Penyakit Kecacingan TINJAUAN PUSTAKA

cengeng, anoreksia, susah tidur dan sering diare Ngastiyah, 2005. Adanya cacing dewasa pada usus halus disertai dengan keluhan tidak jelas seperti nyeri perut, dan kembung. Obstruksi usus, walaupun jarang dapat karena massa cacing pada anak yang terinfeksi berat. Mulainya biasanya mendadak dengan nyeri perut kolik berat dan muntah, yang dapat bercak empedu, gejala ini dapat memburuk dengan cepat Nelson, 1999 Anak yang terinfeksi oleh cacing Trihuris trichura jika infeksi ringan tidak menunjukkan gejala yang jelas. Pada infeksi yang berat terdapat keluha nyeri di daerah abdomen atau epigastrium, yang dapat disertai muntah-muntah, konstipasi perut kembung dan ileus. Diare dengan tinja yang terlihat bergaris-garis merah darah, berat badan menurun Ngastiyah, 2005 .

2.3 Penyakit Kecacingan

2.3.1 Defenisi Manusia merupakan hospes defenitif beberapa nematoda usus cacing perut yang dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah specis yang ditularkan melalui tanah Soil transmitted helminths. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada umumnya telur cacing bertambah pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur dan infektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya. Depkes, 2007 2.3.4 Jenis-jenis penyakit kecacingan Universitas Sumatera Utara Cacing Gelang ascaris lumbricoides morfologi merupakan hospes satu-satunya penyakit ini. Penyakit yang disebabkan ascariasi. Cacing berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm, stadium dewasa hidup dirongga usus halus, seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari yang terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva diusus halus, larva tersebut akan menembus dinding alveolus, kemudian naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring dan menimbulkan iritasi. Penderita akan batuk karena adanya rangsangan larva ini, larva difaring tertelan dan terbawa ke esofagus terakhir sampai diusus halus dan menjadi dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih dari 2 bulan Onggowaluyo, 2001 Patologi dan Gejala Klinis gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada diparu. Pada orang yang rentan perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam. Pada anak-anak yang menderita Ascariasis biasanya adanya nyeri perut berupa kolik di daerah pusat atau epigastrium, perut buncit, rasa mual dan kadang-kadang muntah, cengeng, anoreksia, susah tidur dan sering diare Ngastiyah, 2005 Epidemiologi dan Pencegahan di Indonesia prevalensi Ascariasi tinggi, terutama pada anak. Kurangnya kesadaran akan pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, dibawah pohon, ditempat mencuci dan ditempat pembuangan sampah. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi. Anjurkan Universitas Sumatera Utara mencuci tangan sebelum makan, mengunting kuku secara teratur, pemakaian jamban keluarga serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan lingkungan dapat mencegah Ascarasi Onggowaluyo, 2001 Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara massal pada masyarakat. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya Piperasin dosis tunggal untuk dewasa 3-4 gram, untuk anak-anak 25 mgkg BB, Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mgkg BB, Mebendazole 2 x 100 mghari selama 3 hari atau 500 mg dosis tunggal dan Albendazole dosis tunggal 400 mg. Menurut Oggowaluyo 2001. Untuk pengobatan massal perlu beberapa syarat: Obat mudah diterima masyarakat, aturan pemakaian sederhana,mempunyai efeksamping yang minimBersifat Polivalen sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing, harganya murah terjangkau. Onggowaluyo, 2001. Cacing Tambang necator americanus dan ancylostama duodenale hospes parasit ini adalah manusia. Cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. Cacing dewasa hidup dalam usus manusia, cacing melekat pada mukosa usus dengan mulutnya yang berkembang dengan baik. Cacing dewasa berbentuk silindris, ukuran cacing betina 9-13 mm dan cacing jantan 5 10 mm. Bentuk nekator americanus seperti huruf S, sedangkan acylostoma duodenale seperti huruf C. Telur kedua cacing ini keluar bersama-sama dengan tinja. Didalam tubuh manusia waktu 1-1,5 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva nabditiform yang panjangnya kurang lebih 250 mikron, rangga mulut panjang dan sempit, esofagus memiliki dua bulbus yang