Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh : ZURAIDA NIM 1110052000040

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

AKHLAK RDMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS

CIPAYUNG JAKARTA TIMI,]R

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh :

ZI]RAIDA

J NIM 1110052000040

JT'RUSAN BIMBINGAN DAI\I PET{YULT'HAN ISLAM

FAKI]LTAS ILMU DAKWAH DAN TLMU KOMI]NIKASI

LNMRSITAS

ISLAM NEGERT (UrN) SYARIF HIDAYA-TULLAH JAKARTA


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.t) di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbulti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah


(4)

Meningkatkan

Akhlak

Remaja

Di

Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apur Cipayung Jrkarta Timur telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Iknu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi LJIN Syarif Hidayatulah Jakarta" pada hari Jumat, 12

Desember 2014. Skripsi

ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk gremperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dao Penyduhan Islam.

Jallarta, 12 Desember 20 I 4

gidang Munaqasyah

Anggota p Anggota

Dns. Jumroni, M.Si

NrP. 196305rs 199203

I

006

arto, MA

60806 199603

I

001

Anggota

Dra.Rini Drs. Su arto, MA

0806 199603

I

001

NIP. 1 NIP. 19

Pembimbing

Lc,MA

Drs. S

Prihatini, M.Si 199503 2 003


(5)

ABSTRAK

ZURAIDA 1110052000040

Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Pembimbing: Fauzun Jamal, Lc, MA

Pembimbing agama memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan akhlak remaja. Disamping itu pembimbing agama menjadi orang yang penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun remaja ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Dalam melaksananakan perannya tersebut, pembimbing agama menempuh upaya tertentu dalam rangka meningkatkan akhlak remaja. Berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pembimbing agama sangat menentukan tercapainya tujuan yang ingin diharapkan. Sehingga penelitian peran yang dilakukan pembimbing agama Islam merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Permasalahan pokok adalah penelitian ini adalah minimnya pengetahuan agama remaja tentang ajaran Islam. Disini mereka mendapatkan bimbingan di Panti mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali, yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD. Perumusan masalah dalam penelitian ini mencakup peran yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR metode yang digunakan dan faktor pendukung serta penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja pada panti tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing agama Islam dan tujuh orang remaja panti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja yaitu menjelaskan keuntungan orang yang berakhlak baik dan kerugian orang yang berakhlak buruk, memberikan nasehat dan teguran kepada remaja yang berakhlak buruk dan memberikan contoh yang baik kepada remaja-remaja binaan. Metode yang digunakan pembimbing agama Islam terdiri dari metode ceramah, diskusi, tanya jawab bimbingan baca Al-Qur’an dan praktik. Adapun faktor pendukungnya, pembimbing yang memiliki kapasitas ilmu yang memadai, adanya pengawasan dari orang tua asuh, terbangunnya kesadaran dari remaja untuk memperbaiki diri serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah waktu penyampaian materi yang tidak cukup begitu juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat dan kurangnya tenaga pembimbing agama Islam di panti tersebut.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.”

Selanjutnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kedua orang tua

saya, Ayahanda Bakhmizon dan Ibunda Nur’aini yang selama ini telah memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa di setiap penghujung malam, dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D sebagai Wakil Dekan bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan bidang Administrasi Dan Keuangan, dan Bapak Dr. H. Sunandar, MA


(7)

sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu

memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do’a kepada penulis.

3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara administratif.

4. Bapak H. Fauzun Jamal LC., MA selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan khususnya dosen jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam (BPI) FIDKOM yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru kepada penulis.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I) dan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag R.I) sebagai pencetus


(8)

dan pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010 selama 4 tahun.

8. Seluruh pejabat dan staf Lembaga Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus (PSBR) Jakarta Timur yang dengan ramah telah menyilahkan peneliti untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Secara khusus terimakasih dihaturkan pada Bapak Junaidi dan Bapak Imron yang selalu meluangkan waktu untuk wawancara, juga staf yang sangat rajin dan cekatan dalam menanggapi semua keperluan adminisntrasi peneliti.

9. Adikku tersayang, Mukhlis dan Rafi’ah A’lawiyah, yang tak henti menunjukkan rasa sayang pada peneliti, serta menjadi alasan terbaik bagi peneliti agar terus berusaha maksimal dalam meraih cita-cita.

10.Ibu guru TK Salman, Ibu Umi, ibu Eni, Ibu Yanti, Ibu Mumun, Ibu Mimin, Ibu Faridah, Ibu Hani selalu memberikan dukungan, motivasi dan nasihat positif.

11.Teman-teman kampus: Aditia, Haula, Mela, Deuis, Sri, Fitri, Ayu, Indah, Elva, Jannah, Ela, Ucup, Ida dan teman-teman BPI angkatan 2010 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat sharingnya dalam proses merampungkan skripsi.

Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua.


(9)

Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.

