Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

DONI PRANCISKUS SINAGA NIM. 041000319

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DONI PRANCISKUS SINAGA NIM. 041000319

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif di Sumatera Utara 52 %. Sampai saat ini belum ada catatan mengenai cakupan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan.

Penelitian bertujuan untuk menganalisa faktor - faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada balita di Kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki balita di Kelurahan Padang bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan 106, dipilih secara purvosive dengan proporsi balita terbanyak terdapat di lingkungan I, II, III, IV, dan V. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan Ibu balita memakai kuesioner tertutup sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan Padang Bulan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi – square.

Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 35-39 tahun 45%, pendidikan ibu terbanyak SLTA 54,7%, Ibu yang tidak bekerja (IRT) 51,9%, dan paritas terbanyak skundipara 51,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 5 (lima) variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor umur ibu yang tidak berisiko ( p=0,008), ibu yang tidak bekerja ( p=0,002), adanya dukungan keluarga ( p=0,015), jarak persalinan jarang ( p=0,00), dan sumber informasi ASI eksklusif dari petugas kesehatan (p=0,001).

Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang bulan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.


(4)

ABSTRACT

The prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at low level. Based on data of District of Health North Sumatera Province in 2005 the achievement of Exclusive Breastfeeding is 52%, even data of Exclusive Breastfeeding in Padang Bulan not collected. There are some factors that influence of Exclusive Breastfeeding.

The purpose of this research to analyze associated factors of Exclusive Breastfeeding at Padang Bulan. This research was an analytical cross sectional design. The population of research are the mother who has baby with age range between 1-5 years who lived at I, II, III, IV, V district with the total of sample are 106. Data primer was collected by direct interview with mothers by closed quationer. The data were analyzed with the univariat and bivariat by chi - square tests.

The result of the univariat analyze shows that prevalens of Exclusive Breastfeeding 10%,. Age of mother majority among 35-39 45%, education of mother majority SLTA 54,7%, mother without job (IRT) 51,9% and parity of mother with secundipara 51,9%. Bivariat result shows 5 variabel factors that have influence on Exclusive Breastfeeding ( age mother without risk, mother without job, family support, time between delivery, and information of exclusive breastfeeding from District of Health worker) with p-value <0.05.

It suggested that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people whose care and to socialize how to give Exclusive Breastfeeding and to do counceling, monitoring, and evaluating which is purposed to increase the effectiveness of implementation of Exclusive Breastfeeding.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak DR. Surya Utama, MS, selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Pembimbing I dan sebagai ketua Penguji Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, maupun saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH, Dosen Pembanding I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes., selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan saran, dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(6)

5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Juliani Pasaribu, AMKeb dan keluarga. Terimakasih buat kasih sayang dan dukungan yang diberikan.

7. Bapak Lurah Padang Bulan, pegawai dan Kepling telah memberikan kesempatan penelitian serta dukungan dalam pengumpulan data.

8. Kepada Orang tua tercinta, Ayahanda (H. Sinaga) dan Ibunda (E. Situmorang), Kak Gita dan adik-adik saya yang telah banyak memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

9. Mabes Dipanegara, bang Popoy dan Keluarga, Gibs, Niel, junis, horas, febri, berto,bang edi, bang honda, bang cetus, bang tolop, bang odi dan teman seperjuangan yang tidak dapat ditulis satu-persatu.

10. Amang Boru Feri dan keluarga, Bapa Uda dan keluarga. 11. GMKI Komisariat FKM-USU. Semoga Tuhan memberkati.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.God Bless You All.

Medan, Maret 2011


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PESETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1.Menyusui ... 7

2.1.1. Pengertian dan definisi ... 7

2.1.2. Pembentukan Air Susu ... 7

a. Refleks prolaktin ... 9

b. Refleks let down ... 9

2.1.3. Mekanisme menyusui ... 10

2.1.4. Manfaat menyusui ... 11

2.2. ASI dan ASI Eksklusif ... 14

2.2.1. Air Susu Ibu ... 14

2.2.2. ASI Eksklusif ... 15

2.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif ... 16

2.3.1. Umur Ibu... 16

2.3.2. Pendidikan Ibu ... 16

2.3.3. Pekerjaan Ibu ... 17

2.3.4. Pengetahuan Ibu ... 17

2.3.5. Paritas ... 18

2.3.6. Jarak Kelahiran ... 19

2.3.7. Rencana Kehamilan... 19

2.3.8. Jenis Kelamin Bayi ... 20

2.3.9. Berat Badan Bayi ... 20

2.3.10. Dukungan Keluarga ... 20


(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 22

3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Defenisi Operasional ... 23

3.3. Aspek Pengukuran ... 25

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 27

4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2.1. Lokasi penelitian ... 27

4.2.2. Waktu penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

4.3.1. Populasi ... 27

4.3.2. Sampel ... 28

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 29

4.4.1. Data primer ... 29

4.4.2. Data sekunder ... 29

4.5. Teknik Analisa Data ... 29

4.5.1. Analisa univariat ... 30

4.5.2. Analisa bivariat ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 31

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

5.1.1. Geografis ... 31

5.1.2. Demografi ... 31

5.1.3. Sarana Kesehatan ... 32

5.2. Analisis Univariat ... 33

5.2.1. Karakteristik Ibu ... 33

5.2.2. Karakteristik Balita ... 35

5.2.3. Karakteristik Lingkungan ... 35

5.2.4. Proporsi prevalens Pemberian ASI eksklusif ... 37

5.3. Analisis Bivariat... 38

5.3.1. Hubungan Umur dengan pemberian ASI eksklusif ... 38

5.3.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 39

5.3.3. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 40

5.3.4. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 41

5.3.5. Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif ... 42

5.3.6. Hubungan Cara persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 43

5.3.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif ... 43

5.3.8. Hubungan Jarak Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 44

5.3.9. Hubungan Penolong persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif... 45

5.3.10. Hubungan Informasi ASI eksklusif dengan Pemberian ASI eksklusif ... 46


(9)

5.3.11. Hubungan Jenis kelamin balita dengan Pemberian

ASI eksklusif ... 47

BAB 6 PEMBAHASAN ... 48

6.1. Analisis Univariat ... 48

6.1.1. Proporsi Pemberian ASI eksklusif ... 48

6.2. Analisis Bivariat... 49

6.2.1. Hubungan Umur dengan Pemberian ASI eksklusif ... 49

6.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 50

6.2.3. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 52

6.2.4. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 53

6.2.5. Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif ... 54

6.2.6. Hubungan Cara persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif... 55

6.2.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif ... 57

6.2.8. Hubungan Jarak Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif ... 58

6.2.9. Hubungan Penolong persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif... 59

6.2.10. Hubungan Informasi ASI eksklusif dengan Pemberian ASI eksklusif ... 60

6.2.11. Hubungan Jenis kelamin balita dengan Pemberian ASI eksklusif ... 61

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

7.1. KESIMPULAN ... 63

7.2. SARAN ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... .. ... 32 Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Padang Bulan Tahun

Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... .. ... 32 Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Ibu Balita di Kelurahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... .. ... 33 Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan

Medan Baru Tahun 2010 ... .. 35 Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Lingkungan di Kelurahan Padang Kecamatan

Medan Baru Tahun 2010 ... ... 36 Tabel 5.6. Proporsi prevalens Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ... ... .. 37 Tabel 5.7. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita berdasarkan

Umur Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun

2010 ... ... .. 38 Tabel 5.8. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita berdasarkan

Pendidikan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Tahun 2010... .. 39

Tabel 5.9. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Tahun 2010... .. 40 Tabel 5.10. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan

Pengetahuan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Tahun Kecamatan Medan

Baru Tahun 2010 ... .. 41 Tabel 5.11. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan

Paritas Ibu di Kelurahan Padang Bulan Tahun Kecamatan Medan Baru


(11)

Tabel 5.12. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Cara Persalinan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Tahun Kecamatan

Medan Baru Tahun 2010 ... .. 43 Tabel 5.13. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan

Dukungan Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan

Baru Tahun 2010 ... .. 43 Tabel 5.14. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan

Jarak Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Tahun 2010... ... 44 Tabel 5.15. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan

Penolong Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan

Baru Tahun 2010... ... 45 Tabel 5.16. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan

Sumber informasi ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan

Medan Baru Tahun 2010... ... 46 Tabel 5.17. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan

Jenis kelamin Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

………. ... 48 Gambar 6.2. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan

Umur Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ………… ...

