Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Pemeriksa Keuangan BPK adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri, berkaitan dengan pelaksanaan atau realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara yang telah disetujui oleh rakyat melalui DPR. Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan pada pokoknya adalah partner atau mitra DPR dalam menjalankan fungsi pengawasan control terhadap kinerja pemerintahan, serta mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Hasil-hasil pemeriksaan keuangan yang telah dilakukan kemudian diberitahukan atau disampaikan kepada DPR untuk ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Keberadaan Badan Pemeriksa Keuangan didalam penyelenggaraan negara dipertegas dalam UUD 1945 setelah perubahan, dalam Pasal 23 ayat 1 UUD 1945 disebutkan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. 1 Pada Perubahan Ketiga UUD 1945 tahun 2001, ditegaskan kembali mengenai struktur organisasi dan kewenangan BPK, tetapi maksud dari bagian pasal ini mengalami berubah secara sangat mendasar. Tujuan adanya perubahan ini agar 1 Peraturan BPK RI No.1 Th 2007 “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara”, Jakarta: Pustaka Pergaulan, 2007 penyelenggaraan pemerintahan negara di pusat dan daerah sejalan dengan apa yang telah dicita-citakan oleh BPK itu sendiri. BPK membentuk perwakilan disetiap propinsi dan meningkatkan ruang lingkup kerjanya, sehingga jumlah anggota Badan Pemeriksa Keuangan ditetapkan menjadi 9 sembilan orang. Hasil pemeriksaan keuangan didaerah oleh BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya. 2 Karena sebelum diubah hasil pemeriksaan hanya diserahkan kepada DPR saja. Bahkan ditegaskan pula dalam pasal 23E ayat 3, “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan danatau badan sesuai dengan undang-undang”. Artinya meskipun BPK tidak diwajibkan untuk atas insiatifnya sendiri menyampaikan hasil pemeriksaan itu kepada lembaga penegak hukum, tetapi ketika terdapat dugaan adanya tindak pidana dalam hasil pemeriksaan tersebut, lembaga-lembaga penegak hukum yang sah menurut ketentuan undang-undang, dapat saja berinsiatif untuk menindaklanjuti temuan-temuan BPK itu. Badan Pemeriksa Keeuangan dapat menilai danatau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, baik yang disengaja atau karena kelalaian yang dilakukan oleh bendahara, pengelola Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Penilaian kerugian keuangan negara danatau penetapan pihak yang berkewajiban membayar ganti kerugian 2 Berdasarkan pasal 23E ayat 2 UUD 1945 ditentukan dengan keputusan BPK. Karena itu, pada hakikatnya, lembaga BPK ini juga memiliki fungsi yang bersifat semi atau quasi peradilan. 3 Secara struktural keorganisasian Badan Pemeriksa Keuangan terdiri atas Sekretariat Jenderal, unit pelaksana tugas pemeriksaan, unit pelaksana tugas penunjang, perwakilan, pemeriksa dan pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai dengan kebutuhan. 4 Wilayah yuridiksi Badan Pemeriksa Keuangan BPK dikuatkan oleh pasal 23G ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan, “Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibukota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi”. Artinya, UUD mewajibkan bahwa perwakilan BPK itu harus ada di setiap provinsi. Padahal sebelumnya, kantor-kantor perwakilan BPK hanya ada di beberapa provinsi yang besar-besar saja, karena terkait dengan tugas-tugas pemeriksaan atas pelaksanaan APBN di daerah-daerah yang volumenya berbeda-beda satu sama lain. Dalam kedudukannya yang semakin kuat dan kewenangan yang semakin besar, fungsi BPK sebenarnya pada pokoknya tetap terdiri atas tiga bidang, yaitu fungsi operatif, fungsi yustisi, dan fungsi advisory. Bentuk pelaksanaan ketiga fungsi itu adalah sebagai berikut: 1. Fungsi operatif berupa pemeriksaan, pengawasan