Rancangan Pemancar Pengaman Sepeda Motor Dengan Menggunakan Remote Kontrol Berbasis Mikrokontroler Secara Hadware

(1)

RANCANGAN PEMANCAR PENGAMAN SEPEDA MOTOR

DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE KONTROL

BERBASIS MIKROCONTROLER AT89C51

TUGAS AKHIR

MAIDA SIANTURI 082408016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERSETUJUAN

JUDUL : RANCANGAN PEMANCAR PENGAMAN

SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE KONTROL

BERBASIS MIKROKONTROLER SECARA HADWARE

KATEGORI : TUGAS AKHIR

NAMA : MAIDA SIANTURI

NIM : 082408016

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN : FISIKA

FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Diluluskan di : Medan, Juni 2011

Diketahui :

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing Ketua Program Studi D – III FIN

Dr. Susilawati, M.Si Dr. Bisman Perangin-angin, M.Eng,Sc NIP. 1972111 5200012 1001 NIP. 1956091 8198503 1002


(3)

PERNYATAAN

RANCANGAN PEMANCAR PENGAMAN SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE KONTROL BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

MAIDA SIANTURI 082408016


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat kasih dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhi ini.Tidak terlepas dari abntuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat materi dan sumbangan pikiran.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada Prof. Dr Sutarman, Msc selaku dekan FMIPA USU,Ibu Dr Susilawati ,M.si selaku ketua jurusan program studi fisika Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Bapak Dr Bisman Parangin-angin M.Eng.Sc selaku dosen pembingbing.Staff dan pegawai di Fakultas Matimatikan dan Ilmu pengetahuan alam khusnya program studi fisika instrumentasi.Kepada ayahanda J.Sianturi danMamaku tercinta E.nababan yang telah membesarkan aku sehingga bisa sampai saat ini,abangku Jannes Sianturi,Luat barisan Sianturi, Osner Sianturi,Adner Sianturi,Kakakku Jelita sianturi dan Adikku Berta sianturi yang telah banyak memberikan semangat dan bantuan secara moril maupun materi.Terimakasih juga buat teman-temanku kak octha istri bang tambun,bang tambun suami kak octha, kak july,Gini,Efni,Ilam sigendut,smua penghuni kos 24 dan penghuni kos 32 memberikan semangat kepada penulis,Tidak lupa juga terimakasih kepada Billsimon gultom yang membantu penulis n mengawani penulis mulai dari Pkl,Proyek,sampai Tugas akhir ini selesai.Terkhusus buat cian awak Herlimson simanjuntak yang selalu membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(5)

ABSTRAK

Alat Bantu kontrol kendaraan ini dapat digunakan mempermudah kerja manusia dalam pengaman dan menstater kendaraan dari jarak jauh. untuk mengendalikan kerja mikrokontroler sebagai pengotrol kendaraan bermotor roda dua. Mikrocontroler mengirimkan data logika dan clock port serial sebagai register melelui permancar ASK (Amplitudo Shift Keying). Byte data logika dan clock diterima oleh rangkaian penerima ASK (Amplitudo Shift Keying) ,rangkaian alarm dan start motor agar motor dapat dikontrol dengan remote kontron jarak jauh.

Adapun tujuan dan manfaat perancangan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara marancang system control kendaran bermotor dengan menggunakan AT89C51 dan seytem konrol kendaraan bermotor ini dapat digunakan menjamin keamanan sepeda motor serta pengemudi bisa lebih cepat mengetahui letak sepeda motornya diarea parkir yang luas.

Kata kunci: Mikrokontroler, Bahasa Assembler, Clock , Byte Data, Port Serial,Alarm


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGHARAGAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Perancangan ... 2

1.4 Manfaat Perancangan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan... 3

BAB II ... 5

DASAR TEORI ... 5

2.1 MIKROKONTROLER AT89C51 ... 5


(7)

2.1.2 Arsitektur Mikrokontroller AT 89C51 ... 6

2.1.3 Fungsi-fungsi kaki pada Mikrokontroler AT89C51 ... 8

2.1.4 Register Fungsi Khusus ... 11

2.1.5 Struktur Memori ... 13

Osilator ... 17

2.1.6 Central Processing Unit (CPU) ... 19

2.2 Penggunanaan Softwere 8051 IDE ... 19

2.3 Penggunaan Softwere Downloader ... 20

2.4. Mode-Mode Pengalamatan ... 20

2.4.1 Mode Pengalamatan Segera (immediate addressing mode)... 20

2.4.2. Mode Pengalamatan Langsung (direct addressing mode) ... 21

2.4.3 Mode Pengalamatan Tidak Langsung (indirect addressing mode). 21 2.4.4 Mode Pengalamatan Register (register addressing mode) ... 21

2.4.5 Mode Pengalamatan Berindeks ... 22

2.5 Bus-Bus Pada AT89C51 ... 22

2.6 Amplitudo Shift Keying (ASK) ... 23

2.6.1 Pemancar TLP434A ... 28

BAB III ... 32

RANCANGAN SISTEM ... 32


(8)

3.1.1. Blok Tombol ... 33

3.1.2. Blok Mikrokontroller I ... 33

3.1.3. Blok Pemancar ASK (amplitodo shift keying) ... 33

3.1.4. Blok Mikrokontroller II... 33

3.1.5 Blok Relay ... 33

3.1.6. Blok Alarm ... 33

3.1.7. Blok Tombol Reset ... 33

3.1.8. Blok Starter ... 34

3.2 Perancangan Skematik Rangkaian ... 34

3.2.1. Rangkaian Mikrokontroller AT89C51 ... 34

3.2.2. Rangkaian Pemancar ... 35

3.3. Pembuatan Layout Dan Pemasangan Komponen Ke PCB ... 40

3.3.1. Langkah – langkah pada pembuatan layout ... 40

3.3.2. Penyablonan dan penbuatan jalur... 43

3.4. Pengcompile Program ... 46

3.5. Pengisian Program Dari DT-HIQ Programmer... 47

3.6. Variabel Yang Diamati ... 50

BAB IV ... 51

HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN ... 51


(9)

Titik Pengukuran ... 51

Tabel 4.2. Titik Pengukuran pada Driver Relay ... 51

4.1.1 Analisa Pengujian Rangkaian Pemancar ASK ... 52

4.1.2 Analisa Pengujian Sistem Mikrokontroler AT89C51 ... 53

4.1.3 Analisa Pengujian Rangkaian Driver ... 54

4.1.4. Analisa Pengujian Rangkaian Tombol ... 56

4.2. Analisa Software ... 57

4.2.1. Analisa Software Pemancar ... 57

4.3 Gambar Hasil ... 60

4.3.1 Gambar bagian pemancar ... 60

BAB V ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram Block Mikrocontroler AT89C51………. 6

Gambar 2.2 Diagram Pin Mikrocontroler AT89C51………. 10

Gambar 2.3 89C51 Mengakses EPROM & RAM Eksternal………….. 16

Gambar 2.4 Pemakain Osilator Eksternal……… 18

Gambar 2.5 Pembangkit Sinyal Clock Internal……….. 19

Gambar 2.6 Sinyal ASK………. 23

Gambar 2.7 Modulasi ASK……… 23

Gambar 2.8 TLP4 34A……… 25

Gambar 2.9 Aplikasi TLP4 34A………. 26

Gambar 2.10 Block Diagram Pemancar……… 26

Gambar 2.11 Aplikasi RLP4 34A……….. 27

Gambar 2.12 Block Diagram Pemancar A……… 27

Gambar 3.1 Block Diagram Pemancar B………. 30

Gambar 3.2 Block diagram Penerima……… 30

Gambar 3.3 Mikrocontroler AT89C51………. 33

Gambar 3.4. TLP434A………. 33

Gambar 3.5. HT12E……….. 34

Gambar 3.6. Timing Diagram……….. 34

Gambar 3.7 Bentuk Gelombang Bit Data……….. 35

Gambar 3.8 Rangkain Modul Pemancar ASK………. 36


(11)

Gambar 3.10 FlowChart Sistem Pemancar………. 37

Gambar 3.11 Control Panel………. 39

Gambar 3.12 Lembar kerja………. 39

Gambar 3.13 Rangkaian Scematik………. 39

Gambar 3.14 Pengubahan dari scemati menjadi layout……….. 40

Gambar 3.15 Pengaturan warna tampilan……… 40

Gambar 3.16 Printah untuk cetak………. 40

Gambar 3.17 Layout finish……….. 41

Gambar 3.18 PCB Kosong………. 41

Gambar 3.19 Posisi kertas kelender menghadap papan PCB…………. 41

Gambar 3.20 Kertas kelender di tutup polos……….. 41

Gambar 3.21 Penggosokan pada PCB……….. 42

Gambar 3.22 Perendaman PCB……… 42

Gambar 3.23 Penguapan kertas klender pada PCB……… 42

Gambar 3.24 Hasil Pelarutan……… 43

Gambar 3.25 Pengeboran PCB………... 43

Gambar 3.26 Pemasangan komponen PCB………. 43

Gambar 3.27 Penyolderan kaki komponen……… 44

Gambar 3.28 Command promp user………. 44

Gambar 3.29 Hubungan DT-HIQ,PC,Catu daya ……….. 45

Gambar 3.30 Program sebelum masuk IC………. 46

Gambar 3.31 Program yang telah terisi ke IC……….. 46


(12)

Gambar 4.2 Titik Pengukuran Pada AT89C51………. 49

Gambar 4.3 Aliran Arus & Perubahan tegangan Reset Otomatis…….. 49

Gambar 4.4 Rangkaian Driver……… 50

Gambar 4.5 Pengujian Rangkaian Tombol……….. 52

Gambar 4.6 Tombol pada remote……… 58

Gambar 4.7 Pemancar dengan HT12E……….. 58

Gambar 4.8 IC AT89C51 Pada remote kontrol……… 58


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port 3……….. 8

Tabel 2.2 Struktur RAM 128 Byte………. 13

Tabel 2.3 Susunan Bank-bank Register……….. 14

Tabel 2.7 Data Sheat TLP4 34A ………. 26

Tabel 2.8 Data Sheat RLP34A……… 27

Tabel 4.1 Data Hasil Perancangan Pengujian Saat Power On Reset.. 50

Tabel 4.2 Titik Pengukuran Pada Driver Relay………. 50


(14)

ABSTRAK

Alat Bantu kontrol kendaraan ini dapat digunakan mempermudah kerja manusia dalam pengaman dan menstater kendaraan dari jarak jauh. untuk mengendalikan kerja mikrokontroler sebagai pengotrol kendaraan bermotor roda dua. Mikrocontroler mengirimkan data logika dan clock port serial sebagai register melelui permancar ASK (Amplitudo Shift Keying). Byte data logika dan clock diterima oleh rangkaian penerima ASK (Amplitudo Shift Keying) ,rangkaian alarm dan start motor agar motor dapat dikontrol dengan remote kontron jarak jauh.

