Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Usia SD Dalam Mencegah Penyakit Kecacingan Pada Anak Di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung

(1)

PERILAKU IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA SD DALAM MENCEGAH PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT

KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

SKRIPSI Oleh

Siti Aminah Daulay 081121013

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Perilaku ibu yang memiliki anak usia SD terhadap pencegahan penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung

Penulis : Siti Aminah Daulay Nim : 081121013

Abstrak

Penyakit kecacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Dari penelitian Rehulina (2007) didapatkan prevalensi penyakit kecacingan sebesar (60-7%) pada anak usia SD. Kelompok umur yang paling rentan akan penularan penyakit kecacingan adalah anak usia SD. Ibu memegang peranan penting dalam kehidupan seorang anak dalam menjaga kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tentang perilaku ibu yang dinilai dari pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu yang memiliki anak usia SD terhadap pencegahan penyakit kecacingan pada anak. Desin penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku ibu di Kelurahan Bandar Selamat, dengan populasi ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar. Pengambilan sampel dilakukan pada dengan tehnik purposive sampling pada bulan Oktober-November 2009. Penyebaran koesioner dilakukan pada 173 ibu yang menjadi responden dalam penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Hasil penelitian di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung menunjukkan bahwa perilaku ibu yang baik yaitu (74,6%), yang dinilai dari pengetahuan yang baik (82,1%), sikap yang baik (76,3%) dan tindakan yang baik (56,1%), Karakteristik responden yang meliputi pendidikan responden kebanyaka SMA (53,2%), pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga (53,2%) responden tidak pernah mendapat informasi dari petugas kesehatan atau puskesmas tetapi responden mendapatkan informasi yang baik, dan informasi yang paling berkesan dari televise atau surat kabar, yang dapat mempengaruhi perilaku baik pada ibu yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung .


(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha Esa, atas segala berkat dan pertolongan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

Selama peroses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarya kepada Ibu Lufthiani, S.Kep, NS, dan Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kep, MARS selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis dapat mendapat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasi juga kepada dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Erniyati,S.KP, MNS selaku pembantu dekan II, Bapak Ikhsannuddin A Hrp, S.Kep, MNS selaku pembantu dekan III, Ibu Cholin Trisa Srg. S, kep. NS. M, Kep. SP. KMB selaku dosen penguji I dan Ibu Anna Kasfi, S.Kep, NS, sebagai dosen penguji II. Dan seluruh dosen dan staff yang ada di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberi fasilitas, kesempatan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

Terkhusus terima kasih diucapkan kepada keluarga saya ayahanda dan ibunda tercinta atas kasih sayang dan dukungan moril maupun materil selama menyelesiakan skripsi ini, serta kepada adik dan abang-abangku telah memberikan dukungan dan


(4)

semangatnya kepada saya sampai skripsi ini selesai. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-temanku yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang memberikan semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat kita semua dan dapat memberikan informasi di dunia kesehatan terutama keperawatan.

Medan ...Juli 2010 Penulis

Siti Aminah Daulay


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

Halaman Pengesahan...ii

Ucapan Terimakasi...iii

Daftar Isi...v

Daftar Tabel...vi

Abstrak...viii

Bab 1. PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belkang...1

1.2Pertanyaan Penelitian...5

1.3Tujuan Penelitiaan...5

1.4Manfaat Penelitian ...5

Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA...7

2.1Perilaku...7

2.2Anak...10

2.3Penyakit Kecacingan...14

Bab 3. KERANGKA KONSEPTUAL...20

3.1Kerangka Penelitian ...20

3.2Defenisi Operasional...21

Bab 4. METODELOGI PENELITIAN...27

4.1Desain Penelitian...27

4.2Populasi dan Sampel...27

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian ...27

4.4Pertimbangan etik Penelitian...28

4.5Instrumen Penelitian...28

4.6Uji Vliditas dan Reliabilitas...29

4.7Pengumpulan Data...31


(6)

Bab 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...33

5.1Hasil Penelitian ...34

5.2Pembahasan Penelitian...35

Bab 6. KESIMPULAN DAN SARAN...42

6.1 Kesimpulan Penelitian ...42

6.2 Saran Penelitian...43 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Penelitian 2. Kuisioner Data Demografi 3. Kuisioner Perilaku

4. Taksasi Dana 5. Riwat Hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 3.1 Defenisi Operasional perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah

penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung...21 Tabel 5.1 Distribusi frekwensi dan persentase karakteristik responden tentang perilaku ibu

yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173)...35 Tabe 5.3 Distribusi frekwensi dan persentase responden tentang pengetahuan ibu yang

memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173)...36 Tabel5.4 Distribusi frekwensi dan persentase responden tentang sikap ibu yang memiliki

anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173)...37 Tabel5.5 Distribusi frekwensi dan persentase responden tentang tindakan ibu yang

memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173)...37


(8)

Tabel5.6 Distribusi frekwensi dan persentase responden tentang perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173)...38


(9)

DAFTAR SKEMA

3.1 SkemaKerangkaKonsep...20 .


(10)

Judul : Perilaku ibu yang memiliki anak usia SD terhadap pencegahan penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung

Penulis : Siti Aminah Daulay Nim : 081121013

Abstrak

Penyakit kecacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Dari penelitian Rehulina (2007) didapatkan prevalensi penyakit kecacingan sebesar (60-7%) pada anak usia SD. Kelompok umur yang paling rentan akan penularan penyakit kecacingan adalah anak usia SD. Ibu memegang peranan penting dalam kehidupan seorang anak dalam menjaga kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tentang perilaku ibu yang dinilai dari pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu yang memiliki anak usia SD terhadap pencegahan penyakit kecacingan pada anak. Desin penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku ibu di Kelurahan Bandar Selamat, dengan populasi ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar. Pengambilan sampel dilakukan pada dengan tehnik purposive sampling pada bulan Oktober-November 2009. Penyebaran koesioner dilakukan pada 173 ibu yang menjadi responden dalam penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Hasil penelitian di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung menunjukkan bahwa perilaku ibu yang baik yaitu (74,6%), yang dinilai dari pengetahuan yang baik (82,1%), sikap yang baik (76,3%) dan tindakan yang baik (56,1%), Karakteristik responden yang meliputi pendidikan responden kebanyaka SMA (53,2%), pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga (53,2%) responden tidak pernah mendapat informasi dari petugas kesehatan atau puskesmas tetapi responden mendapatkan informasi yang baik, dan informasi yang paling berkesan dari televise atau surat kabar, yang dapat mempengaruhi perilaku baik pada ibu yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung .


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Indonesia pada saat ini sedang giat membangun segala bidang. Salah satu tujuan pembangunan tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Manusia adalah kunci sumber daya kesuksesan suatu pembangunan, sehingga berhasilnya suatu pembangunan dijalankan tergantung dari kualitas SDM tersebut. Banyaknya kendala yang menghambat mutu SDM di Indonesia antara lain status sosial ekonomi, penyakit kronis, kurang gizi, gangguan dalam belajar, lingkungan sekolah. Masalah kesehatan penduduk di Indonesia masih ditandai dengan tingginya penyakit yang berkaitan dengan rendahnya tingkat sosial ekonomi penduduk. Salah satu penyakit yang insidennya masih tinggi adalah infeksi kecacingan (Rehulina, 2005).