Jakarta, 1 Desember 2014

Zuraida NIM. 1110052000040


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama Islam ... 18

1. Pengertian Peran ... 18

2. Pengertian Pembimbing Agama Islam ... 19

3. Syarat-Syarat Pembimbing Agama Islam ... 26

4. Tugas Pembimbing Agama Islam ... 29

B. Akhlak ... 32

1. Pengertian Akhlak ... 32

2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak ... 34

C. Remaja ... 41

1. Pengertian Remaja ... 41

2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 43

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) BAMBU APUS CIPAYUNG JAKARTA TIMUR A. Sejarah Berdirinya Panti ... 45

B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga ... 47

C. Fungsi dan Tugas Lembaga ... 48

D. Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga ... 49

E. Penerima Manfaat ... 50


(11)

G. Sarana dan Prasarana Lembaga. ... 57

H. Gender ... 58

I. Struktur Organisasi Lembaga ... 59

J. Jumlah Pegawai dan Latar Belakang Pendidikan ... 60

K. Kemitraan dengan pihak luar ... 61

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Informan... 63

1. Pembimbing ... 63

2. Terbimbing ... 65

B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ... 70

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 70

2. Materi Bimbingan ... 72

3. Peran Pembimbing Agama ... 75

4. Akhlak Remaja Terhadap Allah, Terhadap Manusia dan Lingkungan ... 76

C. Metode bimbingan yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di panti... 83

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama Islamdalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Panti ... 86

1. Faktor Pendukung ... 85

2. Faktor Penghambat ... 87

E. Analisa SWOT pada lembaga ... 88

F. Analisis Hasil Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur . 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sarana dan Prasarana Lembaga Tahun 2013... ... 57

Tabel 2 Komposisi Pegawai PSBR Menurut Jenis Kelamin Tahun2013... 58

Tabel 3 Komposii Pegawai Menurut Jabatan Tahun 2013... 60

Tabel 4 Tingkat Pendidikan Pegawai Tahun 2013... 61

Tabel 5 Tabel Pembimbing Agama Islam... 63

Tabel 6 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin... 65

Tabel 7 Terbimbing Berdasarkan Usia... 65


(13)

LAMPIRAN

1. Transkip wawancara

2. Surat keterangan melakukan penelitian 3. Data siswa PSBR

4. Jadwal kegiatan program pelayanan dan pengembangan penerima manfaat PSBR Bambu Apus Cipayung Jakarta angkatan 1/75 tahun 2014


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman yang serba modern ini, dimana tuntutan hidup semakin meningkat dan bertambah serta persaingan semakin ketat yang mendorong orang berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Bahkan tidak sedikit yang melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua atau pembimbing bagi anak-anaknya. Mereka lebih asyik dengan pekerjaan dan kegiatannya setiap hari, sehingga melalaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Permasalahan sosial yang semakin kompleks serta perkembangan ilmu dan teknologi yang kian berkembang memiliki dampak atau pengaruhnya terhadap kehidupan anak didik, baik bersifat negatif ataupun yang positif. Sehingga dibutuhkan sekali bimbingan khususnya bimbingan agama yang akan membentuk pribadinya menjadi manusia seutuhnya demi tercapainya kebahagiaan dunia akhirat.1

Bimbingan diperlukan agar dalam pelaksanaan suatu perbuatan atau kewajiban dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan agama. Oleh karena itu, pemberian pendidikan tentang agama sangat penting sekali jika dimulai dari masa anak-anak. Karena pada masa itu merupakan masa perkembangan serta pembentukan kepribadiannya. Dalam hal ini,

1

Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2.


(15)

pembimbing memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan hal tersebut. Pembimbing menjadi orang yang paling penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang.2

Pemberian bimbingan ditujukan untuk meningkatkan akhlak. Akhlak merupakan bukti dan buah keimanan. Keimanan tidak ada nilainya tanpa akhlak, dan akhlak akan berbuah keimanan jika diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang berakhlak baik akan menunjukkan kualitas keimanannya baik untuk dirinya sendiri, lingkungan sekitar, dan tentunya kepada Allah SWT.

Berakhlak mulia merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 41 yang berbunyi:















Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”( QS. Al-Hajj: 41)3

2

Mumun Mulyanah, “Upaya Pembimbing Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat Siswa SDN Kunciran 4 Pinang kota Tengerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, 2009), h. 1-2.

3

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2007), h. 337.


(16)

Seseorang yang memiliki akhlak yang baik akan lebih meningkatkan kualitas ibadahnya dan berlomba-lomba dalam mengerjakan kebajikan.

Akhlak juga merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat sekarang ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis, akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhamamad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.4

Seorang pembimbing agama Islam harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik. Sehingga peserta didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang dilakukan oleh seorang pembimbing agama Islam tersebut.

Seorang pembimbing agama Islam mengajak peserta didiknya untuk berakhlak baik. Apabila akhlak seorang pembimbing agama Islam sendiri tidak terpuji, maka tidak akan ada peserta didik yang akan mau merespon ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri sebagai seorang pembimbing agama Islam.

Rasulullah SAW melalui sunnahnya menganjurkan agar pembentukan dilakukan melalui keteladanan. Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa tubuh lebih efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahasa lisan.

4

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandug: PT Remaja Rosdakarya, September 2006) , cet. 1, h. 149.


(17)

Karena itu Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umat Islam, di setiap zaman dan tempat. Hal ini karena Rasulullah SAW adalah refleksi utuh dari Al-Qur’an, sebagaimana yang dituturkan Aisyah ketika ditanya mengenai akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.5

Seorang pembimbing agama Islam yang baik hendaknya mencontoh kepribadian Nabi Muhammad SAW di semua aspek kehidupannya. Karena Nabi sebagai uswah hasanah, qudwah shalihah, dan figur yang sempurna bagi semua umat manusia di sepanjang masa.

Di antara fenomena yang paling tampak untuk dicontoh dari Nabi Muhammad SAW adalah bagaimana beliau menyatukan agama dan dunia, ibadah dan kehidupan, tazkiyah (mensucikan jiwa), dan jihad. Semua itu beliau lakukan tanpa menimbulkan ketimpangan dalam segi apapun.6

Adapun tujuan pokok dari bimbingan agama Islam adalah untuk memberikan bantuan kepada anak didik agar mampu memecahkan kesulitan yang dialami dengan kemampuan sendiri yang dilandasi atas dorongan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Jadi, bimbingan agama dalam penelitian ini bertujuan untuk membimbing remaja khususnya remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) agar menjadi muslim sejati, meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman remaja tentang ajaran Islam. Bimbingan agama juga bertujuan agar remaja memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

5

Fathi Yakan, ISTI’AB: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah, (Jakarta: Robbani Press, Juni 2005 M), cet. 1, h. 121-122.