Adapun tujuan dan manfaat perancangan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara marancang system control kendaran bermotor dengan menggunakan AT89C51 dan seytem konrol kendaraan bermotor ini dapat digunakan menjamin keamanan sepeda motor serta pengemudi bisa lebih cepat mengetahui letak sepeda motornya diarea parkir yang luas.

Kata kunci: Mikrokontroler, Bahasa Assembler, Clock , Byte Data, Port Serial,Alarm


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi membuat segala sesuatu yang dilakukan menjadi lebih mudah. Manusia selalu berusaha untuk menciptakan sesuatu yang dapat mempermudah aktivitasnya. Hal inilah yang mendorong perkembangan teknologi yang telah banyak menghasilkan alat sebagai piranti untuk mempermudah kegiatan manusia bahkan menggantikan peran manusia dalam suatu fungsi tertentu. Teknologi memegang peran penting di era modernisasi seperti pada saat ini, dimana teknologi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi saat ini telah menambah ke segala aspek kehidupan sehingga saat ini dimanjakan manusia oleh adanya alat-alat yang dapat memberikan kemudahan. Dengan tingginya angka kriminalitas khususnya pencurian yang terjadi saat ini.

Khususnya perkembangan teknologi dibidang elektronika dapat di manfaatkan untuk meringankan pekerjaan atau rutinitas manusia. Banyaknya masalah dan kesulitan pada keamanan berkendaraan roda dua khususnya untuk menjamin keamanan maupun mempermudah penggunaannya, misalnya sulitnya mengenali sepeda motor pada area parkir yang luas karena banyaknya jumlah sepeda motor yang terparkir. Karena selama ini pencarian pancarian kandaraan bermotor roda dua diarea parkir dilakukan dengan cara harus melapor penjaga parkir atau mengingat dimana pertama kali sepeda motor di parkirkan. Akan tetapi dengan cara ini akan menggunakan waktu yang cukup lama, oleh karena itu penulis berusaha merancang control kendaraan bermotor jarak jauh.


(16)

Satu hal yang juga sangat penting adalah keamanan dari system tersebut yaitu penguncian stop kontak. Tidak lengkap dan tidak aman jika sistem tersebut hanya secara manual saja. Akan lebih lengkap jika hanya orang-orang tertentu yang bisa mengoperasikan alat tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan kombinasi tombol yang ada pada remote kontrol, dan jika salah mengoperasikan maka harus dilakukan reset yang hanya diketahui orang yang memiliki akses.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang di atas, maka dalam laporan proyek ini dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang perlu diperhatikan sebagai berikut

1. Microcontroller AT89C51 dapat menghidupkan, dan mengunci sepeda motor dengan jarak jauh.

2. Mikrocontroler AT89C51 dapat digunakan sebagai pengendali kendaraan jarak jauh / pengamannan.

3. Untuk mengetahui keberadaan sepeda motor di area parker yang luas dan mempercepat menghidupkannya.

1.3 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari pada perancangan ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang system control kendaraan bermotor jarak jauh dengan menggunakan AT 89C51. 2. Untuk mengetahui prengkat lunak system control jarak jauh.


(17)

3. Untuk mengetahui apakah mikrocontroler AT 89C51 dapat digunakan untuk applikasi pada control jarak jauh.

1.4 Manfaat Perancangan

Dengan dilakukannya perancangan, maka manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. System control jarak jauh kendaraan bermotor ini dapat digunakan untuk menjaga keamanan sepeda motor.

2. Dengan mnggunakan control jarak jauh untuk kendaraan bermotor roda dua dapat menjadi danya tarik seseorang.

3. Untuk mengetahui keberadaan sepeda motor di area parkir yang luas dan mempercepat menghidupkannya.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar Tugas akhir ini lebih mengarah pada permasalahan dan membuat keteraturan dalam penyusunan dan penulisannya maka dibuat dalam beberapa bab, sebagai berikut:

BAB 1. PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah , hipotesis dan tujuan perancangan, manfaat perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB 2. DASAR TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori pendukung


(18)

itu antara lain tentang mikrokontroler AT 89C51 (hardware dan software), bahasa program yang digunakan, serta cara kerja dari rangkaian pemancar dan rangkaian penerima

BAB 3. RANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi rancangan perangkat keras maupun perangkat lunak.

BAB 4. PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

Bab ini berisi hasil pengujian perangkat keras maupun lunak disertai analisa pengujian.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan yang didapat setelah merakit proyek ini dan saran yang diberikan pada massa yang akan datang.


(19)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 MIKROKONTROLER AT89C51

2.1.1 Gambaran Umum

Mikrokontroler sebagai teknologi semi konduktor, kehadirannya sangat membantu perkembangan didunia elektronika. Arsitektur mikrocontroler banyak kandungan transistor yang terintegrasi, sehingga mendukung dibuatnya rangkaian elektronika yang lebih simpel tetapi dalam rangkaian sebenarnya dengan memakai transistor maka rangkaian ini sangat besar.

Mikrokontroler dapat diproduksi secara masal sehingga harganya menjadi lebih murah dibandingkan dengan mikroprosesor, Tetapi tetap memiliki kelebihan yang bisa diandalkan. Mikrokontroler memiliki perbandingan ROM dan RAM nya yang besar, artinya program control disimpan dalam ROM yang ukurannya relative lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan sementara, termasuk register-register yang digunakan dalam mikrokontroler yang bersangkutan.

Pengunaan utama dari mikrokontroler adalah untuk mengontrol operasi dari mesin. Strategi kendali untuk mengontrol mesin tertentu dimodelkan dalam program algoritma pengaturan yang ditulis dalam bahasa assembly. Program tersebut selanjutnya di translasi ke kode mesin digital dan disimpan selanjutnya di dalam media penyimpanan digital yang disebut ROM. Mikrokontroler adalah Central processing unit (CPU) yang disertai memori serta sarana Input/output dan dibuat dalam satu chip.


(20)

2.1.2 Arsitektur Mikrokontroller AT 89C51

Gambar.2.1. Diagram Blok Mikrokontroler AT89C51

Pada Gambar 2.1. terlihat bahwa terdapat 4 port untuk input output data, serta tersedia pula akumulator, register, RAM, stack pointer, Arithmetic Logic Unit (ALU), pengunci (latch) dan rangkaian osilasi yang membuat 89C51 dapat beroperasi hanya dengan 1 keping IC.


(21)

Mikrokontroler AT 89C51 merupakan produk ATMEL, memiliki fitur sebagai berikut:

1. Sebuah central processing unit 8 bit 2. Osilator Internal dan rangkaian pewaktu

3. 4 kbyte memori program yang dapat ditulis hingga 1000 kali 4. 128 Byte memori RAM internal

5. 32 jalur input-output (4 buah port parallel I/O) 6. 2 Timer/ counter 16 bit

7. 2 data pointer

8. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan 3 buah interupsi internal)

9. ISP (In system Programmable) Flash memori 4 Kbyte 10.Port serial full dupleks

11.Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmetika dan operasi logika 12.Kecepatan melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada

frekwensi12MHz.

Keluarga mikrokontroler adalah suatu alat elektronika yang paling populer saat ini. Keluarga ini diawali oleh Intel yang mengenalkan IC mikrokontroler type 8051 pada awal tahun 1980-an, 8051 termasuk sederhana dan harganya murah sehingga banyak digemari. Sampai kini sudah ada lebih dari 100 macam mikrokontroler turunan 8051, sehingga terbentuklah sebuah keluarga besar mikrokontroler dan disebut sebagai MCS51.


(22)

ICAT89C51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor,1 resistor dan 1 Xtal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 µF dan resistor 10 Kohm dipakai untuk rangkaian reset, dengan adanya rangakaian Reset ini AT89C51 otomatis di reset begitu rangkaian menerima catu daya. Xtal dengan frekwensi maksimum 24 Mhz dan 2 kapasitor 30 pico Farad dipakai untuk melengkapi rangkaian osilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

2.1.3 Fungsi-fungsi kaki pada Mikrokontroler AT89C51

IC 8051 mempunyai 40 kaki, dengan 32 kaki dipakai sebagai port-port multiguna, kaki sebagai sumber tegangan, kristal, dan kaki-kaki untuk kendali(pembacaan memori). Gambar 2.2. memperlihatkan diagram pin mikrokontroler AT89C51 Berikut adalah fungsi-fungsi kaki mikrokontroler 8051 standar.

