❏ Tengku Thyrhaya Zein
Evidensialitas dalam Bahasa Melayu Serdang
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
Serdang yang termasuk anggota Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia MABMI.
2. ANCANGAN TEORETIS
2.1 Pengertian Evidensialitas
Evidensialitas dianggap sebagai satu epistemik modalitas yang mengandung penilaian atau
taksiran penutur mengenai bukti untuk mendukung ucapannya.
2
Bentuk evidensial dapat berupa afiks verbal, yaitu bentuk gramatikal evidensialitas.
Evidensialitas merupakan pembuktian sejauh mana kalimat-kalimat memiliki bukti proposisinya.
Melalui modalitas epistemik, penutur dapat memberi tanda dari sikap yang berbeda tentang
fakta dari sebuah anjuran. Evidensialitas menggambarkan kuat lemahnya tanggung jawab,
komitmen terhadap aktualitas pernyataan. Penggambaran faktualitas mencakup kata ‘banyak’
dan ‘kadang-kadang’.
Faktualitas terjadi selama penggambaran faktualitas atau tanggung jawab penutur serta
kesediaan penutur memberikan bukti atau fakta pada sebuah pernyataan. Dalam membuktikan
evidensialitas atau tidak, lawan bicara akan berasumsi bahwa pembicaraan bertujuan untuk
memperbaharui pengetahuan yang dimiliki oleh penutur. Pembuktian ini dapat dilihat dari sikap
penutur, komitmen penutur, tanggung jawab penutur untuk memberikan sebuah fakta atau
bukti.
Evidensialitas diungkapkan dengan unsur leksikal, frasa, dan kalimat yang memiliki kadar
kuat, sedang dan lemah. Evidensialitas menggambarkan cara seseorang yang merujuk
pada sumber informasi. Evidensialitas memperhitungkan bukti dan fakta yang
diungkapkan oleh penutur dan diasumsikan oleh lawan bicara. Ini merupakan kewajiban dan
komitmen penutur bahasa. Lawan bicara berasumsi bahwa penutur membuat perhitungan yang kuat
atau lemah terhadap fakta atau bukti yang tersirat dalam kalimat. Selain fakta, peran asumsi penutur
lainnya yang serupa dengan penutur mengestimasikan perhitungan dan pemutakiran
untuk memperbaharui keadaan lawan bicara.
Evidensialitas juga diartikan sebagai “repertoar peralatan bahasa untuk menyatakan
bermacam-ragam sikap terhadap pengetahuan”. Dengan demikian, seperti yang disebutkan
sebelumnya evidensialitas dianggap sebagai bagian modalitas epistemik. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa kalimat bahasa Inggris berikut.
3
1. It’s raining 2. It’s probably raining
3. Maybe it’s raining 4. It must be raining
5. It soundslookssmells like it’s raining 6. It’s sort of raining
7. Actually, it’s raining 8. Yeah, sure it’s raining
Evidensialitas terdiri dari evidensialitas quotatif
dan evidensialitas sensoris. Evidensial quotatif adalah sebuah tanda dari evidensial yang
bersumber dari pernyataan yang diutarakan oleh seseorang. Evidensial sensori adalah evidensial
yang menunjukkan bahwa bukti kebenaran ucapan penutur berasal dari pengalaman inderawi sendiri.
Evidensial sensoris terdiri atas evidensial visual, nonvisual
, dan auditoris. Evidensialitas visual
merupakan evidensial yang menunjukkan bahwa bukti kebenaran ucapan penutur didasarkan
atas penglihatan. Evidensialitas nonvisual merupakan jenis evidensial sensoris yang
menunjukkan bahwa bukti kebenaran ucapan penutur berasal dari perasaan bukan penglihatan.
Misalnya,
1 Aku merasa enak tinggal di desa.
pernyataan berdasarkan apa yang dirasakan 2 Semua orang berpikir bahwa Pilkada tahun
ini sukses pernyataan berdasarkan apa yang dipikirkan.
Evidensialitas auditoris merupakan jenis evidensial sensoris yang menunjukkan bahwa
bukti kebenaran ucapan penutur didasarkan atas pendengarannya.
Misalnya, 3 Saya mendengar pembicaraan antara paman
dan ayah mengenai penyakit asma Pak Rusli. 4 Aku mendengar seseorang sedang memainkan
gitar dari sebelah rumah, mungkin Pak Amat sudah pulang dari Jakarta.
Istilah evidensialitas merujuk pada atau dikodekan melalui pemarkah tata bahasa dalam
tindak tutur. Dalam sebagian bahasa, evidensialitas ditandai atau dikodekan melalui
gramatika bahasa, misalnya dikodekan dalam bentuk morfologi
4
Saeed 2000:132. Menurut Saeed 2000:131 evidensialitas
memungkinkan seorang penutur mengkomunikasikan sikapnya terhadap sumber
informasinya. Sumber-sumber informasi itu menurut Saeed bisa berupa penglihatan seperti
dalam kalimat: 5 Saya melihat perampokan di bank tadi pagi.