Di dunia pada tahun 2001, lebih dari 2 miliar penduduk terinfeksi kecacingan. Prevalensi yang tinggi ditemukan di negara-negara non industri (negara-negara yang sedang berkembang). Merid (2007) mengatakan bahwa menurut World Health Organization (WHO) diperkiran 800 juta-1miliar penduduk terinfeksi cacing gelang, 700-900 juta terinfeksi cacing tambang, 500 juta terinfeksi cacing cambuk. Menurut laporan pembangunan Bank Dunia, dinegara berkembang diperkirakan diantara anak perempuan usia 5-14 tahun, penyakit kecacingan diperkirakan (12%) dari beban kesakitan total sementara anak laki-laki (11%). Karena itu kecacingan merupakan penyumbang total terbesar beban kesakitan pada kelompok usia tersebut (Alemina, 2007).


(12)

Di Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari semua kasus penyakit kecacingan, cacing gelang (ascaris lumbricoides) sekitar (25-35%) dan cacing cambuk (trichuris trichiura) sekitar (65-75%). Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah dasar. Resiko tinggi adalah pada kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi disaluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa mencuci tangan dan bermain ditanah yang tercemar telur cacing tidak memakai alas kaki (Rehulina, 2005).

Di Sumatera Utara khususnya kota Medan prevalensi kecacingan pada anak sekitar (60-70%) dari semua kasus. Penyakit kecacingan sangat berkaitan dengan masalah lingkungan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hidup sehat tanpa penyakit kecacingan, diantaranya faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor keturunan dan faktor pelayanan kesehatan. Penyakit kecacingan selalu berhubungan dengan kemiskinan yaitu berupa penghasilan yang sangat rendah. Keadaan ini yang menyebabkan kebutuhan sandang, pangan dengan kualitas dan kuantitas makanan yang rendah, sanitasi lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang serta pelayanan keshatan yang terbatas (Kompas, 2009).

Kecacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorpsi), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif infeksi kecacingan dapat menimbulkan kurangan gizi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. Khusus anak usia sekolah, keadaan ini akan berakibat buruk pada pada kemampuannya dalam mengikuti pelajaran di sekolah (Depkes, 2005)


(13)

Didalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit kecacingan, ibu yang paling berperan untuk menjaga dan melindungi anak dari berbagai bahaya yang mengancam anak tersebut. Disamping itu pemerintah dan masyarakat telah melaksanakan berbagai perogram pemberantasan penyakit kecacingan, terutama di sekolah dan posyandu di kota Medan. Kegiatan tersebut meliputi pemberian obat cacing, program cuci tangan sebelum dan sesudah makan, penyuluhan kepada murid, guru dan orang tua murid mengenai penyakit kecacingan yang bisa ditularkan melalui tanah, termasuk penyebab, pencegahan, penanggulangan dan pengobatan secara selektif. Selain itu juga dilakukan upaya edukatif penunjang berupa lomba kebersihan antara sekolah, lomba menggambar, dan mengarang dari murid peserta program (Depkes, 2009). Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa memperhatikan keempat faktor tersebut serta memberdayakan murid, guru, orang tua murid dan masyarakat dapat menurunkan angka kejadian penyakit kecacingan dan menunjukkan keberhasilan program yang mencegah penyakit kecacingan dengan baik (kompas, 2009)

Dari hasil observasi awal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung peneliti menemukan tingginya jumlah ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar di kelurahan ini yaitu sebanyak 866 orang. Didapat data dari 20 orang ibu yang memiliki anak usia SD, peneliti mewawancarai 5 orang ibu yang memiliki anak usia SD setiap lingkungan dari empat lingkungan, diperoleh hasil (70%) tidak mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit kecacingan pada anak usia SD dan (30%) mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit kecacingan pada anak usia SD, dari hasil observasi di empat linkungan tersebut masih banyak keluarga yang kurang mampu, anak usia SD yang bermain di depan rumah


(14)

tidak memakai alas kaki (sandal) dan daerah Kelurahan Bandar Selamat merupakan daerah yang rawan banjir.

Dari uraian di atas peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

1.2Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Umengetahui perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

b. Untuk mengetahui sikap ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. c. Untuk mengetahui tindakan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah

penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.


(15)

1.3Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana perilaku Ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. 1.3.2 Bagaimana pengetahuan Ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit

kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. 1.3.3 Bagaimana sikap Ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit

kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. 1.3.4 Bagaimana tindakan Ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit

kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi praktek keperawatan (Puskesmas)

Sebagai informasi tambahan bagi praktek keperawatan untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung, sehingga perawat memberdayakan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak.

1.4.2 Bagi Orang tua atau masyarakat

Meningkatkan motivasi untuk ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.


(16)

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah informasi dan data tambahan bagi peneliti selanjutnya tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit kecacingan.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

2.1.1 Defenisi Perilaku

Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Menurut Ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannnya hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsang (Notoatmodjo, 2003) 2.1.2 Proses Pembentukan Perilaku

Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat (reinforcer) berupa hadiah-hadiah (rewards) bagi perilaku yang akan dibentuk. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan tempat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi (reinforcer) hadiah untuk masing-masing komponen tersebut. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.

2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengarui Perilaku Seseorang

Susunan syaraf pusat merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak


(18)

untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Lingkungan perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya

2.1.4 Bentuk Perilaku

Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh organ lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung

2.1.5 Domain Perilaku

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam tiga domain (kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari : Pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktek atau tindakan (practice).

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tingkat pengetahuan pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni : Tahu (know)


(19)

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Memahami (comprehension) diartikan sesuatu kemampuan mejelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Didapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menyebarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sintesis (synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003)

Sikap pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. berbagai tindakan sikap seperti halnya dengan pengetahui sikap ini terdiri dari berbagai tingkat yakni : Menerima ( receiving ) menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Merespon (responding ) memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003)


(20)

Praktek atau tindakan (practice) pengertian suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overtbihaviour), untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tingkat tindakan /praktek. Persepsi ( perception ) mengenal dan memiliki berbagai objek sampai dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tindakan pertama. Respon terpimpin ( guided respons ) dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Mekanisme ( mechanism ) apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Adaptasi ( adaptation ) suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Anak

2.2.1 Pengertian Anak

Menurut UUD No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun, seperti yang ditulis Hurlock (1980) masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun (Suparjitno, 2004). 2.2.3 Tahap usia anak dan tugas-tugas perkembangan

Tahapan usia anak tahap pranatal dari konsepsi sampai lahir. Tahap masa bayi dari lahir sampai usia 12 bulan (neonatus, lahir sampai berusia 28 hari : masa bayi 29 hari sampai 12 bulan ). Tahap masa kanak-kanak awal dari usia 1-6 tahun (masa todler, usia 1 –


(21)

3 tahun : usia pra sekolah usia 3-6 tahun ). Tahap masa kanak-kanak pertengahan ( usia sekolah ) dari usia 6-12 tahun. Tahap masa remaja dari usia 12 -18 tahun ( Mary E Muscari, 2005 ).

Tugas-tugas Perkembangan masa bayi dan masa kanak-kanak, belajar memakan makanan padat, belajar berjalan, belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, mempelajari perbedaan seks dan tatacaranya, mempersiapkan diri untuk membaca, belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan hati. Tugas-tugas akhir masa kanak-kanak meliputi:. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh, belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, memulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari,mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkat nilai, mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga, mencapai kebebasan pribadi

Tugas-tugas perkembangan masa remaja meliputi mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial peran pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertaggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya, mempersiapkan


(22)

karier ekonomi, memperisapkan perkawinan dan keluarga,memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berprilaku mengembangkan ideologi.

Tugas-tugas perkembangan masa awal masa dewasa meliputi: Mulai bekerja, memilih pasangan, belajar hidup dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, mencari kelompok sosial yang menyenangkan dan tugas-tugas perkembangan usia pertengahan meliputi: Untuk mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara, membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisian waktu senggang untuk orang dewasa, menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi pada tahap ini, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan, menyesuaikan diri degan orang tua yang semakin tua.

Tugas-tugas perkembangan masa Tua yaitu: Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia, membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan, menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes,

2.2.4 Karakteristik Anak Usia SD secara Umum

Dimasa usia sekolah ada beberapa label yang digunakan oleh orangtua, pendidikan dan psikologi antara lain: Tahap rajin dan rendah diri, usia yang menyulitkan, usia yang tidak rapih, usia bertengkar, periode kritis, usia berkelompok, kreatif dan bermain. Di usia


(23)

berkelompok anak lebih berinat dalam kegiatan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari kelompok, yang mengharapakn anak untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola perilaku nilai-nilai dan minat anggota-anggotanya, sebagai anggota kelompok anak sering menolak standar orangtua, mengembangkan sikap menentang lawan jenis dan berprasangka kepada semua yang bukan anggota kelompoknya. Dan masalah yang umum terjadi pada usia ini adalah bahaya fisik: Penyakit (infeksi), kegemukan, bentuk tubuh yang tidak sesuai, kecelakaan, kecanggungan, dan ketidak mampuan fisik ( Hurlock, 2004 )

2.2.4 Kondisi Anak yang Kecacingan

Pada anak yang terinfeksi cacing Ancylistoma duodenale umumnya mengalami anemia, bergantung banyaknya cacing yang terdapat dalam rongga usus. Anemia ini umumnya berupa anemia defisiensi besi. Anemia akan makin jelas atau berat pada anak yang dietnya kurang protein. Gejala ini yang dapat dijumpai adalah lemah, lesu, pusing, nafsu makan yang kurang. Apabila cacing dewasa yang terdapat pada anak-anak jumlahnya banyak maka dapat mengakibatkan gejala hebat dan dapat menyebabkan kematian (Ngastiyah, 2005)

Pemajanan kulit pertama kali terhadap larva infektif dapat menimbulkan gatal. Reaksi kulit bervariasi dari vavula eritematosa pada pemajaman primer, yang menghilang satu minggu, sampai vasikula dan edema menyeluruh pada infeksi selanjutnya, yang dapat berakhir 1-3 minggu (Nelson, 1999). Anak yang terinfeksi oleh cacing Ascaris lumbricoides apabila jumlah cacing dewasa yang terdapat dalam usus banyak dapat menimbulkan gangguan gizi. Gambaran klinik yang nyata biasanya nyeri perut berupa kolik didaerah pusat atau epiguastrium, perut buncit, rasa mual dan kadang-kadang muntah,


(24)

cengeng, anoreksia, susah tidur dan sering diare (Ngastiyah, 2005). Adanya cacing dewasa pada usus halus disertai dengan keluhan tidak jelas seperti nyeri perut, dan kembung. Obstruksi usus, walaupun jarang dapat karena massa cacing pada anak yang terinfeksi berat. Mulainya biasanya mendadak dengan nyeri perut kolik berat dan muntah, yang dapat bercak empedu, gejala ini dapat memburuk dengan cepat ( Nelson, 1999 )

Anak yang terinfeksi oleh cacing Trihuris trichura jika infeksi ringan tidak menunjukkan gejala yang jelas. Pada infeksi yang berat terdapat keluha nyeri di daerah abdomen atau epigastrium, yang dapat disertai muntah-muntah, konstipasi perut kembung dan ileus. Diare dengan tinja yang terlihat bergaris-garis merah darah, berat badan menurun ( Ngastiyah, 2005 ).

2.3Penyakit Kecacingan 2.3.1 Defenisi

Manusia merupakan hospes defenitif beberapa nematoda usus (cacing perut) yang dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah specis yang ditularkan melalui tanah (Soil transmitted helminths). Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada umumnya telur cacing bertambah pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur dan infektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya. (Depkes, 2007)


(25)

Cacing Gelang (ascaris lumbricoides) morfologi merupakan hospes satu-satunya penyakit ini. Penyakit yang disebabkan ascariasi. Cacing berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm, stadium dewasa hidup dirongga usus halus, seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari yang terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva diusus halus, larva tersebut akan menembus dinding alveolus, kemudian naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring dan menimbulkan iritasi. Penderita akan batuk karena adanya rangsangan larva ini, larva difaring tertelan dan terbawa ke esofagus terakhir sampai diusus halus dan menjadi dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih dari 2 bulan ( Onggowaluyo, 2001 )

Patologi dan Gejala Klinis gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada diparu. Pada orang yang rentan perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam. Pada anak-anak yang menderita Ascariasis biasanya adanya nyeri perut berupa kolik di daerah pusat atau epigastrium, perut buncit, rasa mual dan kadang-kadang muntah, cengeng, anoreksia, susah tidur dan sering diare (Ngastiyah, 2005)

Epidemiologi dan Pencegahan di Indonesia prevalensi Ascariasi tinggi, terutama pada anak. Kurangnya kesadaran akan pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, dibawah pohon, ditempat mencuci dan ditempat pembuangan sampah. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi. Anjurkan


(26)

mencuci tangan sebelum makan, mengunting kuku secara teratur, pemakaian jamban keluarga serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan lingkungan dapat mencegah Ascarasi (Onggowaluyo, 2001)

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara massal pada masyarakat. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya Piperasin dosis tunggal untuk dewasa 3-4 gram, untuk anak-anak 25 mg/kg BB, Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kg BB, Mebendazole 2 x 100 mg/hari selama 3 hari atau 500 mg dosis tunggal dan Albendazole dosis tunggal 400 mg. Menurut Oggowaluyo (2001). Untuk pengobatan massal perlu beberapa syarat: Obat mudah diterima masyarakat, aturan pemakaian sederhana,mempunyai efeksamping yang minimBersifat Polivalen sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing, harganya murah terjangkau. ( Onggowaluyo, 2001).

