Kajian Potensi Wilayah belakang

34

2.2 Kajian Potensi Wilayah belakang

Wilayah belakang Hinterland dipandang sebagai wilayah yang memiliki karakteristik tingginya tingkat pengangguran, pendapatan perkapita rendah, tingkat kesejahteraan penduduk di bawah rata-rata serta rendahnya tingkat layanan fasilitas maupun utilitas yang ada. May 1984; 61 menjelaskan bahwa tingkat potensi pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan cara untuk melihat seberapa jauh hasil perkembangan wilayah dan hasil pembangunan di wilayah tersebut serta besarnya kemampuan wilayah untuk menerima perkembangan. Semakin tinggi tingkat potensi perkembangan semakin tinggi pula kemampuan daerah tersebut untuk tumbuh dan menerima perkembangan. Hal ini akan memberikan dampak kepada daerah yang mempunyai tingkat potensi pelayanan sosial ekonomi dan perhubungan yang tinggi untuk lebih berkembang dibandingkan dengan wilayah tingkat potensi perkembangan yang rendah. Pengertian potensi wilayah dimaksudkan untuk memberikan ilustrasi mengenai potensi sumberdaya alam dan manusia yang dapat ditumbuhkembangkan dan diarahkan pada kebijakan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Menurut Sukirno 1981 dan Arsyad 1999 bahwa cara terbaik yang digunakan dalam pembangunan daerah adalah dengan pengembangan sektor pertanian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan: 1. Sebagian besar penduduk hidup dan bekerja di sektor pertanian, padahal di sektor pertanian merupakan kantong kemiskinan dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. 35 2. Bila kemiskinan di daerah pertanian dibiarkan maka akan terjadi migrasi yang dapat menyebabkan pengangguran di kota-kota dengan segala konsekuensinya. 3. Jika dilakukan pilihan pembangunan di sektor industri, sektor ini tidak dapat menampung tambahan tenaga kerja secara signifikan. Selain itu, sektor industri sangat rentan dengan kelestarian lingkungan. 4. Sektor pertanian perlu terus dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang terus meningkat serta untuk memperoleh devisa melalui kegiatan ekspor. 5. Sektor pertanian telah terbukti memiliki daya tahan yang kuat terhadap pengaruh krisis ekonomi, walaupun sektor ini dinilai lamban dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Diketahui bahwa sektor pertanian agak lamban dalam mendongkrak pertumbuhan daerah maka pembangunan sektor ini harus diikuti dengan pembangunan sektor-sektor prioritas lainnya, seperti agroindustri dan agribisnis atau industri pengolahan yang bahan bakunya bersumber dari sektor pertanian.

2.3 Peran Daerah Belakang dalam Perkembangan Kota