Ekoleksikal Tanaman Obat Bahasa Melayu Serdang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Bahasa Melayu Serdang (disingkat BMS) merupakan salah satu bahasa

dari dialek Melayu yang populasi penggunannya tersebar dari Kabupaten Deli
Serdang sampai dengan Kabupaten Serdang Bedagai di samping dialek Melayu
Deli, dialek Melayu Langkat, dan dialek Melayu Asahan.
Fakta menunjukkan bahwa BMS sudah mulai ditinggalkan penuturnya
(lihat Sinar, 2010:71). Perubahan lingkungan kebudayaan berjalan dengan cepat.
Akibatnya peradaban Masyarakat Melayu Serdang (disingkat MMS) terutama
dalam menghadapi derasnya terjangan arus budaya lalu lintas bangsa pada era
globalisasi, masyarakat dan lingkungan, pergeseran nilai, norma, dan kultur
masyarakat dewasa ini berdampak pada sikap dan prilaku penggunaan bahasa
masyarakat sehingga BMS tidak dikenal lagi terutama generasi muda.

Fenomena yang dapat diamati menjadi sebab istilah-istilah/leksikon
tentang lingkungan adalah perkembangan teknologi yang pesat, tercemarnya

lingkungan, pembakaran dan penebangan hutan, dan alih fungsi lahan pertanian
menjadi pemukiman warga secara besar-besaran, membawa dampak buruk
terhadap kebertahanan flora. Jika hal ini terus dibiarkan akan berdampak pada
perubahan bahasa, baik pergeseran maupun penyusutan, dan pada akhirnya akan
mengakibatkan hilangnya leksikon dari pemahaman komunitas penuturnya.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini didapat dari penelitian awal yang dilakukan. Salah satu masalah
tersebut misalnya semakin langkanya konteks penggunaan bahasa-bahasa etnik
dalam ranah kehidupan tradisional karena digusur oleh penggunaan bahasa
Indonesia dan bahasa asing dalam kegiatan sosial, budaya, dan teknologi yang
akan menyebabkan rendahnya frekuensi penggunaan, pudarnya konteks, dan
merosotnya mutu penggunaan serta hilangnya penggunaan bahasa etnik sebagai
bahasa ibu. Semakin banyaknya leksikon pasif (leksikon-leksikon tidak digunakan
lagi dalam konteks kalimat dan wacana) berarti juga tidak dipakai dalam konteks
sosial dalam wujud wacana.
MMS dahulu sangat memperhatikan lingkungan alam. Lingkungan sangat
dipelihara sehingga harus dijaga benar-benar oleh MMS. Hutan hanya boleh
dirambah jika sangat diperlukan sekali, misalnya untuk perladangan atau

pemanfaatan tanah. Selain itu tanaman juga dilestarikan untuk kehidupan MMS,
seperti sayur-sayuran yang mereka tanam untuk kebutuhan mereka sehari-hari
juga mereka gunakan untuk pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
dengan lingkungannya saling membutuhkan, melengkapi, dan juga saling
berkaitan.
Untuk menggambarkan keterkaitan antara bahasa dan lingkungan
diperlukan adanya kajian interdisipliner yang menyandingkan kajian ekologi
dengan linguistik, seperti yang diungkap oleh Mbete (2011:1). Ekologi
merupakan ilmu yang menggeluti hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan alam sekitarnya yang tentu saja bergayut dengan bahasa manusia itu.
Parameter

ekologi

adalah

kesalingterhubungan

(interrelationship),


lingkungan (environment), keberagaman (diversity), digunakan sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

berlaku dalam analisis wacana lingkungan, antropolinguistik pragmatik, semantik
kognitif, dan lainnya. Ketiga-tiga parameter ini akhirnya diaplikasikan secara
bersamaan dalam penelitian ekolinguistik dan saling melengkapi.
Fill dan Muhlhauser (2001:2) mengutarakan bahwa keberagaman
(diversity) perbendaharaan kosa kata sebuah bahasa memancarkan lingkungan
fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya tempat bahasa itu digunakan.
Parameter kesalingterhubungan antara linguistik dengan ekologi merupakan
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungan alam tersebut
dengan

ekologinya.

Manusia

berinterelasi,


berinteraksi,

bahkan

berinterdependensi dengan pelbagai entitas yang ada di lingkungan tertentu
(ecoregion). Jadi manusia tidak terlepas dengan lingkungan dan sangat
membutuhkan lingkungan (parameter lingkungan). Antara

manusia

dan

lingkungan memiliki hubungan ketergantungan yang sangat erat. Manusia dalam
hidupnya senantiasa berinteraksi dengan lingkungan di mana manusia itu berada.
Lingkungan hidup mencakup keadaan alam yang luas. Dalam lingkungan alamnya
manusia hidup dalam sebuah ekosistem yakni suatu unit atau satuan fungsional
dari makhluk-makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat
komponen abiotik pada umumnya merupakan faktor lingkungan yang
memengaruhi makhluk-makhluk hidup diantaranya: tanah, udara atau gas-gas
yang membentuk atmosfer, air, cahaya, suhu atau temperatur, sedangkan

komponen biotik diantaranya adalah: produsen, konsumen, dan pengurai.
Kehidupan manusia sangat tergantung pada keadaan tumbuh-tumbuhan, binatang,
dan lingkungan fisik yang ada disekitarnya.
Lingkungan dapat mengalami suatu perubahan