Cacing Tambang (necator americanus dan ancylostama duodenale) hospes parasit ini adalah manusia. Cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. Cacing dewasa hidup dalam usus manusia, cacing melekat pada mukosa usus dengan mulutnya yang berkembang dengan baik. Cacing dewasa berbentuk silindris, ukuran cacing betina 9-13 mm dan cacing jantan 5 10 mm. Bentuk nekator americanus seperti huruf S, sedangkan acylostoma duodenale seperti huruf C. Telur kedua cacing ini keluar bersama-sama dengan tinja. Didalam tubuh manusia waktu 1-1,5 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva nabditiform yang panjangnya kurang lebih 250 mikron, rangga mulut panjang dan sempit, esofagus memiliki dua bulbus yang terletak

3


(27)

waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform 500 mikron, rangga mulut tertutup dan esofagus terletak

4

1 panjang tubuh anterior. larva filarifrom menembus kulit manusia kemudian

selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filarifrom menembus kulit atau tertelan. Daur hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva filarifrom menembus kulit manusia kemudian ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakhea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa ( Onggowaluyo, 2001 )

Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasi adalah sebagai berikut: Stadium larva

Bila banyak larva filoriform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch, perubahan pada paru biasanya ringan. Stadium dewasa penderita. Gejala tergantung pada species, jumlah cacing dan keadaan gizi penderita. Tiap cacing necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan ancylostoma duodenale 0,08 – 0,34 cc ( Onggowaluyo, 2001 ). Biasanya terjadi anemia dan umumnya anemia defesiensi besi, kadang-kadang memperlihatkan tanda anemia megaloblastik. Anemia akan menjadi jelas atau berat pada pasien yang dietnya kurang protein. Pada anakyang cukup makan protein ikut menentukan berat ringannya anemia tersebut. Protein dibutuhkan untuk membuat globin (Fraksi hemoglobin). Gejala yang lain yang dapat dijumpai adalah lemah, lesu, pusing, dan napsu makan kurang.(Nyatiah, 2005).

Epidemiologi dan Pencegahan insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya diperkebunan. Kebiasan defekasi di tanah dan


(28)

pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Untuk menghindari infeksi atara lain ialah dengan memakai sandal atau sepatu.(Onggowayulo, 2001). Pengobatanya yaitu dengan memperbaiki keadan umum dengan memberikan makanan yang baiak, memberi obat cacing seperti Alcopar, Tetrakrotilen dan lain-lain, mengatasi anemia, anemia yang berat dapat diatasi dengan Sulfas ferosus dosisnya 3 ×10 mg/hari. (Onggowayulo, 2001).

Cacing Cambuk (trichuris trichura) morfologi dan daur hidu manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang disebabkan trikurias. Cacing betina kira-kira 5cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4cm. Cacing dewasa ini hidup di kolon asenden dan sekum dengan bagian anteriornya seperti cambuk masuk kedalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10000 butir. Telur yang dibuahi dikeluarkan melalui hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan yang teduh. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dingding telur dan masuk kedalam melalui usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing menjadi turun kebagian distal masuk kedaerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan kira-kira 30-90 hari.(Onggowayulo, 2001).


(29)

Patologi dan gejala klinis kelainan patologi yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi karena kerusakan mekanisme dibagian mukosa usus dan respon alergi. Cacing ini tersebar diseluruh kolon dan rektum. Sering terjadi cacing yang ada di mukosa rektum menjadi prolaptus pada anak. Cacing ini menyebabkan pendarahan ditempat perlekatan dan dapat menimbulkan anemia pada anak, infeksi terjadi menahun dan berat. Gejala-gejal yang terjadi yaitu diare yang diselingi sindrom disentri, anemia prolapsus rektal dan berat badan turun. Pada infeksi yang beratterdapat keluhan nyeri didaerah abdomen dan epigastrium yang dapat disertai muntah-muntah, konstipasi, perut kembung dan ileus.(Nyastiyah, 2005).

Epidemiologi dan pencegahan frekuensi di Indonesia tinggi, terutaa di daerah pedesaan. Angka infeksi tertinggi ditemukan pada anak-anak. Faktor terpenting dalam penyebaran trikuriasis adalah kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur. Infeksi dapa dicegah dengan pengibatan, pembuatan MCK (mandi, cuci dan kakus) yamg sehat dan teratur, penyuluhan pendidikan tentang higienis dan sanitasi pada masyarakat. (Onggowayulo, 2001). Pengobatan saat ini telah banyak obat cacing baru yang beredar. Namun, obat ini kurang memuaskan jika dibandingkan dengan obat yang digunakan untuk askariasis dan nektoriasis. Obat yang biasa digunakan adalah Mebendazole, Pirantel pamoat, Oksante pamoat dan Lavamisol. (Onggowayulo, 2001).


(30)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kearangka Penelitian

Kerangka penelitian ini menggambarkan bagaimana perilaku Ibu yang memiliki anak usia SD yang dinilai dari pengetahuan,sikap dan tindakan dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak yang bermanfaat bagi kesehatan anak, dan dapat meningkatkan sumberdaya manusia yang cerdas dan sehat. Kategorinya dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu: baik, sedang dan buruk.

Skema 1. Kerangka konsep penelitian Perilaku Ibu yang Memeiliki Anak Usia SD dalam Mencegah Penyakit Kecacingan di Kelurahan Bnadar Selamat Kecamatan Medan Tembung .

Ibu yang memiliki anak SD

Perilaku Ibu:

- Pengetahuan - Sikap

- Tindakan

Baik Sedang Buruk


(31)

3.2. Defenisi Operasional Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Perilaku Hasil hubungan antara

perangsang dantanggapan ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak.

Kuesioner Peneliti memberikan kuesioner kepada ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung untuk mengisinya yaitu sebanyak 30 pertanyaan.

1. Nilai 10 nilai tertinggi dan 0 nilai

Skor jawaban responden Jika 1. 48-70 maka

perilakunya baik 2. 24-47 perilakunya sedang 3. 0-23 perilakunya buruk.


(32)

terendah untuk pengetahuan. 2. Nilai 30 nilai yang tertinggi dan 0 nilai terendah untuk sikap. 3. Nilai 30 nilai yang tertinggi dan 0 nilai terendah untuk

tindakan. Pengetahuan Sesuatu yang

diketahui ibu yang memiliki ana SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan

Kuesioner Peneliti memberikan kuesioner kepada ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat

Skor jawaban responden Jika 1. 8-10 maka pengetahuannya baik 2. 4-7 pengetahuannya sedang 3. 0-3 pengetahuannya


(33)

Tembung dalam mencegah penyakit

kecacingan pada anak.

Kecamatan Medan Tembung untuk mengisinya yaitu :

1. Nilainya 1 jika benar 2. Nilainya 0 jika

jawabannya salah kecuali pertanyaan no 9.1 jika menjawab salah dan 0 jika menjawab benar. Nilai paling tinggi adalah 10 dan nilai terendah


(34)

adalah 0

Sikap Repon atau

perasaan positif atau negatif ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak

Kuesioner Peneliti memberikan kuesioner kepada ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung untuk mengisinya yaitu:

1. Nilai 0 jika menjawab kurang setuju. 2. Nilai 1 jika menjawab kurang setuju. Skor jawaban responden 1. 21-30 maka sikapnya baik 2. 11-20 sikapnya sedang 3. 0-10 sikapnya buruk.


