Latar Belakang Penyusunan Kode Etik di Lingkungan Kementerian Keuangan

a. Latar Belakang Penyusunan Kode Etik di Lingkungan Kementerian Keuangan

Peningkatan disiplin pegawai untuk Kementerian Keuangan sebenarnya telah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS, Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 15/KMK.01/UP.6/1985 tentang Ketentuan Penegakkan Disiplin Kerja Dalam Hubungan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada Pegawai dalam Lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor SE-99/SJ/2000 tentang Penegakkan Disiplin Kerja dalam Hubungan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tersebut merupakan aturan kode etik yang mengatur segala bentuk tingkah laku dari aparatur pemerintah dengan segala sanksi yang mengikat. Dalam perkembangannya peraturan tersebut memang tidak mampu mengakomodasi kebutuhan organisasi Kementerian Keuangan yang semakin berkembang akan meningkatnya batasan etis dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari. Selain itu, PP 30 berisi aturan yang Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tersebut merupakan aturan kode etik yang mengatur segala bentuk tingkah laku dari aparatur pemerintah dengan segala sanksi yang mengikat. Dalam perkembangannya peraturan tersebut memang tidak mampu mengakomodasi kebutuhan organisasi Kementerian Keuangan yang semakin berkembang akan meningkatnya batasan etis dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari. Selain itu, PP 30 berisi aturan yang

Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan dengan sasaran terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Peningkatan Pelayanan Publik telah melahirkan budaya kerja baru di unit organisasi ini. Dalam kerangka penegakan disiplin sehubungan dengan proses reformasi yang berjalan maka ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 71/PMK.01/2007 tentang Kewajiban setiap unit Eselon I Departemen Keuangan menyusun kode etik PNS yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing unit. PMK ini sesungguhnya dilandasi oleh pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil dimana organisasi profesi di lingkungan Pegawai Negeri Sipil diperkenankan untuk menetapkan kode etiknya masing-masing sesuai dengan karakteristik instansi dan organisasi profesi.

Peraturan kode etik unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang pada umumnya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) merupakan aturan pelaksanaan dari peraturan peningkatan disiplin aparatur pemerintah yang tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, yaitu PP 30 tahun 1980. Hal-hal yang diatur di dalam peraturan kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan itu bukan merupakan hal baru, hanya saja untuk hal tertentu belum diatur dalam peraturan disiplin PP 30 tahun 1980. Bentuk sanksi yang digunakan dalam peraturan kode etik ini pun tetap mengacu pada sanksi-sanksi sebagaimana diatur dalam PP 30, yaitu sanksi berupa hukuman disiplin. Sementara untuk pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak diatur dalam PP 30 – tetapi diatur dalam aturan kode etik - dijatuhkan sanksi berupa sanksi moral atau sanksi lainnya sesuai tingkat pelanggaran.

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan menurut PMK Nomor 29 tahun 2007 didefinisikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan hidup sehari-hari pada setiap unit eselon I. Unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang berjumlah 12 unit diwajibkan untuk Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan menurut PMK Nomor 29 tahun 2007 didefinisikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan hidup sehari-hari pada setiap unit eselon I. Unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang berjumlah 12 unit diwajibkan untuk

Penyusunan kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:

1) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil;

2) disusun dalam bahasa yang mudah dipahami dan diingat; dan

3) dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing unit eselon I. Hingga Desember 2007 kode etik unit yang telah ditetapkan sesuai dengan

PMK Nomor 29 tahun 2007 tersebut adalah kode etik Sekretariat Jenderal (SETJEN), Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), Badan Kebijakan Fiskal (BKF), dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Sementara itu, peraturan kode etik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang disesuaikan dengan PMK 29 tahun 2007 menyusul ditetapkan pada pertengahan tahun 2008, meskipun sebenarnya instansi Bea Cukai sendiri sudah memiliki aturan kode etik sejak tahun 2002. Sedangkan untuk unit Inspektorat Jenderal (ITJEN), mereka saat ini sebenarnya telah memiliki aturan kode etik tetapi belum disesuaikan dengan PMK 29 dan PMK 72 tahun 2007.

Sesuai ketentuan pada PMK 29/2007, di dalam aturan kode etik sekurang- kurangnya memuat 1) tujuan; 2) kewajiban dan larangan; dan 3) sanksi. Tujuan meliputi:

1) meningkatkan disiplin Pegawai Negeri Sipil;

2) menjamin terpeliharanya tata tertib;

3) menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif;

4) menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional; dan

5) meningkatkan citra dan kinerja Pegawai Negeri Sipil. Kewajiban sekurang-kurangnya memuat:

1) Kepatuhan terhadap aturan mengenai tatalaksana tugas unit Eselon I;

2) Kepatuhan terhadap tata tertib mengenai jam masuk, istirahat, pulang kantor dan pemanfaatan jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

3) Hubungan antar Pegawai Negeri Sipil baik vertikal maupun horisontal;

4) Hubungan Pegawai Negeri Sipil dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara kedinasan; dan

5) Kesopanan dalam berpenampilan dan bertutur kata. Larangan sekurang-kurangnya memuat:

1) larangan bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas;

2) larangan menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik;

3) larangan menyalahgunakan wewenang;

4) larangan menerima segala pemberian yang berkaitan dengan jabatan dan kewenangannya;

5) larangan membocorkan informasi yang bersifat rahasia;

6) larangan melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan; dan

7) larangan melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik Kementerian Keuangan. Tabel berikut ini akan menunjukkan perbandingan kode etik yang telah

ditetapkan di unit eselon I Kementerian Keuangan. Hal-hal yang dibandingkan pada tabel di bawah ini meliputi tujuan, jumlah item kode etik yang dituangkan sebagai kewajiban dan larangan.

Tabel 4.1. Perbandingan Kode Etik antar unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan

No Unit Peraturan

Aturan lainnya 1 DJP

Tujuan

Nilai Dasar

Kewajiban

Larangan

9 8 Dirjen Pajak membuat PM.3/2007

PMK Nomor 1/

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK

panduan pelaksanaan kode

nilai dasar

etik sebagai penjabaran, penjelasan, atau penegasan atas butir-butir kewajiban dan larangan tersebut melalui Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-33/PJ/2007

2 DJBC PMK Nomor 01/

9 7 Bila tidak mematuhi norma PM.4/2008