1. P1.0-P1.7 (port 1)

Port 1 merupakan port 8 bit dua arah (input/output). Port satu bisa diakses per-bit.

2. Port 3 merupakan port 8 bit dua arah (input/output). Selain berfungsi sebagai port I/O, P3 juga mempunyai fungsi khusus seperti pada tabel 2.1.


(23)

Tabel 2.1. Fungsi khusus port 3

Port Fungsi khusus

P3.0 RXD (merupakan masukan untuk port serial) P3.1 TXD (merupakan output dari port serial)

P3.2 INT0 merupakan masukan untuk interupsi eksternal 0 P3.3 INT1, merupakan masukan untuk pulsa external 1 P3.4 T0 merupakan masukan untuk pulsa external timer 0 P3.5 T1 merupakan masukan untuk pulsa eksternal timer 1

P3.6 WR merupakan sinyal tulis (write strobe) untuk menulis data eksternal. Aktif rendah

P3.7 RD merupakan sinyal baca (Read strobe) untuk membaca data dari memori Eksternal. Aktif rendah.

3. Port2.0-Port2.7

Port 2 mempunyai lebar 8 bit dua arah atau input/output. Selain sebagai input dan output Port 2 memiliki fungsi khusus yaitu pada saat menjalankan program dari memori program eksternal atau pada saat mengakses memori data eksternal yang menggunakan perintah 16 bit. Atau alamat orde tinggi A8-A15.

4. Pin 32 sampai 39 (Port 0)

Port 0 merupakan Port keluaran/masukan (I/0). Sebagai Port keluaran,. Port 0 dapat digunakan sebagai masukan-masukan berimpedansi tinggi. Selain sebagai input output P0 memiliki fungsi khusus yaitu sebagai bus data (DO-D7) dan bus alamat orde rendah (A0-A7) yaitu pada saat pemakaian memori exsternal.


(24)

5. RST berfungsi sebagai mengembalikan kerja mikro ke awal program yang berada di ROM.

6. XTAL 1 dan XTAL 2

XTAL 1 merupakan keluaran dari rangkaian penguat osilator internal, sedangkan XTAL 2 merupakan masukan kepenguat osilator internal, sebuah kristal dan dua buah kapasitor yang dihubungkan ke pin ini sudah cukup untuk menyediakan sinyal detak (clock) untuk mikrokontroler. 7. VCC dan GND

VCC dan GND merupakan pin untuk tegangan DC. Mikrokontroler 8051 standar membutuhkan tegangan DC sebesar 5 Volt agar bisa bekerja dengan baik.

8. Pin 29 (PSEN)

PSEN (Program Store Enable) adalah pulsa pengaktif untuk membaca memori luar.


(25)

9. ALE/PROG

Berfungsi untuk demultiplexer pada saat Port 0 bekerja sebagai data bus (pengaksesan memori eksternal). Pada paruh pertama memory cycle, Pin ALE mengeluarkan sinyal latch yang menahan alamat ke eksternal register. Pada paruh kedua memory cycle, Port 0 digunakan sebagai data bus. Jadi fungsi utama dari ALE adalah untuk memberikan signal ke IC latch (bisa 74CT573) agar menahan/ menyimpan address dari port 0 yang akan menuju memori eksternal, dan selanjutnya port 0 akan mengeluarkan data melalui port 0 juga.

10.EA /VPP

EA (Eksternal Access) digunakan untuk memilih penggunaan memori. Jika EA high maka yang dipilih adalah memori internal, jika EA low atau dihubung ke GND maka yang dipilih atau memori yang dipakai adalah memori luar.

2.1.4 Register Fungsi Khusus a. Akumulator

ACC digunakan sebagai register utama dalam proses aritmatik dan penyimpanan data sementara. Dalam penulisan instruksi ACC ditulis A. ACC menempati alamat E0h. Register ini bisa diakses per byte maupun per bit.


(26)

b. Register B

Register B menempati alamat F0h. Register ini dipakai bersama-sama dengan Register A pada proses aritmatik (perkalian dan pembagian). Register B juga bisa diakses Per byte dan per bit.

c. PSW (Program Status Word)

Program Status Word atau PSW berisi bit-bit yang berkaitan dengan kondisi CPU. Status yang tersimpan dalam PSW meliputi : carry bit, auxiliary carry (untuk operasi BCD), dua bit pemilih bank register, overflow flag, parity, dan dua flag status yang bisa didefiniskan sendiri (user definable).

d. P0 - P3 (Register Port)

Register port merupakan SFR yang mengatur kerja port-port 8051(P0-P3). Register ini merupakan alamat Latch dari masing-masing port. Menulis atau membaca latch ini sama dengan menulis atau membaca latch yang bersangkutan sehingga data data bisa ditulis ke dan dibaca dari masing-masing port 8051.

Mov 80h,#45h Sama artinya dengan Mov P0,#45h

e. Data Pointer (DPTR) dan Stack Pointer (SP)

Data pointer (DPTR) adalah register 16 bit yang biasa dipakai untuk pengalamatan data 16 bit. Misalnya pada saat membaca atau menulis RAM eksternal (dengan perintah MOVX). DPTR menempati dua alamat dalam memori SFR 82h dan 83h. DPTR bisa diakses sebagai register 8 bit


(27)

dengan nama DPL (DPTR bit 0 - bit 7) dan DPH (DPTR bit 8-bit 15). DPTR tidak bisa diakses per bit.

Stack pointer merupakan register 8 bit, dipakai untuk menyimpan data sementara pada saat perintah push, pop dan call, ret. Misalnya suatu rutin yang memakai register A akan memanggil (call) subrutin yang juga memakai register A, maka agar data register A pada rutin pertama tidak dimodifikasi oleh subrutin yang dipanggil, data register A harus disimpan dulu di SP (dengan perintah push).

Setelah subrutin selesai dikerjakan, data register A yang tersimpan di SP di baca kembali (melalui perintah pop) dan disimpan di register A. Perintah call akan menyimpan isi PC (program counter) ke dalam SP dan mengambilnya kembali setelah instruksi ret. Pada saat reset SP memiliki alamat 07h, namun karena SP akan ditambahkan satu sebelum data disimpan melalui perintah push, tumpukan data yang disimpan akan dimulai pada alamat 08h. Alamat ini menempati memori internal 8051 SP tidak bisa dialamati per bit.

2.1.5 Struktur Memori

Mikrokontroler MCS-51 memiliki kendali yang berbeda untuk mengakses memori RAM atau memori data dan ROM atau memori program. Kendali untuk memori program adalah PSEN dan kendali untuk memori data adalah RD. Mikrokontroler MCS-51 memiliki lebar bus alamat 16 bit, sehingga memori dapat diakses sebesar 2×64 KB. Memori program internal dipakai jika Pin EA dihubungkan ke VCC. Sedangkan kalau EA dihubungkan ke GND maka memori


(28)

program akan diakses eksternal. Untuk memori data internal MCS-51 adalah sebesar 128 byte. Jika dipakai memori data Eksternal dapat diakses sebesar 64 KB.

2.1.5.1 Memori RAM

Pemakaian RAM harus diperhatikan agar tidak tumpang tindih dengan memori stack pointer (SP). Salah satu kesalahan mikrokontroler jika Pemakaian RAM tumpang tindih dengan SP adalah memori pada RAM internal akan hilang jika di reset. Tabel 2.2. memperlihatkan Struktur RAM 128 byte.Memori internal RAM 128 byte bisa dibagi menjadi 3 area:

Tabel 2.2. Struktur RAM 128 byte

30H-7FH 20H-2FH 00H-1FH

1. Bank-bank Register

Bank register dibagi menjadi 4 grup yaitu bank 0 sampai bank 3. masing masing bank menempati alamat sebesar 8 byte. Tabel 2.3. adalah susunan bank-bank register.

Area scratch pad 80 byte

Area yang bisa dialamati per Bit (16 byte)

Bank-bank register (32 Byte)


(29)

Tabel 2.3 Susunan bank-bank register Alamat Bank Register RS1,RS0

00-07 Bank 0 00

08-0F Bank 1 01

10-17 Bank 2 10

18-1F Bank 3 11

Masing-masing alamat dalam satu grup diberi nama R0-R7. Alamat R0-R7 ditentukan oleh Bank register yang aktif saat itu.

Semua alamat R0-R7 bisa di alamati dengan model pengalamatan langsung. R0 dan R1 juga bisa dialamati dengan model pengalamatan tak langsung. Pada model pengalamatan tak langsung R0 dan R1 menyimpan alamat RAM internal yang akan diakses.

2. Memori Yang Bisa Dialamati Per-Bit

Area ini menempati alamat 20H-2FH (16 Byte) sebagai byte dan 00H-07FH (128bit) sebagai alamat bit. Area memori ini berfungsi untuk menyimpan tipe data bolean atau 2 keadaan.

Ada 2 cara untuk mengakses memori ini.

- Cara mengakses sebagai byte bisa dilakukan dengan pengalamatan langsung, misal. Mov 20H, #20H. Akan menulis data 45 H ke alamat 20H.

- Pengaksesan secara bit dilakukan dengan mengakses alamat bit yang bersangkutan,misal.


(30)

Akan memindahkan alamat pada bit ke-13 ke bit C (carry). Alamat 13H adalah bit ke-3 dari alamat 22H. Bahasa assembler MCS-51 memiliki penulisan yang lain untuk mengakses bit ke-3 yaitu 22.3H,sehingga Mov C,22.3H

3. Area Memori Scratch Patch

Area memori ini yang disebut area scratch patch memory menempati alamat paling atas RAM internal sebesar 80 byte (alamat 30H-7FH). Area ini hanya bisa diakses sebagai byte dengan mode pengalamatan langsung dan tak langsung.