(35)

3. Nilai 2 jika menjawab setuju.

4. Nilai 3 jika menjawab sangat setuju. Nilai paling tinggi 30 dan nilai terendah 0.

Tindakan Tindakan

perbuatan yang nyata yang dilakukan secara langsung oleh ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat

Kuesioner Peneliti memberikan kuesioner kepada ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Skor jawaban responden 1. 21-30 maka tindakannya baik 2. 11-20 tindakannya sedang 3. 0-10 tindakannya buruk.


(36)

Kecamatan Medan Tembung dalam mencegah penyakit kecacingan anak.

Tembung untuk mengisinya yaitu:

1. Nilai 0 jika menjawab tidak pernah.

2. Nilai 1 jika menjawab kadang-kadang 3. Nilai 2 jika menjawab sering . 4. Nilai 3 jika menjawab terus menerus/selalu.


(37)

Bab 4

METODE PENELITIAN 4.1Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah Deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku ibu yang memiliki anak usia SD terhadap pencegahan penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memilik anak usia Sekolah Dasar (SD) bertempat tinggal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung sebanyak 866 data.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah diambil dengan cara Purposiv Sampling yaitu pengambilan sampel untuk tujuan tertentu dan sifat-sifatnya ditentukan sendiri oleh peneliti dengan kriteria sebagai berikut:

a. Ibu yang berumur 20-40 tahun.

b. Ibu yang pandai menulis dan membaca. c. Ibu yang bisa berbahasa indonesia. d. Ibu yang bersedia menjadi responden.

Menurut Nursalam (2003) bila populasi >100 maka besarnya sampel yang diambil adalah (20%-30% )dari jumlah populasi. Besarnya jumlah sampel pada penelitian ini adalah


(38)

sebanyak (20%)dari jumlah populasi yaitu sebanyak 173 sampel yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan tembung.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di 12 lingkungan Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

4.3.2 Waktu Penelitian

Waktu pada penelitian ini dilaksanakan bulan 25 Oktober-25 Nopember 2009.

4.4Pertimbangan Etik Penelitian

Peneliti ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan . Kemudian peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian dan menjelaskan kepada responden agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti. Responden yang tidak bersedia atau menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak responden. Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (koesioner) yang diisi oleh responden demi menjaga kerahasiaan data yang diberikan responden. Lembar prsetujuan hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasian informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2001).


(39)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk koesioner. instrumen terdiri dari beberapa bagian yaitu data demografi, perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) ibu dalam pencegahan penyakit kecacingan pada anak. Koesioner tentang data demografi responden meliputi: inisial nama, umur, jumlah anak yang SD, tingkat pendidikan, suku, pekerjan, penghasilan perbulan, serta penyuluhan / penjelasan tetang penyakit kecacingan dari petugas kesehatan yang diperoleh ibu. Koesioner perilaku adalah instrumen pengetahuan ibu tentang pencegahan penyakit kecacingan yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan benar salah. Responden yang menjawab benar diberi skor 1 dan menjawab salah diberi skor 0, untuk pertanyaan nomor sembilan untuk jawaban salah skor 1 dan untuk jawaban benar skor 0. Nilai yang terendah munkin dicapai 0 dan nilai yang tertinggi yang mungkin dicapai adalah 10. Berdasarkan rumus statistik P = Rentang : banyaknya kelas menurut sudjan (2002) dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (Nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 10 dan 3 kategori kelas untuk pengetahuan (pengetahuan baik, sedang dan buruk) didapatlah panjang kelas 4. Nilai terendah 0 sebagai batas kelas interval pertama, data pengetahuan tentang pencegahan penyakit kecacingan atas kelas interval sebagai berikut: nilai 0-3 = pengetahuan buruk, nilai 4-7 = pengetahuan sedang dan nilai 8-10 = pengetahuan baik.

Instrumen sikap ibu terhadap pencegahan penyakit kecacingan yang terdiri dari 10 pertanyaan positif dengan menggunakan skala liket, jika responden menjawab tidak setuju skor diberi 0, jika menjawab kurang setuju diberi skor 1, jika menjawab setuju diberi skor 2 dan jika menjawab sangat setuju diberi skor 3. Nilai yang terendah munkin dicapai 0 dan


(40)

nilai yang tertinggi yang mungkin dicapai adalah 30. Berdasarkan rumus statistik P = Rentang : Banyaknya kelas menurut sujanna (2002) dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (Nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 30 dan 3 kategori kelas untuk sikap (sikap baik, sedang dan buruk) didapatlah panjang kelas 10. nilai terendah 0 sebagai batas kelas interval pertama, data sikap tentang pencegahan penyakit kecacingan atas kelas interval sebagai berikut: Nilai 0-10 = sikap buruk, nilai 11-20 = sikap sedang dan nilai 21-30= sikap baik.

Instrumen tindakan ibu terhadap pencegahan penyakit kecacingan yang terdiri dari 10 pertanyaan positif dengan menggunakan skala liket, jika responden menjawab tidak pernah skor diberi 0, jika menjawab kadang-kadang diberi skor 1, jika menjawab sering diberi skor 2 dan jika menjawab terus menerus/ selalu diberi skor 3. Nilai yang terendah munkin dicapai 0 dan nilai yang tertinggi yang mungkin dicapai adalah 30. Berdasarkan rumus statistik P = Rentang : banyaknya kelas menurut sudjan (2002) dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (Nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 30 dan 3 kategori kelas untuk tindakan (tindakan baik, sedang dan buruk) didapatlah panjang kelas 10. Nilai terendah 0 sebagai batas kelas interval pertama, data tindakan tentang pencegahan penyakit kecacingan atas kelas interval sebagai berikut: Nilai 0-10 = tindakan buruk, nilai 11-20 = tindakan sedang dan nilai 21-30= tindakan baik.

Instrumen perilaku ibu terhadap pencegahan penyakit kecacingan yang terdiri dari 30 pertanyaan 10 dari pertanyaan pengetahuan, 10 dari sikap dan 10 dari tindakan jika jawaban benar pengetahuan skor 1 dan jika salah 0 dan untuk pertanyaan nomor 9 skor 1 untuk salah dan skor 0 untuk benar dan untuk sikap dan tindakan menggunakan pertanyaan


(41)

positif dengan skla liket nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 3. Sehingga nilai yang terendah munkin dicapai 0 dan nilai yang tertinggi yang mungkin dicapai adalah 70. Berdasarkan rumus statistik P = Rentang : banyaknya kelas menurut sudjan (2002) dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (Nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 70 dan 3 kategori kelas untuk sikap (perilaku baik, sedang dan buruk) didapatlah panjang kelas 23. Nilai terendah 0 sebagai batas kelas interval pertama, data perilaku ibu terhadap pencegahan penyakit kecacingan atas kelas interval sebagai beriku:,

0-23 = perilaku buruk 24-47 = perilaku sedang 21-30 = perilaku baik

4.6 Uji Validitas dan Reliabilita 4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus di ukur, mendapatkan data yang relevan dengan apa yang diukur (Dempsey & Dempsey, 2002). Pada penelitian ini untuk menguji validitas instrumen yaitu dengan melakukan uji kuesioner kepada bagian Depertemen komunitas keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkungan yang sama. Penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal karena


