Ketentuan dalam Pasal 28 UUJF menyatakan, “Apabila atas benda yang sama menjadi objek Jaminan Fidusia lebih dari 1 satu perjanjian
Jaminan Fidusia, maka hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, diberikan kepada pihak yang lebih dahulu mendaftarkan
pada Kantor Pendaftaran Fidusia.” Jadi berdasarkan ketentuan dari Pasal 28 UUJF di atas, hak yang
didahulukan diberikan kepada kreditur yang terlebih dahulu melakukan pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Berdasarkan penjelasan Pasal
27 ayat 1 UUJF, Hak yang didahulukan tersebut dihitung sejak tanggal pendaftaran objek Jaminan Fidusia tersebut.
D. Pembebanan dan pendaftaran Jaminan Fidusia
Ketentuan dalam Pasal 5 ayat 1 UUJF menetapkan, ”Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan
merupakan Akta Jaminan Fidusia.” Akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk ditentukan oleh undang-
undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk ditempati dimana akta dibuatnya pasal 1868 KUH Perdata.
R. Supomo memberikan pengertian akta otentik sebagai berikut, “ Akta otentik adalah surat yang dibuat oleh atau dimuka seorang pejabat umum yang
mempunyai wewenang untuk membuat surat itu, dengan maksud untuk menjadikan
Universitas Sumatera Utara
surat tersebut sebagai alat bukti.”
39
Sedangkan akta dibawah tangan adalah surat yang ditandatangani dan dimuat dengan maksud untuk dijadikan bukti dari perbuatan
hukum.
40
Ketentuan pasal 1870 KUH Perdata menyatakan bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa
yang dimuat didalamnya diantara para pihak beserta para ahli warisnya, atau para pengganti haknya. Hal inilah yang menyebabkan UU Jaminan fidusia menetapkan
perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta notaris.
41
Dari redaksi Pasal 5 ayat 1 UUJF kita tidak bisa menafsirkan bahwa ketentuan dalam pasal tersebut bersifat memaksa. Kalau memang menjadi maksud
dari pembuat undang-undang untuk mewajibkan penuangan akta fidusia di dalam bentuk akta notariil, maka ia seharusnya menuangkan perumusan Pasal 5 ayat 1
UUJF dalam bentuk ketentuan yang bersifat memaksa, baik dengan mencantumkan kata “harus” atau “wajib” di depan kata-kata “dibuat dengan akta notaris”, maupun
dengan menyebutkan akibat hukumnya kalau tidak dibuat dengan akta notaris.
42
Namun demikian, Pasal 5 ayat 1 UUJF tersebut juga bisa kita tafsirkan, bahwa terhitung sejak berlakunya UUJF, untuk pelaksanaan hak-hak dari Pemberi
dan Penerima Fidusia sebagai yang disebutkan dalam UUJF, harus dipenuhi syarat, bahwa Jaminan Fidusia itu harus dituangkan dalam bentuk akta notariil. Ini tidak
39
R. Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri Jakarta: Pradyna Paramita, Jakarta, hlm. 76-77.
40
Ibid
41
Gunawan Widjaya Ahmad Yani, Op.cit., hlm. 136.
42
J. Satrio, Op.cit., hlm. 200.
Universitas Sumatera Utara
sama dengan mengatakan, bahwa semua Jaminan Fidusia yang tidak dituangkan dalam bentuk akta notariil, yang dibuat sesudah berlakunya UUJF tidak berlaku,
sebab bisa saja terhadap Jaminan Fidusia seperti itu berlaku ketentuan-ketentuan tidak tertulis dan yurisprudensi yang selama ini berlaku. Ketentuan dalam Pasal 37
sub 3 UUJF juga mengatakan bahwa dalam jangka waktu 60 hari, Jaminan Fidusia yang lama tidak disesuaikan dengan UUJF, maka jaminan itu “bukan merupakan hak
agunan atas kebendaan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”. Dengan demikian, akta notaris di sini merupakan syarat materiil berlakunya ketentuan-
ketentuan UUJF atas perjanjian penjaminan Fidusia yang ditutup para pihak. Di samping itu, sudah tentu juga sebagai alat bukti.