2.1.5.2 Memory ROM

ROM (read Only memory) isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan program, Begitu catu daya ada maka IC akan langsung reset dan akan menjalankan program-program yang ada pada ROM. Sesuai dengan penggunaanya ROM disebut sebagai memori program. Memori ROM hanya sebagai memori program dan tidak bisa di tulis ke ROM saat mikrokontroler sedang bekerja.

2.1.5.3 Antar Muka Memori Eksternal


(31)

Memori program (ROM) dan memori data (RAM) eksternal diakses dengan menggunakan P0 dan P2 sebagai bus data dan bus alamat. P0 akan menyediakan jalur data yang di-multipleks dengan jalur alamat orde rendah (A0-A7), dan P2 menyediakan jalur alamat orde tinggi (A8-A15). Konfigurasi pengaksesan memori eksternal ditunjukkkan pada gambar 2.2. (EFROM 64 KB dan RAM 32 KB). Konfigurasi ini memisahkan antara memori program(ROM) dengan Memori data (RAM).Kendali sinyal baca untuk ROM adalah PSEN sedangkan RAM mendapat sinyal baca dan sinyal tulis dari P3.7(RD) dan P3.6(WR), sementara EPROM tidak mendapat sinyal kendali tulis. Pin EA dihubungkan ke ground sehingga 8051 hanya akan melaksanakan perintah-perintah yang tersimpan di EPROM eksternal.

P0, selain dihubungkan ke jalur data EPROM dan RAM, juga dihubungkan dengan masukan latch agar alamat orde rendah (A0-A7) yang dikeluarkan oleh P0 bisa dipisahkan dari jalur data EPROM. Pada saat P0 mengeluarkan alamat yang valid, ALE akan memberikan pulsa sehingga sehingga IC latch akan menyimpan alamat ini dan memberikannya ke jalur Alamat EPROM dan RAM. Bersamaan dengan itu, P2 akan mengeluarkan alamat orde tinggi (A8-A15) yang secara langsung terhubung dengan jalur alamat EPROM dan RAM.

PSEN akan diaktifkan 2 kali setiap satu siklus mesin saat membaca program dari EPROM eksternal. Saat PSEN aktif (berlogika 0) EPROM akan mengeluarkan data yang diterjemahkan sebagai perintah yang harus dijalankan


(32)

oleh mikrokontroler. Pada saat mengakses RAM, PSEN berada pada logika tinggi.

Penulisan ke RAM dilakukan dengan mengaktifkan sinyal tulis (RD=1 dan WR=0), CPU akan mengirimkan data ke RAM setelah terlebih dahulu mengirimkan alamat RAM. Yang akan dituliskan. Sementara itu, pembacaan dilakukan dengan mengaktifkan sinyal baca (RD=0 dan WR=1), CPU akan memberikan alamat RAM yang akan dibaca, mengaktifkan sinyal baca dan membaca data RAM dari jalur data.

Osilator

Osilator berfungsi untuk menyediakan sinyal clock dan pewaktuan bagi semua perangkat internal 8051. Untuk menyediakan sinyal Clock digunakan dengan dua cara yaitu:

1. Dengan menggunakan pembangkit frekwensi eksternal seperti pada gambar 2.4.

Gambar.2.4. Pemakaian osilator eksternal

- Pin Xtal satu pada mikrokontroler 8051 dihubungkan ke keluaran pembangkit frekwensi eksternal.


(33)

- Pin Ground pada pembangkit frekwensi eksternal dihubungkan ke Ground pada mikrokontroler 8051.

2. Dengan menggunakan Kristal dan 2 kapasitor 30 pF dan 47 pF, Seperti pada gambar 2.5.

Hal yang paling mendasar dari osilator sebenarnya adalah untuk menentukan siklus mesin. Siklus mesin adalah waktu minimum yang diperlukan oleh mikrokontroler untuk menjalankan satu perintah. Siklus mesin ini akan menentukan kecepatan mikrokontroler (seberapa cepat mikrokontroler menjalankan suatu perintah). Satu siklus mesin mikrokontroler 8051 adalah 12 kali periode frekwensi osilator (dengan frekwensi 12 Mhz), maka satu siklus mesin adalah 1/12 dikali 12 Mhz.

Gambar 2.5 Pembangkit sinyal clock internal

Jadi kecepatan satu siklus mikrokontroler 8051 jika frekwensi pada XTAL1 12 Mhz adalah 1 Mhz atau 1 mikro detik. Berarti untuk melakukan satu perintah mikrokontroler 8051 hanya dalam satu mikro detik. Atau 1 juta perintah dalam satu detik.


(34)

2.1.6 Central Processing Unit (CPU)

CPU terdiri atas dua bagian, yaitu unit pengendali (control unit) serta unit aritmetika dan logika (ALU). Fungsi utama unit pengendali adalah mengambil, mengkode, dan melaksanakan urutan instruksi sebuah program yang tersimpan dalam memori.

Unit pengendali menghasilkan dan mengatur sinyal pengendali yang diperlukan untuk menyerempakkan operasi, aliran, dan instruksi program.Unit aritmetika dan logika berfungsi untuk melakukan proses perhitungan yang diperlukan selama program dijalankan serta mempertimbangkan suatu kondisi dan mengambil keputusan yang diperlukan untuk instruksi-instruksi berikutnya.

2.2 Penggunanaan Softwere 8051 IDE

Softwere 8051 IDE ini digunakan untuk menulis program dalam bahasa assembler. Setelah program assembler selesai ditulis kemudian di-save dan di assemble. Program di assemble dengan tujuan untuk mengecek kesalahan penulisan. Jika masih ada kesalahan penulisan, maka softwere 8051 memberi peringatan, sehingga program dapat diubah sampai tidak ada pesan peringatan lagi.

2.3 Penggunaan Softwere Downloader

Softwere downloader digunakan agar downloader dapat mendownload program assembler ke mikrokontroler AT89C51. Softwere dapat dijalankan jika


(35)

komputer terhubung dengan alat downloader beserta mikrokontroler yang digunakan.

Cara menggunakan softwere downloader adalah dengan meng-klik open file untuk mengambil program assembler dari hasil kompilasi, kemudian klik Auto programming untuk mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroler.

2.4. Mode-Mode Pengalamatan

Data atau operan bisa berada di tempat yang berbeda sehingga dikenal beberapa cara untuk mengakses data tersebut. Inilah yang dikenal sebagai mode pengalamatan. Beberapa mode pengalamatan yang dikenal antara lain:

2.4.1 Mode Pengalamatan Segera (immediate addressing mode)

Mode pengalamatan ini menggunakan konstanta. Data konstanta ini merupakan data yang menyatu dengan instruksi. Contoh instruksinya:

MOV A, #20 h

Instruksi tersebut diatas mempunyai arti bahwa data konstantanya, yaitu 20h perlu disalin ke akumulator. Tanda ‘#’ dipakai untuk menunjukan bahwa data berupa konstanta.

2.4.2. Mode Pengalamatan Langsung (direct addressing mode)

Cara ini dipakai untuk menunjuk data yang berada di suatu lokasi memori. Contoh instruksinya:

MOV A, 30h

Instruksi ini mempunyai arti agar data pada alamat 30h diambil dan dipindahkan ke akumulator. Bila diperhatikan, maka kita akan bisa lihat bahwa


(36)

instruksi diatas tidak menyertakan tanda ‘#’. Tanpa tanda ‘#’, maka data diartikan sebagai alamat memori.

2.4.3 Mode Pengalamatan Tidak Langsung (indirect addressing mode)

Mode pengalamatan ini dipakai untuk mengakses data yang alamatnya berada dalam suatu register. Contoh instruksi:

MOV A, @R0

Arti dari instruksi tersebut adalah data yang alamatnya berada di register

R0 disalin ke akumulator. Tanda “@” menyatakan bahwa alamat lokasi data

berada dalam suatu register. Jadi data tersebut sendiri tidak berada di R0. Yang berada di R0 adalah alamatnya.

2.4.4 Mode Pengalamatan Register (register addressing mode)

Mode pengalamatan ini dipakai untuk mengakses suatu data yang tersimpan dalam register. Contoh instruksi:

MOV A, R0

Arti dari instruksi diatas adalah bahwa data pada register R0 disalin ke akumulator. Jadi, berbeda dengan mode pengalamatan tidak langsung yang menjadikan register sebagai tempat penyimpanan alamat data, maka pada mode pengalamatan register ini, data disimpan langsung di register.

2.4.5 Mode Pengalamatan Berindeks

Mode pengalamatan ini dipakai untuk mengakses data yang tersimpan dalam memori program. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, memori program bisa menyimpan data yang bisa diakses hingga 64 Kb. Keuntungan dari


(37)

menyimpan data di memori program adalah karena memori program berupa ROM (non-volatile) sehingga data tersimpan terus

menerus. Contoh instruksi: MOVC, A, @A + DPTR

Arti instruksi diatas adalah data yang lokasinya disimpan di A+ DPTR dipindahkan ke akumulator. Perhatikan bahwa perintah yang digunakan adalah

MOVC, bukan MOV. MOVC menandakan bahwa data yang diakses berada di

memori program sedangkan MOV digunakan untuk mengakses memori data.

2.5 Bus-Bus Pada AT89C51

1. Bus Alamat

Bus alamat berfungsi sebagai lintasan saluran pengalamatan antara alat dengan sebuah computer. Pengalamatan ini harus ditentukan terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kesalahan pengiriman sebuah instruksi dan terjadinya bentrok antara dua buah alat yang bekerja secara bersamaan.