(42)

memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen kepada satu subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas dilakukan kepada 30 subjek sebelum mengumpulkan data yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai subjek studi. Uji reliabilitas dilakukan Dengan KR21 dan Cronbach alpha untuk instrumen perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) ibu dalam mencegahan penyakit kecacingan. Instrumen pengetahuan ibu dalam mencegahan penyakit kecacigan digunakan KR21 dilakukan dengan memberikan koesioner kepada 30 orang ibu yang memiliki anak usia SD di yaitu di Desa Pancing Medan Estate hasilnya reliabel 0,81. Instrumen sikap dan tindakan ibu dalam mencegah penyakit kecacingan uji besar reliabilitas instrumen dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS 15.0 untuk analisis cronbach alpha dimana alpha harus >0,7 agar dianggap riabel maka koesioner ini layak digunakan (polit, 1995). Diperoleh hasil 0,882 menurut Polit dan Hugler kuesioner dikatakn reliabeljika koefisien alpha 0,7 lebih dari 0,7.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan koesioner. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan cara :

a. Mengajukan permohonan izin kepada dekan fakultas keperawatan universitas sumatera utara.

b. Menyerahkan langsung permohonan izin yang diperoleh dari fakultas kepada Bapak Lurah Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

c. Setelah mendapat izin dari Bapak Lurah Bandar lalu dilakukan pengumpulan data langsung oleh peneliti.


(43)

d. Penelitian menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Kemudian menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan pelaksanaan penelitian ini.

e. Calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan atau menyetujuai secara tulisan.

f. Responden diberi lembaran koesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya bila ada pertanyaan yang kurang jelas.

g. Memeriksa kelengkapan data dan mengumpulkan data yang diperoleh untuk di analisa.

4.8Analisa Data

Data yang telah dikumpul oleh peneliti, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberaa tahap, yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian memberi kode (coding) untuk memudahkan tabulasi selajutnya memasukkan data (etry) ke dalam komputer dan di olah dengan bantuan SPSS. Katagori hasil variabel penelitian ini menggunakan rumus Sujanna(2002). P= rentang kelas/ banyaknya kelas. Pada variabel perilaku diperoleh nilai tertinggi adalah 70 dan nilai terendah 0 rentang kelas 70 dan kategori 3 maka p adalah 23 dan 23 adalah batas intervalnya pertama. Interval perilaku ibu dapat dikatagorikan sebagai berikut: perilaku baik 48-70, perilaku sedang 24-47 dan perilaku buruk = 0-23.


(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian

Peroses pengumpulan data yang dilakukan pada Tanggal 25 Oktober sampai 25 November 2009 diperoleh beberapa informasi tentang perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung .

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik resonden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak usia SD. Jumlah seluruh responden 173 orang. Karakteristik responden yang meliputi umur responden, jumlah anak responden, jenis kelamin anak responden, pendidikan responden, pekerjaan responden, agama responden, penghasilan responden dan responden yang mendapat penyuluhan, disajikan dalam bentuk tabel 5.1.

Tabel 5.1: Distribusi frekwensi dan persentase karakteristik responden tentang perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173).

Data demografi Frekuensi (n) Persentase(%) Usia

26-30 19 10,9 31-35 57 32,9 36-40 97 56 Jumlah anak usia SD

Satu anak 162 93 Dua anak 11 6,4 Jenis kelamin anak usia SD

Laki-laki 66 38,2 Perempuan 107 61,8


(45)

Lanjutan tabel 5.1 Pendidikan Tidak

SMA 92 53,2 SMP 55 31,8 SD 18 10,9 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 93 53,8 Wiraswasta 52 30,1 Petani 25 14,5 Agama

Islam 98 56,6 Kristen 47 27,2 Katolik 23 13,3 Suku

Mandailing 76 43,9 Jawa 70 40,5 Batak 25 14,5 Penghasilan/ bulan

Rp>1000.000 64 37,0 Rp >500.000 62 35,6 Rp 1.500.000-2000.000 45 26,0 Dapat penyuluhan kecacingan

Tidak 173 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berada di antara umur 36-40 tahun sebanyak 97 orang (56,09%), jumlah anak responden yang usia SD satu orang 162 orang (93,6%), jenis kelamin anak responden yang usia SD perempuan 107, orang (61,8%), pendidikan responden tamat SMA 92 orang (53,2%), responden yang pekerjaannya sebagia IRT 93 orang (53,8%), agama responden Islam 98 orang (56,6%), suku Mandailing 76 orang (43,9%), penghasilan Rp>1.000.000 64 (37,0) Dan semua responden tidak pernah mendapat penyuluhan tentang pencegahan penyakit kecacingan.


(46)

5.1.2 Pengetahuan ibu dalam mencegah penyakit kecacingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekwensi dan persentasi kategori tentang pengetahuan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173).

Kriteria Frekuensi (n) Persentase(%) Baik 142 82,1

Sedang 31 17,9 Buruk 0 0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahuai bahwa pengetahuan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung baik yaitu sebanyak 142 orang (82,1%).

5.1.4. Sikap ibu dalam mencegah penyakit kecacingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung dapat dilihat pada tabel 5.3


(47)

Tabel 5.3 Distribusi frekwensi dan persentasi kategori tentang pengetahuan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173).

Kriteria Frekuensi (n) Persentase(%) Baik 132 76,3 Sedang 35 20,2 Buruk 6 3,5

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahuai bahwa sikap responden ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung baik yaitu sebanyak 132 orang (76,2%).

5.1.2 Tindakan ibu dalam mencegah penyakit kecacingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi frekwensi dan persentasi kategori tentang tindakan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173).

Kriteria Frekuensi (n) Persentase(%) Baik 97 56,1

Sedang 69 39,9 Buruk 7 4,0


(48)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahuai bahwa tindakan responden ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung baik yaitu sebanyak 97 orang (56,1%).

5.1.5 Perilaku ibu tentang pencegahan penyakit kecacingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.4 Distribusi frekwensi dan persentasi kategori tentang pengetahuan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung November 2009 (n= 173).

Kriteria Frekuensi (n) Persentase(%) Baik 130 75,1

Sedang 43 24,9 Buruk 0 0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahuai bahwa sikap responden ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecacamatan Medan Tembung baik yaitu sebanyak 130 orang (75,1%).


(49)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan ibu dalam mencegah penyakit Kecacingan

Berdasarkan hasil penelitian ini telah diperoleh bahwa pengetahuan ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung adalah pengetahuan baik yaitu (82,1%). Hasil ini bertentangan dngan penelitian Subahar (2008) dimana (93,06%) tingkat pengetahuan rendah tentang pencegaha penyakit kecacingan. Pendidikan responden sebagian besar tamatan SMA (53,2%). Pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu didukukung oleh Herawani (2001) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, Pekerjaan responden sebagian besar (53,2%) adalah ibu rumah tangga. Hal ini mempermudah responden mendapat informasi dari media dan majalah. Semua responden tidak pernah mendapat penyuluhan dari petugas puskesmas tapi responden bisa mendapat informasi dari media dan majalah. Didukung oleh Notoatmojo (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang ialah internal meliputi pendidikan, persepsi, motivasi dan pengalaman dan eksternal meliputi lingkungan, informasi, sosial dan budaya. Didukung oleh Abdul Syair (2008) pendidikan seorang ibu yang tinggi memunkinkan ia akan cepat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya tentang ha-hal yang berhubungan dengan pencegahan penyakit kecacingan.