... 49 Gambar 6.3. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan

Pendidikan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 ...

... 50 Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan

Pekerjaan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 52

Gambar 6.5. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 53

Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Jumlah anak di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 54

Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Dukungan Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 55

Gambar 6.8. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Cara Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 57

Gambar 6.9. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Jarak Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru


(13)

Tahun 2010... ... 58

Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Penolong Persalinan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 59

Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Sumber Informasi ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 60

Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Jenis kelamin balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010... ... 61


(14)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif di Sumatera Utara 52 %. Sampai saat ini belum ada catatan mengenai cakupan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan.

Penelitian bertujuan untuk menganalisa faktor - faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada balita di Kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki balita di Kelurahan Padang bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan 106, dipilih secara purvosive dengan proporsi balita terbanyak terdapat di lingkungan I, II, III, IV, dan V. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan Ibu balita memakai kuesioner tertutup sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan Padang Bulan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi – square.

Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 35-39 tahun 45%, pendidikan ibu terbanyak SLTA 54,7%, Ibu yang tidak bekerja (IRT) 51,9%, dan paritas terbanyak skundipara 51,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 5 (lima) variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor umur ibu yang tidak berisiko ( p=0,008), ibu yang tidak bekerja ( p=0,002), adanya dukungan keluarga ( p=0,015), jarak persalinan jarang ( p=0,00), dan sumber informasi ASI eksklusif dari petugas kesehatan (p=0,001).

Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang bulan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.


(15)

ABSTRACT

The prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at low level. Based on data of District of Health North Sumatera Province in 2005 the achievement of Exclusive Breastfeeding is 52%, even data of Exclusive Breastfeeding in Padang Bulan not collected. There are some factors that influence of Exclusive Breastfeeding.

The purpose of this research to analyze associated factors of Exclusive Breastfeeding at Padang Bulan. This research was an analytical cross sectional design. The population of research are the mother who has baby with age range between 1-5 years who lived at I, II, III, IV, V district with the total of sample are 106. Data primer was collected by direct interview with mothers by closed quationer. The data were analyzed with the univariat and bivariat by chi - square tests.

The result of the univariat analyze shows that prevalens of Exclusive Breastfeeding 10%,. Age of mother majority among 35-39 45%, education of mother majority SLTA 54,7%, mother without job (IRT) 51,9% and parity of mother with secundipara 51,9%. Bivariat result shows 5 variabel factors that have influence on Exclusive Breastfeeding ( age mother without risk, mother without job, family support, time between delivery, and information of exclusive breastfeeding from District of Health worker) with p-value <0.05.

It suggested that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people whose care and to socialize how to give Exclusive Breastfeeding and to do counceling, monitoring, and evaluating which is purposed to increase the effectiveness of implementation of Exclusive Breastfeeding.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.1

Sejak pemerintah Indonesia menandatangani World Summit Children (WSC) pada tanggal 30 september 1990 di New york, dan deklarasi innocent promotion and

support of breast feeding pada tahun 1990,maka program peningkatan penggunaan air

susu ibu (ASI) mulai diintensifkan pelaksanaannya melalui berbagai pendekatan lintas program. Deklarasi tersebut bertujuan untuk memberikan masa depan anak yang lebih baik. Kebijakan ini dikeluarkan mengingat derajat kesehatan ibu dan anak belum seperti yang diharapkan.

Hasil studi kesehatan ibu dan anak dalam Survei Kesehatan Nasional 2001 menyatakan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-3 bulan hanya mencapai 48 % dan bahkan pada usia 4-5 bulan hanya 14 %. Rata – rata lama pemberian ASI eksklusif 1,7 bulan.2

Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat pada tahun 2006 dan 2007 diperoleh data rata-rata persentase pemberian ASI eksklusif yang semakin menurun di Indonesia, pada tahun 2006 sebesar 7,23 % turun menjadi 5,06 %3.


(17)

Di Indonesia banyak terjadi kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif karena kekeliruan dalam praktek pemberian ASI dalam 3 hari pertama kelahiran bayi. Tiga hari pertama kelahiran bayi merupakan masa yang sangat penting dalam keberhasilan pemberian ASI, karena pada saat ini menentukan apakah pemberian ASI eksklusif akan berhasil atau tidak, demikian juga untuk keberhasilan menyusui selanjutnya (WHO-UNICEF, 1993). Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003), menunjukkan kegagalan pelaksanaan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu lebih dari 80% responden yang tidak ASI eksklusif 4 bulan, telah memberikan makanan/minuman pralakteal dalam tiga hari pertama kepada bayinya.4

Hasil studi di Bogor menunjukkan pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia kurang dari satu bulan sebanyak 17 %, serta Makanan Pendamping (MP ASI) 17,2 %. Di Jakarta pemberian ASI eksklusif paling rendah dibandingkan dengan kota lain (Surabaya dan Makasar) yaitu bayi usia 1-3 bulan sebanyak 25 %, dan pada bayi usia 5-6 bulan hanya 1 % (Balitbangkes dan Helen Keller Internasional, 2002).5 Hasil penelitian tersebut menunjukkan pemberian ASI eksklusif sungguh memprihatinkan, terutama di Jakarta dengan angka prevalensi yang sangat rendah. Demikian halnya di kota medan yang menjadi kota terbesar ke tiga di indonesia, pemberian ASI eksklusif di Kota Medan juga Masih rendah.

Berdasarkan profil Indonesia tahun 2004, menggambarkan data tentang pemberian ASI eksklusif di Sumatera Utara sebanyak 42,64 % dari jumlah bayi yang ada, yaitu sebanyak 245.432. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan masih rendah. Data yang dipublikasikan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2005, bahwa cakupan ASI eksklusif


(18)

0-6 bulan adalah 52 %. Bila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk indikator ASI eksklusif, angka pencapaian ini masih jauh dari yang diharapkan, yaitu 80%.6

Puskesmas Padang Bulan merupakan salah satu puskesmas di Kecamatan Medan Baru yang wilayah kerjannya mencakup 6 kelurahan dan salah satunya adalah kelurahan Padang Bulan. Berdasarkan survei awal peneliti dari Kelurahan dan Puskesmas diperoleh bahwa rata- rata lama pemberian ASI eksklusif hanya 1-2 bulan saja sedangkan lama pemberian ASI eksklusif 4 sampai 6 bulan masih jarang dan tidak terdata oleh petugas kesehatan.

Ketidakberhasilan ASI eksklusif pada umumnya disebabkan karena masih ada rumah sakit tidak melakukan praktek rawat gabung (rooming in), bayi secara rutin diberi susu formula dengan menggunakan susu botol, jadwal pemberian 3 jam sekali (Martini, 2003). Begitu pula yang dinyatakan Imas (2003), bayi yang diberi ASI selama perawatan dengan rawat gabung hanya 47,75 %. Alasan dari ibu-ibu yang tidak menyusui bayi yaitu kurang mengertinya ibu tentang manfaat ASI eksklusif, ibu menolak untuk rawat gabung karena mengganggu istirahat ibu, ibu tidak mampu menyusui bayi karena payudara bengkak dan puting lecet. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari masyarakat agar program pemberian ASI eksklusif berjalan dengan baik.