6

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Ruhiah, (Jakarta: Robbani Press, Maret 2006 M), Cet. XV, h. 68-69.


(18)

bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.7

Pada Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur, bimbingan agama Islam mendapatkan porsi yang sangat sedikit sekali, yaitu seminggu dua kali saja, itupun yang dibahas bimbingan agama secara umum saja. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan para siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD. Hal ini sangat memprihatinkan dunia pendidikan Islam saat ini karena hal tersebut tidak sesuai lagi dengan hakikat pendidikan, yaitu pendidikan bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi pendidikan juga harus mampu merubah tingkah laku (akhlak) seseorang dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.8

Menurut Drs. H. Burhanuddin Salam dalam bukunya “Pengantar Pedagogik” menyebutkan bahwa pada umur 12-18 tahun disebut fase The Sense Of Identity, fase ini merupakan fase sadar akan keyakinan dan mencoba mengidentifikasikan dirinya untuk melakukan peran dan tokoh yang dianggap baik dan yang mendekati dirinya. Ia menilai dirinya dari segi norma, sifat-sifatnya maupun hubungan dengan orang lain agar merasa diperhatikan. Oleh karena itu, ia selalu berusaha menunjukkan identitas dirinya.9

Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yang berada pada umur 15-18 tahun, sedang berada pada fase tersebut. Dimana pada fase of identity,

remaja sedang mencari jati dirinya yang sebenarnya. Segala sesuatu yang

7

Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 18 April 2014.

8

Wawancara dengan Bapak Junaidi, Pembimbing Agama, PSBR, 20 Juni 2014

9

Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, November 2002), cet 1. h. 70.


(19)

mereka anggap itu baik, akan mereka tunjukkan pada orang disekitarnya agar mereka mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang yang di sekelilingnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar asalkan siswa Remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ini diajarkan dan ditanamkan

akhlakul karimah dari seorang pembimbing khususnya pembimbing agama Islam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

“Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di

Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang dibahas. Penulis membatasi masalah penelitian hanya pada peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?


(20)

b. Metode apa yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?

c. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dengan jelas peran pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

b. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing agama Islam dalam meningkatan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.

2. Manfaat dari penelitan ini: a. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang di harapkan dalam penelitian ini adalah dapat memperkaya pengalaman sekaligus menerapkan ilmu yang didapat selama proses perkuliahan. Manfaat lainnya adalah untuk menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian mahasiswa jurusan khususnya dalam bidang Komunikasi dan Dakwah.


(21)

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) untuk mengetahui pentingnya upaya pembimbing agama dalam meningkatkan akhlak remaja, serta untuk mengetahui bentuk bimbingan agama, materi bimbingan dan metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan akhlak remaja di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui tentang perlunya kerjasama antara orang tua, pihak panti, dan masyarakat dalam bersama-sama membimbing akhlak remaja.

D. Tinjauan Pustaka

1. Muhammad Nuh, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2012, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Di

Kementerian Agama Dalam Membina Akhlak Umat Pada Masyarakat

Kota Tangerang”. Peran penyuluh di Kementerian Agama dalam membina

akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah sebagai animasi sosial, pembangkit kesadaran masyarakat, dan sebagai penyampai informasi. Metode yang digunakan oleh penyuluh Kementerian Agama dalam membina akhlak umat pada masyarakat Kota Tangerang adalah yang pertama secara dialog langsung dengan masyarakat, yang kedua penyuluh memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya kepada sang penyuluh, dan yang ketiga dengan cara ceramah umum. Dan tentunya sesuai dengan metode dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan dakwah bil hikmah.


(22)

Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu mengungkan bentuk pembinaan akhlak pada masyarakat Kota Tangerang yaitu dengan menyesuaikan terhadap apa yang disenangi oleh masyarakat. Dan pembinaan akhlak yang baik itu adalah yang dilakukan dengan cara terus menerus. Baik dengan cara pembinaan melalui orang lain maupun pembinaan diri sendiri tanpa harus dituntun orang lain. Karena hidup ditengah krisis kehidupan seperti sekarang ini, pembinaan akhlak harus lebih gencar dilakukan agar tidak terjebak di dalam keterpurukan moral dan agar dapat menjadi individu yang berakhlak mulia.

Kekurangan dalam pembahasan skripsi tersebut adalah pada kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Penyuluh dari Kementerian Agama tidak terlalu berbeda dengan ceramah-ceramah agama pada umumnya, jadi lebih bagus lagi penulis memberikan ciri khas dalam memberikan penyuluhan terhadap masyarakat, agar masyarakat bisa tau bahwa yang sedang memberikan penyuluh itu adalah Penyuluh dari kementerian agama.

2. Rike Aryana, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2010, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Peran Penyuluh Agama Dalam

Pembinaan Akhlak Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung Di Yayasan Media Amal Islami adalah sebagai perubahan perilaku sebagai inisiator, sebagai fasilitator. Sebagai motivator, sebagai teladan dan sebagai pemimpin. Metode yang digunakan penyuluh


(23)

agama adalah dengan dakwah bil lisan, dakwah bil haal, dakwah bil hikmah dan pendekatan persuasif.

Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung adalah para penyuluh agama yang tidak menyerah dalam melakukan dakwahnya, sarana dan prasarana yang menunjang untuk kelancaran proses kegiatan pembinaan tersebut. faktor penghambatnya pertama faktor internal yaitu mulai dari anak-anak pemulung yang malas dan tidak adanya standarisasi untuk tenaga penyuluh agama. Sedangkan faktor internal yaitu ada pihak non muslim yang punya kepentingan untuk memanfatkan situasi dan kondisi dari anak-anak pemulung, faktor cuaca, kurangnya peran aktif dari pemerintah dan financial yang tersendat.

Kekurangan dalam pembahasan skripsi peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung penulis alangkah bagusnya menjelaskan bahwa memulung bukan pekerjaan yang hina dan dinilai negatif, dan dapat mengembalikan reputasi pemulung yang buruk menjadi yang baik memulung bukan suatu pekerjaan yang sia-sia dan meresahkan masyarakat.

Berbeda dengan kedua penulis sebelumnya, penulis lebih menfokuskan pada “Peran Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Ahklak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur”. Skripsi ini membahas Peran pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur dalam meningkatkan akhlak remaja atau anak bimbingannya.


(24)

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti.10

1. Pendekatan Penelitian

Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan, juga memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang wajar dan universal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan menjadi tidak sah atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya tidak terletak pada bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah pendekatan (dengan keunggulan dan kelemahan yang melekat padanya) dalam suatu studi dengan masalah yang relevan ditelaah menurut logika pendekatan tersebut.11

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang dan prilaku yang diamati.12

10

Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet Ke-33, edisi refisi, h. 4

11

LexyJ. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Hal3.

12

Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 11.


(25)

Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.13 Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak- banyaknya dan tidak terbatas pada bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.14

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jl. PPA. No. 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta timur 13890. (dekat jalur terminal Kp. Rambutan dan TMII) Tlp. 8445547 fax. 021-84591257. Adapun pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 8 April 2014 sampai dengan 23 September 2014. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut menariknya

a. PSBR menyediakan pendidikan setara paket A(SD), B(SMP) dan C (SMA). Di berikan kepada anak-anak yang sudah tidak bersekolah 2-4 tahun, didaftarkan secara gratis. Jadi disamping mereka mengikuti keterampilan yang ada di panti mereka juga mendapatkan ijazah paket

13

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), cet. 5, h. 1

14

Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta: LPSP3, 1998), h. 32.


(26)

yang diambil tersebut. Setiap tahunnya ada 30 anak PSBR mengikuti program penyetaraan paket A,B,C Tersebut.

b. PSBR menampung anak yang ingin masuk TKW. Karena mereka belum cukup umur selanjutnya mereka di bimbing dulu di PSBR supaya ada keterampilan.

3. Subyek dan Obyek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah pembimbing agama Islam yang berjumlah dua orang dan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Penulis menentukan subyek penelitian tersebut karena pada lembaga tersebut terdapat dua orang pembimbing agama Islam, sehingga penulis dapat memperoleh data yang cukup baik dan bervariasi sesuai dengan judul penelitian. Lalu dengan sepuluh orang siswa Panti Sosial Bina Remja (PSBR), penulis mengambil subyek demikian karena sesuai dengan kriteria yang penulis harapkan yaitu Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel yang betul-betul diambil dengan benar memilih ciri-ciri dari populasi yang ada.15maka dari itu, penulis menentukan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan karakteristik populasi yan sudah di ketahui sebelumnya. Karakteristik subjek yang ditentukan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

15

Abdul Aziz Albone dkk, Panduan Penyusunan Proposal Penelitian, (Padang: Yayasan Jihadul Khair Center, 2009),h. 76


(27)

a. Remaja terlantar dan putus sekolah yang tidak mampu dari batas usia 15 s/d 18 thn yang mengikuti masa rehabilitasi periode Januari s/d Juni 2014.

b. Remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama selama 6 bulan.

Berdasarkan ketersediaan subjek yang sesuai dengan karakteristik dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini, maka peneliti memutuskan memilih sepuluh orang remaja PSBR

Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu upaya pembimbing agama dalam meningkatkan akhlak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Data primer, yaitu berupa wawancara kepada subyek penelitian yaitu pembimbing agama Islam dan remaja-remaja di panti.

b) Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung yang berupa catatan-catatan atau dokumen.

4. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi

Dalam hal ini metode observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Dalam melakukan observasi peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap upaya yang dilakukan para pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak terhadap para terbimbing di lingkungan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.


(28)

b) Wawancara

Yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada pembimbing agama Islam yaitu Bapak Junaedi S. Pd. I dan Bapak Drs. H. Muhammad Imron Rosyadi untuk memperoleh kelengkapan data. Sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu dengan recorder (alat perekam suara) untuk merekam hasil wawancara dan mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara berlangsung.

c) Dokumentasi

Yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki PSBR

5. Teknik Analisis Data

Ada berbagai cara untuk menganalisi data, tetapi secara garis besar menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan terkait upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR.

b) Penyajian data, setelah data mengenai upaya pembimbing agama Islam dalam meningkatkan akhlak remaja di PSBR terkumpul atau diperoleh, maka data tersebut disusun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.


(29)

c) Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.16

6. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun pedoman dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi DKK, diterbitkan oleh CEQDA ( Center Of Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatulah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik dan benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam bahasan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teoritis, yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi ini. Yaitu memuat tentang pengertian (peran pembimbing agama Islam: pengertian peran, syarat-syarat pembimbing agama Islam, tugas dan tanggung jawab pembimbing agama Islam), (akhlak

16


(30)

remaja: pengertian akhlak, ruang lingkup ajaran akhlak), (pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja).