2. Bus Data

Bus data merupakan sejumlah lintasan saluran keluar-masuknya data dalam suatu mikrokontroler. Pada umumnya saluran data yang masuk sama dengan saluran data yang keluar.

3. Bus Kontrol

Bus control atau bus pengendali ini berfungsi untuk menyerempakkan operasi mikrokontroler dengan operasi luar.


(38)

Modulasi dapat diartikan dengan mengatur atau menyetel. Dalam bidang telekomunikasi, modulasi berarti mengatur suatu parameter dari suatu pembawa (carrier) berfrekuensi tinggi dengan pertolongan sinyal informasi yang berfrekuensi lebih rendah. Modulasi amplitudo juga berarti suatu bentuk modulasi dengan cara memvariasikan amplitudo sinyal pembawa secara proposional berdasarkan frekuensi sinyal masukan, dengan frekuensi sinyal pembawa tetap konstan. Tujuan utama dari proses modulasi adalah untuk mengefisiensikan dimensi antena, karena kebanyakan sinyal - sinyal informasi yang dikirimkan mempunyai orde kilohertz (kHz). Radiasi elektromagnetis yang efisien menggunakan dimensi antena yang besarnya sama dengan panjang gelombang (_) dari sinyal yang sedang dipancarkan. Hubungan antara frekuensi (f) dan panjang gelombang (_) adalah:

λ= c

f = ... (1)

Gelombang pembawa selalu berbentuk sinusoida, perubahan antara tegangan dan waktu dari gelombang dapat dinyatakan dengan Persamaan 2.2: sin( ) max

e = Ec w t +q c ... (2) Parameter - parameter yang dapat dimodulasi

adalah:

1. Ec maks untuk modulasi amplitudo (AM)

2. fc (atau _c=2_fc) untuk modulasi frekuensi (FM) 3. _ untuk modulasi fasa (PM)


(39)

Pada modulasi amplitudo, proses modulasi dilakukan dengan cara mengubah - ubah amplitudo gelombang pembawa sinusoidal. Sinyal yang memodulasi ditunjukkan oleh Persamaan 2.3 :

E

m= Em t m c sin

w

c max = ... (3)

Pada sebuah situasi, sinyal baseband yang ditransmisikan memiliki dua kemungkinan nilai informasi yaitu antara nol (0) dan satu (1). Karena kemungkinan nilai informasinya tersusun dari dua keadaan tersebut, maka selanjutnya sistem ini dikenal dengan ASK biner atau kadang lebih disukai dengan menyebutnya sebagai BASK yang merupakan singkatan dari binary amplitude shift keying. Bentuk sinyal termodulasi dalam hal ini dapat didekati dengan sebuah persamaan matematik:

v(t) = Vc/2 [1 + mvm(t)]cos(2_ct)... (4) dengan :

v(t) = sinyal termodulasi

Vc= amplitudo sinyal pembawa

vm = sinyal pemodulasi yang bernilai 1 atau 0 m = indek modulasi

Wc = 2μfc = frekuensi pembawa dalam nilai radian

Dihasilkan dua bentuk sinyal, dengan nilai vm(t) = 0 atau 1 untuk mengirimkan nilai informasi biner nol (0) atau satu (1). vm(t) bisa juga bernilai 1 atau –1, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai data bipolar ternormalisasi. Indek modulasi (m) dapat bernilai 0< m <


(40)

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.6 Bentuk gelombang ASK dengan indek modulasi (a) m = 0 (b) m = ½ (c) m = 1

Sistem binary ASK memiliki dua macam amplitudo yang mungkin membawa informasi, yaitu high untuk nilai informasi ‘1’ dan low untuk nilai informasi ‘0’. Hanya satu bit untuk setiap pengiriman sebuah simbol. Untuk meningkatkan laju bit, dapat dilakukan dengan cara mengirimkan lebih dari satu bit untuk setiap simbol yang akan dikirimkan, sehingga tidak perlu

memperbesar lebar pita pada sistem komunikasi yang digunakan. Karena tetap menggunakan teknik dasar ASK dan setiap simbol tersusun lebih dari satu bit,


(41)

teknik ini dikenal sebagai M - ary ASK. Dengan M menyatakan banyaknya kemungkinan amplitudo yang digunakan

untuk mewakili setiap informasi yang dikirimkan. Nilai M ini berkaitan dengan jumlah bit/simbol yang dikirimkan.

Suatu teknik mendapatkan bit digital untuk data yang menggunakan Amplitudo sebagai sinyal pembawanya. Dalam proses modulasi ini kemunculan frekuensi gelombang pembawa tergantung pada ada atau tidak adanya sinyal informasi digital.

Gambar 2.7: sinyal ASK


(42)

Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebenarnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya (modulated carrier) memiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1).Pada dasarnya dikenal 3 sistem modulasi digital yaitu: ASK, FSK, dan PSK.

Amplitude Shift Keying (ASK) adalah modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (misalnya 1 Volt) dan sinyal digital 0 sebagai sinyal digital dengan tegangan 0 Volt. Sinyal ini yang kemudian digunakan untuk menyala-mati-kan pemancar, kira-kira mirip sinyal morse. Mekanisme kerja :

Apabila sinyal data mempunyai perbedaan dengan sinyal pembawa maka bit digital adalah 1, dan apabila sinyal data sama dengan sinyal pembawa maka bit digital adalah 0.

Frequency Shift Keying (FSK) atau pengiriman sinyal digital melalui penggeseran frekuensi. Metode ini merupakan suatu bentuk modulasi yang memungkinkan gelombang modulasi menggeser frekuensi output gelombang pembawa. Pergeseran ini terjadi antara harga-harga yang telah ditentukan semula dengan gelombang output yang tidak mempunyai fase terputus-putus.

Phase Shift Keying (PSK) atau pengiriman sinyal digital melalui pergeseran fase. Metode ini merupakan suatu bentuk modulasi fase yang memungkinkan fungsi pemodulasi fase gelombang termodulasi di antara nilai-nilai diskrit yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses modulasi ini fase


(43)

dari frekuensi gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan status sinyal informasi digital. Sudut fase harus mempunyai acuan kepada pemancar dan penerima.

2.6.1 Pemancar TLP434A

Modul RF buatan LAIPAC ini sering sekali digunakan sebagai alat untuk komunikasi data secara wireless. Biasanya kedua modul ini dihubungkan dengan mikrokontroler atau peralatan digital yang lainnya. Input data adalah serial dengan level TTL (Transistor Transistor Logic).

Jarak pancar maksimum dari modul RF ini adalah 100 meter tanpa halangan dan 30 meter di dalam gedung. Ukuran ini dapat dipengaruhi oleh faktor antena, kebisingan, dan tegangan kerja dari pemancar. Panjang antena yang digunakan adalah 17 cm, dan terbuat dari kawat besi.

Pin 1: GND Pin 2: Data in Pin 3: Vcc

Pin 4: Antena (RF Output)

Frequency 315, 418 and 433.92 Mhz


(44)

Operation Voltage : 2- 12 Vdc

Gambar.2.9. TLP434

Tabel.2.7 Data seat TLP434A

s Parameter Contions Min Typ Max Uni

t Vcc Operating supply

voltage

2.0 - 12.0 V

Icc 1 Peak current(2v) - - 1.64 mA

Icc 2 Peak current - - 19.4 mA

Vh Input high voltage Idata= 100uA(high)

Vcc-0.5

Vcc Vcc+0.5 V VI Input low voltage Idata= 0

uA(low)

- - 0.3 V

F0 Apsolute Frekuwensi

315MhZ modul 314.8 315 315.2 MH z P0 RF Otput

power-50 ohm

Vcc = 9v-12v - 16 - dB

m

Vcc = 5v-6v - 14 - dB

m


(45)

Encoding

Gambar.2.10. Aplikasi TLP434A

Gambar 2,11. Blok diagram pemamcar

Tabel.2.8 data seat RPL434A

Simbol Parameter Conditions Min Typ Max Unit

Vcc Operating supply 3.3 5.0V 6.0 V


(46)

voltage

Itot Operating current - 4.5 mA

Vdata Data out Idata=+200uA Vcc-0.5

- Vcc V

Gambar.2.12.B Aplikasi RLP434A

Gambar.2.13. Blok diagram pemancar

Rangkai pemancar TPL434A dan rangkain penerima RLP434A ini bayak digunakan pada robot dan alat komkunikasi buatan manusia.


(47)

BAB III

RANCANGAN SISTEM

3.1 Perancangan Blok Diagram

Untuk mempermudah perancangan sistem digunakan diagram blok sebagai langkah awal pembuatan sistem. Diagram blok menggambarkan secara umum bagaimana cara kerja rangkaian secara keseluruhan. Dibawah ini dapat dilihat diagram blok sistem yang akan dirancang. Pada gambar 3.1 dan 3.2

antena

Gambar 3.1. Blok Diagram Pemancar

Antena

Gambar 3.2. Blok Diagram Penerima

Μikrokon

troller

I I RELAY

ALARM

STARTER

PENERIMA ASK

RELAY

TOMBOL RESET

PEMANCAR ASK Μikrokon

troller I


(48)

3.1.1. Blok Tombol

Blok ini merupakan Tombol untuk mengaktif atau menonaktifkan system keamanan dari sepeda motor.

Fungsi tombol ada tiga yaitu:

1. Tombol satu untuk menon aktifkan kinci kontak sepeda motor. 2. Tombol dua untuk menghidupkan stater.

3. Tombol tiga untuk menghidupkan alaram pada sepeda motor.

3.1.2. Blok Mikrokontroller I

Blok ini berfungsi sebagai pembaca dan memproses data input Tombol lalu mengirimkan inputan ke pemancar.