Selanjutnya, Saeed 2000:132 juga mengungkapkan bahwa evidensialitas dapat
berbeda dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam bahasa Inggris, misalnya, evidensialitas
direalisasikan dengan adverbia, misalnya, 6
Apparently, she was rich atau 7 I saw that she
was rich . Dalam bahasa-bahasa lain evidensialitas
❏ Tengku Thyrhaya Zein
Evidensialitas dalam Bahasa Melayu Serdang
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
dapat direalisasikan dalam morfologi seperti dalam bahasa-bahasa Amerika Selatan. Pada sebagian
bahasa, evidensialitas hanya terdapat di dalam kalimat pernyataan. Namun, pada bahasa Quechua,
evidensialitas bisa disampaikan dalam kalimat tanya Faller 2002. Hal ini bertujuan untuk
memberi konsep yang lebih luas terhadap evidensialitas sebagai dasar bertutur
Faller 2002 mengatakan bahwa bahasa Quechua mempunyai tiga jenis sumber informasi
yang di dalam gramatika bahasa dikodekan melalui tense
kala, aspect aspek, dan modality modalitas. Faller juga menyatakan bahwa di
dalam bahasa Quechua terdapat tiga pemarkah utama evidensialitas 2002:3 sebagai berikut.
8 Enciltics, -mi, -si, dan –cha
Para – sha – n – mi Rain – prog – 3 – mi
p = Proposisimakna = it’s raining EV = Evidensialitas = penutur melihat
bahwa p it’s raining
9 Para – sha – n – si Rain – prog – 3 – si
p = Proposisimakna = it’s raining EV = Evidensialitas = penutur diberitahu
bahwa p it’s raining 10 Enciltics, -mi, -si, dan –cha
Para – sha – n – chá Rain – prog – 3 – chá
p = Proposisimakna = it mightmust raining
EV = Evidensialitas = penutur P it’s raining
Pada contoh di atas, pemarkah evidensialitas mi pada 8 bermakna sumber
informasi penutur, diperoleh melalui penglihatannya secara langsung. Enklitik – si
dalam Para - sha – n – si pada 9 adalah pemarkah evidensialitas yang bermakna sumber
informasi penutur, diperoleh dari kutipan pernyataan orang lain, dengan kata lain informasi
tidak diperoleh dari pengalaman penutur secara langsung. Enklitik – cha dalam Para - sha – n –
chá pada 10 adalah pemarkah evidensialitas yang bersumber dari perkiraan si penutur peristiwa apa
yang akan terjadi
Dalam kajian lintas bahasa Cross- Linguistic Studies
terdapat tiga jenis sumber informasi yang dikodekan oleh evidensialitas.
Sumber pertama adalah Direct Access atau langsung dari persepsi penutur, sumber kedua ialah
Report from others atau laporan dari pihak lain
yang bersifat tidak langsung dan sumber yang terakhir adalah Reasoning atau
pemikiranpertimbangan yang sifatnya tidak langsung.
Sumber informasi yang diperoleh dari persepsi penutur secara langsung ini bisa
dijabarkan dalam jenis seperti visual atau penglihatan, auditory atau pendengaran, dan other
sensory perception atau tanggapan indera lainnya.
Sumber informasi berupa laporan dari pihak lain yang diperoleh secara tidak langsung dapat
dijabarkan dalam jenis informasi dari sumber kedua, informasi dari sumber ketiga, dan kabar
angin atau general hearsay. Sumber informasi yang berupa pemikiran atau pertimbangan yang
sifatnya tidak langsung dapat dijabarkan ke dalam jenis bukti nyata dan konstruksi mental atau
gagasan, misalnya, hipotesis.
Anderson 1986 dalam Faller 2002:5 menjelaskan bahwa archetypal evidentials atau
pola dasar evidensial memiliki beberapa kriteria: 1. Evidensialitas menunjukkan jenis pembenaran
terhadap pernyataan faktual yang diperoleh seseorang ketika membuat suatu pernyataan
2. Evidensialitas bukan predikasi verba + objek, tetapi suatu spesifikasi yang
ditambahkan dalam pernyataan aktual tentang sesuatu yang lain.
3. Evidensialitas mempunyai indikasi bukti sebagai makna utama, bukan sebagai inferensi
pragmatis 4. Secara morfologis, evidensialitas adalah
infleksi, klitik, dan unsur sintaksis bebas lainnya bukan bentuk jamak atau
derivasional
2.2 Jenis Evidensialitas Chafe 1986 dalam Saeed 2000:137