10% x 556 = 55,6 KSU ≈ 56 KSU. Dari tiap KSU sampel akan diambil 5 orang sebagai responden dalam penelitian, yang terdiri dari 2 orang anggota, 2 orang pengurus dan 1 orang pengawas.

Cara menentukan ukuran sampel didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Perincian pengambilan sampel ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah Koperasi, Jumlah Sampel dan Jumlah Responden Berdasarkan Zona Wilayah Kota Medan Tahun 2012

Zona NO

NAMA KECAMATAN

Jlh Koperasi

Sampel (10%)

Responden Penelitian

Peng-urus

Ang-gota

Penga-was

Jlh Resp.

Zona I 1 Medan Amplas 30 3 6 6 3 15

2 Medan Denai 24 2 4 4 2 10

3 Medan Area 30 3 6 6 3 15

4 Medan Kota 40 4 8 8 4 20

Jumlah 124 12 24 24 12 60


(60)

Zona NO

NAMA KECAMATAN

Jlh Koperasi

Sampel (10%)

Responden Penelitian

Peng-urus

Ang-gota

Penga-was

Jlh Resp.

Tuntungan

6 Medan Johor 23 2 4 4 2 10

7 Medan Maimun 16 2 4 4 2 10

8 Medan Baru 22 2 4 4 2 10

9 Medan Polonia 16 2 4 4 2 10

10

Medan

Selayang 21 2 4 4 2 10

11 Medan Sunggal 28 3 6 6 3 15

Jumlah 150 15 30 30 15 75

Zona III 12 Medan Helvetia 31 3 6 6 3 15

13 Medan Petisah 24 2 4 4 2 10

14 Medan Barat 30 3 6 6 3 15

Jumlah 85 8 16 16 8 40

Zona IV 15 Medan Timur 36 4 8 8 4 20

16

Medan

Perjuangan 28 3 6 6 3 15

17

Medan

Tembung 36 4 8 8 4 20

Jumlah 100 11 22 22 11 55

Zona V 18 Medan Deli 21 2 4 4 2 10


(1)

Pada kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat KSU di Kota Medan yang belum dapat memberikan pelayanan optimal kepada anggota. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 mengenai penjelasan responden atas Variabel system Pelayanan KSU, dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa masih ada responden yang merasakan bahwa Sistem Pelayanan KSU masih kurang baik terutama dalam menanggapi segala keluhan dan saran anggota, memberikan pelatihan dan pendidikan kepada anggota dan memberikan akses informasi yang seluas-luasnya kepada anggota.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial dan analisis deskriptif ini sejalan dengan hasil penelitian Anwar (2009) yang menyatakan bahwa: kualitas pelayanan koperasi dan partisipasi anggota mempengaruhi keberhasilan perkembangan usaha anggota koperasi pengusaha kecil suku cadang mesin/KOPISMA Bandung).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh bahwa Kemampuan SDM KSU, Partisipasi Anggota KSU dan Sistem Pelayanan KSU secara bersama-sama berpengaruh terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan

2. Berdasarkan pengujian variabel independen secara parsial, dari ketiga variabel bebas (Kemampuan SDM KSU, Partisipasi Anggota KSU dan Sistem Pelayanan KSU), variabel Kemampuan SDM KSU merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi Keberhasilan KSU di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai standardized coeficients yang menunjukkan bahwa variabel Kemampuan SDM KSU (X1

3. Berdasarkan hasil uji determinasi (R

) memiliki nilai paling tinggi.

2

) sebesar 0,781 menunjukkan bahwa 78,10% variabel Keberhasilan KSU (Y) dapat dijelaskan oleh Kemampuan SDM KSU (X1), Paritisipasi Anggota KSU (X2) dan Sistem Pelayanan KSU

(X3), sedangkan 21,90% adalah merupakan pengaruh dari variabel bebas lain


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan bagi Pemerintah Kota Medan khususnya Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah sebagai berikut:

1. Mengingat variabel kemampuan SDM KSU yang paling berpengaruh terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan, hendaknya Dinas Koperasi dan UKM Medan lebih meningkatkan program dan kegiatan untuk meningkatkan skill SDM KSU, terutama dalam hal pengembangan usaha dan kompetensi membangun network bagi pengurus dan pengawas koperasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya menambah variabel-variabel lain yang mendukung Keberhasilan KSU, seperti sistem manajemen koperasi, bantuan modal dari pemerintah, ataupun program-program pemerintah yang mendukung peningkatan kemampuan SDM dan kualitas pelayanan KSU.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari,2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfabeta, Bandung.