5.2.2. Sikap dalam mencegah penyakit Kecacingan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung bersikap baik dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak yaitu (76,3%). Tanggapan atau sikap yang baik dapat


(50)

dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki ibu tentang penyakit kecacingan didukung oleh Notoatmodjo (2003) sikap dan tindakan yang baik (positif) terhadap sesuatu objek baru akan muncul ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang objek tersebut. Menurut hasil penelitian Sekartini. R (2008) sikap yang baik (54,1%) terhadap pencegahan penyakit kecacingan dan pemberantasan penyakit kecacingan pada anak. Semua responden memiliki sumber informasi yang baik. Sumber informasi yang paling berkesan menurut responden adalah TV dan majalah.

5.2.3. Tindakan ibu dalam mencegah Penyakit Kecacingan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung baik (56.1%). Pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga (53,8%) hal ini mempermudah pengawasan terhadap anak dalam hal kebersihan terutama dalam hal pencegahan penyakit kecacingan,. Penghasilan responden kebanyakan Rp >1.000.000 (37,0) hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sekartini .R (2008) tindakan baik (56,6%) terhadap pencegahan penyakit kecacingan dan pemberantasan penyakit kecacingan yang kebanyakan pekerjaan responden ibu rumah tangga (77,1%), penghasilan ressponden diatas garis kemiskinan. Notoatmodjo (2003) sikap dan tindakan yang baik (positif) terhadap sesuatu objek baru akan muncul ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang objek tersebut. 5.2.4. Perilaku ibu dalam mencega penyakit kecacingan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung adalah berperilaku baik (75,1%), jenis kelamin anak usia SD (61,8%), hal ini sesuai Merid


(51)

(2007) mengatakan bahwa Menurut laporan pembangunan Bank Dunia, dinegara

berkembang diperkirakan diantara anak perempuan usia 5-14 tahun, penyakit kecacingan diperkirakan (12%) dan (11%) pada anak laki-laki, pendidikan responden kebanyaka SMA (53,2%), hal ini sesuai dengan pernyataan Andayani (1999) semakin tinggi status

pendidikan seseorang maka semakin baiklah ( positif) perilakuny. Pekerjaan responden kebanyakan ibu rumah tangga (53,8%), sesuai hasil penelitian Suci Seniarti (2005) perilaku baik (76,6%) terhadap pencegahan penyakit kecacingan dan pemberantasan penyakit kecacingan yang kebanyakan pekerjaan responden ibu rumah tangga (77,1%), penghasilan responden kebanyakan Rp> 1.000.000 (37,0%), responden tidak pernah mendapat

penyuluhan tentang penyakit kecacingan(100%) sesuai dengan hasil penelitian depdikbud (1997) menunjukkan bahwa (50%) responden mendapat informasi kesehatan melalui surat kabar bisa jadi hal yang sama juga perilaku ibu yang memiliki anak usia Sddalam


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai perilaku ibu yang memiliki anak usia SD dalam mencegah penyakit kecacingan pada anak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung sebagai berikut:

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini dikakukan pada 173 responden yang memiliki anak usia SD yang bertempat tinggal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung pada bulan November (2009), adapun metode yang digunakan adalah deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ibu yang memiliki anak usia SD di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung adalah perilaku baik (75,1%), yang dinilai dari tingkar pengetahuan responde yang baik (82,1%), sikap responden baik (76,3%) dan tindakan responde baik (56,1%). Karakteristik responden pendidikan kebanyakan tamat SMA (53,2%), pekerjaan responden kebanyakan (53,8%) dan bahwa semua responden tidak pernah mendapat informasi dari petugas kesehatan atau puskesmas tapi resonden mendapatkan informasi yang baik, dan informasi yang paling berkesan didapat dari televise, surat kabar yang dapat mendukung perilaku ibu yang memiliki anak usia SD yang bertempat tinggal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung menjadi perilaku yang baik.


(53)

6.2. Saran

6.2.1. Ibu atau masyarakat

Disarankan agar responden lebih meningkatkan kebersihan lingkungan, usaha-usaha yang harus dilakukan dalam mencegah terjadinya penularan penyakit kecacingan, dan penggunaan obat cacing dengan teratur.

6.2.2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya dilakukan dalam satu kelurahan, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah Sumatra Utara oleh karena itu peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian pada wilayah yang lebih luas.

6.2.3. Bagi puskesmas atau petugas kesehatan

Puskesmas sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan masyarakat perlu meningkatkan dan mengembangan peran perawat sebagai sumber informasi bagi responden, khususnya mengenai pencegahan penyakit cacingan


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. (1999). Prosedur penelitian suatu pendekatan peraktek. Jakarta: Rineka cipta.

Demsey & Demsey. (2002). Riset keperawatan. Jakarta: EGC

Budiarto E. (2001). Biostatistikauntuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC

Hurlock. H. (2002). Psikologi perkembangan. Jakarta: EGC

Mary E. M. (2005) Keperawatan ediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC

Ngastiyah. (2005). Perawatan anak saki. Edisi 2. Jakarta: EGC

Nelson. (1999). Ilmu keperawatan anak. (Volume 2) Edisi 15. Jakarta: EGC

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Edisi 2. Yogyakarta: Salemba medika

Onggowaluyo. (2001). Parasitologi medika I (Helmantologi). Jakarta: EGC

Polit, D.F & Hugler, B.P (1995). Nursing research principle and method fihftih. Edition philadelpphia : J.B Lippocott company.

Anwar S. (2002). Sikap manusia teori dan pengetahuan. Edisi 2. Yogyakarta: Pusta pelajar


(55)

Nursalam (2003). Menejemen Keperawatan (Aplikasi dalam praktik keperawatanProfesional). Jakarta: Salemba Medika.

Sudjana. (2002). Metode statistic. Bandung: Torsito

Sunaryo (2002). Psikologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC

Fortanish, K.M. (2000). Phychiatric Nursing Care Plans. Missouri: Mosby

Siegel S. (1997). Statistik nonparametrik. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: EGC

Rumuni, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:Rineka Cipta

Aziz, A. (2003). Riset keperawatan.Jakarta:Prenada

Dahlan, S. (2004). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Uji Hipotesa.Jakarta:PT,Arkans

Alemina S. ( 2007). Hubungan antara status-status social ekonomi dengan kejadian kecacingan.http://library.usu.ac.id.hubungan-setatus-sosial-ekonimi-penyakit-cacingan.

Rehulina dkk. (2005). Infeksi parasit cacingan. Diambil pada tanggal 25 mei 2009 dari http://www.pdpersi.co.id/infeksi/cacing.