3.1.3. Blok Pemancar ASK (amplitodo shift keying)

Blok ini bertugas untuk memancarkan dan memproses data setiap terjadi penekanan tombol.

3.1.4. Blok Mikrokontroller II

Berfungsi sebagai pengontrol atau pengendali semua kerja rangkaian, dengan cara menerima data dari penerima lalu melakukan hidup matikan relay berupa alarm dan starter.

3.1.5 Blok Relay

Blok ini ada dua fungsi yaitu: untuk mendrive alarm dan menghubungkan kabel power battery menuju kunci kontak sepeda motor.

3.1.6. Blok Alarm

Blok ini berfungsi untuk membunyikan alarm saat ada orang yang menghidupkan kunci kontak tetapi system keamanan sedang aktif.


(49)

3.1.7. Blok Tombol Reset

Blok ini berfungsi untuk mematikan bunyi alarm dan mengembalikan ke sistem awal.

3.1.8. Blok Starter

Blok ini berfungsi untuk menghidup dan matikan kendaraan saat relay dalam kondisi aktif, blok ini juga akan menginformasikan ke mikrokontroller jika kendaraan sudah dimatikan.

3.2 Perancangan Skematik Rangkaian 3.2.1. Rangkaian Mikrokontroller AT89C51

Rangkaian mikrokontroller ini merupakan pusat pengolah data dan pusat pengendali data. Rangkaian ini tersusun atas osilator kristal 11,0592 MHz yang berfungsi untuk membangkitkan pulsa internal dan dua buah kapasitor sebesar 30 pF yang berfungsi untuk menstabilkan frekuensi, dan terdapat kapasitor 10 uF dan resistor 10 KΩ yang berfungsi untuk rangkaian reset. I/O yang digunakan pada rangkaian mikrokontroller ini terdiri dari 6 input dan 1 output yang terletak pada P3.1 atau pin Txd mikrokontroller AT89C51 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut ini.

X1 X2 RST P0.0 P0.1. P0.2. P0.3 P0.4 P0.5 P0.6 P0.7 39 38 37 36 35 34 33 32 P1.0 P1.1. P1.2. P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 1 2 3 4 5 6 7 8 P2.0 P2.1. P2.2. P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 21 22 23 24 25 26 27 28 INT1 INT0 13 12 T1 T0 15 14 Vcc 40 GND 20 19 18 11.592 30 pF 30 pF 10 K 10 µF

Reset P3.0 P3.1. P3.2. P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 11 12 13 14 15 16 17 10


(50)

3.2.2. Rangkaian Pemancar

Setelah data dikodekan oleh HT12E, data dikirim ke TLP434A melalui pin 2 dari TLP434A. Konfigurasi pin TLP434A ditunjukkan pada Gambar 3.4.

1 2 3 4

Pin 1 : pertanahan Pin 2 : masukan data Pin 3 : vcc

Pin 4 : antena

1 2 3 4

Gambar 3.4 TLP434A

Data yang dikirim HT12E ke TLP434A kemudian dimodulasi ASK dan dipancarkan dengan daya pancar 14 dBm atau 25,12 mW. Karena Vdd yang digunakan adalah 5 V, maka daya pancarnya adalah sekitar 25 mW.


(51)

Gambar 3.5 HT12E-18 DIP-A

Gambar 3.6 Blok Diagram HT12E

HT12E mengkodekan informasi yang berisi 8 bit alamat dan 4 bit data. Setiap alamat atau data masukan diatur dalam kondisi salah satu dari dua kondisi logika (0 atau 1). Pada saat TE aktif low maka encoder ini memulai dengan mentransmisikan sekumpulan 4 word secara berulang. Peredaran ini akan berulang terus selama TE terjaga pada kondisi low


(52)

Gambar 3.7 Timing diagram transmisi HT12E

Gambar 3.8 gelombang bit data/ Bentuk alamat HT12E

Gambar 3.8 menunjukkan bentuk gelombang bit alamat atau data dengan tiap kondisi “1” atau “0” memiliki periode gelombang 3 kali dari periode fosc. Status bit alamat atau data dapat diatur high atau low. Jika TE aktif low enkoder akan memindai dan kemudian mentransmisikan keadaan dari 12 bit dari bit alamat dan data secara serial. Pada saat pengiriman informasi, bit-bit ini ditransmisikan dengan didahului bit untuk sinkronisasi. Jika Te aktif high maka HT12E berada pada kondisi standby dengan mengkonsumsi arus kurang dari 1 μA untuk supply sebesar 5 V. HT12E merupakan enkoder yang merupakan seri CMOS LSIs untuk sistem kendali jarak jauh. HT12E dapat mengkodekan informasi yang berisi N jumlah bit alamat dan 12-N bit data. Dalam Tugas Akhir ini digunakan 8 bit sebagai bit alamat dan 4 bit sebagai bit data. Setiap bit alamat atau data masukan dapat diatur dalam kondisi salah satu dari dua kondisi logika. Pada saat TE aktif


(53)

low, maka enkoder ini memulai dengan mentransmisikan sekumpulan 4 word secara berulang. Peredaran ini akan berulang terus selama TE terjaga pada kondisi low. Pada saat TE high, enkoder melengkapi kumpulan terakhirnya dan berhenti. Rangkaian ini bekerja bila pada input komponen HT12E diberikan data 4 bit. Serta dengan memberikan logika 0 pada input TE (kaki di HT12E).bisa dilihat pada gambar 3.8.dan gambar 3.9.

Gambar 3.9. Rangkaian Modul Pemancar ASK

Pada modul ini diberikan komponen dip switch pada HT12E berfungsi sebagai address. Sedangkan data di letakkan pada pin D0 hingga D3.


(54)

Gambar.3.10. Skema Rangkain bagian pemancar.

Rangkaian modul pemancar ASK ini sama beroperasinya dengan rangkaian penerima ASK yaitu pada frekuensi 315, 418 dan 433,92 Mhz.


(55)

Gambar 3.11. FlowChart Sistem Pemancar

START

Check Tombol 1

Kirim Data 1 Jika Ditekan

?

Y

N

Kirim Data 2 Jika Ditekan

?

Y

N

Kirim Data 3 Jika Ditekan

?

Y Check Tombol 2

Check Tombol 3

Stop

Baca Data ASK Antena

N Y


(56)

3.3. Pembuatan Layout Dan Pemasangan Komponen Ke PCB 3.3.1. Langkah – langkah pada pembuatan layout

Untuk mempermudah perencanaan PCB maka penulis membuat keseluruhan system ini pada papan PCB. Dalam PCB yang digunakan adalah PCB single layer. Papan PCB tersebut terdiri dari:

1. Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler

Perancangan PCB ini dilakukan dengan membuat tata letak komponen sesuai dengan unsur estetika dan pertimbangan fungsi- fungsi komponen. Dalam pembuatan jalur PCB ini menggunakan Eagle . Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalur PCB, antara lain:

a. Menghindari pembelokan yang tajam pada jalur. b. Membuat jalur yang sependek mungkin.

c. Menghindari terjadinya hubungan singkat. d. Mengusahakan jumper seminim mungkin. 2. Merancang PCB dengan software EAGLE 5.60

Untuk merancang PCB pada tugas akhir ini penulis menggunakan software EAGLE 5.60 adapun langkah langkah dalam melakukannya yaitu dengan cara sebagai berikut:

a. Langkah pertama untuk mejalankan software adalah dengan membuka menu eagle dari menu start atau langsung pada shortcut layer dengan mengklik kiri dua kali, hingga muncul gambar seperti dibawah ini: Pilih file kemudian schematic


(57)

Gambar 3.12. control panel eagle 5.60

b. Setelah muncul lembar kerja, untuk memilih komponen yang akan dipakai pada rangkaian pilih symbol berikut:

Gambar 3.13. lembar kerja eagle 5.60 a. Secematik rangkaian minimalis mikrokontroller


(58)

b.Proses konversi scematik menjadi layout

Gambar 3.15. pengubahan dari schematic menjadi layout c. Menentukan display atau tampilan layer

Gambar 3.16. perngaturan warna tampilan

d. Kemudian memprint layout yang sudah selesai dari menu file


(59)

Gambar 3.18. layout finish

3.3.2. Penyablonan dan penbuatan jalur

1. Menyediakan papan PCB kosong

Gambar 3.19. Gambar PCB kosong 2. Penyablonan ke PCB


(60)

Gambar 3.21. Kertas kalender ditutup dengan kertas polos

Gambar 3.22. Penggosokan pada PCB 3. Penyucian PCB

Gambar 3.23. Prendaman PCB


(61)

Gambar 3.25. Hasil setelah selesai pelarutan 4. Pengeboran PCB

Gambar 3.26. Pengeboran papan PCB 5. Pemasangan komponen pada PCB

Gambar 3.27. Pemasangan komponen pada PCB 6. Penyolderan Kaki Komponen

Setelah pembuatan PCB selesai, langkah selanjutnya adalah pemasaagan komponen pada PCB, sebelum komponen dipasang pada PCB hendaknya komponen yang digunakan diuji dan diukur terlebih dahulu dengan tujuan komponen tersebut layak pakai. Pemasangan atau penyolderan komponen


(62)

ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan kondisi komponen antara lain:

a. Waktu dan lamanya penyolderan jangan terlalu lama untuk menghindari rusaknya komponen.

b. Menggunakan pengamanan untuk komponen tertentu yang sensitif terhadap panas seperti soket IC, bertujuan untuk mempermudah penggantian IC bila mengalami kerusakan.

