2. Seputar Pakan Dalam Pemeliharaan Ternak Ruminansia
Peluang bisnis yang menjanjikan
Tidak jarang pandangan kita tertuju pada truck, pick up, sepeda motor dan becak barang bahkan sepeda dayung yang penuh dengan rumput atau tebasan batang jagung
melintas di jalan raya di pinggiran kota Medan dan kota-kota Kabupaten di Sumatera Utara, baik pada musim penghujan maupun pada musim kemarau. Kita langsung dapat
menduga bahwa rumput atau tebasan jagung itu akan diperuntukkan sebagai pakan ternak ruminansia seperti sapi potong, sapi perah dan kerbau serta sebagian kecil untuk ternak
kambing dan domba. Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa penyediaan pakan dalam memelihara ternak ruminansia tidaklah mudah dan biaya yang harus dikeluarkan
tidak sedikit.
Luasan pemilikan tanah oleh umumnya para peternak tidak memadai, sehingga penyediaan pakan melalui budidaya tanaman pakan hampir tidak mungkin dilakukan.
Pada akhirnya peternak mengandalkan rumput dari areal pertapakan rumah yang belum digunakan di sekitar pemukiman, pinggaran jalan dan pinggiran kebun serta dengan
pemanfaatan limbah pertanian. Pada musim penghujan pertumbuhan rumput sangat cepat, tetapi hujan sekaligus menjadi kendala yang menyebabkan tenaga kerja
pemotong”ngarit” rumput tidak mampu melakukan tugasnya dengan optimal.
Sedangkan pada musim kemarau pertumbuhan rumput menjadi lambat bahkan sampai sebagian rumput mati pada waktu kemarau yang sangat kering dan menyebabkan sukar
untuk memperoleh jumlah sesuai kebutuhan, belum lagi mutunyapun rendah. Sebagai akibatnya peternakan rakyat yang umumnya berskala usaha ternak secara kecil-kecilan
sukar untuk memperbesar skala usaha.
Tidak jarang kita temui bahwa kalamana seorang peternak memelihara 1-2 ekor sapi atau kerbau, terlihat pertumbuhan ternaknya sangat baik dan hal ini tercermin dari
kondisi ternak yang gemuk dan bersih serta bulu mengkilat. Tetapi kalamana peternak tersebut mencoba untuk memperbesar skala pemeliharaan ternaknya, memperlihatkan
kondisi ternaknya tidak lagi sebaik sebelumnya. Hal ini banyak dipengaruhi oleh pemberian pakan yang tidak sebagus sebelumnya baik dilihat dari jumlah maupun
mutunya.
Teknologi perpakanan sebenarnya telah banyak ditemukan baik oleh balai-balai penelitian maupun oleh perguruan tinggi, namun peternak terlalu lemah untuk
memanfaatkannya. Berbagai bentuk pakan yang dapat dihasilkan melalui penerapan teknologi, antara lain: silase, rumput kering, tepung daun legum, perlakuan terhadap
jerami padi, jerami jagung, jerami kacang, limbah perkebunan tebu dan kelapa sawit, merupakan hal yang sukar disentuh oleh peternak secara umum. Banyak faktor yang
berperan sebagai penyebab ketidakberdayaan peternak ruminansia melakukan penerapan tehnologi dalam hal penyediaan pakan, faktor tersebut berperan secara sendiri atau
interaksi satu sama lain, diantaranya : skala usaha pemilikan ternak oleh umumnya peternakan rakyat sangat rendah, permodalan sangat terbatas, pemilikan akan peralatan
dan fasilitas pendukung sangat minim, pengetahuan dan ketrampilan sering sekali kurang memadai berkaitan dengan penerapan teknologi pakan dimaksud.
Pada kondisi peternakan saat ini, apakah mungkin peternakan rakyat melaju berkembang seiring sejajar dengan laju permintaan konsumen akan daging dan susu
sebagai produk ternak ruminansia?, jika peternak hanya mengandalkan rumput alam
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
3
dengan ketergantungan penuh terhadap musim untuk penyediaan pakan, maka rasanya sangat mustahil. Kenyataan memperlihatkan bahwa pada kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini pemasukan ternak dari daerah lain atau dari Australia ke Sumatera Utara bukannya menurun tetapi setiap tahun meningkat. Sudah waktunya untuk menjadi
pemikiran yang serius oleh semua pihak stakeholder peternakan ruminansia guna menemukan akar permasalahan dan alternatif solusi tentang penyediaan pakan,
sedemikian murah dan mudah, sehingga mampu menggerakkan percepatan laju pertumbuhan peternakan ruminansia. Katakanlah dengan mendirikan pabrik pakan
ruminansia, yang menggunakan bahan baku lokal secara 100 ,
Pakan ruminansia secara umum terdiri dari hijauan dan konsentrat. Jika ternak diberi pakan hijauan saja maka pertumbuhannya akan sedikit rendah. Sedangkan jika
diberikan konsentrat saja mungkin tercapai produksi tinggi tetapi biayanya akan mahal. Kombinasi keduanya akan memberikan peluang terpenuhinya zat gizi sesuai kebutuhan
ternak dan pertumbuhannya tinggi, tetapi dengan harga memadai. Hijauan pakan dapat diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan
yang tak tercena cukup tinggi, sebagai contohnya adalah rumput, rumput kering, silase, kacang-kacangan. Sedangkan konsentrat adalah pakan dengan kandungan serat kasar atau
bahan tak tercerna rendah, sebagai contoh : dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit, ampas tahu, bungkil kedelai , gaplek.