Universitas Sumatera Utara

dalam proses interaksi dengan hidup manusia. Perubahan lingkungan banyak
terjadi di daerah kota bila dibandingkan dengan daerah pelosok (pedesaan)
dimana penduduknya lebih sedikit dan terkesan primitif. Perubahan lingkungan
memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi pada
lingkungan

hidup

manusia

menyebabkan

adanya


gangguan

terhadap

keseimbangan karena berkurangnya fungsi dari sebagian komponen lingkungan.
Dengan campur tangan manusia dan faktor alami yang terjadi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan lingkungan. Dampak dari perubahannya belum tentu sama,
tetapi manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi,
memiliki budaya, pranata sosial dan pengetahuan serta teknologi yang makin
berkembang, maka manusia dimampukan untuk dapat menghadapi serta
mengatasinya. Perubahan lingkungan terhadap kehidupan manusia akan
membawa dampak bagi kehidupan manusia baik secara positif ataupun negatif.
Perubahan lingkungan berdampak positif berarti baik dan menguntungkan
bagi kehidupan manusia maupun lingkungan tersebut, serta berdampak negatif
berarti tidak baik dan tidak menguntungkan karena dapat mengurangi kemampuan
alam lingkungan hidupnya untuk menyokong kehidupannya maupun merugikan
manusia. Contoh dampak perubahan lingkungan yang positif: penebangan pohon
untuk dimanfaatkan kayunya dengan menanam kembali pohon untuk mengganti
yang telah ditebang; penerapan panca usaha tani untuk meningkatkan

produktivitas; serta penanaman kembali pohon karena kebakaran untuk daerah
resapan air dan mencegah erosi. Contoh dampak negatif perubahan lingkungan:
lahan menjadi gersang dan gundul karena bencana gunung meletus atau
penebangan hutan secara liar; terjadinya erosi karena penggundulan hutan; terjadi

Universitas Sumatera Utara

banjir di daerah pemukiman karena tidak ada saluran air dan daerah resapan air
yang dipengaruhi oleh pembangunan gedung baik perumahan, kantor, dan toko;
berkurangnya ekosistem yang hidup di air karena terjadi pencemaran di air; serta
penggunaan

pupuk

buatan

dan

pestisida


secara

terus-menerus

yang

mengakibatkan pencemaran dan lama-kelamaan dapat mengurangi kesuburan
tanah.
Pada awalnya MMS suka memakai atau menggunakan tanaman yang
berkhasiat sebagai pengganti obat. Mereka mengganggap tanaman obat lebih
berkhasiat daripada obat-obat yang berbahan dasar kimia, pengawet dan bahanbahan lain yang dapat membahayakan, seperti efek samping dari pemakaian obat.
Mereka suka menanam jenis-jenis tanaman obat di pekarangan rumahnya. MMS
mulanya lengkap dengan tanaman obatnya di rumah-rumah mereka, seperti: daun
sirih, daun pegaga, kacu, daun sikentut, bunga betik, serai wangi, daun kunyit,
halia, kemangi, bunga raya ,dsb.
MMS juga menganggap bahwa orang yang diserang sebuah penyakit dapat
diobati oleh keturunan raja-raja (gelar kebangsawanan). Apabila seseorang
menderita penyakit, misalnya penyakit kulit (bisul, gatal-gatal, kudisan dsb) atau
seseorang yang terkena gangguan jin, flu, batuk, dan sebagainya. mereka akan
mencari keturunan raja-raja, seperti tengku, raja, wan, datuk, orang kaya dan

entjik. Mereka biasanya mencari keturunan tengku karena gelar kebangsawanan
ini merupakan gelar bangsawan yang tertinggi dari pada gelar bangsawan yang
lainnya (Sinar, 2007:226). Biasanya tengku ini mengunyah sirih, pinang dan
kapur lalu disemburkan pada bagian yang terluka atau segelas air yang sudah
diberi doa oleh yang bergelar tengku ini diminumkan kepada anak yang terkena