Gambar 3.28. Penyolderan kaki komponen

3.4. Pengcompile Program

Langkah – langkah pengcompile program :

1. Membuat program pada notepad dengan nama file AT89C51.

2. Menyimpan program dengan ekstensi (*.asm) ke dalam folder ASM51.

3. Mengetik nama file yang akan dicompiler pada command promp.user yang sudah tersimpan pada folder ASM 51 yang terdapat pada gambar 3.29 dan setelah itu klik Enter maka maka file akan menjadi file hex.


(63)

Gambar 3.29. Command promp.user

3.5. Pengisian Program Dari DT-HIQ Programmer

Langkah – langkah untuk pengisian program dari DT-HIQ ke dalam IC AT89C51 :

1. Menghubungkan DT-HIQ programmer dengan computer dan catudaya yang terdapat pada gambar 3.30.

2. Masukkan IC AT89C51 ke dalam soket ZIF pada DT-HIQ programmer.

3. Ambil kode dengan perintah “ Load File”. Dan buka file AT89C51. 4. Deteksi IC AT 89C51 dengan perintah “MCS-51 Device Detect”. 5. Memprogram IC AT89C51 dengan perintah “Auto”. Untuk

melakukan perintah “Auto”, klik tombol Auto programming.

6. Proses pemrograman akan ditampilkan pada status bar. Saat pemrograman sudah selesai, maka akan tampil tulisan “Verify


(64)

Gambar 3.30 Hubungan antara DT-HiQ programmer, PC, dan CatuDaya Pada saat pengisian program ke IC AT89C51 maka kita membuka DT-HIQ Programmer maka maka mengambil perintah load file dan membuka file HEX yang terdapat pada gambar 3.31

Gambar 3.31. Program sebelum masuk ke IC

Setelah program masuk ke IC AT89C51 maka tampilan pada DT-HIQ programmer terdapat pada gambar 3.26..


(65)

7. Fungsi Toolbar

Load File : Membuka file Intel HEX atau file biner dan memasukann ke dalam File buffer.

Save File : Menyimpan isi Read Buffer ke dalam file Intel

HEX atau file biner.

Blank Check : Memeriksa apakah IC target kosong.

Erase : Menghapus IC target.

Read Code : Membaca memori program Ic target dan memasukkannya ke dalam memori Read buffer.

Write Code : Menulis kode yang tersimpan dalam file buffer ke dalam memori program IC target.

Verify Code : Membandingkan isi file buffer dan memori

program IC target.

Auto

Programming: Menjalankan serangkaian instruksi. Memori program

IC target akan dihapus, diperiksa kekosongannya, ditulis, dan diverifikasi.


(66)

MCS-51

Device Detect : Mendeteksi secara otomatis jenis IC target MCS-51.

AVR

Device Detect : Mendeteksi sacara otomatis jenis IC target AVR.

3.6. Variabel Yang Diamati

1. Pembuatan Hardware. 2. Pembuatan Software.


(67)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN

4.1 Hasil Perancangan

Tabel 4.1 Data Hasil Perancangn Pengujian Saat Power On Reset

Titik Pengukuran

Power on

TP1 H → L

TP2 H ↔ L

TP3 L

Tabel 4.2. Titik Pengukuran pada Driver Relay

Kondisi TP4 TP5 TP6

Sirene Hidup 1 (4,9V) 1 (4,9V) 0 (0,3mV) Sirene Mati 0 (0,32V) 0 (0,4V) 1 (4,95V)

Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian Rangkaian Tombol Kondisi tombol Vin (P3.7 & P3.5)

Ditekan 0,3 V

Tidak ditekan 4,9V

Pengujian dilakukan setelah pekerjaan assembling selesai. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengukuran.. Sebelum melakukan pengukuran, kita harus menyiapkan terlebih dahulu alat-alat yang mendukung didalam melakukan


(68)

pengukuran. Adapun peralatan-peralatan yang mendukung didalam pengukuran tersebut adalah logik probe.

4.1.1 Analisa Pengujian Rangkaian Pemancar ASK

Gambar. 4.1. Rangkaian Pemancar ASK

Pada rangkaian Pemancar ASK terdiri atas komponen HT12E dan pemancar TLP434A. Proses pengiriman data dilakukan dengan cara memasukkan data pada D0 hingga D3, lalu dengan memberi pulsa 1 ke pin TE maka data akan terkirim secara serial ke modul ASK. Pemasangan DIP Switch 8 bit adalah berfungsi sebagai address bit yang datanya harus sama dengan DIP Switch yang dipasang pada rangkaian penerima ASK agar data yang dikirim akan dapat diterima oleh rangkaian penerima.

Untuk pengukuran pada kaki D0 hingga kaki D3, akan bergantung data

yang dikirimkan oleh mikrokontroller, saat diberikan logika 1 maka akan terukur tegangan sebesar 4,9V sedangkan jika diberi logika 0 akan terukur tegangan 0,4 V


(69)

4.1.2 Analisa Pengujian Sistem Mikrokontroler AT89C51

Bagian ini merupakan pemroses keseluruhan dari sistem ini. Rutin yang dikerjakan ditulis dalam bahasa assembling yang selanjutnya didownload pada memori internal yang tersedia.

Mikrokontroler ini buatan ATMEL yang kompatibel dengan keluargan MCS-51, di dalamnya terdapat 4 Kbyte of In-System Reprogrammable Flash Memory, dengan 32 jalur I/O. 128 Bytes RAM. Pada rangkaian ini semua port dipakai (P0, P1, P2, P3) sebagai input dan output. Rangkaian eksternal sebagai pembangkit frekuensi yang dipakai sesuai karakteristiknya yaitu pada C2, C3 dan

XTAL sedangkan untuk rangkaian reset dipergunakan komponen C1 dan R1.

Dalam pengujian didapat hasil pengukuran seperti tabel 4.1 :

X1 X2 RST P0.0 P0.1. P0.2. P0.3 P0.4 P0.5 P0.6 P0.7 39 38 37 36 35 34 33 32 P1.0 P1.1. P1.2. P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 1 2 3 4 5 6 7 8 P2.0 P2.1. P2.2. P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 21 22 23 24 25 26 27 28 INT1 INT0 13 12 T1 T0 15 14 Vcc 40 GND 20 19 18 11.592 30 pF 30 pF 10 K 10

µ

F

Reset P3.0 P3.1. P3.2. P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 11 12 13 14 15 16 17 10 TP1 TP3 TP2


(70)

Vcc

RST

R1

Vcc

RST

R1

C1 Arus dari kaki Vcc

mengalir ke kaki RST

(a) (b)

Gambar 4.3. Aliran Arus dan Perubahan Tegangan pada Reset Otomatis Pada saat sumber daya diaktifkan, maka kapasitor C1 sesuai dengan sifat

kapasitor akan terhubung singkat pada saat itu sehingga rangkaian ekivalennya tampak pada gambar 4.4a. Arus mengalir dari VCC langsung ke kaki RST sehingga kaki tersebut berlogika 1.

Kemudian kapasitor terisi hingga tegangan pada kapasitor (Vc) yaitu tegangan antara Vcc dan titik antara kapasitor C1 dan resistor R1 mencapai Vcc,

otomatis tegangan pada R1 atau tegangan RST akan berlogika 0 (gambar 4.3b) dan

proses reset selesai.

4.1.3 Analisa Pengujian Rangkaian Driver


(71)

Jika mikrokontroler mengirimkan perintah berupa logika 1 untuk mengaktifkan 4N25, maka optocoupler akan aktif dikarenakan infra merah akan ON (akan menyinari photo transistor) sehingga kolektor dan emitor dari photo transistor akan bersambung dan akan mengakibatkan arus dari Vcc akan mengalir melalui kolektor menujur emitor dari photo transistor hingga akan masuk ke kaki basis dari Transistor BC547 dan mengakibatkan Transistor BC547 akan ON atau aktif sebagai saklar. Sebelumnya data dari Ground akan mengalir ke basis dari transistor BC547 yang mengakibatkan transistor Cut Off.

Saat Transistor BC547 ON maka arus dari Ground akan mengalir dari emitor menuju kolektor dari Transistor BC547, dengan demikian arus dari Ground tersebut akan mengaktifkan relay dan mengakibatkan posisi relay menjadi ke Normaly Open (NO). Jika Transistor dalam keadaan CUT Off (data pada base berlogika 0) maka relay pada posisi normally close. Pada saat relay aktif pada kondisi normally open, maka relay bertindak sebagai saklar dan mengalirkan tegangan 12V terhadap beban Sirene ataupun menghubungkan ke sistem pengapian.

Dalam hal perhitungan besarnya tegangan dan arus yang masuk ke dalam 4N25 dapat kita lihat pada datasheet 4N25. Dimana arus input forwardnya adalah sebesar 10 mA, sedangkan tegangan input forwardnya adalah sebesar 1.50 V atau sebesar 1500 mV.

Jika dilihat pada datasheet transistor BC547, maka transistor BC 547 merupakan transistor NPN yang memiliki karakteristik hFE =110 dan VCE =0.6V serta


(72)

mA

IC =100 , dimana IC merupakan sumber besar arus yang masuk kedalam relay,

sehingga besarnya arus yang masuk kedalam base transistor BC547 adalah:

B FE C h xI

I = FE C B h I I = mA mA mA

IB 0.9090 1

110 100 ± = = =

Sedangkan nilai dari IE adalah:

IE = IB + IC = 101 mA

Setiap relay yang digunakan pada perancangan alat ini mampu mengendalikan beban hingga 2A. Adapun hasil pengukuran yang di dapat pada titik pengukuran di atas adalah sebagai berikut:

Pada pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan logic probe, saat sirene on, maka pada TP4 berlogika 1, pada TP5 akan berlogika 1 juga sedangkan pada TP6 akan berlogika 0 atau tegangan mendekati 0V. Pada saat sirener off, maka pada TP4 akan berlogika 0, pada TP5 akan berlogika 0, sedangkan pada TP3 akan berlogika 1.