Andriyani, Ria, 2012, Pengaruh Pengalaman, Kemampuan Kewirakoperasian dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Keberhasilan Koperasi, Tesis Universitas Pendidikan Indonesia.

Anoraga, Panji dan Widiyanti, Nanik 2003, Dinamika Koperasi, Jakarta : Rineka Cipta.

Ariffin, Ramudi, 2004,

Sosok Koperasi Pasca Pemilu

, INFOKOP edisi

Nomor 24, tahun 2004.

Anwar dkk tahun 2009, Pengaruh Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin/ KOPISMA Bandung). http://www.pdii.lipi.go.id/

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba, 2001, Koperasi Teori dan Praktek, Erlangga, Bandung.

Arifinal, 1987, Perkoperasian Indonesia, Angkasa-Bandung.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Rieneka Cipta, Jakarta.

Burhanuddin, R, 2005, Menata Kembali Pembangunan Koperasi, INFOKOP Nomor 26 tahun xx 2005.

Ester, Dalila, 2011, Keberhasilan Koperasi

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Universitas Diponegoro.

H.R.E. Djarkasih Satiakusumah, 2000, Peranan Bauran Pemasaran KUD Yang Melaksanakan Kemitraan Di Bidang Pemasaran Dengan Perusahaan Besar dan Menengah Dalam Mencapai Keberhasilan KUD (Suatu Survei di

Propinsi Jawa Barat), Tesis, Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran,

Bandung, 2000.


(5)

Julita, 2009, Menuju Kepuasan Pelanggan Melalui Penciptaan Kualitas Pelayanan Koperasi. http://www.manbisnis.tripod.com/ jurnal. [14 April 2009].

Ketaren, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang), Harmoni Sosial Vol. I No. 3 Mei 2007

Kuncoro, Mudrajad. 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, . Jakarta : Erlangga

Limbong, Bernhard, 2010, Pengusaha Koperasi, Margaretha Pustaka: Jakarta. Munkner, 1997, Pengantar Hukum Koperasi, Bandung : Unpad.

Mahri, A Jajang, 2006, Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Jurnal Sains Dan Terapan, http://jurnal.upi.edu/abmas/edition/78/tahun-6-nomor-6-oktober-2006.

Nasution, Muslimin 2008, Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional, Penerbit PIP dan LPEK, Jakarta Selatan.

Nurlela, 2001, Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati.

Rachmad, R.,1993, Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Keberhasilan Pengembangan KUD di Wilayah Transmigrasi Propinsi Jambi, Disertasi, LINPAD, Bandung.

Rahardjo, Dawam, 2004, Makalah dalam Seminar Nasional Hari Koperasi ke 57, di

Jakarta, tahun 2004

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sumarsono, Sonny, 2003, Manajemen Koperasi. Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Jakarta.

Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.


(6)

Swasono, 2005, Indonesia dan Doktrin kesejahteraan Sosial, Perkumpulan Prakarsa, Jakarta.

Widarmanto, Tjahjono, 2008, Enam Puluh Satu Tahun Perjalanan koperasi : Membangun Koperasi Berkualitas Berbasis Kompetensi Sumber Daya Manusia, Gemari On-liner, Tahun IX/Juli.

Sumber Lain:


Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN PELAYANAN KREDIT TERHADAP KEBERHASILAN USAHA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) KOPEKOMA KOTA MAGELANG

12 86 152

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN PELAYANAN KREDIT TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI PEGAWAI REPUBIK Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Pelayanan Kredit Terhadap Keberhasilan Koperasi Pegawai Repubik Indonesia (Kpri) Tugu Lilin Pajang Surakarta.

0 7 20

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN PELAYANAN KREDIT TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI PEGAWAI REPUBIK Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Pelayanan Kredit Terhadap Keberhasilan Koperasi Pegawai Repubik Indonesia (Kpri) Tugu Lilin Pajang Surakarta.

0 2 15

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA DI KOTA DENPASAR.

0 0 12

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI

0 0 9

View of PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA (KSU) “KHARISMA” DESA LOYANG KECAMATAN CIKEDUNG KABUPATEN INDRAMAYU

1 1 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan Terhadap Keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan

0 1 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan Terhadap Keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan

0 0 10

PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA, PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA DI KOTA MEDAN

0 0 16

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN PELAYANAN KREDIT TERHADAP KEBERHASILAN USAHA KOPERASI PADA KOPERASI ABDI PRAJA KECAMATAN MESTONG MUARO JAMBI

0 1 13