Misi yang di pakai oleh Ikatan Remaja Masjid Safinatul Husna IRMASH
Misi IRMASH : Mengoptimalkan potensi remaja dalam berorganinasi.Mengadakan
kegiatankegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.Menjadikan IRMASH sebagai wadah silaturahim antar remaja. Tujuan adalah pikiran, dan emosi
atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan
serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan dalam menuju tujuan yang akan dicapai.
Tujuan Irmash: menjadikan Irmash sebagai wadah dalam berdakwah kepada
masyarakat Di sekitar Masjid Safinatul Husna dan menjadikan Remaja Yang soleh dan solehah di daerah bambu larangan.
C. Letak Geografis Ikatan Remaja Masjid Safinatul Husna IRMASH
IRMASH yang berada di daerah Bambu Larangan adalah nama sebuah
perkampungan yang terdiri dari dua rukun warga yakni Rw 09 dan Rw 05, Bambularangan Rw 09 masuk dalam wilayah Kelurahan Pegadungan,
Kecamatan Kalideres, sedangkan bambularangan Rw 05 masuk kedalam kelurahan cengkareng barat kecamatan Cengkareng, Keduanya dalam
wilayah Jakarta Barat. Secara geografis letaknya 106 42 51 derajat bujur barat dan 6 8 12 derajat lintang selatan, bambularangan berbatasan langsung
dengan Pinggirawa disebalah barat, Menceng dan Pulo disebelah Utara, Utan
Jati disebelah selatan serta Kampung Malang disebelah timur.
Diantara semua perkampungan yang melingkupinya bambularangan adalah perkampungan tertua menurut catatan sejarah yang ada, Kampung
Bambu larangan dibangun tahun 1889, setahun setelah persitiwa pemberontakan petani banten berhasil dipadamkan oleh Belanda dengan
terbunuhnya pemimpin gerakan tersebut yaitu H. Wasid ada yang memanggilnya dengan Waseh atau Wasith ditikungan camara distrik
Cilegon, Banten. Setelah meredam pemberontakan Belanda melanjutkan dengan penangkapan orang-orang yang dianggap terlibat, mereka yang
tertangkap biasanya dibunuh atau diasingkan kewilayah terpencil di Indonesia.
Salah seorang yang terlibat pemberontakan dari distrik tigaraksa adalah SATIM, dia berhasil melarikan diri kearah Jakarta dengan
menggunakan rakit yang dikayuhnya diatas saluran mookervart. Sungai Mookervaart merupakan sungai buatan yang dibangun tahun 1681, berupa
sebuah kanal yang menghubungkan sungai Tji Sadane Cisadane dan Tji Angke Kali Angke. Saat ini sungai tersebut merupakan bagian dari aliran
Sungai Angke Pesanggrahan. Ketika Satim melintas disekitar sumur bor, dia merapatkan rakitnya, lalu melanjutkan perjalanan kearah utara. Sampai
tibalah dia disebuah wilayah yang kontur tanahnya membukit dan banyak
sekali ditumbuhi pohon bambu betung Dendrocalamus aspers, bambu tali Gigantochloa apus, bambu hitamGigantochloa atter, serta pohon ilalang
Impperianta sp.
4
Oleh karena nya wilayah itu awalnya dinamakan benteng alang-alang, entah kenapa kemudian namanya berubah menjadi bambularangan. Menurut
cerita orang-orang tua diwilah ini pada waktu itu siapa yang menebang pohon bambu tanpa izin maka orang terebut akan meninggal dunia, tapi hal itu
merupakan cerita yang turun-temurun saja.
Pada awalnya SATIM mendirikan rumah disebelah Mesjid Safinatul Husna, setelah dirasa aman dia kembali ke tempat asalnya di tigaraksa untuk
menjemput dua orang keponakannya yaitu KUNTARA dan MAIRAN, kedua orang inilah yang kemudian mengembangkan wilayah bambularangan dengan
keahlian masing-masing, Kuntara yang ahli ilmu agama islam ditempatkan disebelah utara sungai mengurusi masjid safinatul husna, sedangkan Mairan
yang ahli ilmu bela diri betawi SELIWA, ditempatkan disebelah selatan sungai. sampai saat ini keturunan mereka masih menempati sebagian besar
wilayah bambu larangan.
Kebanyakan keturunan mereka kawin dengan masyarakat betawi cengkareng, kosambi, pondok pinang, pasar jumaat dan sekitarnya sehingga
budaya mereka adalah percampuran antara budaya betawi san budaya tangerang. Orang bambularangan sangat menggemari lenong, cokek,
4
Ibid http:id.wikipedia.orgwikiBambularangan yang diakses pada tanggal 21. Januari 2011