Hidayat,P.dkk (2002). Pola hidup bersih atasi masalah kecacingan. Diambil pada tanggal 2 Pebruari dari http://komas.co.id./pola/hidup/penyakit/kecacingan.


(56)

Angka kecacingan. Diambil pada tanggal 24 Mei 2009 dari

Sudjanna, M.A.(2000). Metode Statistik (edisi enam). Bandung Tarsito

Subahar, R dkk. (1995). Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Diambil pada tanggal 4 juli 2010 dari http://www.tempo.co.id/medika/arsip/102002/art-1.htm

Prasetya, L. (.2007). Pengaruh program pemberantasan kecacingan terhadap perilaku orangtua murid SD. Diambil pada tanggal 3 juli 2010 dari http://www.pdfound.com/pdf/perilaku-keluarga-terhadap-usaha-pencegahan-penyakit-ispa.html

Sasongko A. (2009) pemberantasan cacingan di sekolah-sekolah dasa.r Diambil pada tanggal 3 juli 2010 dari

Astuti,D. (2002). Peran Pendidikan Kesehatan Terhadap Pencegahan Penyakit

Kecacingan. Diambil pada tanggal3Juli 2010


(57)

TAKSASI DANA

1. Dana Proposal RP 400.000

2. Perbaikan Proposal RP 30.000

3. Pengumpulan data RP 100.000

4. Pengolahan Data RP 100.000

5. Foto Copy RP 50.000

6. Menjilid RP 10.000

7. Prin Bahan RP 100.000

8. Biaya tak terduga RP 100.000


(58)

Curirculum Vitae

DATA PRIBADI

Nama : Siti Aminah Daulay Tempat/Tanggal Lahir : Parmainan, 10 Juli 1985

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Lintas Riu Desa Parmainan Kec. Hutaraja Tinggi Kab.Padang Lawas

Status : Belum menikah No Hp : 0813 7538 0669 RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1992-1998 : SD Negeri 1 Rotan Sogo 2. 1998-2001 : MTSN Darul Falah Sosa

3. 2001-2004 : MAN Mustafawiyah Purba Baru Madina 4. 2004-2007 : Diploma III Akper RS Haji Medan


(1)

6.2. Saran

6.2.1. Ibu atau masyarakat

Disarankan agar responden lebih meningkatkan kebersihan lingkungan, usaha-usaha

yang harus dilakukan dalam mencegah terjadinya penularan penyakit kecacingan,

dan penggunaan obat cacing dengan teratur.

6.2.2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya dilakukan dalam satu kelurahan, sehingga hasil penelitian ini

tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah Sumatra Utara oleh karena itu peneliti

menyarankan agar dilakukan penelitian pada wilayah yang lebih luas.

6.2.3. Bagi puskesmas atau petugas kesehatan

Puskesmas sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan masyarakat perlu

meningkatkan dan mengembangan peran perawat sebagai sumber informasi bagi


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. (1999). Prosedur penelitian suatu pendekatan peraktek. Jakarta: Rineka cipta.

Demsey & Demsey. (2002). Riset keperawatan. Jakarta: EGC

Budiarto E. (2001). Biostatistikauntuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC

Hurlock. H. (2002). Psikologi perkembangan. Jakarta: EGC

Mary E. M. (2005) Keperawatan ediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC

Ngastiyah. (2005). Perawatan anak saki. Edisi 2. Jakarta: EGC

Nelson. (1999). Ilmu keperawatan anak. (Volume 2) Edisi 15. Jakarta: EGC

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.Edisi 2. Yogyakarta: Salemba medika

Onggowaluyo. (2001). Parasitologi medika I (Helmantologi). Jakarta: EGC

Polit, D.F & Hugler, B.P (1995). Nursing research principle and method fihftih. Edition philadelpphia : J.B Lippocott company.

Anwar S. (2002). Sikap manusia teori dan pengetahuan. Edisi 2. Yogyakarta: Pusta pelajar


(3)

Nursalam (2003). Menejemen Keperawatan (Aplikasi dalam praktik keperawatanProfesional). Jakarta: Salemba Medika.

Sudjana. (2002). Metode statistic. Bandung: Torsito

Sunaryo (2002). Psikologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC

Fortanish, K.M. (2000). Phychiatric Nursing Care Plans. Missouri: Mosby

Siegel S. (1997). Statistik nonparametrik. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: EGC

Rumuni, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:Rineka Cipta

Aziz, A. (2003). Riset keperawatan.Jakarta:Prenada

Dahlan, S. (2004). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Uji Hipotesa.Jakarta:PT,Arkans

Alemina S. ( 2007). Hubungan antara status-status social ekonomi dengan kejadian kecacingan.http://library.usu.ac.id.hubungan-setatus-sosial-ekonimi-penyakit-cacingan.

Rehulina dkk. (2005). Infeksi parasit cacingan. Diambil pada tanggal 25 mei 2009 dari http://www.pdpersi.co.id/infeksi/cacing.

Hidayat,P.dkk (2002). Pola hidup bersih atasi masalah kecacingan. Diambil pada tanggal 2 Pebruari dari http://komas.co.id./pola/hidup/penyakit/kecacingan.


(4)

Angka kecacingan. Diambil pada tanggal 24 Mei 2009 dari

Sudjanna, M.A.(2000). Metode Statistik (edisi enam). Bandung Tarsito

Subahar, R dkk. (1995). Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Diambil pada tanggal 4 juli 2010 dari http://www.tempo.co.id/medika/arsip/102002/art-1.htm

Prasetya, L. (.2007). Pengaruh program pemberantasan kecacingan terhadap perilaku orangtua murid SD. Diambil pada tanggal 3 juli 2010 dari http://www.pdfound.com/pdf/perilaku-keluarga-terhadap-usaha-pencegahan-penyakit-ispa.html

Sasongko A. (2009) pemberantasan cacingan di sekolah-sekolah dasa.r Diambil pada tanggal 3 juli 2010 dari

Astuti,D. (2002). Peran Pendidikan Kesehatan Terhadap Pencegahan Penyakit

Kecacingan. Diambil pada tanggal3Juli 2010


(5)

TAKSASI DANA

1. Dana Proposal RP 400.000

2. Perbaikan Proposal RP 30.000

3. Pengumpulan data RP 100.000

4. Pengolahan Data RP 100.000

5. Foto Copy RP 50.000

6. Menjilid RP 10.000

7. Prin Bahan RP 100.000

8. Biaya tak terduga RP 100.000


(6)

Curirculum Vitae

DATA PRIBADI

Nama : Siti Aminah Daulay Tempat/Tanggal Lahir : Parmainan, 10 Juli 1985 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Lintas Riu Desa Parmainan Kec. Hutaraja Tinggi Kab.Padang Lawas

Status : Belum menikah No Hp : 0813 7538 0669

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1992-1998 : SD Negeri 1 Rotan Sogo 2. 1998-2001 : MTSN Darul Falah Sosa

3. 2001-2004 : MAN Mustafawiyah Purba Baru Madina 4. 2004-2007 : Diploma III Akper RS Haji Medan