Keadaaan demikian juga mencerminkan banyak ibu belum menyadari bahwa pemberian makanan tambahan pada bayi berumur di bawah satu bulan dapat membahayakan keselamatan bayinya, mengingat pencernaan bayi belum sempurna (BPS, 2001).7


(19)

Oleh karena itu, upaya peningkatan penggunaan ASI sangat penting karena ASI adalah hak dasar yang harus diterima anak untuk tumbuh kembang secara optimal ( Depkes, 2002).8 Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak dini, terutama pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Sebagai makanan terbaik bagi bayi, ASI harus diberikan sedini mungkin, yaitu 30 menit setelah persalinan. Pemberian ASI dini memberikan keuntungan dan merupakan kunci keberhasilan menyusui selanjutnya. Keuntungan bagi bayi yaitu bayi lebih cepat mendaptat kolostrum yang banyak mengandung anti bodi dan bagi ibu memperkecil terjadinya pendarahan setelah persalinan, mempercepat rangsangan pada payudara untuk mengeluarkan ASI dan menambah rasa percaya diri bahwa ia mampu menyusui (Suradi, 2003).9

Data di atas memperlihatkan bahwa pemberian ASI eksklusif yang masih rendah. Lama pemberian ASI eksklusif yang seharusnya diberi selama 6 (enam) bulan masih jauh dari target yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.2.Perumusan Masalah

Semakin rendahnya pemberian ASI eksklusif dan belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010.


(20)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2010.

2. Mengetahui Karakteristik responden berdasarkan umur, pengetahuan, paritas, pendidikan, pekerjaan dan cara persalinan pada Ibu balita. 3. Mengetahui Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi

ASI eksklusif, penolong persalinan, dan dukungan keluarga.

4. Mengetahui Karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin dan jarak kelahiran balita.

5. Mengetahui hubungan faktor Ibu ( umur, pendidikan, paritas, cara persalinan, pendidikan, dan pekerjaan responden) dengan pemberian ASI eksklusif.

6. Mengetahui hubungan jarak kelahiran balita dan jenis kelamin balita dengan pemberian ASI eksklusif.

7. Mengetahui hubungan faktor lingkungan (sumber informasi ASI eksklusif, penolong persalinan, dan dukungan keluarga responden) dengan pemberian ASI eksklusif.


(21)

1. Menambah wawasan petugas kesehatan Puskesmas Padang Bulan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan.

2. Bagi penulis berguna untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi, serta salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menyusui

2.1.1. Pengertian dan definisi

Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.11

2.1.2. Pembentukan Air Susu

Keberhasilan dalam menyusui menurut San Diego Lactacion clinic dalam Soetjiningsih (1997) dipengaruhi adanya dukungan keluarga, informasi yang jelas dan profesi atau tenaga kesehatan. Pendidikan ibu dan keluarga , nutirisi yang adekuat juga akan mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera mungkin disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui secara bergantian, dan istirahat yang cukup. Begitu juga menurut Sidi (2001), keberhasilan pemberian ASI


(23)

atau menyusui memerlukan dukungan dari berbagai macam faktor, antara lain payudara sebagai perangkat pemberian ASI, perlu diperhatikan apakah cukup mampu menghasilkan ASI dan kondisi putingnya memadai bagi bayi untuk bisa menyusui dengan mudah. Bayi dibiasakan menyusui sejak dini , yaitu segera setelah dilahirkan, ibu siap mental untuk menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat menyusui dengan mudah, suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik. Misalnya dengan menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah.

Hal senada telah diungkapkan oleh Soeharyono (1992), yang mennyebutkan bahwa keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor ibu melalui mekanisme fisiologi yang dapat menyebabkan payudara membentuk air susu, faktor bayi melalui refleks yang secara alami dibawa sejak masih dalam kandungan yang memungkinkan bayi mendapatkan air susu. Faktor eksternal yaitu petugas kesehatan yang berperan selaku katalisator proses fisiologi yang dapat membantu ibu dan bayi sukses dalam proses menyusui. Bantuan utama dari petugas kesehatan adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan.12

Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi ibu demi keselamatan bayinya di kemudian hari. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks let down ( Lawrence, 1994).13


(24)

a. Refleks prolaktin

Hisapan bayi pada putting ibu menyebabkan aliran listrik yang bergerak ke hipotalamus yang kemudian akan menuju kelenjar hipofisis bagian depan. Selanjutnya kelenjar ini akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi ASI. Makin sering dan makin lama ASI diberikan, maka kadar prolaktin akan tetap tinggal dan akan berakaibat ASI akan terus di produksi. Efek lain dari prolaktin adalah menekan fungsi indung telur ( ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang menyusui secara ekslusif akan memperlambat kemabalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.

b. Refleks let down ( milk ejection refleks)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan hisapan bayi selain disampaikan ke kelenjar hipofisis bagian belakang dimana kelenjar ini akan mengeluarkan oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di bawah alveoli dan dinding saluran sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI keluar. Semakin sering ASI diberikan terjadi pengosongan alveoli, sehingga semakin kecil terjadi pembendungan ASI di alveoli. Untuk itu dianjurkan kepada ibu menyusukan bayi tidak dibatasi waktu dan “on demand”, akan membantu air susu.

Disamping itu kontraksi otot-otot rahim untuk mencegah timbulnya pendarahan setelah persalinan serta mempercepat proses involusi rahim. Hal yang membantu refleks oksitosin adalah ibu memikirkan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa kasih sayang terhadap bayi, suara bayi, raut muka bayi, ibu lebih percaya diri.


(25)

Hal-hal tersebut di atas menurut Cunningham (1995), dengan isapan dalam 30 menit setelah lahir akan merangsang pelepasan oksitosin yang dapat mengurangi

haemorhagic post partum. Pendapat Cunningham, didukung oleh penelitian Odent

(2002), bahwa meskipun ASI belum keluar, kontak fisik bayi dengan ibu dan membantu ibu menyusui harus tetap di fasilitasi oleh petugas, Karena pada jam pertama persalinan pelepasan oksitosin berbanding lurus dengan prolaktin, dalam level tertinggi sehingga memacu otot polos yang berada di alveoli dan akan memperlancar produksi ASI. Juga secara psikologis memberi kepuasan kepada ibu dan manfaat yang tidak kalah pentingnya bagi bayi adalah mendukung kemampuan untuk menyusui secara naluriah14.

2.1.3. Mekanisme Menyusui

Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan untuk keberhasilannya menyusui seperti :

a. Refleks mencari ( Rooting refleks)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

b. Refleks menghisap (Sucking refleks)

Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah dikatakan cukup bila rahang bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara dibelakang putting susu, tidak dibenarkan bila bayi hanya menekan putting susunya.


(26)

Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara ini akan membantu bayi mendapatkan jumlah air susu yang maksimal dan tidak akan menimbulkan luka pada putting susu ibu.

c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap ( tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk lambung. Keadaan ini tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan botol. Dalam penggunaan susu botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat mengalir dengan mudah dari lubang dot.

2.1.4. Manfaat menyusui

Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif. Manfaat untuk bayi adalah : menerima nutrisi terbaik, baik kualitas maupun kuantitasnya, meningkatkan daya tahan tubuh , jalinan kasih sayang (bonding), dan meningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat mengurangi pendarahan pos partum (paska melahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan penderita kanker payudara dan kanker indung telur, menjarangkan kelahiran, dapat mengembalikan lebih cepat berat badan dan besarnya rahim ke ukuran normal, ekonomis, hemat waktu, tidak merepotkan


(27)

terutama saat menyusui dimalam hari, juga dapat memberikan kepuasan dan rasa bahagia bagi ibu (Supriyadi, 2002).15

a. ASI sebagai nutrisi

Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi air susu untuk setiap mamalia berbeda satu sama lainnya. Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan prematur komposisinya akan berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari ke-4 atau ke-7 sampai hari ke 10 atau ke-14setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 ( ASI matang). ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin ( zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri membuatzat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang bila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang


(28)

mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang ( mature). Zat kekebalan yang terdapat di ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian di Brasil Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan menurunkan kemungkinkan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi.

Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat.

c. ASI meningkatkan kecerdasan

Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas nutrisi secara langsung juga dapat mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak.

Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali pada susu sapi, antara lain :


(29)

c.2. Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi.

c.3. Asam lemak ( DHA, omega-3, omega-6) : merupakan asam lemak utama dalam ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.

Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian Dr. Lucas (1993) secara crossectional terhadap 300 bayi premature membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (RP = 8,3) dibanding dengan bayi prematur yang tidak diberi ASI11.

2.2. ASI dan ASI Eksklusif 2.2.1. Air Susu Ibu

ASI adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya yang baru dilahirkannya. Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi dan bila diberikan dengan baik dan benar dapat memenuhi kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi secara optimal sampai 6 (enam) bulan. Selain itu ASI mengandung makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit tertentu. Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa terhadap kesehatan ibu dan anak serta terdapatnya hubungan yang erat antara menyusui ekslusif dan penjarangan kelahiran (Suradi, 2001). Hal yang sama juga diunkapkan oleh Roesli (2001), ASI sebagai makanan tunggal yang akan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi sampai 6 bulan. Setelah usia 6 (enam) bulan, bayi harus


(30)

mulai mendapatkan makanan padat, sedangkan pemberian ASI dapat terus dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.

2.2.2. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir, kecuali obat dan vitamin ( Depkes, 2003)16. Pemberian ASI ekslusif dapat berlangsung selama 4-6 bulan. Menurut WHO-UNICEF (1989) pemberian ASI ekslusif mencakup hal-hal berikut ini, hanya ASI sampai usia 4-6 bulan, menyusui dimulai < 30 menit setelah bayi lahir. Tidak memberikan bayi makanan prelaktal seperti air tajin, air gula, madu, dsb kepada bayi baru lahir. Memberikan kolostrum / ASI pada hari-hari pertama keluar yang bernilai gizi tinggi kepada bayi, menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari. Cairan yang diperbolehkan hanya vitamin, mineral dan obat dalam bentuk tetes maupun sirup.

The 54th World Health Assembly WHO (2001) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan setelahnya dikenalkan makanan tambahan dengan nutrisi yang adekuat, aman dan tepat serta pemberian ASI dilanjutkan sampai 2 tahun.

Lawrence (1994) mendefinisikan kategori pemberian ASI adalah pemberian ASI penuh (eksklusif dan mendekati eksklusif), pemberian Asi secara parsial ( tinggi) bila pemberian ASI mencapai 80 %, medium bila mencapai 20-79 %, dan rendah bila mencapai < 20 %, dan token breasfeeding yaitu ASI diberikan secara berjadwal, baik frekuensi maupun waktu pemberiannya berdasarkan aturan waktu/jam, dan bayi diberi air atau air gula dalam botol. Token breasfeeding sangat dilarang karena selain


(31)

mengagalkan pemberian ASI ekslusif, juga mengakibatkan bayi menjadi bingung putting.

2.3.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif 2.3.1 Umur Ibu

Menurut Hartanto (1996) periode umur antara 20-35 tahun merupakan periode usia yang baik untuk melahirkan. Bila umur ibu kurang dari 20 tahun, wanita masih dalam masa pertumbuhan dari faktor biologis sudah siap namun psikologis belum matang. Begitu pula jika ibu melahirkan di usia 35 tahun masalah kesehatan sering timbul dengan komplikasi. Menyusui bayi memerlukan kondisi kesehatan ibu yang baik.

Penelitian Kristina (2003) dengan desain penelitian crosssectonal, memberikan hasil tidak ada pengaruh antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-4 bulan ( p > 0.05). Begitu pula penelitian yang dilakukan Madjid (2003) tidak ada hubungan antara umur ibu melahirkan dengan praktik pemberian ASI selama tiga hari setelah kelahiran.17

2.3.2 . Pendidikan Ibu

Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada seorang untuk membuka jalan pikiran dalam menemui ide-ide atau nilai-nilai baru. Ibu yang terpelajar biasanya mendapatkan keuntungan psikologis dan fisiologis dari menyusui karena lebih termotivasi, mempunyai fasilitas yang lebih baik serta posisi yang lebih memungkinkan mereka untuk menyusui dibandingkan dengan ibu yang kurang terpelajar. Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan tinggi dengan praktik pemberian ASI dalam tiga hari setelah kelahiran ( Madjid, 2003).


(32)

Penilitian Trisnawati (2008) menunjukkan hasil yang ditelitinya, antara pendidikan ibu dengan ASI eksklusif tidak ada hubungan yang bermakna. Ibu yang berpendidikan rendah maupun tinggi telah memiliki kesadaran memberikan ASI eksklusif.18

2.3.3. Pekerjaaan Ibu

Penelitian yang dilakukan Lebuan (2003) menemukan pemberian ASI selama perawatan setelah lahir baik pada ibu yang bekerja maupum yang tidak bekerja, tidak menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaaan dengan praktik pemberian ASI.19

Menurut Soetjaningsih (1997) ada kecendrungan semakin banyak ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya ibu yang bekerja terutama di kota besar. Peran ganda seorang ibu antara mengasuh anaknya dengan memberikan asi ekslusif, dan membantu ekonomi keluarga mencari nafkah dengan bekerja di luar maupun di dalam lingkungan rumah tangga, yang membuat seorang ibu sulit untuk mengatasinya. Bila ibu sebelum berangkat bekerja bayi harus disusui, selanjutnya ASI diperas dan di simpan untuk diberikan kepada bayi selama ibu bekerja. Sama halnya dengan Supriyadi (2002), pada waktu ibu bekerja sekalipun ibu tidak dapat langsung memberikan ASI, namun ibu masih tetap dapat memerah ASI dan menyimpannya untuk dibawa pulang pada bayinya.

2.3.4. Pengetahuan Ibu

Peningkatan pengetahuan tidak selalu menggambarkan perubahan perilaku. Dimana pengetahuan merupakan hasil tidak dari tahu, ini merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.20


(33)

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan, sehingga pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk melakukan perubahan perilaku kesehatan, dengan sendirinya pengetahuan dapat diukur atau di observasi atau melalui media apa yang diketahui tentang objek.

Penilitian yang dilakukan Ibrahim (2000) di provinsi Daerah Istimewah Aceh, ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai kesempatan dua kali untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan kurang.

2.3.5. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi dalam keadaan hidup dengan usia kehamilan yang > 28 minggu . Walaupun berat badan bayi ≤ 1000 gram dan dapat hidup dengan kemajuan ilmu dan teknologi maka berat badan bayi < 1000 gram masih digolongkan kedalam paritas.21

Sastrawinata (1980), mengatakan primapara adalah wanita baru pertama kali melahirkan anak dalam keadaan hidup baik matur maupun prematur. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak ≥ 3 orang anak .Caporto et. al (1987) mengemukakan bahwa grandemulti , yaitu seorang wanita yang telah mengalami hamil ke 4 atau lebih dan dengan usia kehamilan > 28 minggu.

Iskandar (1987) menyatakan bahwa hubungan paritas dengan pemberian kolostrum yang dilakukan di daerah pedesaan Jawa dan Bali serta di Sumatera dan daerah lainnya di tanah air, menyebutkan bahwa jumlah paritas tinggi cenderung


(34)

memberikan kolostrum pada bayi dibandingkan dengan paritas rendah. Penelitian ini didukung oleh Suradi (1992) bahwa ASI lebih cepat keluar pada multipara daripada primapara, walaupun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna.

