Tinjauan BPK Dalam Ketatanegaraan Islam

BAB III BADAN PEMERIKSA KEUANGAN BPK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Tinjauan BPK Dalam Ketatanegaraan Islam

BPK suatu badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara berikut juga mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat pusat maupun di level daerah. Lembaga kontrol ini diharapkan akan memberikan efek yang yang sangat positif baik di tingkat masyarakat intern atau masyarakat ekstern sehingga tercipta masyarakat yang lebih sejahtera. Kontrol yang baik dan berkelanjutan, dapat meminimalisir penyalahgunaan keuangan dan mencegah gejala korupsi disemua level, sehingga dana yang diproyeksikan untuk kesejahteraan rakyat tersalurkan sesuai jalurnya. Di sisi lain, efektitifitas dari kinerja lembaga ini akan menarik minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia. 52 Prinsip utama dalam mengatur kekayaan negara adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, kedudukan serta peran BPK sangat diperlukan dalam tata kelola keuangan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memiliki peran dan fungsi sentral untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan dan kinerja pemerintah Pasal 4. BPK juga dapat melakukan pemeriksaan secara bebas dan mandiri, meliputi penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan 52 http:www.panmohamadfaiz.com ., Optimalisasi Peran BPK Dalam Pengelolaan Keuangan Negara , diakses pada tanggal 19 April 2008 pasal 6. Kendati dalam penentuan standar pemeriksaan BPK melakukan konsultasi dengan pemerintah, tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK lebih independen dan relatif jauh dari konflik kepentingan. Secara umum keberadaan Lembaga BPK ini lebih dilatarbelangi atas dasar fungsionalnya, secara keseluruhan melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan. 53 Keadilan dalam Islam adalah sebagai alasan pembenaran adanya semua lembaga dan perangkat negara, dan asas diberlakukannya perundang-undangan, hukum dan seluruh ketetapan, juga tujuan segala sesuatu yang bergerak di negara dan masyarakat. 54 Sebagaimana Allah berfirman: + , -+ + .+ 0 1 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. An-Nisaa’:58 Pada dasarnya harta kekayaan negara adalah milik Allah swt, pemerintah dan pejabat hanyalah sebagai orang-orang yang mendapat kepercayaan amanat untuk mengatur dan mengelola dengan baik dan benar. Dalam menjaga kestabilan keuangan, negara tidak hanya bertugas mengatur sistem ekonomi dan politik secara global tetapi juga berkewajiban meletakkan sistem 53 Ridwan HR, Fiqh Politik, Yogyakarta: FH UII Press, 2007, h.280 54 Samir Aliyah, Sistem Pemerintahan Peradilan dan Adat Dalam Islam. Penerjemah H.Asmuni Solihan Zamakhsyari, Lc. Cet.I Jakarta: Khalifa, 2004, h.96 pengawasan, perlindungan, dan pengarahan yang efektif dan sistematis. 55 Secara garis besar sistem pengawasan dan pemeriksa keuangan, yaitu ada dua yaitu intern dan ekstern. Pengawasan intern lahir dari keimanan personal dan kesadaran individu yang meyakini bahwa semua perilakunya akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah swt, dan bahwa harta itu adalah amanat yang harus dikelola dengan semestinya. Pengawasan seperti ini akan melahirkan sugesti untuk menjaga diri dari penyalahgunaan, penyelewengan, dan korupsi. Sebagaimana contoh yang ditunjukkan Rasulullah saw, dari Anas dinyatakan; Harga-harga melambung tinggi pada masa Rasulullah saw, lalu para sahabat berkata, “wahai Rasulullah, seandainya anda menetapkan patokan harga tentu tidak melambung seperti ini.” Kemudian Nabi saw bersabda: 56 2 3 4 5 6 7 0895 2 +: ; =, 3 ? 7 0 6 A - B C 2D E 5 . Sesungguhnya Allahlah Yang menciptakan, memegang, dan melapangkan; Yang Maha Pemberi rezeki; dan Yang menentukan harga. Aku tidak berharap akan berjumpa dengan Allah kelak, sementara ada seseorang yang menuntutku karena kezaliman yang aku perbuat kepadanya dalam perkara yang berkaitan dengan darah atau harta. HR Ahmad Dengan demikian , Rasulullah saw, telah menjadikan penetapan patokan harga sebagai suatu bentuk kezaliman. Karena itu, seandainya Beliau melakukannya, artinya Beliau melakukan sesuatu yang tidak menjadi hak Beliau untuk melakukannya. Demikian juga, Rasulullah saw. Pun telah menjadikan pemeriksaan 55 Gunawan Widjaja, Pengelolaan Harta dan Kekayaan Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h.20 56 Yahya, A.R. , Struktur Negara Khilafah Pemerintahan dan Administrasi, Jakarta: HTI Press, 2008, h.199 atas perkara-perkara yang terjadi dalam masalah hak-hak semua orang yang diatur negara untuk masyarakat merupakan kewenangan lembaga mazhalim pada saat itu. 57 Sedangkan pengawasan ekstern yaitu, pengawasan serta pemeriksaan yang dilakukan oleh suatu lembaga negara. Dalam Islam suatu lembaga dalam sebuah negara harus memenuhi kriteria- kriteria sebagai berikut : 58 1. Sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat islam; 2. Meletakkan persamaan al-musawah kedudukan manusia didepan hukum dan pemerintahan; 3. Tidak memberatkan masyarakat yang akan melaksanakannya ‘adam al-haraj; 4. Menciptakan rasa keadilan dalam masyarakat tahqiq al-‘adalah; 5. menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudharatan jalb al-masalih wa daf’al-mafasid. Sesuai dengan tujuan negara menciptakan kemaslahatan bagi seluruh manusia, maka negara mempunyai tugas-tugas untuk merealisasikan tujuan tersebut. Dalam sistem Islam telah mengenal prinsip pemisahan antara tiga kekuasaan umum di negara, yaitu legislatif al-sulthah al-tasryi’iyah, eksekutif al-sulthah al- tanfidziyah dan yudikatif al-sulthah al-qadha’iyah. Dalam sejarah Islam, kekuasaan lembaga yudikatif meliputi wilayah al-hisbah, wilayah al-qadha dan wilayah al-mazhalim. Majelis peradilan dan hukum yudikatif berada di luar batas- 57 Ibid 58 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah:Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, h.7 batas lembaga eksekutif sepenuhnya. Sedangkan tugas peradilan bersifat mandiri dan terbebas dari ketundukan terhadap para pejabat negara. 59 Peradilan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan merupakan peradilan semu, karakteristik keputusannya mengandung norma konkrit dan bersifat individual yang sama dengan isi putusan pengadilan. Searah dengan tujuan agar tercapainya tertib administrasi keuangan negara, yang meliputi: tata pengaturan, cara penguasaan, tata pengurusan, tata pembagian wewenang, tata usaha, pengawasan yang efektif dan efisien serta pertanggungjawabannya, untuk usaha-usaha pencegahan terhadap penyelewengan korupsi dan manipulasi di bidang keuangan negara. 60

B. Wilayah Mazhalim Dalam Islam