Alkohol Proses Produksi Bahan Bakar Biodiesel Minyak Kelapa

c. Tidak mengandung sulfur dan benzana yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami. d. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik dari pada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin. e. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun. f. Mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara siginifikan walaupun penambahan hanyak 5 – 10 volum biodiesel ke dalam solar.

2.2. Alkohol

Alkohol yang biasa digunakan adalah methanol dan ethanol. Methanol mempunyai keuntungan lebih mudah bereaksi atau lebih stabil dibandingkan dengan ethanol. Kerugian dari methanol adalah methanol merupakan zat beracun dan berbahaya. Methanol sangat mudah terbakar bahkan lebih mudah terbakar dibandingkan dengan mesin. Methanol biasa juga disebut metil alkohol. Sedangkan ethanol biasa juga disebut ethyl alcohol. Methanol berwarna bening seperti air, mudah menguap, mudah terbakar dan mudah bercampur dengan air. Methanol dan ethanol yang dapat digunakan hanya yang murni 100. Methanol merupakan alkohol yang paling banyak digunakan untuk pembuatan biodiesel. Methanol lebih disukai karena hanya memiliki satu ikatan sedangkan etahanol memiliki dua ikatan karbon. Dimar Sidabutar : Analisis Pengaruh Temperatur Reaksi Dan Konsentrasi Katalis NaOh Dalam Media Metanol Terhadap Perubahan Karakteristik Fisika Biodiesel Minyak Kelapa, 2009 USU Repository © 2008 Methanol lebih murah dan lebih mudah memperoleh pemisahan gliserin dibanding ethanol. Ethanol lebih aman, tidak beracun dan terbuat dari hasil pertanian. Sedangkan methanol mengandung uap yang berbahaya bagi makhluk hidup dan terbuat dari batubara. Ethanol memiliki sifat yang sama dengan methanol, yaitu berwarna bening seperti air, mudah menguap, mudah terbakar dan mudah bercampur dengan air. Pemisahan gliserin dengan menggunakan ethanol lebih sulit dari methanol dan jika tidak berhati-hati akan berakhir dengan emulsi. Methanol memiliki berat jenis 0,7915 gm 3 , sedangkan ethanol memiliki berat jenis 0,79 gm 3 .