dan penyelidikan atas penguasaan, pengurusan dan pengelolaan kekayaan negara; 2. Fungsi yudikatif berupa kewenangan menuntut perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap bandaharawan dan pegawai negeri bukan bendahara yang karena 3 Jimly, Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer, 2007 4 UU RI No. 15 Th.2006 Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007 perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang menimbulkan kerugian keuangan dan kekayaan negara; 3. Fungsi advisory yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai pengurusan dan pengelolaan keuangan negara. 5 Islam secara umum mengandung dasar-dasar global untuk melindungi harta kekayaan. Dasar ini sudah cukup bagi seorang muslim untuk dapat menerapkan dengan benar bahwa suatu harta kekayaan harus dijauhkan dari sentuhan orang- orang yang tamak terhadap harta umum atau dengan keinginan yang terlalu berlebihan. Dengan demikian, dalam ketaatanegaraan Islam terdapat lembaga yang memeriksa perkara yang terkait dengan pemeriksaan terhadap harta milik negara. Lembaga tersebut adalah Wilayah mazhalim, awal berdirinya lembaga ini dimaksudkan untuk dapat mencegah kezhaliman seperti memeriksa pejabat negara yang merugikan masyarakat umum dengan menangani perkara terhadap orang-orang yang melakukan tindakan korupsi terhadap kekayaan milik negara. Lembaga ini memeriksa perkara-perkara yang tidak masuk ke dalam wewenang hakim biasa. Sebagian dari perkara-perkara yang diperiksa dalam lembaga ini adalah perkara-perkara yang diajukan oleh seseorang yang teraniaya dan sebagiannya tidak memerlukan pengaduan dari yang bersangkutan, tetapi memang jadi wewenang lembaga ini untuk memeriksanya. 6 Pengadilan mazhalim adalah salah satu dari tiga kekuasaan negara disamping kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif. Peradilan ini merupakan kemanfaatan 5 Jimly, Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2006 6 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001 umum yang bertujuan mengukuhkan dasar-dasar keadilan diantara individu masyarakat. Pada pengadilan majelis mazhalim hendaknya dihadiri oleh lima petugas inti dalam beracara sidang, oleh sebab itu, tugas mengadili suatu perkara tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa kehadiran mereka. Mereka itu adalah: 1. Para penjaga dan pembantu untuk menarik kekuatan dan meluruskan pihak yang berani; 2. Para qadhi dan pejabat pemerintah yang berfungsi untuk mengetahui fakta- fakta kebenaran yang kemudian ditemukan dan menyaksikan penanganan kasus yang sedang diurus ditempat itu; 3. Para fuqaha yang berfungsi sebagai sumber rujukan dalam masalah yang sulit dan menjadi tempat bertanya tentang masalah yang problematis dan rumit; 4. Para sekretaris yang bertugas mencatat pembicaraan yang berlangsung dalam majelis itu serta ketetapan-ketetapan yang dibuat kemudian, baik hak-hak seseorang maupun kewajibannya; dan 5. Para saksi yang berfungsi sebagai saksi atas hak yang telah ditetapkan dan hukum yang diputuskan. Wilayah mazhalim mempunyai tugas, diantaranya yaitu menangani sikap korup para pejabat pemerintah atas harta yang mereka pungut dari rakyat. Untuk menangani hal ini, petugas mazhalim perlu undang-undang yang adil dalam catatan pembukuan negara dan ketetapan pemerintah sebelumnya tentang pungutan itu. Juga memeriksa kecurangan pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat dan harta-harta kekayaan Negara. 7 Dari uraian diatas, penulis tertarik mengkaji lebih dalam sekaligus penulisan skripsi yang berjudul “ BPK Badan Pemeriksa Keuangan Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam”. Di ambilnya judul tersebut karena penulis belum menemukan tulisan yang membahas tentang lembaga Badan Pemeriksa Keuangan yang dikaji dalam struktur pemerintahan Islam.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah