Tanggapan Kritis
5.1. Tanggapan Kritis
Ada beberapa poin tanggapan yang saya ajukan berkenaan dengan anlisa Spaemann yang dibahas dalam tulisan ini:
Pertama, bagi Spaemann, cinta dan persahabatan adalah puncak dari moralitas, di mana terjadi perjumpaan antara apa yang membahagiakanku dan apa yang wajib. Tetapi saya melihat bahwa ada kemungkinan di mana terjadi konflik moral antara persahabatan dengan nilai-nilai moral. Misalnya, seseorang akan melakukan apa saja demi tercapainya kebutuhan sahabatnya tanpa mempedulikan nilai atau objek di luar dari sahabatnya. Jadi ada kemungkinan bahwa cinta dan
persahabatan harus melanggar nilai-nilai moral, misalnya keadilan. 1 Sayangnya Spaemann tidak berbicara tentang hal ini. Spaemann seolah membatasi diri untuk tidak berbicara tentang kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi oleh konsep persahabatan. Tentunya kesulitan tersebut pun telah disadari oleh Spaemann, sehingga dalam pengantarnya Spaemann menulis bahwa kalaupun memang ada jalan keluar bagi pertentangan antara kebahagiaan dan kewajiban, hanya dapat
ditunjuk dan tidak dapat dibuktikan atau diargumentasikan. 2 Karena itu Spaemann hanya mendeskripsikan apa yang terjadi dalam persahabatan. Yang patut disayangkan adalah ketika Spaemann tidak mengeksplorasi tema ini secara lebih jauh dengan membahas persoalan-persoalan yang ada berkenaan dengan konsep tentang persahabatan.
1 Bdk. Cooking, Dean, ‘friendship and Moral Danger’, The Journal of Philosophy, vol. 2 XCVII, no.5, Mei 2000, hal. 278-296.
Spaemann, Robert, 2000, hal. Viii.
Kedua, salah satu poin berharga dari Spaemann adalah Spaemann meletakkan inti moralitas pada persepsi akan orang lain dan kebaikan hati. Bagi Spaemann moralitas adalah persoalan apakah kita mampu melihat realitas orang lain atau tidak. Ketika kita mampu melihat realitas orang lain, pada saat itu pun muncul kebaikan hati. Kebaikan hati tidak dapat dipisahkan dari persepsi akan realitas orang lain. Realitas orang lain itulah yang menggerakkan kita. Pemahaman Spaemann ini memiliki kemiripan dengan pemikiran Iris Murdoch,
Hans Jones, dan Emmanuel Levinas. 3 Para filsuf tersebut pun melihat bahwa inti moralitas adalah persepsi akan realitas orang lain.
Ketiga, ada beberapa relevansi praktis dari pemikiran Spaemann. Gagasan Spaemann dapat menjadi dasar bagi etika lingkungan dan etika terhadap binatang. Dalam gagasannya tentang ordo amoris dan juga tentang tanggung-jawab, Spaemann memandang bahwa tanggung jawab manusia tidak hanya terbatas atas manusia, melainkan juga mencakup makhluk-makhluk lain seperti binatang dan tumbuhan. Namun memang tanggung-jawab kita atas binatang dan tumbuhan berbeda daripada tanggung-jawab kita atas diri sendiri dan orang lain. Pada binatang, karena mereka tidak memiliki kesadaran diri, lamanya hidup tidak menjadi persoalan. Karena itu dalam praksisnya kita boleh saja membunuh binatang. Yang menjadi tanggung-jawab kita terhadap binatang adalah meminimalkan rasa sakitnya, sehingga binatang tersebut sedikit mungkin mengalami rasa sakit. Sedangkan perlakuan bertanggung jawab manusia atas alam dilandasi oleh pertimbangan bahwa dalam kesadaran manusia sebagai makhluk rasional, realitas, termasuk alam ditangkap sebagai keseluruhan. Ada semacam relasi/ikatan primodial antara manusia dengan alam, di mana keduanya saling melengkapi.
Akhirnya, keempat, skripsi ini memang tidak dapat dilepaskan dari konsep Spaemann tentang filsafat. Spaemann melihat filsafat sebagai perbincangan yang tidak akan pernah berhenti atau mencapai titik akhir. Karena itu kita memang tidak dapat mengharapkan bahwa Spaemann membangun suatu sistem filsafat atau etika sendiri. Etikanya lebih bersifat dialektis. Tujuan Spaemann dalam
Bdk. Magniz-suseno, Franz, Good atau God? Catatan tentang Filsafat Moral Irish Murdoch, dalam jurnal Diskursus, vol. 03, no. 02, April 2004, hal. 109.
bukunya adalah menunjukkan kesalahan-kesalahan, sekaligus juga menekankan kembali kebenaran-kebenaran yang selama ini terlupakan. 4 Walaupun Spaemann
tidak membuat suatu sistem etika yang baru, apa yang dilakukan oleh Spaemann, yaitu dialog dengan pemikiran-pemikiran etika sejak masa Yunani hingga kontemporer sekarang adalah sesuatu yang bernilai. Dia mampu menggapai secara segar pemikiran-pemikiran etika tersebut, juga mengangkat kembali persoalan- persoalan dasar dari etika.