Latar Belakang Pelaksanaan sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negri Sipil Berdasarkan Undang-undang No 43 Tahun 1999 (studi pada RSUP Haji Adam Malik Medan)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana telah diamanatkan di dalam Propernas tentang Aparatur Negara bahwa, dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan system karir berdasarkan prestasi kerja denga perinsip memberikan penghargaan dan saksi, maka aparatus negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemeritahan yang bersih dan berwibawa. Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan profesional dan kesejahteraan aparat sangat diperhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas. Undang-Undang pokok kepegawaiam yaitu Undang-Undang No.8 Tahun 1974 telah di rubah melalui UU No. 43 tahun 1999 tentang Pegawai Negri Sipil, adalah suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negri yang dapat dijadikan dasar untuk mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan benar. Penyusunan aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat bergantung kepada kualitas pegawai negri dan mutu kerapian oerganisasi aparatur itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Dapat diketahui bahwa kedudukan pegawai negri sipil adalah sangat penting dan menentukan. Berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari aparatur negara karena pegawai negeri merupakan aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub didalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa Imdonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pembangunan tersebut dapat di capai dengan melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realitas serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh. Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan antara materil dan spirituil yang berdasarkan pada Pancasila di dalam wadah negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung pada kesempurnaan pegawau negri. Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas diperlukan adanya pegawai negri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya 1 Universitas Sumatera Utara guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat. Untuk mewujudkan pegawai negri sebagaimana tersebut diatas maka perlu adanya pembinaan dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan system prestasi kerja. Sister karier adalah suatu sistem kepegawaian dimana suatu pengangkatan pertama di dasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedangkan di dalam pengembangannya selanjutnya yang dapat menjadi pertimbangan adalah masa kerja, kesetiaan, pengabdian serta syarat-syarat objektif lainnya. Adapun sistem prestasi kerja adalah sistem kepagawaian, dimana pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk kenaikan pangkat di dasarkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasidi buktikan secara nyata dan sistem prestasi ini tidak memberikan penghargaan terhadap masa kerja. Pegawai negri bukan saja unsur Aparat Negara tetapi juga merupakan Abdi negara dan Abdi masyarakat yaitu selalu hidup di tengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaan pembinaan pegawai negri bukan saja di lihat dan diperlakukan sebagai aparatur negara, tetapi juga di lihat dan di perlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin di usahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan Universitas Sumatera Utara kepentingan pegawai negri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegwai negri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus diutamakan. Pengertian negara yang bersih, kuat dan berwibawa yaitu aparatur yang seluruh tindakannya dapat di pertanggung jawabkan, baik di lihat dari segi moral dan nilai-nilai luhur bangsa maupun dari segi peraturan perundang-undangan serta tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam dirinya untuk melayani kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Pada kenyataannya, berdasarkan pada observasi mengenai pembangunan menunjukan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang justru muncul dari kalangan Aparatur Negara sendiri. Dalam praktek, pegawai negri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian-bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berada serta kurang menghargai ketepatan waktu. Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut diatas akan berakibat negatif terhadap prestasi kerja pegawai negri yang bersangkutan karena Universitas Sumatera Utara tidak adanya pengembangan pola pikir kerja sama dan pemakaian kelengkapan peralatan dalam mendukung kelancaran tugas. Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negri Indonesia dipandang masih banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisiensikan tenaga dan kedisiplinan kerja. Kaitannya dengan pembinaan pegawai sebagaimana telah di tegaskan didalam Garis Garis Besar Haluan Negara 1998 didalam bab VI mengenai Pembangunan Lima Tahun KeTujuh terutama dalam bidang aparatur negara yaitu pada angka 9 huruf c, di sebutkan antara lain pembangunan aparatur pemerintahan diarahkan pada peningkatan kualitas, efisien, dan efektif dalam seluruh jajaran administrasi pemerintahan. Sedangkan pembinaan Pegawai Negri Sipil diatur dalam pasal 12 ayat 2 UU No. 43 tahun 1999 sebagai berikut : 1 “Agar Pegawai Negri Sipil dapat melaksanakan tudasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negri Sipil secara menyeluruh yaitu suatu pengaturan pembinaan yang berlaku baik Pegawai Negri Sipil pusat maupun Pegawai Negri Sipil yang ada ditingkat daerah. Dengan demkian peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai Negri yang ada di tingkat daerah, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang. Selain dari pada itu perlu dilaksanakan usaha penertiban dan pembinaan Aparatu Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja, sehingga keseluruhan Aparatus Negara baik ditingkatkan pusat maupun di tingkat daerah benar benar merupakan Aparatur yang ampuh, berwibawa, kuat, Universitas Sumatera Utara berdayaguna, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila dan Undang- Undang 1945, Negara dan Pemer 1 intah” Terkait dengan pembinaan Pegawai Negri Sipil sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang No 43 Tahun 1999 tersebut, maka slah satu faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para pegawai Negri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negri Sipil tersebut, sebenarnya pemerintah telah memberikan suatu kebijakan dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1999 yaitu tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil. Pegawai Negri Sipil sebagai Aparat pemerintah dan abdi masyarakat di harapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawab dengan baik, akan tetapi sering terjadi di dalam suatu instansi pemerintah pegawainya melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat, pulang sebelum waktunya, bekerja sambil ngobrol dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang menimbulkan kurang efektifnya pegawai yang bersangkutan. 1 Pasal 12 ayat 2 UU No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Poko-pokok Kepegawaian. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut diatas, yang kesemuanya menunjukan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai yang menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran pelanggaran tersebut sudah sedemikian membudaya sehingga sulit untuk di adakan pembinaan atau pnertiban sebagaimana telah diatur dalam UU No.43 tahun 1999.

B. Perumusan Masalah 1.