Berdasarkan bahan kering kebutuhan pakan oleh seekor ternak adalah sebesar 3 dari berat badan, atau jika berat sapi 300 kg akan membutuhkan sekitar 10 kg. Kabupaten
Deli Serdang, yang merupakan kabupaten terdekat dari Kota Medan memiliki populasi ternak sapi perah dan potong dan kerbau 96.923 ekor. Dengan asumsi 10 dari jumlah
populasi tersebut memanfaatkan pakan pabrikan maka dibutuhkan suplai sekitar 10 ton per hari.
Bahan untuk hijauan dan konsentrat terdapat banyak di Sumatera Utara. Masalahnya adalah keberadaan bahan tersebut menyebar dan jauh dengan peternak,untuk
itu diperlukan investor apakah dari kalangan swasta atau pemerintah untuk memanfaatkan peluang pengolahan pakan tersebut. Peternak dengan tingkat kemudahan
penyediaan pakan yang relatif sangat mudah akan memberikan peluang kepadanya untuk mengelola pemeliharaan ternak beskala usaha lebih besar. Peternak yang semula
menempatkan kegiatan memelihara ternak secara sambilan dapat meningkat menjadi usaha pokok. Pendapatan dan kesejahteraan peternak semakin meningkat, gairah beternak
semakin meningkat yang pada akhirnya bisnis ikutannya dari usaha peternakan akan meningkat pula. Pada kondisi gairah beternak tinggi seperti itu layak bagi pemerintah dan
masyarakat menaruh angan-angan akan swasembada daging. Tidak seperti sekarang ini dimana Pemerintah melalui instansi peternakan selalu menggembar-gemborkan pada
tahun 2003 kita akan swasembada daging atau mungkin pada tahun berapa lagi, apa mungkin jika pendekatan kegiatan pembangunan peternakan yang dilakukan masih
seperti selama ini.
Pendekatan yang perlu disentuh adalah bahwa kegiatan pembangunan peternakan harus berangkat dari permasalahan utama penyebab kurang bergairahnya usaha
peternakan. Salah satu diantaranya yang amat menonjol adalah tingkat kesulitan penyediaan pakan dan resiko tinggi akan kerugian. Disisi lain dapat kita lihat bahwa
bahan baku untuk pembuatan pakan sangatlah berlimpah. Provinsi Sumatera Utara memiliki kebun kelapa sawit yang sangat luas dengan limbah pelepah daun dan memiliki
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
4
limbah pengolahan buah cukup besar, kebun tebu dengan limbahnya berupa pucuk tebu cukup banyak jumlahnya dan limbah olahan tebu, olahan coklat bahkan limbah olahan
markuisa dan nanas, limbah usaha pertanian sawah dan jagung serta pembudidayaan tanaman pakan pada areal-areal yang belum digunakan untuk sesuatu keperluan.
Apa yang dapat dilakukan terhadap bahan baku pakan dengan tingkat ketersediaan tinggi adalah sangat sederhana, formulasi dengan menggunakan bahan baku
yang ada disusun dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan ternak berdasarkan statusnya : anak, ternak muda dan ternak dewasa serta dewasa sedang menyusui.
Kemudian dilakukan pengurangan kadar air sedemikian rupa agar ransum tidak mudah busuk, gampang dikemas dan mudah penyimpanan serta distrubusinya. Jika pakan
seperti ini tersedia dan dengan harga murah dengan pengertian bahwa peternak masih berpeluang tinggi untuk memperoleh keuntungan dari pemanfaatannya dalam usaha
beternak ruminansia, maka memelihara ternak akan menjadi semakin mudah. Peternak dapat menyediakan pakan sebagaimana peternak memelihara ternak ayam. Pakan
ditumpuk di gudang dan diberikan kepada ternak secara harian. Masalahnya sekarang adalah siapakah pengusaha yang berminat menekuni bisnis pakan ternak ruminansia
tersebut atau mungkinkah pemerintah sebagai agen pembangunan berkeinginan melakukan investasi kearah tersebut untuk nantinya dijual kepada pengusaha swasta atau
kepada organisasi peternak, setelah usaha tersebut berjalan dengan baik melalui kebijakan privatisasi ?
3. Pembangunan Peternakan Melalui Pengembangan Kawasan Agribisnis Peternakan