Menimbang, bahwa dalam pasal 49 Ayat 1 KUHP yang berbunyi

Menimbang, bahwa dalam pasal 49 Ayat 1 KUHP yang berbunyi

“Orang yang melakukan tindak pidana, yang terpaksa dikerjakannya untuk mempertahankan dirinya atau diri orang lain, atau mempertahankan peri kesopanan atau harta benda kepunyaannya sendiri atau kepunyaan orang lain,daripada serangan yang melawan hak dan mengancam pada ketika itu juga,maka orang itu tidak dapat dipidana”;

Menimbang, bahwa dalam pasal 49 Ayat 1 KUHP harus memenuhi tiga macam syarat yaitu :

1. Tindakan itu

dilakukan

harus

benar–benar terpaksa

untuk

mempertahankan atau membela diri;

2. Pembelaan atau pertahanan yang harus dilakukan itu hanya terhadap kepentingan–kepentingan diri sendiri atau orang lain;

3. Harus ada serangan yang melawan hak dan ancaman yang mendadak

Mahkamah Agung Republik Indonesia dikaitkan dengan fakta yuridis yang terjadi dipersidangan bahwa Anak

pada saat itu juga;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 49 ayat 1 KUHP jika

melakukan penikaman terhadap korban DARWIS Alias DARO Bin MINALLA karena saksi KADE (Ayah Anak ) berada dalam situasi yang terancam jiwanya dimana pada saat itu korban DARWIS sedang memarangi saksi KADE (Ayah Anak ) dengan cara membabi buta dimana pada saat itu saksi KADE (Ayah Anak ) dalam keadaan tidak berdaya atau dalam keadaan terjatuh dengan posisi terlentang sementara korban DARWIS tetap menyerang saksi KADE dan karena melihat keadaan saksi KADE seperti tidak berdaya tersebut Anak langsung mengambil badik yang letaknya tidak jauh dari posisi saksi KADE (ayah Anak ) kemudian Anak menikam korban DARWIS dengan menggunakan badik sebanyak 1 (satu) kali akan tetapi tidak mengenai tubuh korban DARWIS Alias DARO Bin MINALLA kemudian Anak kembali menusukkan badik tersebut sebanyak 1 (satu) kali dan mengenai bagian punggung korban DARWIS Alias

Mahkamah Agung Republik Indonesia DARO Bin MINALLA;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 20

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Menimbang, bahwa memperhatikan duduk masalah dan terjadinya penyerangan serta keadaan luka-luka yang dialami oleh saksi KADE (Ayah

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Anak ), maka jelas perbuatan Anak tersebut bukan suatu perbuatan yang melawan hukum, akan tapi justru tindakannya dalam membela saksi KADE

( ayah Anak) yang telah di aniaya oleh korban DARWIS dengan menggunakan parang dapat diakui dan diterima hukum, maka tentunya Terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya tersebut;

Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim tindakan yang dilakukan oleh Anak masuk dalam konteks noodweer (bela paksa) sebab sekalipun perbuatannya memenuhi rumusan dan unsur-unsur tindak pidana dalam dirinya sendiri tidak dapat dianggap suatu tindakan yang layak dikenai pidana karena perbuatan yang dilakukan terdakwa adalah dapat dikategorikan sebagai alasan alasan pembenar;

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim sependapat dengan argumentasi Terdakwa dan ataupun pembelaan penasihat hukum Terdakwa tentang adanya noodweer-bela paksa. Hal ini dikarenakan Terdakwa terpaksa melakukan penikaman terhadap korban DARWIS hanya bertujuan untuk melakukan pembelaan darurat untuk orang tuanya dimana jika terdakwa tidak menikam korban maka orang tua terdakwa yang akan meninggal dunia akibat

Mahkamah Agung Republik Indonesia

penganiayaan yang dilakukan oleh korban DARWIS secara membabi buta sehingga sangat beralasan hukum jika Terdakwa dibebaskan dari segala tuntutan hukum karena perbuatan terdakwa termasuk kategori alasan pembenar sebagaimana yang diatur dalam pasal 49 Ayat (1) KUHP;