43
Akta notaris merupakan akta autentik dan mempunyai kekuatan pembuktian yang paling sempurna, karenanya pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia
dituangkan dalam akta notaris yang merupakan Akta Jaminan Fidusia AJF. Dalam Pasal 1870 KUH Perdata dinyatakan, bahwa suatu akta autentik memberikan suatu
bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya ataupun orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka
selaku penggantinya. Atas dasar itulah, UUJF “mengharuskan” atau “mewajibkan” pembebanan benda yang dijamin dengan Jaminan Fidusia dilakukan dengan akta
notaris.
44
43
Ibid, hlm. 201.
44
Rachmadi Usman, Op.cit., hlm. 189.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu mengingat objek Jaminan Fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang tidak terdaftar, sudah sewajarnya bentuk akta autentiklah yang
dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek Jaminan Fidusia.
45
Dalam praktik bentuk perjanjian fidusia disyaratkan tertulis, namun tidak perlu dilakukan adanya penyerahan nyata. Selama ini bentuk perjanjian fidusia adalah
bebas. Akan tetapi menurut kebiasaan perjanjian fidusia lazim dibuat secara tertulis yang dituangkan dalam akta fidusia, baik dengan akta di bawah tangan maupun akta
autentik, terserah kepada penentuan dari para pihak. Di Belanda dalam praktik perbankan perjanjian fidusia lazim dirumuskan dalam model-model tertentu.
Demikian pula di Indonesia, perjanjian fidusia lazim dibuat oleh bank pemerintah maupun swasta dalam bentuk akta perjanjian bank akta perjanjian fidusia dan
dirumuskan dalam formulir-formulir tertentu.
46
Stein dalam tulisannya Zekerheidsrechten, Zekerheidsoverdracht, Panden Borgtrocht menunjukkan manfaatnya perjanjian fidusia secara tertulis tersebut dalam
hal-hal sebagai berikut:
47
1. Pemegang fidusia demi kepentingannya akan menuntut cara yang paling
gampang untuk dapat membuktikan adanya penyerahan tersebut terhadap debitur. Hal demikian penting untuk menjaga kemungkinan debitur
meninggal sebelum kreditur dapat melaksanakan haknya. Tanpa adanya akta akan sulit baginya untuk membuktikan hak-haknya terhadap ahli
waris dari debitur;
45
Fred B.G Tumbuan, Op.cit., hlm. 23.
46
Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, Op.cit., hlm. 40.
47
Prof. Mr. P.A. Stein, Zekerheidsrechten, zekerheidsoverdracht, pand en borgtrocht, Kluwer-Deventer, 1972, hlm. 8-9.
Universitas Sumatera Utara
2. Dengan adanya akta akan dapat dicantumkan janji-janji khusus antara
debitur dan kreditur, yang mengatur hubungan hukum mereka. Perjanjian secara lisan tidak akan dapat menentukan secara teliti jika menghadapi
keadaan yang sulit yang kemungkinan timbul;
3. Perjanjian yang tertulis dari fidusia sangat bermanfaat bagi kreditur, jika
ia akan mempertahankan haknya terhadap pihak ketiga.
Ketentuan dalam Pasal 5 ayat 2 UUJF menetapkan, “Terhadap pembuatan Akta Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1, dikenakan biaya yang besarnya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Sesuai dengan amanat dari Pasal 5 ayat 2 UUJF, maka dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan
Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, yang besarnya biaya pembuatan Akta Jaminan Fidusia ditentukan berdasarkan kategori, yang disesuaikan dengan nilai
penjaminannya, sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia
No. Nilai Penjaminan
Besar Biaya
1. Rp 50.000.000,00
Paling banyak Rp 50.000,00
2. Rp 50.000.000,00 s.d Rp 100.000.000,00
Rp 100.000,00 3.
Rp 100.000.000. 00 s.d Rp 250.000.000,00 Rp 200.000,00
4. Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00
Rp 500.000,00 5.
Rp 500.000.000,00 s.d Rp 1.000.000.000,00 Rp 1.000.000,00
6. Rp`1.000.000.000,00 s.d Rp 2.500.000.000,00
Rp 2.000.000,00 7.
Rp 2.500.000.000,00 s.d Rp`5.000.000.000,00 Rp 3.000.000,00
8. Rp 5.000.000.000,00 s.d Rp 10.000.000.000,00
Rp 5.000.000,00 9.
Rp 10.000.000.000,00 Rp 7.500.000,00
Sumber. Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 Akta Jaminan Fidusia sekurang-kurangnya memuat :
1. Identitas Pihak Pemberi dan Penerima Fidusia
Dalam suatu akta autentik harus disebutkan atau dicantumkan secara jelas dan lengkap mengenai identitas para penghadap danatau orang yang
mereka wakili serta keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap. Ketentuan dalam Penjelasan atas Pasal 6 sub a UUJF
menyatakan, “Yang dimaksud dengan “identitas” dalam Pasal ini adalah meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggal, atau tempat kedudukan,
Universitas Sumatera Utara
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan.”
Jadi, identitas Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia meliputi : 1.
Nama lengkap, yang meliputi nama kecil dan nama keturunankeluargamarga
2. Agama
3. Tempat tinggal atau tempat kedudukan bagi badan hukum
4. Tempat dan tanggal lahir usia
5. Jenis kelamin
6. Status perkawinan
7. Pekerjaan
2. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia
Sifat perjanjian penjaminan Fidusia adalah bersifat accesoir, yang memiliki perjanjian pokok yang menjadi dasar adanya hubungan hukum
yang melandasi pembebanan dengan Jaminan Fidusia tersebut. Berdasarkan Penjelasan atas Pasal 6 huruf b UUJF disebutkan bahwa,
“Yang dimaksud dengan “data perjanjian pokok” adalah mengenai macam perjanjian dan utang yang dijamin dengan fidusia.”
Perjanjian pokok disini antara lain dapat berupa Perjanjian Kredit, Perjanjian Pembiayaan Konsumen, dll.
3. Uraian benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;
Syarat mengenai “uraian benda jaminan” merupakan syarat yang logis, karena UUJF memang hendak memberikan kepastian hukum dan
kepastian hukum hanya dapat diberikan bila data-datanya tersaji dengan
Universitas Sumatera Utara
relatif pasti, relatif tertentu dan ini sesuai dengan asas specialitas yang dianutnya.
48
Berdasarkan pada Penjelasan atas Pasal 6 huruf c
UUJF menyebutkan,”Uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasikan Benda tersebut, dan dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya.”
Dalam hal benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia merupakan benda dalam persediaan inventory yang selalu berubah-ubah dan atau tidak
tetap, seperti stok bahan baku, barang jadi, atau portfolio perusahaan efek, maka dalam akta Jaminan Fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis,
merek, kualitas dari Benda tersebut. 4.
Nilai penjaminan; Nilai jaminan menunjukkan berapa besar beban yang diletakkan atas
benda jaminan. Syarat ini mempunyai kaitan dengan sifat hak jaminan sebagai hak mendahului atau hak preferen. Penyebutan nilai penjaminan
tersebut diperlukan untuk menentukan sampai seberapa besar kreditur penerima fidusia “maksimal” preferen dalam mengambil pelunasan atas
hasil penjualan benda Jaminan Fidusia. Karena fidusia bersifat accesoir, kata “maksimal” perlu diperhatikan, sehingga besarnya “tagihan”
ditentukan oleh perikatan pokoknya. Besarnya beban jaminan ditentukan
48
J. Satrio, Op.cit., hlm. 207.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan besarnya beban yang dipasang nilai jaminan tetapi hak preferen dibatasi oleh besarnya sisa utang yang dijamin.
49
5. Nilai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
Syarat penyebutan nilai benda jaminan merupakan syarat yang baru dalam hukum jaminan. Pada jaminan hipotek, hak tanggungan maupun
gadai, tidak disyaratkan penyebutan objek jaminan. Kita bisa menduga bahwa mungkin penyebutan nilai benda jaminan sangat penting, sehingga
disyaratkan pula dalam Akta Jaminan Fidusia harus dicantumkan mengenai nilai benda yang dijaminkan dengan Jaminan Fidusia
tersebut.
50
6. Nomor, Jam, Hari, dan Tanggal Akta Jaminan Fidusia
Berdasarkan Penjelasan atas Pasal 5 ayat 1 UUJF menyebutkan bahwa dalam Akta Jaminan Fidusia selain dicantumkan hari dan tanggal, juga
dicantumkan mengenai waktu jam pembuatan akta tersebut. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 38 ayat 2 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004, suatu akta notaris harus memuat, selain judul akta, juga nomor akta, jam, hari, tanggal, bulan, tahun pembuatan, dan
penandatanganan akta notariil serta nama lengkap dan tempat kedudukan notaris yang bersangkutan. Berhubung Akta Jaminan Fidusia merupakan
49
Ibid, hlm. 209-210.
50
Ibid, hlm 211.
Universitas Sumatera Utara
akta notariil, dengan sendirinya juga harus memuat atau menyebutkan mengenai hal-hal di bawah ini yaitu:
51
1. Judul Akta Jaminan Fidusia;
2. Nomor Akta Jaminan Fidusia;
3. Jam waktu pembuatan dan penandatanganan Akta Jaminan Fidusia;
4. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan dan penandatangan Akta
Jaminan Fidusia, dan; 5.
Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris yang bersangkutan. 7.
Janji-janji Ketentuan dalam pasal 6 UUJF hanya mengatur hal-hal minimal yang
wajib dimuat atau dicantumkan dalam Akta Jaminan Fidusia, sedangkan mengenai janji-janji yang dapat dicantumkan di dalam Akta Jaminan
Fidusia tidak diatur. Ini berarti bahwa Pemberi Fidusia dan Peneriman Fidusia dapat mencantumkan hal-hal lain sesuai kesepakatan kedua belah
pihak dan hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan UUJF. Ketentuan ini sesuai dengan Asas Kebebasan Berkontrak yang dianut dalam Hukum
Perjanjian.
52
UUJF juga menganut prinsip pendaftaran Jaminan Fidusia yang diatur dalam Pasal 11 yang berbunyi :
1 Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan:
2 Dalam hal Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia berada diluar
wilayah negara Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tetap berlaku.
51
Rachmadi Usman, Op.cit., hlm. 198.
52
Ibid, hlm. 199.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memberikan kepastian hukum Pasal 11 UUJF mewajibkan benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia yang
terletak di Indonesia. Pendaftaran itu memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan fidusia. Selain itu,
Pendaftaran Jaminan Fidusia merupakan perwujudan dari asas publisitas dan kepastian hukum.
53
Adapun maksud dan tujuan dilakukan sistem pendaftaran Jaminan Fidusia adalah:
54
1. Memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan
terutama terhadap kreditur lain mengenai benda yang telah dibebani dengan Jaminan Fidusia;
2. Melahirkan ikatan Jaminan Fidusia bagi kreditur penerima fidusia;
3. Memberikan hak yang didahulukan preferen kepada kreditur penerima
fidusia terhadap kreditur lain, berhubung pemberi fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia berdasarkan
kepercayaan;
4. Memenuhi asas publisitas
Pendaftaran Benda yang dibebani Jaminan Fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia yang terletak di wilayah Indonesia. Pendaftaran tersebut
dilaksanakan di tempat kedudukan Pemberi Fidusia. Keberadaan Kantor Pendaftaran Fidusia ini berada dalam lingkup tugas Departemen Kehakiman dan bukan institusi
yang mandiri atas unit pelaksana teknis.