2.3. Proses Produksi Bahan Bakar Biodiesel Minyak Kelapa

Biodiesel atau metil ester dibuat dengan cara mereaksikan trigliserida dengan metanol membentuk senyawa metil ester dan gliserol dengan bantuan basa NaOH sebagai katalisator. Reaksi ini disebut dengan reaksi transesterifikasi. Transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak kelapa dengan metanol menggunakan katalisator NaOH. Proses transesterifikasi berlangsung 0,5 – 1 jam pada suhu sekitar 40 C campuran kemudian didiamkan, sehingga membentuk 2 lapisan, lapisan bawah adalah gliserin dan lapisan atas adalah metil ester biodiesel. Agar reaksi berlangsung sempurna, biodiesel dari tahap pertama kemudian direaksikan dengan metanol tahap kedua. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan Dimar Sidabutar : Analisis Pengaruh Temperatur Reaksi Dan Konsentrasi Katalis NaOh Dalam Media Metanol Terhadap Perubahan Karakteristik Fisika Biodiesel Minyak Kelapa, 2009 USU Repository © 2008 kandungan gliserol total bebas dan terikat dalam biodiesel agar tidak terjadi deposit apabila diaplikasikan pada motor Alamsyah, A.N, 2006. Proses pembuatan biodiesel dari minyak kelapa dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1. Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Pada Gambar 2.1. Minyak kelapa sebelum dimasukkan kedalam reaktor ditambahkan katalis dan metanol, sedangkan hasil produk dari reaktor tersebut adalah biodiesel yang masih memerlukan proses pencucian dan pemurnian sehingga diperoleh biodiesel yang memenuhi syarat sebagai bahan bakar kendaraan. KATALIS PREPARASI REAKTOR PEMURNIAN BIODIESEL PEMISAHAN GLISEROL METANOL [ M. KELAPA PENCUCIAN Dimar Sidabutar : Analisis Pengaruh Temperatur Reaksi Dan Konsentrasi Katalis NaOh Dalam Media Metanol Terhadap Perubahan Karakteristik Fisika Biodiesel Minyak Kelapa, 2009 USU Repository © 2008 Dari segi lingkungan pemakaian biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan pemakaian minyak solar, yaitu: a. Pengurangan emisi CO sebesar 50. b. Biodiesel mengandung lebih sedikit hidrokarbon aromatik. c. Tidak menghasilkan emisi sulfur SO. d. Pengurangan emisi partikulat sebesar 60. e. Menghasilkan emisi NO x lebih kecil dibanding dengan penggunaan diesel biasa disebabkan angka cetana yang tinggi Boedoyo, M.S, 2007. Data karakteristik biodiesel dapat diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Karakteristik Biodiesel Parameter Satuannya Batas Nilai Metode Uji Massa jenis 40 grml 0,850 – 0,890 ASTM D–1298 Visikositas kinetik pada 40 , cSt 2,3 – 6,0 ASTM D–445 Angka setana Min 48 ASTM D–613 Titik kilat flash point, Min 100 ASTM D–93 Korosi strip tembaga 3 jam pada 50 Maks No 3 ASTM D–130 Residu karbon - bb Maks 0,3 ASTM D-4530 Air dan sedimen, - volume Maks 0,05 ASTM D–2709 Temperature distilasi 90, Maks 360 ASTM D–1160 Abu tersulfatkan, b Maks 0,02 ASTM D–974 Belerang, ppm – b mgkg Maks 80 ASTM D–5453 Sumber: Forum Biodiesel Indonesia Dimar Sidabutar : Analisis Pengaruh Temperatur Reaksi Dan Konsentrasi Katalis NaOh Dalam Media Metanol Terhadap Perubahan Karakteristik Fisika Biodiesel Minyak Kelapa, 2009 USU Repository © 2008 Data karakteristik mutu solar dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2. Karakteristik Mutu Solar Parameter Satuannya Batas Nilai Metode Uji Massa jenis 40 grml 0,82 – 0,87 ASTM D–1298 Visikositas kinetic pada 40 , cSt 1,6 – 5,8 ASTM D–445 Angka setana Min 45 ASTM D–613 Titik kilat flash point, Maks 150 ASTM D–93 Korosi strip tembaga 3 jam pada 50 Min No. 1 ASTM D–130 Residu karbon - bb Min 0,1 ASTM D–189 Air dan sedimen, - volume Min 0,05 ASTM D–95 Temperatur distilasi 300, Max 40 ASTM D–86 Abu tersulfatkan, b Min 0,01 ASTM D–974 Belerang, ppm b Min 0,5 ASTM D–1551 2.4. Penyimpanan dan Stabilitas Biodiesel dapat mengalami degradasi jika disimpan dalam waktu yang lama disertai dengan kondisi tertentu. Degradasi biodiesel pada umumnya disebabkan oleh proses oksidasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi degradasi biodiesel antara lain keberadaan asam lemak tak jenuh, kondisi penyimpanan tertutupterbuka, temperatur dan sebagainya, unsur logam, dan peroksida. Leung, dkk, 2006 menemukan bahwa temperatur tinggi 40 C yang disertai dengan keberadaan udara terbuka menyebabkan degradasi yang sangat signifikan pada penyimpanan biodiesel hingga 50 minggu. Konsentrasi asam meningkat pada biodiesel yang telah terdegradasi. Hal ini disebabkan oleh putusnya rantai asam lemak metal ester menjadi asam-asam lemak. Mereka menemukan bahwa faktor keberadaan air tidak terlalu signifikan mempengaruhi proses degradasi. Namun demikian, keberadaan air yang terpisah dari Dimar Sidabutar : Analisis Pengaruh Temperatur Reaksi Dan Konsentrasi Katalis NaOh Dalam Media Metanol Terhadap Perubahan Karakteristik Fisika Biodiesel Minyak Kelapa, 2009 USU Repository © 2008 biodiesel dapat membantu pertumbuhan mikroorganisme Environment Canada, 2006. Temperatur tinggi 40 C yang tidak disertai dengan keberadaan udara terbuka; sebaliknya udara terbuka tanpa keberadaan temperatur tinggi, tidak menyebabkan degradasi yang signifikan pada biodiesel yang disimpan dalam waktu lama hingga 50 minggu. Dalam penelitiannya, Leung, dkk, 2006 menggunakan rapeseed oil sebagai bahan baku biodiesel. Kontak antara biodiesel dengan logam dan elastomer selama proses penyimpanan juga mempengaruhi stabilitas biodiesel Environment Canada, 2006. Ditemukan bahwa logam tembaga copper memiliki efek katalis oksidasi yang paling kuat untuk biodiesel. Oksidasi pada biodiesel dapat menyebabkan terbentuknya hidroperoksida yang selanjutnya terpolimerisasi dan membentuk gum; hal ini dapat menyebabkan penyumbatan pada filter atau saluran bahan baker mesin diesel Environment Canada, 2006. Standard Eropa, EN 14214, mengatur uji stabilitas biodiesel terhadap oksidasi, yakni dengan cara memanaskan biodiesel pada 110 C selama tak kurang dari 6 jam menggunakan metode Rancimat. Harga viskositas biodiesel dapat dijadikan sebagai ukuran terjadi tidaknya proses degradasi pada biodiesel. Menemukan bahwa biodiesel minyak Castor yang digunakan dapat mengalami degradasi, dicirikan dengan kenaikan viskositas yang sangat tinggi, jika dikenai temperatur yang sangat tinggi 210 C dalam jangka waktu Dimar Sidabutar : Analisis Pengaruh Temperatur Reaksi Dan Konsentrasi Katalis NaOh Dalam Media Metanol Terhadap Perubahan Karakteristik Fisika Biodiesel Minyak Kelapa, 2009 USU Repository © 2008 lebih dari 10 jam. Degradasi ini terjadi diduga karena terjadinya proses oksidasi dan polimerisasi pada biodiesel Indarto, Y.S, 2006.

2.5. Sifat-sifat Penting dari Bahan Bakar Mesin Diesel