Penelitian madjid (2003) menyimpulkan bahwa ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (primapara) memiliki masalah-masalah menyusui. Berbeda dengan ibu-ibu yang sudah menyusui sebelumnya lebih baik daripada yang pertama. 2.3.6. Jarak Kelahiran

Menurut Hartanto (1996) bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, sering terkena penyakit dan waktu bagi ibu untuk menyusui bayi sebelumnya akan berkurang. Jarak kelahiran yang dianjurkan adalah antara 2-4 tahun, karena kondisi dan kesehatan ibu sudah pulih kembali. Bila jarak kelahiran < 2 tahun dapat mengakibatkan ibu menderita anemia kronis, sehingga produksi ASI akan terganggu. Jadi, semakin rapat jarak kelahiran bayi mengakibatkan produksi asi menurun dan menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif.

2.3.7. Rencana Kehamilan

Nurjanah (1998) mendefinisikan unwanted pregnancy adalah kehamilan yang terjadi pada wanita yang tidak diinginkannya pada saat itu maupun waktu yang akan datang. Menurut kafman (1997), unwanted pregnancy yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki sama sekali, dan mistined kehamilan yang dikehendaki kemudian. Pada penelitian Iskandar (1991) di luar Jawa ada hubungan bermakna antara kehamilan yang direncanakan dengan pemberian ASI.


(35)

2.3.8. Jenis Kelamin Bayi

Di Banglades pemberian ASI untuk bayi perempuan 5 bulan lebih pendek dari bayi laki-laki (Iskandar, 1991). Bahkan menurut Roesli(2000), konsekuensi fatal yang sering terjadi pada pemberian Asi, yaitu budaya yang mengutamakan bayi laki-laki sehingga bayi laki-laki-laki-laki pertumbuhannya normal sedangkan bayi perempuan terhambat.

2.3.9. Berat Badan Lahir

Bayi dengan berat badan lahir rendah ( premature), seharusnya diberikan ASI dari ibunya sendiri, bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan, sepsis, dan malformasi, maka sebagian besar bayi premature biasanya mampu menyusui dengan segera (Supriadi, 2002).

2.3.10. Dukungan Suami Dan Orang Tua

Peran suami selaku pendukung dalam memberikan ASI, telah banyak dilaporkan dalam literatur. Khususnya bila suami mempunyai pemikiran yang positif tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan menyusui dan berpikir bahwa ia dapat memainkan peran serta dalam masalah ini (Riodan, 1998)21

Dukungan suami dan orang tua mempengaruhi praktik. pemberian ASI, yang selanjutnya akan mempengaruhi angka sukses pemberian ASI dan usia penyapihan. Seorang wanita yang suaminya tidak mendukung dalam menyusui, bayinya di sapih lebih awal.

2.3.11. Perilaku Petugas Kesehatan

Dalam penggunaan ASI peran bidan dan penyuluh kesehatan masyarakat sangatlah penting. Kegiatan yang dapat dikerjakan oleh bidan antara lain


(36)

melaksanakan antenatal yang baik, peranan penyuluh kesehatan memberikan penyuluhan pembinaan, persiapan bersalin, penyuluhan akan pentingnya menyusui bayi secara ASI eksklusif dan meyakinkan arti penting keluarga berencana (Madjid, 2003).


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Ibu

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengetahuan 5. Paritas

6. Cara Persalinan

Faktor Anak 1. Jarak kelahiran 2. Jenis kelamin balita

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 (enam) bulan, tanpa mendapatkan makanan dan minuman tambahan lainya, dikategorikan atas :

1.Ya 2. Tidak

Faktor Lingkungan 1. Dukungan Keluarga 2. Penolong Persalinan 3. Informasi ASI eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif


(38)

3.2.2. Umur ibu adalah usia ibu sewaktu melahirkan balita terbungsu. Untuk uji statistik , variabel ini dikategorikan atas :

1. Risiko tinggi, jika umur ibu <20 dan >35 2. Risiko rendah, jika umur ibu 20-35

3.2.3. Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu balita, dikategorikan atas :

1. Rendah : Belum sekolah, SD, SMP 2. Tinggi : SMA-Perguruan Tinggi

3.2.4. Pekerjaan ibu adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh ibu balita baik di dalam rumah maupun di luar rumah untuk menghasilkan uang, dikategorikan atas :

1. Bekerja : Pegawai Negeri Sipil (PNS) , wiraswata, karyawan, petani/nelayan

2. Tidak bekerja : Ibu Rumah Tangga (IRT)

3.2.5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu mengenai ASI eksklusif23, dikategorikan atas :

1. Baik : > 75-100 % pertanyaan dijawab benar 2. Sedang : 45-75 % pertanyaan dijawab benar 3. Kurang : < 45 % pertanyaan dijawab benar Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas : 1. Baik, apabila total skor ≥ 6

2. Kurang, apabila total skor < 6

3.2.6. Paritas adalah frekuensi ibu melahirkan, dikategorikan atas : 1. Primapara : 1 orang anak

2. Skundipara : 2 orang anak 3. Multipara : > 2 orang anak

Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas : 1. Cukup, jika responden memiliki jumlah anak 1-2 orang


(39)

2. Lebih, jika responden memiliki jumlah anak ≥ 3

3.2.7. Cara persalinan adalah cara ibu dalam melahirkan balita terakhirnya, dikategorikan atas :

1. Normal 2. Caesar

3.2.8. Jarak kelahiran adalah jarak kelahiran balita dengan kelahiran anak sebelumnya, dikategorikan atas :

1. anak pertama 2. < 2 tahun 3. ≥ 2 tahun

Untuk uji statistik , variabel ini dikategorikan atas :

1. Rapat, jika jarak kelahiran bayi terakhir < 2 tahun dari anak sebelumnya 2. Jarang, jika memiliki anak kelahiran pertama dan jarak kelahiran bayi

terakhir ≥ 2 tahun dari anak sebelumnya

3.2.9. Dukungan Keluarga adalah ada tidaknya anjuran keluarga untuk memberikan ASI eksklsusif kepada ibu yang melahirkan bayinya, dikategorikan atas :

1.Ada 2.Tidak ada

3.2.10. Informasi ASI eksklusif adalah informasi dimana ibu mendapat informasi pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk bayinya, dikategorikan atas :

1. Media tulis/elektronik 2. Petugas kesehatan

3.2.11. Penolong persalinan adalah orang yang menolong ibu ketika melahirkan balita, dikategorikan atas :

1. Bidan 2. Dokter

3. Dukun Beranak

Untuk uji statistik , variabel ini dikategorikan atas : 1. Medis, jika penolong persalinan oleh tenaga medis


(40)

2. Non medis, jika penolong persalinan dibantu oleh dukun beranak 3.2.12. Jenis kelamin adalah jenis kelamin balita, dikategorikan ata :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.3. Aspek Pengukuran

No Variabel Cara

dan Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur 1 Pemberian ASI

Eksklusif

Wawancara (kuesioner)

1. Ya 2. Tidak

Nominal 2 Umur Ibu Wawancara

(kuesioner)

1.< 20 tahun 2. 20-35 tahun 3. > 35 tahun

Ordinal 3 Pendidikan Ibu Wawancara

(kuesioner)

1.Rendah

2.Tinggi Ordinal

4 Pengetahuan Ibu

Wawancara (kuesioner)

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

Ordinal 5 Pekerjaan Ibu Wawancara

(kuesioner)

1.Bekerja

2.Tidak bekerja Ordinal

6 Dukungan Keluarga

Wawancara (kuesioner)

1.Ada

2.Tidak ada Ordinal

7 Informasi susu formula

Wawancara (kuesioner)

1. Media tulis/elektronik 2. Petugas kesehatan

Ordinal 8 Jarak Kelahiran Wawancara

(kuesioner)

1. anak pertama 2. < 2 tahun 3. > 2 tahun

Ordinal

9 Penolong Persalinan

Wawancara 1. Bidan 2. Dokter

3. Dukun Beranak


(41)

10 Cara Persalinan Wawancara 1. Normal 2. Caesar

Nominal 11 Paritas Wawancara

(kuesioner)

1. Primipara : 1 anak 2. Skundipara : 2 anak 3. Multipara : ≥ 3 anak

Ordinal

12 Jenis Kelamin balita

Wawancara (kuesioner

1. Laki-laki


(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross

sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru dengan pertimbangan bahwa lama pemberian ASI eksklusif di daerah ini masih rendah.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2009 sampai November 2010. Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian dan analisa data serta penyusunan laporan akhir penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita terkecil yang berusia 1-5 tahun yang dimiliki oleh ibu di Kelurahan Padang Bulan.