4.1.4. Analisa Pengujian Rangkaian Tombol

Pengujian rangkaian tombol starter on dan tombol reset bertujuan untuk mengetahui bahwa rangkaian tombol dapat menghidupkan kendaraan ataupun mematikan kendaraan/alarm.


(73)

Gambar 4.5. Pengujian Rangkaian Tombol

Dari hasil pengujian diperoleh bahwa ketika tombol tidak ditekan tegangan keluaran yang terukur sebesar 4,9V dan ketika ditekan tegangan keluarannya 0,3V. Hasil pengujian ini sesuai dengan yang diinginkan pada perancangan karena sesuai dengan prinsip kerja dari tombol pull-up yaitu ketika tombol ditekan menghasilkan logika rendah dan ketika tidak ditekan menghasilkan logika tinggi.

4.2. Analisa Software

4.2.1. Analisa Software Pemancar

Pada proses pembuatan program selalu diawali dengan penempatan awal dari program, hal ini dilakukan dengan pemberian alamat awal 0000h seperti pada perintah dibawah ini :

org 0000h

Kemudian pada rutin start, pertama-tama program akan melakukan pengecekan terhadap tombol-tombol yang sebelumnya masing-masing telah

dihubungkan ke masing-masing pin dari IC mikrokontroler 89C51 yaitu port P1. Selanjutnya program akan membandingkan isi dari port P1 dengan data 00000110b, jika sama maka program akan lompat ke rutin data1, namun jika tidak


(74)

sama maka program akan membandingkan dengan data 00000101b, jika sama maka program akan lompat ke rutin data2, namun jika tidak sama maka program akan membandingkan dengan data 00000011b, jika sama maka program akan lompat ke rutin data3, namun jika tidak sama maka program akan lompat kembali ke start.

start: mov a,p1

check1: cjne a,#00000110b,check2 jmp data1

check2: cjne a,#00000101b,check3 jmp data2

check3: cjne a,#00000011b,start jmp data3

Pada rutin data1 pertama-tama program akan memasukkan data 11101110b ke port P0, diikuti dengan lompat ke rutin delay lalu kemudian pada pin p0.4 diberi logika 1 dan diikuti dengan lompat ke rutin start.

data1: mov p0,#11101110b call delay

setb p0.4 jmp start

Pada rutin data2 pertama-tama program akan memasukkan data 11101101b ke port P0, diikutin dengan lompat ke rutin delay lalu kemudian pada pin p0.4 diberi logika 1 dan diikuti dengan lompat ke rutin start.


(75)

data2: mov p0,#11101101b call delay

setb p0.4 jmp start

Pada rutin data3 pertama-tama program akan memasukkan data 11101100b ke port P0, diikutin dengan lompat ke rutin delay lalu kemudian pada pin p0.4 diberi logika 1 dan diikuti dengan lompat ke rutin start.

data3: mov p0,#11101100b call delay

setb p0.4 jmp start

Subroutine delay berisikan proses penundaan waktu yang dilakukan pada saat setiap beep akan di hidupkan. Lamanya waktu tunda yang diberikan bergantung dari nilai r1, r2 dan r3, apabila nilai tersebut dinaikkan maka akan menyebabkan penundaan waktu yang lebih lama. Demikian sebaliknya jika nilai r1, r2,dan r3 dikurangi/dikecilkan maka akan mengakibatkan penundaan waktu yang lebih cepat.

delay: mov r3,#01h del2: mov r1,#0f0h del1: mov r2,#0f0h djnz r2,$ djnz r1,del1 djnz r3,del2


(76)

ret

Pada akhir dari program akan selalu diakhiri dengan perintah end. End

4.3 Gambar Hasil

4.3.1 Gambar bagian pemancar

Gambar.4.6 Tombol pada remote Gambar.4.7 Pemancar dengan HT12E


(77)

Gambar 4.9 Tampilan remote control


(78)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam pembuatan alat ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :

1. Mikrokontroler mengirimkan data serial ke rangkaian penerima ASK, dengan menggunakan clock maka data serial tersebut diubah menjadi data parallel. Dengan adanya data parallel tersebut dapat menghidupkan alaram dan stater pada kendaraan sesuai dengan yang diinginkan.

2. Dari hasil penelitian,terlihat bahwa data yg diterima RLP434A dari pengiriman TLP434A hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa RLP434A dapat menerima data dan TLP434A dapat mengirim data sesuai yang diinginkan.

5.2 SARAN

1. Agar dilakukan peningkatan alat ini sehingga bisa dikemas sekecil mumngkin, agar pemakaian atau pemasangan dikendaran roda dua tidak terlalu rumit.

2. Penulis mengharapkan agar teman-teman mahasiswa khususnya prodi fisika instrumentasi dapat melakukan penelitian lanjutan untuk penggunaan rangkaian mikrokontroler.


(79)

DAFTAR PUSTAKA

Usman. 1991.Teknik Antar Muka +Pemograman Mikrocontroler AT689S52. Jakarta. Penerbit: Andi

Tim Lab Mikroprosesor Elektronika BLPT Surabaya. 2006. Pemograman Mikrocontroler AT89S51 Dengan C/C++M dan Assembler. Surabaya. Penerbit : Andi

Suhata,ST. 2005. VB Sebagai Pusat Kendali peralatan Elektronika. Jakarta. Penerbit : PT Alex media komputindo

http:

http:// www.ASK.blogspot.com


(1)

sama maka program akan membandingkan dengan data 00000101b, jika sama maka program akan lompat ke rutin data2, namun jika tidak sama maka program akan membandingkan dengan data 00000011b, jika sama maka program akan lompat ke rutin data3, namun jika tidak sama maka program akan lompat kembali ke start.

start: mov a,p1

check1: cjne a,#00000110b,check2 jmp data1

check2: cjne a,#00000101b,check3 jmp data2

check3: cjne a,#00000011b,start jmp data3

Pada rutin data1 pertama-tama program akan memasukkan data 11101110b ke port P0, diikuti dengan lompat ke rutin delay lalu kemudian pada pin p0.4 diberi logika 1 dan diikuti dengan lompat ke rutin start.

data1: mov p0,#11101110b call delay

setb p0.4 jmp start

Pada rutin data2 pertama-tama program akan memasukkan data 11101101b ke port P0, diikutin dengan lompat ke rutin delay lalu kemudian pada pin p0.4 diberi logika 1 dan diikuti dengan lompat ke rutin start.


(2)

data2: mov p0,#11101101b call delay

setb p0.4 jmp start

Pada rutin data3 pertama-tama program akan memasukkan data 11101100b ke port P0, diikutin dengan lompat ke rutin delay lalu kemudian pada pin p0.4 diberi logika 1 dan diikuti dengan lompat ke rutin start.

data3: mov p0,#11101100b call delay

setb p0.4 jmp start

Subroutine delay berisikan proses penundaan waktu yang dilakukan pada saat setiap beep akan di hidupkan. Lamanya waktu tunda yang diberikan bergantung dari nilai r1, r2 dan r3, apabila nilai tersebut dinaikkan maka akan menyebabkan penundaan waktu yang lebih lama. Demikian sebaliknya jika nilai r1, r2,dan r3 dikurangi/dikecilkan maka akan mengakibatkan penundaan waktu yang lebih cepat.

delay: mov r3,#01h del2: mov r1,#0f0h del1: mov r2,#0f0h djnz r2,$ djnz r1,del1 djnz r3,del2


(3)

ret

Pada akhir dari program akan selalu diakhiri dengan perintah end. End

4.3 Gambar Hasil

4.3.1 Gambar bagian pemancar

Gambar.4.6 Tombol pada remote Gambar.4.7 Pemancar dengan HT12E


(4)

Gambar 4.9 Tampilan remote control


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam pembuatan alat ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :

1. Mikrokontroler mengirimkan data serial ke rangkaian penerima ASK, dengan menggunakan clock maka data serial tersebut diubah menjadi data parallel. Dengan adanya data parallel tersebut dapat menghidupkan alaram dan stater pada kendaraan sesuai dengan yang diinginkan.

2. Dari hasil penelitian,terlihat bahwa data yg diterima RLP434A dari pengiriman TLP434A hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa RLP434A dapat menerima data dan TLP434A dapat mengirim data sesuai yang diinginkan.

5.2 SARAN

1. Agar dilakukan peningkatan alat ini sehingga bisa dikemas sekecil mumngkin, agar pemakaian atau pemasangan dikendaran roda dua tidak terlalu rumit.

2. Penulis mengharapkan agar teman-teman mahasiswa khususnya prodi fisika instrumentasi dapat melakukan penelitian lanjutan untuk penggunaan rangkaian mikrokontroler.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Usman. 1991.Teknik Antar Muka +Pemograman Mikrocontroler AT689S52. Jakarta. Penerbit: Andi

Tim Lab Mikroprosesor Elektronika BLPT Surabaya. 2006. Pemograman Mikrocontroler AT89S51 Dengan C/C++M dan Assembler. Surabaya. Penerbit : Andi

Suhata,ST. 2005. VB Sebagai Pusat Kendali peralatan Elektronika. Jakarta. Penerbit : PT Alex media komputindo

http:

http:// www.ASK.blogspot.com