BAB III :Gambaran umum panti sosial bina remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur, meliputi sejarah berdirinya, visi, misi, dan tujuan, fungsi, sasaran pelayanan, jenis-jenis pelayanan, tahap-tahap pelayanan, prinsip-prinsip pelayanan, fasilitas, sarana dan prasarana, jaringan kerja pelayanan, struktur organisasi.

BAB IV : Hasil Temuan Data dan Analisa Data mengenai: identifikasi informan, temuan dan analisis hasil penelitian.

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dan saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA


(31)

LANDASAN TEORI

A. Peran Pembimbing Agama Islam 1. Pengertian Peran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat.1

Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.2

Sedangkan menurut David Berry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.3 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Keliat, bahwasanya peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.4Adapun

menurut Soerjono Soekanto dari sebuah bukunya, “peran dapat dikatakan

sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.5 Dari beberapa definisi diatas penulis yang dimaksud peran adalah suatu yang penting kedudukannya dimasyarakat dan didalam kehidupan masyarakat. Peran seseorang merupakan bagian dalam interaksi social dan

1

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 84

2

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 115

3

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1995), Cet, ke-3, h. 99

4Sabi’ah, KonsepDiri,

FakultasKedokteranUniversitas Sumatra Utara, h. 6

5

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 667


(32)

dalam interaksi social tersebut munculah perilaku. Perilaku yang diharapkan dapat berguna untuk membimbing atau mengarahkan masyarakat untuk menjadi lebih baik. Begitu pula yang dilakukan pembimbing agama Islam di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur. mereka memberikan bimbingan agama dalam meningkatkan akhlak remaja sesuai dengan materi atau pokok pembahasan yang diinginkan oleh remaja itu sendiri. Selain itu para pembimbing agama Islam juga memberikan contoh langsung kapada remaja melalui aplikasi ibadah yang mereka jalankan atau lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti wudhu, salat, mengaji dan membaca doa-doa setiap hari.

2. Pengertian Pembimbing Agama

Dalam kamus bahasa Indonesia, “pembimbing” menurut bahasa berarti

“pemimpin” atau “penuntun”. Kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang

artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi

pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”.

Pemimpin, penuntun, merupakan sesuatu yang dipakai untuk membimbing.

Kalimat tersebut menjadi arti “seseorang yang memberikan bimbingan atau

tuntunan” arti tersebut di sesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang di

miliki.6 Kata “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun atau membantu.7

6

W. J. S. Poerwardarminta, Kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) Cet. Ke-7. h. 427

7


(33)

Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.8

Sementara itu, Winkel mendefinisikan bimbingan:

a. Usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri.

b. Cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.

c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana dengan realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka hidup. d. Proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam

hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan

8

Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 79-80


(34)

menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.9

Menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.10

Dari berbagai defenisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembimbing adalah seseorang yang memberikan proses bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar individu tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bimbingan yaitu sebagai berikut:

1. Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang

lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu” berarti dalam

bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu ke arah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi, pembimbing tidak ikut menentukan pilihan atau mengambil keputusan dari orang yang dibimbingnya. Orang yang menentukan pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri.

9

Hamdani , Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 79-83

10


(35)

2. Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang tetapi prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar yang harus dibantu.

3. Bimbingan merupakan suatu proses kontinu dan terarah pada tujuan. Artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu dan secara kebetulan.

4. Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima keadaan dirinya, dan dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.

5. Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri secara harmonis dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.11

Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai berikut:

a. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi

b. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.12

11

Hamdani, Bmbingan dan Penyuluhan Islam, Bandung, (CV Pustaka Setia, 2012), h. 83-84

12

Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet ke-2, h.35.


(36)

Sedangkan agama dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.13 Agama adalah wahyu Tuhan yang merupakan petunjuk bagi manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.14

Agama dalam perspektif sosiologi merupakan sebuah sistem kepercayaan (beliefe sytem). Agama dengan sendirinya menjadi acuan moral bagi tindakan manusia, karena agama adalah gejala yang begitu sering terjadi dimana-mana.15

Bimbingan dalam agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapakan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dan bermasyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.16

Menurut WS. Winkel dan M.M. Sri Hastuti tujuan pelayanan bimbingan adalah:

1. Supaya sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri. 2. Menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin. 3. Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.

13

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 9

14

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke- 4 h. 214

15

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 119

16

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan,( Jakarta: Gemawindu Panca Perkasa 2000), cet. ke-1, h. 31


(37)

4. Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman kepada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya.

5. Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan.17

Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky seperti dikutip oleh Tohirin merinci tujuan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut:

1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai

(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufiq dan hidayahnya (mardhiyah).

2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial beserta alam sekitarnya.18

Aunur Rahim Faqih mengemukakan tujuan bimbingan agama Islam sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan secara khusus yang dirumuskan sebagai berikut:

17

W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 31.

18

W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 38.


(38)

1. Tujuan umum

Tujuan umum bimbingan agama Islam adalah untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia akhirat.19

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus bimbingan agama Islam adalah untuk Membantu individu mengatasi masalah yang sering di hadapinya, membantu individu memelihara dalam mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Menurut Abu Ahmadi, ada tiga tujuan diadakannya bimbingan, yaitu:

a. Untuk memelihara dan membina suasana serta kondisi yang baik. b. Pencegahan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. c. Perbaikan atau penyembuhan dalam mengatasi suatu masalah.20

Anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan selalu ingin mendapatkan bimbingan dari orang tua, walaupun keinginannya itu tidak dikemukakan secara terbuka. Keadaan tersebut menghendaki para orang tua selalu memberikan bimbingan dan memperhatikan pendidikan anak-anaknya.

19

Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Ui Press, 2001), Cet. Ke-2, H. 31

20

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), h. 112.


(39)

Bimbingan agama yang dilakukan akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada motivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama sebab bimbingan & agama pada hakikatnya merupakan penanaman nilai keagamaan. Oleh karena itu, bimbingan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama.

3. Syarat Pembimbing Agama

Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,

baik dari segi teori maupun segi praktik.

b. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil tindakan yang bijaksana. Pembimbing harus cukup dewasa secara psikologis dengan adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya, terutama dalam hal emosi.21

c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan tugasnya.

d. Seorang pembimbing harus memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya.

21

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004), h. 40


(40)

e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha bimbingan dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna.

f. Seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan.

g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dengan sebaik-baiknya.22

Sesuai dengan persyaratan atau kemampuan yang harus dimiliki pembimbing dan konselor agama (Islam) tersebut, maka M. Arifin sebagaimana dikutip oleh M. Lutfi merumuskan syarat-syaratnya sebagai berikut:

a. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati dan mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma agama (religious) yang konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh yang dikagumi) sebagai muslim sejati, baik lahir maupun batin di kalangan orang yang dibimbingnya.23

b. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang yang dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya.

c. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas terhadap profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan kondisi masyarakat yang selalu berubah-ubah.

22

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( Studi & Karier), ( CV. Andi Offset, 2004), h. 41.

23

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 156


(41)

d. Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional).

e. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan klien dan pihak lain dalam kesatuan tugas atau profesinya.

f. Mempunyai sikap dan perasaan terikat dengan nilai-nilai ke Islaman dan kemanusiaan. Klien harus ditempatkan sebagai individu yang normal yang memiliki harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan.

g. Memiliki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki kemampuan dasar (potensi) yang mungkin dikembangkan menjadi lebih baik.24

h. Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap klien, sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan masalahnya. i. Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah apalagi putus asa dalam menghadapi kesulitan- kesulitan tugas.

j. Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua kesulitan yang disampaikan klien.

k. Memiliki watak dan keribadian yang familiar, sehingga setiap klien yang menggunakan jasanya merasa terkesan dan kagum dengan cara-cara pelayanannya.

l. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga ada upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat.

24

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 157


(42)

m. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh sehingga mempunyai kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah mental/rohaniyah yang dirasakan klien.

n. Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas dan profesinya.

Adapun syarat yang harus dimiliki pembimbing agama antara lain sebagai berikut:

a. Bertawakal dan mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT.

b. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang keinginan untuk diberikan bantuan.

c. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi diri dan si terbantu.

d. Retorika yang baik, sehingga dapat mengatasi keraguan si terbantu dan dapat meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.

e. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.25

4. Tugas Pembimbing Agama

Tugas pembimbing adalah membimbing dan mengenalkan kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan

25 Elfi Mu’awanah Dan Rifa Hidayah,

Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-1, h. 142.


(43)

pengetahuan yang dimiliki untuk disalurkan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.26

Samsul Nizar mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa tugas pembimbing yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati manusia untuk selalu mengingat Allah SWT.

Bagi pembimbing agama, tugas pokoknya adalah membimbing dan mengajarkan pengetahuan agama serta nilai-nilai agama ke dalam pribadi anak didiknya. Yang menjadi tekanan utamanya adalah mengubah sikap mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembimbing agama harus memiliki beberapa persyaratan khusus, antara lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran agamanya, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini, seorang pembimbing bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan cara:

a. Bekerja sama dengan murid.

b. Bekerja sama dengan orang tua murid.

c. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan masyarakat.

d. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan anak bimbingannnya.27

26

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 44

27


(44)

Umar dan Sartono mengutip pendapat Rachel Dunaway Cox yang pernah melakukan studi di Amerika Serikat dan mengambil kesimpulan bahwa tugas pokok pembimbing adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah.

b. Merangsang dan mendidik karyawan sekolah agar memahami dan menghayati pelaksanaan program bimbingan di sekolahnya.

c. Melaksanakan kegiatan bimbingan yang bersifat khusus pada saat tertentu.28

Sesungguhnya dalam Islam setiap pembimbing atau konselor berperan atau berfungsi sebagai “juru dakwah” atau “muballigh” yang mengemban tugas dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-tengah kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, agar diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Islam, pembimbing atau konselor bertugas mengarahkan kliennya agar masuk ke ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan universal.29

Dalam psikoterapi berwawasan Islam menyatakan bahwa pembimbing mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan rohani klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi ibadah, berefek sosial, dan bermuatan teologis tidak semata-mata bersifat kemanusiaan.30.

28

Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 76

29

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan ( Konseling) Islam, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 158

30

Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan Psikotrapi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), H. 41.


(45)

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang

berarti: (a) perangai, tabi’at, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b)

kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara terminologis dapat dilihat pada pernyataan ulama. Para ulama telah banyak mendefenisikan mengenai pengertian akhlak, diantaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak. Beliau mendefinisikan mengenai pengertian akhlak akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.31

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak. Bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku), mungkin baik, mungkin buruk.32 Hal ini dikarenakan bahwa akhlak ditimbulkan sesuai dengan kadar keimanan

31

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151.

32

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 346.


(46)

seseorang kepada Allah SWT. Jika iman seseorang sedang bertambah, maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman seseorang sedang berkurang, maka akhlak yang muncul adalah akhlak yang buruk.

Menurut konsep Ibnu Miskawaih, akhlak ialah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.33

Secara etimologi kata “akhlak” adalah bentuk jamak dari dari kata

“khuluq” yang mengandung pengertian pada tabiat dan sikap yang ditunjukkan melalui perbuatan keseharian.

