35
2. Bila kemiskinan di daerah pertanian dibiarkan maka akan terjadi migrasi yang dapat menyebabkan pengangguran di kota-kota dengan segala konsekuensinya.
3. Jika dilakukan pilihan pembangunan di sektor industri, sektor ini tidak dapat menampung tambahan tenaga kerja secara signifikan. Selain itu, sektor
industri sangat rentan dengan kelestarian lingkungan. 4. Sektor pertanian perlu terus dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat yang terus meningkat serta untuk memperoleh devisa melalui kegiatan ekspor.
5. Sektor pertanian telah terbukti memiliki daya tahan yang kuat terhadap pengaruh krisis ekonomi, walaupun sektor ini dinilai lamban dalam
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Diketahui bahwa sektor pertanian agak lamban dalam mendongkrak
pertumbuhan daerah maka pembangunan sektor ini harus diikuti dengan pembangunan sektor-sektor prioritas lainnya, seperti agroindustri dan agribisnis
atau industri pengolahan yang bahan bakunya bersumber dari sektor pertanian.
2.3 Peran Daerah Belakang dalam Perkembangan Kota
Hadjisarosa dalam Sukirno 1981 mengemukakan bahwa pada suatu daerah terdapat hubungan dan ketergantungan antara pusat dengan wilayah yang
mengitarinya. Daerah pusat membutuhkan bahan pangan dan tenaga kerja dari daerah-daerah belakang sebaliknya daerah belakang, membutuhkan produk-
produk hasil industri dari perkotaan. Interaksi antara kota pusat dan daerah belakang dapat menimbulkan ketidakseimbangan struktural di daerah
36 bersangkutan, demikian pula antara pusat besar dengan pusat-pusat kecil lainnya.
Interaksi penduduk di daerah perkotaan lebih tinggi intensitasnya dibandingkan dengan daerah yang dipengaruhinya. Interaksi tersebut menunjukkan korelasi
negatif terhadap jarak, semakin jauh jarak antara dua pusat berarti semakin rendah intensitas interaksinya. Berdasarkan pada korelasi dari keterkaitan interaksi, maka
dapat diartikan bahwa semakin lengkap fasilitas pelayanan yang tersedia di suatu pusat berarti semakin jauh wilayah pelayanannya wilayah pengaruhnya.
Friedmann 1976 membahas adanya pandangan suatu sistem keruangan yang lengkap dengan melihat daerah pusat dan daerah tepi sebagai suatu sistem.
Wilayah pusat di sini diartikan sebagai suatu teritorial tertentu dengan subsistem masyarakat yang teratur memiliki kapasitas tinggi untuk memacu pembaharuan
dan menyerap perubahan inovasi. Adapun daerah tepi merupakan subsistem yang jalur perkembangannya terutama ditentukan atau dipengaruhi oleh lembaga-
lembaga yang ada di pusat, sehingga daerah ini mempunyai ketergantungan substansial. Dengan keadaan tersebut, dapat dilihat bahwa ada jalinan yang berupa
interaksi antara wilayah pusat dengan daerah tepi. Dari uraian tersebut terlihat hubungan bahwa ketergantungan daerah
belakang sangat besar terhadap peranan kota sebagai pusat pertumbuhan dimana dalam interaksinya menimbulkan pengembangan terhadap timbulnya unit-unit
pelayanan yang akan mendorong daerah belakang untuk dapat berperan sebagai subpusat pertumbuhan terdepan di daerah belakang.
Peran dari masing-masing sektor pembangunan ekonomi wilayah akan dapat mengarahkan acuan kebijakan pembangunan dalam program strategis yang lebih
37 inovatif dan aspiratif untuk menciptakan pembangunan yang terintegrasi.
Permasalahannya adalah sejauh mana pengaruh dari sektor pembangunan ekonomi tersebut berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan bagi daerah
belakang dan kesejahteraan masyarakat. Kemampuan dalam pengelolaan sektor pembangunan ekonomi antarwilayah
merupakan konsep pengembangan wilayah yang berusaha mewujudkan pemerataan perkembangan antar daerah, dimana keterkaitan dan keterpaduan
daerah sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing dengan mengutamakan penekanan pada kesenjangan tingkat pertumbuhan antar wilayah. Hal tersebut
bertujuan untuk mempermudah penduduk di seluruh wilayah dapat memperoleh berbagai pelayanan sosial ekonomi dan lainnya sehingga perkembangan antar
daerah dapat mudah terwujud.
2.4 Peran Kota dalam Perkembangan Wilayah