Menimbang, bahwa oleh karena itulah walaupun dalam peristiwa tindak pidana ini perbuatan Anak, jelas telah memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 338 KUHP namun, memperhatikan jalannya peristiwa tindak pidana ini terutama memperhatikan fakta–fakta yuridis yang terjadi dalam persidangan tidaklah tepat dan adil kalaulah perbuatan Anak dimaksud dikategorikan sebagai suatu

tindak pidana dan Anak harus dijatuhi pidana, karena berdasarkan keterangan Anak dan keseluruhan saksi-saksi dan barang bukti dalam perkara ini, telah nyata bahwa ayah Anak yaitu saksi KADE sesungguhnya merupakan korban

dari suatu tindak pidana yang telah dialaminya. Dengan demikian, perbuatan yang dilakukannya semata-mata didasarkan pada upayanya untuk

Mahkamah Agung Republik Indonesia Halaman 21 dari 24 Putusan Nomor 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 21

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

unsur-unsur dalam rumusan suatu tindak pidana, namun tidak dikenai pidana apapun. Didalamnya, tercakup pengakuan bahwa tindak pidana dapat dilakukan

dalam situasi dan kondisi tertentu sedemikian rupa sehingga pidana tidak perlu dijatuhkan. Dasar-dasar yang meniadakan pidana terhadap diri Anak sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan dalam ketentuan Pasal 49 ayat 1 KUHP noodweer- bela paksa;

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum tersebut di atas, maka walaupun Anak telah terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, akan tetapi perbuatan itu tidak dapat dituntut karena didasarkan pada adanya suatu noodweer/bela paksa, sehingga dengan demikian Terdakwa haruslah dilepaskan dari segala tuntutan hukum;

Menimbang, bahwa oleh karena Anak dilepaskan dari segala tuntutan hukum, maka Anak patut mendapat rehabilitasi atau pemulihan nama baik sesuai dengan kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya seperti sedia kala;

Mahkamah Agung Republik Indonesia agar Terdakwa dikeluarkan dari tahanan segera setelah putusan ini diucapkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Anak saat ini menjalani tahanan

karena sedang ditahan di Rumah Tahanan Negara, maka perlu diperintahkan

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa : 1 (satu) buah senjata tajam (badik) yang berhulu kayu dan tidak bersarung dengan panjang mata 20 (dua puluh) centimeter, 1 (satu) buah martil (palu besi) yang gagangnya terbuat dari besi dengan panjang 30 (tiga puluh) centimeter,, 1 (satu) buah balok kayu 4x4 centimeter dengan panjang 70 (tujuh puluh) centimeter, 1 (satu) buah gunting yang gagangnya terbuat dari plastic berwarna hitam dengan panjang mata 10 (sepuluh) centimeter, oleh karena alat untuk melakukan suatu kejahatan dan dipandang membahayakan orang lain kalau salah dipergunakannnya dan dikhawatirkan menimbulkan trauma bagi Anak bila barang bukti tersebut dikembalikan kepada orang tua korban maka Majelis berpendapat barang bukti dalam perkara ini dirampas untuk dimusnahkan ;

Menimbang, bahwa oleh karena Anak dilepaskan dari segala tuntutan

Mahkamah Agung Republik Indonesia

hukum, maka segala biaya yang ditimbulkan oleh perkara, ini harus dibebankan kepada Negara, sejumlah bunyi amar putusan ini nanti;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 22

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Memperhatikan laporan penelitian kemasyarakatan anak di Rumah tahanan Negara Klas II B yang memberi saran agar terhadap Terdakwa diberi

Mahkamah Agung Republik Indonesia

keringanan hukuman karena klien masih tergolong anak, Majelis Hakim menilai putusan yang pakan dijatuhkan dalam amar putusan di bawah ini cukup adil

terutama bagi diri Anak ; Memperhatikan, Pasal 338 KUHP, Pasal 49 KUHP, UU RI No. 8 tahun 1981 (KUHAP), UU RI No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, dan segala ketentuan hukum yang berkenaan dengan perkara ini;