Menurut Y. S Marjo menjelaskan bahwa, “akhlak ialah sikap yang

digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari manusia baik terhadap Tuhan maupun terhadap manusia ataupun terhadap

dirinya sendiri.”34

Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu

33

Zar Sijaruddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 135

34


(47)

perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila.

Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau bersandiwara.35 Jadi, apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.

2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak

Menurut Heny Narendrany Hidayati, bahwa akhlak Islam adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah SWT, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak pada paparan berikut ini:36

a. Akhlak terhadap Allah SWT

Akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah dijelaskan diatas.

35

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. 1, ke-1 h. 151-152

36

Menurut Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlak Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Press Dan Center For Quality Development And Assurance- Lembaga Peningkatan Dan Jaminan Mutu, 2009), Cet. Ke-1, h. 12-14


(48)

Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam berakhlak kepada Allah diantaranya: tauhid, ibadah/shalat, puasa, taubat, ikhlas, bersyukur, tawakal, ridha Allah, rendah hati, amal saleh, cinta ilmu,

muru’ah.

Abuddin Natta menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT, yaitu:

Pertama, karena Allah SWT yang telah menciptakan manusia. Dia

menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah SWT mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian di proses menjadi benih yang disimpan ditempat yang kokoh (rahim). Setelah itu menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan demikian, sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya.

Kedua, karena Allah SWT yang telah memberikan perlengkapan pancaindera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna. Perlengkapan itu diberikan kepada manusia agar manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Penglihatan dan pendengaran adalah sarana observasi, dengan bantuan akal mampu untuk mengamati dan mengartikan kenyataan empiris. Hanya dengan proses generalisasi empiris ini akan mengarahkan manusia bersyukur kepada


(49)

penciptanya. Bersyukur berarti mampu memanfaatkan perlengkapan panca indera tersebut menurut ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Swt.

Ketiga, karena Allah SWT yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.

Keempat, Allah SWT yang memuliakan manusia dengan

diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Maka, dengan kemampuan Allah SWT berikan kepada manusia, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia, bukan untuk melakukan kerusakan dan menimbulkan mudharat (bahaya) bagi banyak orang.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah SWT. Diantaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-kepada-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, yaitu dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.37 Kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya

37

http://astro-remaja.blogspot.com/2013/05/ruang-lingkup-akhlak-islami.html, Pukul 09. 35, 02 Oktober 2014.


(50)

akan membentuk pendidikan keagamaan, diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar ialah:

1. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh kepercayaan kepadanya.

2. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah SWT senantiasa hadir atau bersama manusia diamanapun manusia berada. Karena Allah SWT selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak dengan setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.

3. Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah SWT selalu mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah SWT, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Taqwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (al-akhlaqul karimah).

4. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam suatu perbuatan, semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusa akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik pribadi maupun sosial.


(51)

5. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah SWT dengan penuh harapan kepadanya dan keyakinan bahwa dia akan menolong manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.

6. Syukur, yaitu sikap penuh terimakasih dan penghargaan. Dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Bersyukur dalam hidup, senantiasa mengharap kepada Allah SWT karena beryukur kepada Allah SWT hakikatnya beryukur kepada diri sendiri, karena manfaat yang besar akan kembali kepada yang bersangkutan.

7. Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepadanya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup yaitu Allah SWT.

b. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenal hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah.

Di sisi lain Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya melakukan perbuatan secara wajar. Seperti tidak masuk ke rumah orang tanpa izin, jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan


(52)

adalah ucapan yang baik. Setiap ucapan yang ducapkan adalah ucapan yang benar, jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, tidak menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk.

Tawaduk (rendah hati), rendah hati orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan, Tasamuh (tenggang rasa), saling menghormati, dan saling menghargai sesama manusia. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan, pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang dimaafkan berpotensi pula melalakukan kesalahan. Selain itu pula dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah.

Adapun bentuk-bentuk akhlak terhadap sesama manusia diantaranya adalah jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, pemaaf, penolong, rajin, disiplin, bermanfaat, cerdas, cinta damai, tanggung jawab, sabar, tasamuh, persaudaraan, peduli sosial, dan berbagi.

c. Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.

Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk akhlak terhadap lingkungan, yaitu dengan peduli lingkungan diantaranya memelihara tumbuh-tumbuhan, menyayangi hewan, menjaga kebersihan, dan menjaga ketentraman.


(53)

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia terhadap sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya. Karena pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, untuk mengelola dan mengambil manfaat dari segala sesuatu yang dianugerahkan (diberikan) Allah SWT di muka bumi ini. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar karena tidak memberi kesempatan kepada manusia lainnya untuk mencapai tujuan penciptanya.

Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan, bahkan dengan kata lain, setiap pengrusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia sendiri.

Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Hal ini menambah keyakinan seorang muslim untuk menyadari segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan di alam semesta pasti akan kembali kepadanya.


(54)

Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islam sangat komprehensif (menyeluruh) dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya.38

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata lain adolescere, (kata bendanya adolescentia, yang berarti remaja), yang berarti “tumbuh”

atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. 39

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia remaja memiliki arti mulai dewasa.40 Masa remaja ialah satu periode dari masa anak-anak menjadi dewasa ketika manusia menguji berbagai peran yang mereka mainkan dan mengintegrasikan peran-peran itu ke dalam suatu persepsi diri, suatu identitas.41

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

38

Abu Ahmadi, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, Agustus, 2004), cet ke-1V, H. 198

39

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi Ke-5, h. 206

40

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 739

41

Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, 2006, h. 13


(55)

seksual. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa ini terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.42

Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.43 Sedangkan Hurlock membagi masa remaja menjadi masa awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dam masa remaja akhir (16 atau 17 hingga 18 tahun), masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir, individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.44

Masa remaja, menurut Tanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan badai dan stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.45

42

Sarlito Wirawan. S, Psikologi Remaja, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, h.9

43

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D., Human Development (8 th ed). Bustom: McGraw-Hill, 2001, h. 122

44

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi ke-5, h. 207

45


(56)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.