Universitas Sumatera Utara

gangguan jin, anak yang sering menangis tanpa henti dan tidak tidur pada malam
hari, mereka menganggap bahwa anak ini telah melihat jin atau sesuatu yang
ghaib „keteguran‟, atau anak-anak yang menderita penyakit flu dan batuk atau
penyakit lainnya. Tradisi ini masih dilakukan sampai sekarang karena masih
memercayai hal itu. Kebanyakan mereka melakukan hal itu untuk mengobati
anak-anak.
Pepatah mengatakan:
Begitulah daulat raja kepada rakyatnya, cepahnya „air liur‟ saja bisa baik.
Kalimat di atas terdapat kata raja bermaksud keturunan raja atau
bangsawan seperti tengku.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan bahwa tanaman obat BMS sudah
banyak dilupakan MMS karena banyaknya sekarang jenis-jenis obat yang sudah

tersedia di apotek atau toko-toko obat yang dibeli atau langsung dipakai oleh
masyarakat Melayu. Mereka tidak perlu bersusah payah membuat ramuan obatan
seperti digiling, dijemur, dimasak, dsb.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan budaya, dari budaya tradisional ke
budaya modern berkembang dengan cepat. Hal ini juga berdampak pada
perubahan sikap dan prilaku masyarakat dalam bidang tanaman obat yang
berimplikasi pada kepunahan leksikon flora.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam leksikon flora tanaman obat
perlu mendapat penanganan yang serius, karena bukan saja berdampak pada
kepunahan leksikon tetapi juga berdampak pada lingkungan flora.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
dalam mengenai leksikon flora tanaman obat BMS. Oleh sebab itu peneliti
mengangkat judul “Ekoleksikal Tanaman Obat Melayu Serdang”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

ini

adalah:

1.

Bagaimanakah khazanah ekoleksikal tanaman obat BMS?

2.

Bagaimana relasi semantis yang terbentuk pada ekoleksikal tanaman obat
BMS?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:

1.

Mendeskripsikan khazanah ekoleksikal tanaman obat BMS?

2.

Mendeskripsikan relasi semantis yang terbentuk pada ekoleksikal tanaman
obat BMS?

1.4

Manfaat Penelitian ada dua yakni:

1.4.1

Manfaat Teoretis

1.

Memberikan dan memperdalam pengetahuan tentang kajian ekolinguistik.

2.

Temuan penelitian ini bermanfaat untuk memerkaya fakta ekolinguistik.

3.

Penelitian ini dijadikan sumber acuan bagi penelitian ekolinguistik
selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

4.

Penelitian ini bermanfaat kepada pengelola lingkungan untuk melestarikan
lingkungan tanaman obat.

1.4.2

Manfaat Praktis

1.

Penelitian ini memberikan pemahaman bahwa dengan mengonsumsi

tanaman

obat terhindar dari efek samping karena bersifat alami .

2.

Penelitian ini memberikan pemahaman bahwa mengonsumsi tanaman obat

ini

dapat menghemat keuangan.

3.

Dengan mengonsumsi tanaman obat diharapkan menyehatkan dari pada
mengkonsumsi obat-obatan yang dicampur dengan bahan kimia.

4.

Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap khazanah ekoleksikal

seperti kamus ekoleksikal BMS.
5.

Dengan adanya penelitian ini bermanfaat dapat melestarikan lingkungan,
untuk disampaikan kepada Pemda Kab. Deli Serdang dan Serdang

Bedagai.
6.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dicanangkan untuk

penanaman

1.4.3

kembali tanaman-tanaman obat yang sudah punah.

Definisi Istilah
Beberapa istilah pada penelitian ditinjau berdasarkan konsep ekolinguistik

adalah sebagai berikut:
(1)

Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa yang terdapat di Sumatera

Utara. (2)Bahasa Melayu Serdang merupakan salah satu bahasa dari dialek

Universitas Sumatera Utara

Melayu yang populasi penggunaannya tersebar dari Kabupaten Deli Serdang
sampai
(3)

dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Ekologi adalah ilmu tentang timbal balik antara makhluk hidup dan

kondisi alam sekitarnya (lingkungan) atau kajian saling ketergantungan dalam
suatu sistem.
(4)

Ekolinguistik adalah ilmu bahasa interdisipliner yang menyandingkan

ekologi dan linguistik. Jadi ekolinguistik adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara organisasi dengan lingkungannya dengan bahasa.
(5)

Leksikal adalah komponen bahasa yang memuat informasi tentang makna

dan pemakaian kata dalam bahasa atau satuan bentuk bahasa yang bermakna.
(6)

Parameter ekolinguistik adalah pendekatan ekolinguistik yang memandang
bahasa sebagai wadah yang secara fungsional merekam pengetahuan

manusia tentang lingkungan alam sekitarnya juga lingkungan sosial budaya
sebagai tanda adanya relasi dan interaksi mereka dengan alam.
(7)

Teori tiga dimensi praksis sosial merupakan teori yang diaplikasikan

dalam mengamati lingkungan dan isu-isu lingkungan untuk menjelaskan tentang
norma-norma bahasa lingkungan yang dipresentasikan dalam bentuk kerangka
teori.
(8)

Relasi semantis adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan

bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Dalam setiap bahasa, termasuk
bahasa Indonesia, sering ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi
semantis antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya.

Universitas Sumatera Utara

(9)

Tanaman obat merupakan salah satu ramuan paling utama produk-produk

obat

herbal atau bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni,
dan belum diolah.

Universitas Sumatera Utara