(43)

4.3.2. Sampel24 a. Besar Sampel

Rumus ukuran sampel minimal untuk menaksir proporsi populasi adalah sebagai berikut :

n = Z21-α/2 p.q d2 Keterangan :

P = Perkiraan proporsi (prevalensi) pemberian ASI ekskulisif (variable dependent) pada populasi (p=0,5)

q = 1-p Z1-α/2 = Statistik Z

d = Delta, presisi, absolute yang diinginkan di kedua sisi proporsi (0,1)

Maka besar sampel adalah : n = (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2

= 3,84 x 0,25 (0,01) = 96

Jadi besarnya sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 96. Untuk memperhitungkan adanya kesalahan dan sebagainya maka pengambilan sampel diperbesar sebanyak 10%, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 + 10 =106.


(44)

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive, yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti. Oleh karena keterbatasan waktu dan dana maka peneliti memilih dusun I, II, III, dan IV dengan pertimbangan bahwa dusun tersebut sudah mencukupi sampel yang dibutuhkan, yaitu balita terkecil yang mendapat pemberian ASI eksklusif dan berdekatan satu dengan yang lainnya.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara dengan Ibu yang memiliki balita mengenai pola pemberian ASI eksklusif balita usia 1-5 tahun dengan menggunakan kuesioner yang meliputi: berat bayi, jenis kelamin bayi, umur bayi, jarak kelahiran, umur ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan suami, orang tua, paritas dan perilaku petugas kesehatan.

4.4.2. Data Sekunder

Untuk data sekunder didapatkan dari Puskesmas Padang Bulan, dan data dari Kelurahan Padang Bulan.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Jenis analisis yang dilakukan adalah:


(45)

4.5.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

4.5.2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Pengukuran Ratio Prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus25 : RP = A/(A+B) : C/(C+D)

Keterangan :

A/(A+B) = proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif

C/(C+D) = proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai faktor yang tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Geografis

Kelurahan Padang Bulan termasuk dalam Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah 168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus, sekolah, wirausaha dan sebagainya). Batas-batas wilayah Kelurahan Padang Bulan adalah :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka. - Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi rante. - Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang. - Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia.

5.1.2. Demografi

Jumlah penduduk di Kelurahan Padang Bulan sebanyak 11.562 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 6.012 jiwa (52%) dan perempuan sebanyak 5.550 jiwa (48%). Secara rinci data kependudukan menurut jenis kelamin di Kelurahan Padang Bulan dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Sumber : Kantor Lurah Padang Bulan

No Jenis Kelamin Total

f %

1 Laki-laki 6.012 52

2 Perempuan 5.550 48


(47)

Dari tabel di atas dapa dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak jenis kelamin Laki-laki dengan proporsi 52%.

5.1.3. Sarana Kesehatan

Kelurahan Padang bulan memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas 1

2 Poliklinik 2

3 Posyandu 6

4 Praktek dokter 4

5 Apotek 3

Jumlah 16

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan di kelurahan Padang bulan berjumlah 16 unit dan paling banyak adalah Posyandu sebanyak 6 tempat.

5.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel independent yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada balita. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut:


(48)

5.2.1. Karakteristik Ibu balita

Karakteristik Ibu balita meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, paritas, dan cara persalinan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Ibu Balita

Karakteristik Ibu (Host) f %

Umur ( tahun ) 1. 15 - 19 2. 20 - 24 3. 25 - 29 4. 30 - 34 5. 35 - 39 6. 40 - 45

2 4 27 20 48 5 1,9 3,6 25,5 18,9 45,4 4,7

Total 106 100

Pendidikan :

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD/sederajat

3. Tamat SLTP/sederajat 4. Tamat SLTA/sederajat 5. Perguruan Tinggi

0 4 39 58 5 0,0 3,8 36,8 54,7 4,7

Total 106 100

Pekerjaan 1. Petani

2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Pegawai Swasta

4. Wiraswasta

5. Ibu Rumah Tangga

6 3 23 19 55 5,7 2,8 21,7 17,9 51,9

Total 106 100

Paritas

1. Primipara 2. Skundipara 3. Multipara

7 77 22 6,6 72,6 20,8

Total 106 100,0

Pengetahuan 1. Baik 2. Kurang

79 27

74,5 25,5


(49)

Berdasarkan kelompok umur dapat diketahui bahwa kebanyakan umur Ibu balita berada pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 53,8% dan terendah pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu 1,9%.

Berdasarkan pendidikan dapat diketahui bahwa pendidikan tertinggi pada tingkat pendidikan SLTA Sederajat yaitu 54,7% dan terendah pada tingkat pendidikan SD sebanyak 3,8%.

Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa terbanyak responden adalah IRT (Ibu rumah tangga) yaitu 51,9% dan terendah adalah pegawai negeri sipil sebanyak 2,8%.

Berdasarkan paritas dapat diketahui bahwa Ibu balita terbanyak adalah skundipara sebanyak 72,6% dan terendah pada primipara sebanyak 6,6%.

Berdasarkan pengetahuan dapat diketahui bahwa pengetahuan Ibu pada kategori pengetahuan baik sebanyak 74,5% dan pada kategori pengetahuan kurang baik sebanyak 25,5%.


(50)

5.2.2. Karakteristik Balita

Karakteristik Balita meliputi, Jenis kelamin dan jarak kelahiran bayi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Balita di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Karakteristik Bayi f %

Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

52 54

49,1 50,9

Total 106 100

Jarak Kelahiran ( tahun ) 1. Anak pertama 2. < 2

3. > 2

24 49 33

22,6 46,2 31,2

Total 106 100

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin balita dapat diketahui bahwa jenis kelamin balita hampir sama banyaknya yaitu perempuan sebanyak 50,9% sedangkan laki-laki sebanyak 49,1%.

Berdasarkan jarak kelahiran balita diketahui bahwa jarak kelahiran terbanyak adalah lebih kecil dari 2 (dua) tahun yaitu 46,2% sedangkan terendah adalah anak pertama, yaitu sebanyak 22,6%.


(51)

5.2.3. Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan meliputi, dukungan keluarga, Penolong persalinan tempat persalinan, cara persalinan,dan informasi susu formula dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Ligkungan Responden di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010

Karakteristik Lingkungan f %

Dukungan Keluarga 1. Ada

2. Tidak ada

71 35

67 33

Total 106 100

Penolong Persalinan 1. Bidan

2. Dokter

3. Dukun beranak

83 21 2 78,3 19,8 1,9

Total 106 100

Tempat Persalinan 1. Klinik Bersalin 2. Praktek Bidan 3. RS

32 55 19 30,2 51,9 17,9

Total 106 100

Cara Persalinan 1. Normal 2. Caesar

92 14

86,8 13,2

Total 106 100

Informasi ASI eksklusif 1. Media Tulis/elektronik 2. Tenaga kesehatan

72 34

67,9 32,1


(52)

Berdasarkan dukungan keluarga dapat diketahui bahwa lebih banyak dukungan dari keluarga untuk memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 67% dan yang menyatakan tidak ada dukungan dari keluarga sebanyak 33%.

Berdasarkan penolong persalinan dapat diketahui bahwa penolong persalinan terbanyak dibantu oleh bidan yaitu sebanyak 78,3% dan terendah dibantu oleh dukun beranak sebanyak 1,9%.

Berdasarkan tempat persalinan dapat diketahui bahwa kebanyakan Ibu melahirkan di praktek bidan sebanyak 51,9% dan terendah melahirkan di Rumah Sakit sebanyak 17,9%.

Berdasarkan cara persalinan Ibu terbanyak dengan persalinan normal sebanyak 86,8% sedangkan persalinan Caesar sebanyak 13,2%.

Berdasarkan informasi ASI eksklusif dapat diketahui bahwa informasi mengenai ASI eksklusif banyak diperoleh oleh ibu melalui media sebanyak 67,9% sedangkan dari informasi mengenai ASI eksklusif dari petugas kesehatan sebanyak 32,1%.

5.2.4. Proporsi Prevalens Pemberian ASI Eksklusif

Distribusi lama pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.6. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang

Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

No Pemberian ASI eksklusif F %

1 2

Ya Tidak

11 95

10 90


(53)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 yaitu 10% sedangkan Prevalensi yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 90%.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1. Hubungan Umur dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.7. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Umur Ibu, Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Meda Baru Tahun 2010

No

Umur

Pemberian ASI eksklusif

Total

RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % f % f % 9,27

1,23 – 69,9 0,016 1 Risiko rendah 10 18,2 45 81,8 55 100

2 Risiko tinggi 1 2 50 98 51 100

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif pada umur resiko rendah sebesar 18,2% sedangkan pada umur berisiko rendah sebesar sebesar 2%. Nilai p-value dilihat dari kolom ke-4 print out chi-square

test pada continuity correction karena tidak memiliki nilai expected sehingga

diperoleh hasil p = 0,016 ( p<0,05 ) dengan convidence interval 95%. Ratio

prevalens pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur risiko rendah dibandingkan

dengan umur risiko tinggi adalah 1,23 – 69,6. Umur ibu risiko rendah merupakan faktor risiko untuk memberikan ASI esklusif.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p<0,05, artinya ada hubungan asosiasi yang bermakna antara umur ibu resiko rendah dengan pemberian ASI eksklusif.


(54)

5.3.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.8. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Pendidikan , Ratio Prevalens, 95% CI, P-value di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Meda Baru Tahun 2010

No

Pendidikan

Pemberian ASI eksklusif

Total

RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % f % f % 0,348

0,098-1,239 0,159 1 Tinggi 3 5,5 52 94,5 55 100

2 Rendah 8 15,7 43 84,3 51 100

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif pada pendidikan tinggi sebesar 5,5% sedangkan pada pendidikan rendah sebesar 15,7% dengan CI 95%. Ratio prevalens pemberian ASI eksklusif pada kelompok pendidikan tinggi dibandingkan dengan pendidikan rendah adalah 0,098 – 1,239. Adanya nilai CI < 1 (satu) membuktikan bahwa Pendidikan ibu yang tinggi merupakan faktor risiko penghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak terdapat hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.


(55)

5.3.3. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.9. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Pekerjaan , Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

No

Pekerjaan

Pemberian ASI eksklusif

Total

RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % F % f %

0,800

0,70 - 0,91 0,002 1 Tidak bekerja 11 20 44 80 55 100

2 Bekerja 0 0 51 100 51 100

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif pada kategori bekerja tidak ada sedangkan pada kategori tidak bekerja sebesar 20%. Ratio prevalens untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada kelompok ibu tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang bekerja adalah 0,70 – 0,91. Adanya nilai CI < 1 (satu) membuktikan bahwa pekerjaan ibu merupakan faktor risiko penghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p<0,05, artinya terdapat hubungan asosiasi yang bermakna antara ibu yang tidak bekerja dengan pemberian ASI eksklusif.


(56)

5.3.4. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.10. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif pada Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu, Ratio Prevalens, 95% Cl, dan P-value di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

No

Pengetahuan

Pemberian ASI Eksklusif

Total

RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % f % f %

1 Baik 9 11,4 70 88,6 79 100 1,538 0,354 - 6,679

0,725 2 Kurang 2 7,4 25 92,6 27 100

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif pada pengetahuan kategori baik sebesar 11,4% sedangkan pada pengetahuan dengan kategorik kurang baik sebesar 7,4% dengan CI 95%. Ratio

prevalens pemberian ASI eksklusif pada pengetahuan baik dibandingkan dengan

pengetahuan kurang adalah 0,354 – 6,679. Adanya nilai CI < 1 (satu) membuktikan bahwa pengetahuan ibu yang baik merupakan faktor risiko penghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada fisher exact

test pada kolom ke-4 karena memiliki nilai expected sehingga diperoleh nilai p>0,05,

artinya tidak terdapat hubungan asosiasi yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.


(57)

5.3.5. Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.11. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Paritas , Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

No

Jumlah anak

Pemberian ASI Eksklusif

Total

RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

F % f % f %

1 Cukup 9 10,7 75 89,3 84 100 1,179 0,27 – 5,06

1,00 2 Lebih 2 9,1 20 90,9 22 100

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif pada jumlah anak cukup sebesar 10,7% sedangkan pada jumlah anak lebih sebesar 9,1% dengan CI 95%. Ratio prevalens pemberian ASI eksklusif pada jumlah anak cukup dibandingkan dengan jumlah anak lebih adalah 0,27 – 5,06. Adanya nilai CI < 1 (satu) membuktikan bahwa jumlah anak ibu yang lebih merupakan faktor risiko penghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada fisher exact

test pada kolom ke-4 karena memiliki nilai expected sehingga diperoleh nilai p =1,00,

p > 0,05, artinya tidak terdapat hubungan asosiasi yang signifikan antara jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif.


(58)

5.3.6. Hubungan Cara persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.12. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Cara persalinan, Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value Di kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

No Cara Persalinan Pemberian ASI Eksklusif Total RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % f % f %

1 Normal 11 12 81 88 92 100,0 0,88 0,81 - 0,94

0,352 2 Caesar 0 0 14 100 14 100,0

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif pada persalinan normal sebesar 12% sedangkan pada persalinan caesar tidak ada. Ratio prevalens untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada persalinan normal dibandingkan dengan persalinan caesar adalah 0,81 – 0,94. Cara persalinan bukan merupakan faktor resiko ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak terdapat hubungan asosiasi yang signifikan antara cara persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.

5.3.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.13. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Dukungan Keluarga, Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value Di kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 No Dukungan

Keluarga

Pemberian ASI Eksklusif

Total

RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % f % f %

1 Ada 11 15,5 60 84,5 71 100 0,845 0,76 – 0.93

0,015 2 Tidak Ada 0 0 35 100 35 100


(59)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif terhadap adanya keluarga yang mendukung sebesar 15,5% sedangkan yang tidak memiliki dukungan keluarga tidak ada. Ratio prevalens untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada keluarga yang mendukung dibandingkan dengan tidak ada keluarga yang mendukung adalah 0,845. Adanya dukungan keluarga merupakan salah satu faktor resiko pemberian ASI eksklusif.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada fisher exact

test pada kolom ke-4 karena memiliki nilai expected sehingga diperoleh nilai p =

0,015 ( p<0,05 ), artinya terdapat hubungan asosiasi yang signifikan antara jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif.

5.3.8. Hubungan Jarak Persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.14. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan jarak persalinan, Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value Di kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

No Jarak Persalinan

Pemberian ASI Eksklusif

Total

RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % f % f %

1 Jarang 11 19,3 46 80,7 57 100 0,807 0,711 – 0,916

0,001 2 Rapat 0 0 49 100 49 100

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif pada jarak persalinan jarang sebesar 19,3% sedangkan pada jarak persalinan yang rapat tidak ada. Ratio prevalens untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada jarak persalinan jarang dibandingkan dengan jarak persalinan rapat


(60)

adalah 0,807. Jarak persalinan yang jarang merupakan salah satu faktor resiko pemberian ASI eksklusif.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada continuity

correction test pada kolom ke-4 karena tidak memiliki nilai expected sehingga

diperoleh nilai p = 0,003 ( p<0,05 ), artinya terdapat hubungan asosiasi yang signifikan antara jarak persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.