2. Ciri - ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat cepat baik secara fisik maupun secara psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja

awal yang dikenal sebagai masa storm and stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti


(1)

102

Hurlock, Elizabeth, B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980, Edisi ke-5

ISTI’AB, Yakan, Fathi: Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah. Jakarta: Robbani Press, 2005.

Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama: Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Lutfi, Muhammad. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007.

Marjo, Ys, Kamus Populer, Surabaya: Beringin Jaya, 1997, Cet. Ke-1,

Mr. O’ Donnell, Perlindungan Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( UNICEF, 2006).

Mu’awanah, Elfi, Hidayah, Rifa, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, Cet. Ke-1,

Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet. 1,

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D., Human Development (8 th ed). Bustom: McGraw-Hill, 2001.

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: lembaga LPSP3, 1998.

Poerwardarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984, Cet. Ke-7

Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Sarwono, Sarlito, Wirawan. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Shaleh, Rachman, Abdul, Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Jakarta: Gemawindu Panca Perkasa 2000, cet. ke-1

Sijaruddin, Zar, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-10.


(2)

103

Filsafat Islam: Filosof Dan Filsafatnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 2006.

Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyah Ruhiah. Jakarta: Robbani Press, Maret 2006.

Umar Dan Sartono, Bimbingan Dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setiap, 2001, Cet, Ke-2

Walgito, Bimo, Bimbingan Dan Konseling (Study & Karier), CV. Offset, 2004

Winkel W.S, Hastuti, M.M. Sri, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, Cet. Ke-3


(3)

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH

DAN

ILMU KOMUNIKASI

Jl.Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2lndoncsia

Websitc: !..lLilLuitilkllla.?sid

Tel€pon/Fax : (021) 74327281 74103580

Email :

Nomor:

Lamp :

Hal

:

Un. o I /F5/PP. oo .O

ffi

-nU

t

I ( satu) bundel

Bimbingan Skripsi

Jakal'v-,

t

Juni 2014

Kepada Yth.

Fauzun Jamal Lc.,

MA

Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Assalamu'alaikum Wr. W.

Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh

mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

berikut,

Zural,da

I I10052000040

Bimbingan dan Penyuluhan Islam

VIII @elapan)

085780340788

Upaya Pembimbing Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak di

Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur

Kami

mohon kesediaannya

untuk

membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skipsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 03 Juni s.d. 03 Desember 2014.

Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih. Was s al amu' alaikum W'r. Wb.

Nama

Nomor Pokok

Jurusan/I(onsentrasi

Semester

Telp.

Judul Skripsi

Tembusan :

1. Dekan

2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam


(4)

KEMENTERIAN

AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS

DAKWAH

DAN

ILMU

KOMUNIKASI

Telepo Fax: (021) 7432728 I 74703580

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia websne: !:$.!!tsig!Lnd!.&jd, E-mait: datt!"h@til* uiriakanai. id

Nomor Lampiran Hal

:

u n.0 1 /F5/PP.0 o.o

t(/

0/

no

v

:

Izin Penelitian (Skripsi)

Kepada Yth,

Pimpinan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, Cipayung Jakarta Timur

di

Tempat

Assalamu' alaikum I4r. Ilb.

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Jakarta menerangkan bahwa:

Jakarta,/

Juli 2014

Komunikasi

UIN

Syarif Hidayatullah

Nama

Nomor Pokok

Tempat/Tanggal Lahir

Semester

Jurusan/I(onsentrasi

AIamat

Telp.

Tembusan :

1. Wakil Dekan Bidang Akademik

2. Ketua Jurusan/Prodi. Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Zuraida

1 I 10052000040

Lampung, 18 Maret 1991 VIII (Delapan)

Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Komp. Batan Legoso No. 27 RT 06/08 Ciputat

085780340788

adalah benar mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka

penulisan skripsi berjudul Upaya Pembinbing Agama Islam dalam Meningkatkan

Akhlak di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Cipayung Jakarta Timur.

Sehubungan

dengan

itu,

dimohon kiranya

Bapak/Ibn/Sdr. dapat

menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud.

Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan tei'ima kasih.

I

ass alamu' alaikum Wr. Wb.

Dekan,

Subhan, MA


(5)

-..:

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

Jl. PPA No. 1 Bambu Apus Kec. Cipayung Jakarta Timur

Kode pos : 13890 Telp i 021,8445547 Fax : 021{4591257 e-mail : psbrbambuapus@kemsos.go.id; psbr.ba@gmail.com

website : bambuapus.kemsos,go.id

SURAT KETERANGAN

No : 258 /PSBR/KS.01.01/09/2014

Yang berlarlda tangan dibawah

ini

Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus .lakarta Timr"r menerangkan bahwa :

PANTI

SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS

: Znraida

: 1110052000040

: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komurikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nama

NPM

Mahasiswa dari

Bahwa yang bersangkutan telah melaksarrakan penelitaan dengan

judul

UPAYA

PEMBIMBING

AGAMA ISLAM DALAM

MENiNGI(ATKAN

AKI{LAK

REMA.IA DI

PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBLI APUS CIPAYUNC JAKARTA ctari tanggal 25

April s/d 23 September 2014 di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta

Demikian Surat Keterangan ini dibuat agar dapat dipergulakan seperlunya.

.lakarta. 23 September 201 4


(6)

JADWAL KEGIATAN PROGAM PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN PENERIMA MANFAAT PSBR BAMBU APUS JAKARTA