terletak 3 1 panjang tubuh anterior. Selanjutnya dalam Universitas Sumatera Utara waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform 500 mikron, rangga mulut tertutup dan esofagus terletak 4 1 panjang tubuh anterior. larva filarifrom menembus kulit manusia kemudian selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filarifrom menembus kulit atau tertelan. Daur hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva filarifrom menembus kulit manusia kemudian ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru- paru, bronkus, trakhea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa Onggowaluyo, 2001 Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasi adalah sebagai berikut: Stadium larva Bila banyak larva filoriform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch, perubahan pada paru biasanya ringan. Stadium dewasa penderita. Gejala tergantung pada species, jumlah cacing dan keadaan gizi penderita. Tiap cacing necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan ancylostoma duodenale 0,08 – 0,34 cc Onggowaluyo, 2001 . Biasanya terjadi anemia dan umumnya anemia defesiensi besi, kadang-kadang memperlihatkan tanda anemia megaloblastik. Anemia akan menjadi jelas atau berat pada pasien yang dietnya kurang protein. Pada anakyang cukup makan protein ikut menentukan berat ringannya anemia tersebut. Protein dibutuhkan untuk membuat globin Fraksi hemoglobin. Gejala yang lain yang dapat dijumpai adalah lemah, lesu, pusing, dan napsu makan kurang.Nyatiah, 2005. Epidemiologi dan Pencegahan insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya diperkebunan. Kebiasan defekasi di tanah dan Universitas Sumatera Utara pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Untuk menghindari infeksi atara lain ialah dengan memakai sandal atau sepatu.Onggowayulo, 2001. Pengobatanya yaitu dengan memperbaiki keadan umum dengan memberikan makanan yang baiak, memberi obat cacing seperti Alcopar, Tetrakrotilen dan lain-lain, mengatasi anemia, anemia yang berat dapat diatasi dengan Sulfas ferosus dosisnya 3 ×10 mghari. Onggowayulo, 2001. Cacing Cambuk trichuris trichura morfologi dan daur hidu manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang disebabkan trikurias. Cacing betina kira-kira 5cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4cm. Cacing dewasa ini hidup di kolon asenden dan sekum dengan bagian anteriornya seperti cambuk masuk kedalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10000 butir. Telur yang dibuahi dikeluarkan melalui hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan yang teduh. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dingding telur dan masuk kedalam melalui usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing menjadi turun kebagian distal masuk kedaerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan kira-kira 30-90 hari.Onggowayulo, 2001. Universitas Sumatera Utara Patologi dan gejala klinis kelainan patologi yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi karena kerusakan mekanisme dibagian mukosa usus dan respon alergi. Cacing ini tersebar diseluruh kolon dan rektum. Sering terjadi cacing yang ada di mukosa rektum menjadi prolaptus pada anak. Cacing ini menyebabkan pendarahan ditempat perlekatan dan dapat menimbulkan anemia pada anak, infeksi terjadi menahun dan berat. Gejala-gejal yang terjadi yaitu diare yang diselingi sindrom disentri, anemia prolapsus rektal dan berat badan turun. Pada infeksi yang beratterdapat keluhan nyeri didaerah abdomen dan epigastrium yang dapat disertai muntah-muntah, konstipasi, perut kembung dan ileus.Nyastiyah, 2005. Epidemiologi dan pencegahan frekuensi di Indonesia tinggi, terutaa di daerah pedesaan. Angka infeksi tertinggi ditemukan pada anak-anak. Faktor terpenting dalam penyebaran trikuriasis adalah kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur. Infeksi dapa dicegah dengan pengibatan, pembuatan MCK mandi, cuci dan kakus yamg sehat dan teratur, penyuluhan pendidikan tentang higienis dan sanitasi pada masyarakat. Onggowayulo, 2001. Pengobatan saat ini telah banyak obat cacing baru yang beredar. Namun, obat ini kurang memuaskan jika dibandingkan dengan obat yang digunakan untuk askariasis dan nektoriasis. Obat yang biasa digunakan adalah Mebendazole, Pirantel pamoat, Oksante pamoat dan Lavamisol. Onggowayulo, 2001. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN