Prinsip-Prinsip Jaminan Fidusia Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

Dalam upaya mencari kepastian hukum bagi debitur maupun kreditur telah ada beberapa undang-undang yang diterapkan atau dipakai sebelum adanya Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia diberlakukan, yaitu sebagai berikut: 30 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun ; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Perumahan ; 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ; 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan UUHT ; 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pengaturan hukum tentang Jaminan Fidusia secara komprehensif pada akhirnya diatur dan diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1992 tentang Jaminan Fidusia yang diundangkan pada tanggal 30 September 1999, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168.

B. Prinsip-Prinsip Jaminan Fidusia

Istilah asas merupakan terjemahan dari bahasa latin “principium” yang dalam bahasa Inggris disebut “principle”. Padanan kata ini dalam bahasa Belanda “beginsel” yang artinya dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Kata “principle” atau sering di bahasa indonesiakan sebagai prinsip yaitu sebagai sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alas, sebagai dasar tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan sesuatu hal yang ingin dijelaskan. 31 30 Andreas Albertus, Hukum Fidusia, Yogyakarta: Selaras, 2010, hlm. 66 . 31 Mahadi, Falsafah Hukum Suatu Pengantar, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989, hlm. 119. Universitas Sumatera Utara Kata “principle” atau asas adalah sesuatu, yang dapat dijadikan sebagai alas, sebagai dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan sesuatu hal, yang hendak dijelaskan. Principle is a fundamental truth or doctrine, as of law; a comprehensive rule or doctrine which furnishes a basis or origin for others Pengertian ini belum memberikan kejelasan dalam ilmu hukum, tetapi sudah memberikan arahan tentang hal yang essensi dari asas yakni ajaran atau kebenaran yang mendasar untuk pembentukan peraturan hukum yang menyeluruh. 32 Tan Kamello menjabarkan prinsip-prinsip atau asas-asas Jaminan Fidusia yang terdapat dalam UUJF yaitu: 33 1. Asas Preferensi, yaitu kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya. Asas tersebut dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 2 dan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dalam ilmu hukum asas ini disebut juga droit de preference. 2. Asas bahwa Jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dalam tangan siapa pun benda tersebut berada. Dalam ilmu hukum asas ini disebut droit de suite atau zaaksgevolg. Asas ini menunujukkan bahwa Jaminan Fidusia adalah merupakan hak kebendaan zakelijkrecht dan bukan hak perorangan persoonlijkrecht, karena hak perorangan tidak memiliki karakter droit de suite. 3. Asas bahwa Jaminan Fidusia adalah merupakan perjanjian ikutan yang lazim disebut asas asesoritas yang mengandung arti bahwa keberadaan Jaminan Fidusia adalah ditentukan oleh perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian prinsipal. Dalam hal ini perjanjian utama bagi Jaminan Fidusia adalah perjanjian utang piutang yang melahirkan utang yang dijamin dengan Jaminan Fidusia. Hal ini ditegaskan dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang 32 Muhammad Abdulkadir, Jaminan dan fungsinya, Bandung : Gema Insani Pers, 1993, hlm.6. 33 Disarikan dari pendapat Tan Kamello, Op.cit.,, hlm. 159-170. Universitas Sumatera Utara menyebutkan bahwa perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. 4. Asas bahwa Jaminan Fidusia dapat diletakkan utang yang baru akan ada kontinjen. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang menentukan bahwa obyek Jaminan Fidusia dapat dibebankan kepada utang yang akan ada. Asas ini tampak dibuat untuk menampung aspirasi kebutuhan hukum dunia perbankan, misalnya utang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditur untuk kepentingan debitur dalam rangka pelaksanaan garansi bank. lihat penjelasan pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999. 5. Asas bahwa Jaminan Fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan ada. Hal ini dapat ditemukan dalam pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang menentukan bahwa obyek Jaminan Fidusia dapat diberikan pada satu atau lebih atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan, maupun yang akan diperoleh kemudian. Asas ini adalah salah satu yang membedakan Jaminan Fidusia dengan hipotek. Seperti diketahui, jaminan hipotek hanya dapat diletakkan atas benda-benda yang sudah ada Pasal 1175 KUH Perdata. 6. Asas bahwa Jaminan Fidusia dapat dibebankan terhadap bangunanatau rumah yang terdapat di atas tanah milik orang lain. Asas ini dinamakan asas pemisahan horizontal sebagaimana dapat diketahui pengaturannya dalam penjelasan pasal 3 huruf a Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 7. Asas bahwa Jaminan Fidusia berisikan uraian secara detail terhadap subyek dan obyek Jaminan Fidusia. Subyek Jaminan Fidusia yang dimaksud adalah identitas para pihak yakni pemberi dan penerima Jaminan Fidusia. Sedangkan oyek jaminan yang dimaksud adalah perjanjian pokok yang dijamin fidusia, uraian mengenai Jaminan Fidusia, nilai penjamin dan nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Asas inilah yang dikenal sebagai asas spesialitas atau pertelaan sebagaiman yang diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 8. Asas bahwa pemberi Jaminan Fidusia harus orang yang memiliki kewenangan hukum atas obyek Jaminan Fidusia. Kewenangan hukum tersebut harus ada pada saat Jaminan Fidusia didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia. Berbeda dari pengaturan hak tanggungan yang mencantumkan secara jelas dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 4 Universitas Sumatera Utara Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, ternyata Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia belum mencantumkan asas ini secara jelas dan tegas. 9. Asas bahwa Jaminan Fidusia harus didaftar ke Kantor Pendaftaran Fidusia diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Asas ini dalam ilmu hukum disebut asas publisitas. Asas publisitas juga melahirkan asas kepastian hukum terhadap Jaminan Fidusia. 10. Asas bahwa benda yang dijadikan obyek Jaminan Fidusia obyek Jaminan Fidusia tidak dapat dimiliki oleh kreditor penerima Jaminan Fidusia sekalipun hal itu diperjanjikan. Hal ini diatur dalam Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 11. Asas bahwa Jaminan Fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditor penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan kemudian ke kantor fidusia dari pada kreditur yang mendaftarkan kemudian, sebagaimana yang dapat ditemukan dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 12. Asas bahwa pemberi Jaminan Fidusia yang tetap menguasai benda jaminan harus mempunyai itikad baik te goeder trouw, in good faith. Asas itikad baik tersebut memiliki nilai subyektif sebagai kejuruan untuk membedakannya dalam pengertian obyektif sebagai kepatutan dalam hukum pejanjian. 13. Asas bahwa Jaminan Fidusia mudah dieksekusi sebagaimana yang dapat ditemukan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Kemudahan dalam pelaksanaan eksekusi tersebut difasilitasi dengan mencantumkanj irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” pada Sertifikat Jaminan Fidusia. Dengan titel eksekutorial tersebut menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dalam hal penjualan benda Jaminan Fidusia, selain melalui titel eksekutorial, juga dapat dilakukan dengan cara melelang secara umum dan di bawah tangan seperti yang diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

C. Sifat dan Ciri Jaminan Fidusia

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Atas Lelang Terhadap Barang Jaminan Fidusia Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Leasing (Studi Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan)

11 159 147

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan ( Leasing ) Atas Klaim Dari Tertanggung (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

3 81 156

Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan

2 115 132

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

20 330 122

PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA PADA PT.ASTRA SEDAYA FINANCE CABANG PADANG.

0 0 13

PEMBEBANAN JAMINAN FIDUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA PT. MEGA AUTO CENTRAL FINANCE CABANG PAYAKUMBUH).

0 2 30

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 10

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 2

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 14

Aspek Hukum Pembebanan Jaminan Fidusia Antara Perusahaan Pembiayaan Dengan Nasabah (Studi Pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

0 0 3