5.3.9. Hubungan Penolong persalinan dengan Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.15. Proporsi Prevalens Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan penolong persalinan, Ratio Prevalens, 95% CI, dan P-value Di kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

No Penolong Persalinan

Pemberian ASI

Eksklusif Total RP

(95%CI) P-value

Ya Tidak

f % f % f %

1 Non medis 0 0 2 100 2 100 0,89 0,83 – 0,95

1,000 2 Medis 11 10,6 93 89,4 104 100

RP : Ratio Prevalens df =1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif dengan bantuan medis sebanyak 10,6% sedangkan pemberian ASI eksklusif dengan penolong persalinan non medis tidak ada dengan CI 95%. Ratio

prevalens untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada persalinan dengan pertolongan

bantuan medis dibandingkan dengan penolong persalinan non medis sebesar 0,83 – 0,95. Penolong persalinan bukan merupakan faktor resiko pemberian ASI eksklusif.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square pada fisher exact


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 2. WHO, 2001.Global Strategy for Infant and Young Child Feeding : The

Optimal Of Exclusive Breat Feeding , 54 th WHA 3. BPS 2007, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007. Jakarta

4. Fikawati, Syafiq, 2003. Hubungan Antara Menyusui Segera dan Pemberian Asi Ekslusif Sampai Dengan Empat Bulan. Jurnal kedokteran trisakti, vol 22. No 2.

5. Depkes RI, 2002. Breast Feeding and Complementery Feeding Practise in Indonesia. Annual Report 2002, Jakarta

6. Dinkes, 2005. Profil kesehatan Sumatera Utara.Medan

7. Biro Pusat Statistik, 2001. Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2001.Jakarta 8. Depkes RI, 2002. Strategi Nasional : Peningkatan Pemberian Asi, Jakarta 9. Suradi, Rulina, Kumpulan Makalah Manajemen Laktasi ; perkumpulan

perinatalogi indonesia

10.Soetjiningsih, 1997. ASI, Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

11.Roesli, Utami, 2000. Mengenal Asi Ekslusif. Jakarta

12.Suharyono, Suradi, 1992. Air Susu Ibu : Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, edisi ke 2.

13.Lawrence, Ruth., 1994. Breastfeeding : A Guide for the Medical Profession, fourth edition, Mosby.

14.Cunningham , F. Gary,1995. Obstetri williams; ahli bahasa, Joko Suyono; editor Devi H Ronardy.EGC. Jakarta.

15.Supriadi, 2002. Kiat Sukses Menyusui. Buku pegangan seputar manfaat menyusui dan permasalahannya, Jakarta.

16.Depkes RI, 2003. Ibu bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu. Jakarta. 17.Kristina, 2003. Pemberian Asi Ekslusif Kepada Bayi 0-4 Bulan dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Indonesia, tesis FKM-UI, Depok.

18.Trisnawati, 2008. Gambaran Faktor-Fator yang Mempengaruhi Pemberian Asi Ekslusif di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Asahan.Skripsi FKM-USU, Medan.


(2)

19.Lebuan, 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Asi Ekslusif Selama Dirawat Di Unit Yosef P.K Sint Carolus, Skripsi FKM-UI, Depok.

20.Notoadmojo, S, 2000. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM-UI, Depok.

21.Riodan, Jan, and, Anerbech, Kathlen G. 1998. Breastfeeding and Human Lactation, Second Edition, Jones and Barllett, London.

22.Dewa I.N.S., 2002. Penilaian Status Gizi. Cetakan II., Penerbit kedokteran EGC. Jakarta.

23.Pratomo, H, 1986. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan KB/ Kependudukan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.

24.Lwanga. S. K and S, Lemeshow.1991. Sample Size Determination in Health Studies. A Practical Manual. World Health Organization. Geneva.

25.Sastroasmoro, Sudigdo.2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. CV Sagung Seto. Jakarta

26.Samirah Kemalasari, 2008. Pengaruh Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematang Siantar Tahun 2008. Tesis FKM-USU, Medan

27.Sri Juliani, 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2009, Skripsi FKM-USU, Medan.

28.Wahyuni, 2001. Hubungan Penolong Persalinan, Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Pemberian Kolostrum Dan Asi Eksklusif, FKM-UNDIP, Semarang.

29.Dasuki, Raden, 1994. Faktor-faktor yang berperan terhadap pola menyusui secara eksklusif pada pasien setelah rawat gabung di rsup dr. Sardjito. Berita Kedokteran masyarakat.

30.Imelda Y, 2000. Hubungan Karakteristik Dan Perilaku Ibu Dengan Pola Pemberian ASI di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor, FKM-USU, Medan.

31.Notoadmojo Sukidjo, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogaykarta.

32.Purnamawati, 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemberian Asi Pada Bayi Usia Empat Bulan. Media Litbang Kesehatan.


(3)

33.Manuaba Gde Bagus Ida, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


(4)

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010

A. DATA UMUM IBU 1. Nama Ibu : 2. Umur Ibu :

3. Alamat :

4. Pendidikan formal yang pernah ditempuh Ibu a. SD

b. SMP c. SMU d. Akademi e. S-1/S-2/S-3 5. Status Pekerjaan Ibu

a. PNS

b. Peg Swasta c. Petani d. Wiraswasta

e. Tidak Bekerja/IRT 6. Jumlah anak :

7. Cara Persalinan : 1. Normal 2. Caesar

B. DATA UMUM BAYI 8. Nama Bayi : 9. Umur :


(5)

C.PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF

11. Menurut Ibu, apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif?

1. Memberikan ASI saja tanpa makanan lain kecuali vitamin, obat, dan

minieral selama 6 bulan. (3)

2. Memberi ASI selama 6 bulan (2)

3. Memberi ASI selama 4 bulan (1)

4. Tidak tahu (0)

12. ASI yang pertama kali keluar setelah lahir disebut kolostrum

1. Benar (1)

2. Salah (0)

3. Tidak tahu (0)

13. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi dapat melindungi bayi dari diare

1. Benar (1)

2. Salah (0)

3. Tidak tahu (0)

14. Salah satu manfaat memberikan ASI bagi ibu adalah mengurangi pendarahan setelah persalinan

1. Benar (1)

2. Salah (0)

3. Tidak tahu (0)

15. Mengkonsumsi kacang-kacangan semasa menyusui dapat memperlancar pengeluaran ASI

1. Benar (1)

2. Salah (0)

3. Tidak tahu (0)

16. ASI saja dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi umur 0-6 bulan

1. Benar (1)

2. Salah (0)

3. Tidak tahu (0)

17. Keuntungan pemberian ASI adalah bayi sehat, lincah, cerdas, dan tidak cengeng

1. Benar (1)

2. Salah (0)


(6)

18. ASI dapat diberikan ½ - 1 jam setelah lahir

1. Benar (1)

2. Salah (0)

3. Tidak tahu (0)

D. INFORMASI TENTANG ASI EKSKLUSIF

19. Dimana ibu mendapatkan informasi pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi tersebut?

1. Media

2. Petugas kesehatan E. TEMPAT BESALIN 20. Dimana Ibu melahirkan?

1. Praktek Bidan 2. Rumah Sakit 3. Klinik bersalin 4. Rumah

21. Siapa yang menolong persalinan ibu pada anak ibu yang terkecil ini? 1. Dukun

2. Bidan 3. Dokter

F. DUKUNGAN KELUARGA

22. Siapa anggota keluarga ibu yang menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif?

1. Suami 2. Orang tua 3. Tidak ada

G. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

23. Apakah bayi ibu hanya diberi ASI saja selama 6 (enam) bulan tanpa makanan dan minuman tambahan ?

1. Ya 3. Tidak H. Jarak kelahiran

24. Berapa lama jarak kelahiran bayi ibu ini dengan anak ibu sebelumnya 1. anak pertama

3. < 2 tahun 2. > 2 tahun