53
Tan Kamello, Op.cit., hlm.213.
54
Ibid, hlm. 201-202.
Universitas Sumatera Utara
Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia,
yang memuat : 1.
Identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia; 2.
Tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang memuat akta Jaminan Fidusia;
3. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
4. Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;
5. Nilai penjaminan; dan
6. Nilai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat Jaminan Fidusia dalam Buku Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan
pendaftaran. Dengan demikian pendaftaran Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia
merupakan perbuatan konstitutif yang melahirkan Jaminan Fidusia. Penegasan lebih lanjut dapat kita lihat dalam ketentuan pasal 28 UU Jaminan Fidusia yang
menyatakan apabila atas Benda yang sama menjadi objek Jaminan Fidusia lebih dari 1 satu perjanjian Jaminan Fidusia, maka kreditur yang lebih dahulu
mendaftarkannya adalah sebagai Penerima Fidusia. Hal ini penting diperhatikan oleh kreditur yang menjadi pihak dalam perjanjian Jaminan Fidusia, karena hanya
Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya yang boleh melakukan Pendaftaran Jaminan Fidusia. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran Jaminan Fidusia dan
biaya pendaftaran akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
55
55
Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Op.cit, hlm 148.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai kelanjutan dari pendaftaran Jaminan Fidusia, maka Kantor Pendaftaran Fidusia mengeluarkan Sertifikat Jaminan Fidusia sebagai bukti
pendaftaran Jaminan Fidusia. Ketentuan mengenai Sertifikat Jaminan Fidusia diatur dalam Pasal 15 UUJF yang berbunyi:
1 Dalam Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat 1 dicantumkan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
2 Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
3 Apabila debitur cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk
menjual Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasannya sendiri.
Sertifikat Jaminan Fidusia mempunyai ciri yang istimewa dengan adanya irah-irah “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA”. Sertifikat ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang dipersamakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Artinya adalah
bahwa Sertifikat Jaminan Fidusia ini dapat langsung dieksekusidilaksanakan tanpa melalui proses persidangan dan pemeriksaan melalui pengadilan, dan bersifat final
serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Apabila debitur cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual
benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri. Ini merupakan salah satu ciri jaminan kebendaan yaitu adanya kemudahan dalam pelaksanaan
eksekusinya yaitu apabila pihak Pemberi Fidusia cidera janj. Oleh karena itu, dalam
Universitas Sumatera Utara
UUJF diatur secara khusus tentang eksekusi Jaminan Fidusia ini melalui pranata parate eksekusi.
56
Adapun mengenai biaya pendaftaran Jaminan Fidusia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehakiman. Besarnya biaya tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Biaya Pendaftaran Jaminan Fidusia
No. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Satuan Tarif Rp
1. Biaya Pendaftaran Jaminan Fidusia:
a. untuk nilai penjaminan sampai
dengan Rp 50 juta Rupiah b.
untuk nilai penjaminan di atas Rp 50 juta rupiah
per akta per akta
25.000,00 50.000,00
2. Biaya permohonan perubahan hal-hal
yang tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia
per permohonan
10.000,00
3. Biaya permohonan penggantian Sertifikat
Jaminan Fidusia yang rusak atau hilang : a.
untuk nilai penjaminan sampai dengan Rp 50 juta rupiah
b. untuk nilai penjaminan di atas Rp
50 juta rupiah per akta
per akta 25.000,00
50.000,00 Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2000
E. Berakhirnya Jaminan Fidusia