HASIL UJI DTA SPESIMEN

melainkan sudah digunakan bahan penghubung sehingga diperoleh karakteristik yang khas. Akibatnya pada daerah patahanpun akan terjadi perbedaan gambar b dan d. Begitu juga halnya dengan komposit PE-SSP yang sudah ada didalamnya bahan SSP maka sudah dapat dipastikan adanya perbedaan permukaan baik permukaan sebelum dilakukan uji tarik maupun pada daerah patahan sesudah dilakukan uji tarik. Namun kehadiran SSP pada PE dapat terdistribusi secara homogen gambar e.

4.6. HASIL UJI DTA SPESIMEN

Karakteristik termal memegang peranan penting terhadap sifat suatu bahan karena berkaitan erat dengan struktur dalam bahan itu sendiri. Suatu bahan bila dipanaskan akan terjadi perubahan struktur yang mengakibatkan adanya perubahan dalam kapasitas atau energi termal bahan tersebut. Teknik analisa termal digunakan untuk mendeteksi perubahan fisika penguapan dan perubahan kimia dekomposisi suatu bahan yang ditunjukkan dengan penyerapan panas endotermik untuk mencairkan bahan dan pelepasan panas eksotermik untuk menguapkan bahan. Uji DTA dilakukan terhadap bahan PE, JPI dan PE-SSP yang memiliki kondisi optimum. Hasil Uji DTA seperti ditunjukkan pada gambar berikut: Maryono: Komposit Polietilena Dengan Serbuk Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Jerigen Plastik, 2008. USU e-Repository © 2008 a b c Sumber: Laboratorium PTKI Medan Gambar 4.5. Diagram DTA Spesimen Kondisi Optimum. a. Bahan PE. b. Bahan JPI. c. Bahan PE-SSP Maryono: Komposit Polietilena Dengan Serbuk Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Jerigen Plastik, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari gambar kurva Uji DTA di atas dapat diidentifikasi bahwa temperatur transisi glass Tg, titik leleh dan temperatur dekomposisi untuk bahan PE, JPI dan komposit PE-SSP pada kondisi optimum seperti ditunjukkan pada tabel 4.4. berikut: Tabel 4.4. Temperatur Transisi Glass, Titik Leleh dan Temperatur Dekomposisi Spesimen pada Kondisi Optimum Temperatur Transisi Glas Titik Leleh Temperatur Dekomposisi Spesimen C C I C II C PE 140 360 450 - JPI 140 370 450 - PE-SSP 120 315 450 600 Sumber:Laboratorium PTKI Medan Selain informasi tentang temperatur transisi, titik leleh dan temperatur dekomposisi, juga dapat dijelaskan dari gambar a dan b bahwa adanya perbedaan bentuk grafik yang ditunjukkan. Perbedaan ini terjadi diduga disebabkan oleh bahan JPI yang tidak lagi berasal dari polietilena murni 100 melainkan sudah ditambah dengan zat penghubung lainnya sehingga diperoleh kemasan yang memenuhi SNI. Begitu juga dengan gambar c bila dibandingkan dengan gambar a dan b terlihat adanya perbedaan yang sangat signifikan. Perbedaan ini terjadi akibat adanya bahan pengisi serbuk sekam padi pada polietilena. Dari data Uji morfologis serbuk sekam padi tabel 4.1. halaman 24 diperoleh informasi bahwa besarnya kadar abu 37,18, kadar total selulosa 29,65, kadar alfa selulosa 20,03, kadar lignin 11,90, kadar sari 10,42 dan kadar pentosan 9,62. Besarnya kadar zat-zat yang terkandung didalam serbuk sekam padi sudah barang tentu akan mempengaruhi Maryono: Komposit Polietilena Dengan Serbuk Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Jerigen Plastik, 2008. USU e-Repository © 2008 temperatur transisi glass Tg, titik leleh dan temperatur dekomposisi dari komposit PE-SSP. Akibatnya grafik yang ditunjukkan juga memiliki perbedaan-perbedaan. Dari tabel 4.4. untuk komposit PE-SSP diperoleh informasi bahwa dengan penambahan SSP pada PE akan menurunkan temperatur transisi glass Tg, temperaratur leleh dan menaikkan temperatur dekomposisi. Dari gambar 4.5. diagram DTA untuk komposit PE-SSP tampak bahwa temperatur dekomposisi terjadi dua kali yang ditandai dengan adanya dua puncak setelah titik leleh, yaitu pada temperatur 450 C dan pada temperatur 600 C. Hal ini diduga penyebabnya adalah pada suhu 450 C polietilena mulai terbakar dan pada suhu 600 C lignin yang terapat pada serbuk sekam padi mulai terbakar. Maryono: Komposit Polietilena Dengan Serbuk Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Jerigen Plastik, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN