Siklus Hidup Kepiting

c. Siklus Hidup Kepiting

Kepiting bakau termasuk hewan nokturnal, keluar dari persembunyiannya beberapa saat setelah matahari terbenam dan bergerak sepanjang malam terutama untuk mencari makan, kemudian akan membenamkan dirinya kembali pada saat matahari akan terbit. Jenis crustaceae yang biasa didapatkan di daerah hutan bakau adalah kelomang (Paguridae) dan ketam (Brachyura), (Soemodihardjo, 1977:24). Beberapa penelitian yang dilakukan ada yang menemukan crustaceae jenis Scylla sp. dengan empat spesies dan satu varietas, yakni Scylla serrata, Scylla oceanica, Scylla tranquebarica, dan Paramamosain di hutan bakau RPH Cibuaya, Karawang dengan kemelimpahan mencapai 600 ind/ha (Sirait, 1997:104). Mulya (2000) juga menemukan jenis crustaceae yang sama di Suaka Margastwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, Sumatera Utara sampai 621 ind/ha dengan kemelimpahan terbanyak berada di depan dan di tengah hutan bakau.

Kepiting bakau dewasa yang siap melakukan perkawinan jika ukuran lebar karapaksnya mencapai 120 mm. Perkawinan hanya terjadi pada kepiting betina dan jantan yang sudah matang kelamin. Mula-mula kepiting betina yang sudah mengandung telur di sela-sela bagian dalam karapaksnya mencari tempat yang sunyi, aman, dan terlindung. Kemudian kepiting jantan membuntuti dan mendekati kepiting betina, kepiting jantan naik ke atas kepiting betina dengan Kepiting bakau dewasa yang siap melakukan perkawinan jika ukuran lebar karapaksnya mencapai 120 mm. Perkawinan hanya terjadi pada kepiting betina dan jantan yang sudah matang kelamin. Mula-mula kepiting betina yang sudah mengandung telur di sela-sela bagian dalam karapaksnya mencari tempat yang sunyi, aman, dan terlindung. Kemudian kepiting jantan membuntuti dan mendekati kepiting betina, kepiting jantan naik ke atas kepiting betina dengan

Lima hari kemudian atau lebih kepiting betina berganti karapaks yang disertai dengan pengeluaran hormon yang mampu menarik kepiting jantan untuk mendekatinya. Setelah karapas betina mulai mengeras, kepiting jantan yang berhasil mendekatinya perlahan-lahan membalikkan tubuh betina sehingga perut dan alat kelamin saling berhadapan. Sambil terus berenang beberapa jam kemudian terjadilah pembuahan. Pembuahan (kopulasi) biasanya terjadi selama 7-

12 jam dan sesudah itu mereka berpisah pada saat karapaks betina telah kembali mengeras seperti semula. Kepiting muda dengan panjang karapaks 5m sudah melakukan perkawinan pertamanya di alam dan perkawinan berlangsung selama 26 jam sedangkan berlangsung selama tujuh hari yang diselingi dengan waktu istirahat (Soim, 1999:32). Setelah itu kepiting betina akan kembali ke laut untuk memijahkan telurnya, sementara itu kepiting jantan akan kembali ke perairan bakau untuk mencari makan (Kasry, 1996).

Kepiting bakau dalam menjalani kehidupannya beruaya dari perairan pantai ke laut, kemudian induk berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai atau perairan berhutan bakau uantuk berlindung, mencari makan dan membesarkan diri. Kepiting bakau yang siap melakukan perkawinan akan memasuki hutan bakau dan tambak. Setelah perkawinan berlangsung, kepiting betina secara perlahan akan beruaya dari perairan bakau dan tambak ke tepi pantai dan selanjutnya ke tengah laut untuk melakukan pemijahan. Kepiting jantan telah Kepiting bakau dalam menjalani kehidupannya beruaya dari perairan pantai ke laut, kemudian induk berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai atau perairan berhutan bakau uantuk berlindung, mencari makan dan membesarkan diri. Kepiting bakau yang siap melakukan perkawinan akan memasuki hutan bakau dan tambak. Setelah perkawinan berlangsung, kepiting betina secara perlahan akan beruaya dari perairan bakau dan tambak ke tepi pantai dan selanjutnya ke tengah laut untuk melakukan pemijahan. Kepiting jantan telah

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21