37 inovatif dan aspiratif untuk menciptakan pembangunan yang terintegrasi.
Permasalahannya adalah sejauh mana pengaruh dari sektor pembangunan ekonomi tersebut berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan bagi daerah
belakang dan kesejahteraan masyarakat. Kemampuan dalam pengelolaan sektor pembangunan ekonomi antarwilayah
merupakan konsep pengembangan wilayah yang berusaha mewujudkan pemerataan perkembangan antar daerah, dimana keterkaitan dan keterpaduan
daerah sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing dengan mengutamakan penekanan pada kesenjangan tingkat pertumbuhan antar wilayah. Hal tersebut
bertujuan untuk mempermudah penduduk di seluruh wilayah dapat memperoleh berbagai pelayanan sosial ekonomi dan lainnya sehingga perkembangan antar
daerah dapat mudah terwujud.
2.4 Peran Kota dalam Perkembangan Wilayah
Perkembangan kota, menurut Friedmann 1976 terjadi lebih dahulu dari pada pengembangan wilayah. Peran kota dalam suatu sistem perkotaan dipandang
sebagai agen dinamis pengembangan wilayah. Sistem perkotaan bukan hanya membangkitkan namun juga menjadi mediator pengembangan wilayah. Kota
sebagai pusat pelayanan merupakan pusat pemerintahan dan administrasi yang berperan sebagai pusat kelembagaan dan informasi melalui hubungan komunikasi
dalam menunjang sektor pembangunan sosial, ekonomi dan administrasi ke wilayah sekitarnya. Dengan demikian menjamin keterkaitan fungsi pembangunan, inovasi
dan kemajuan yang serasi, seimbang dan selaras antara kota dan wilayah perdesaan belakang.
38 Von Thunen dan Losch dalam Daldjoeni, 1998 menjelaskan bahwa
perkembangan suatu wilayah tidak terlepas dari adanya kegiatan pembangunan di wilayah tersebut. Hal ini terlihat dari distribusi keruangan dan kegiatan manusia
yang bertumpu pada faktor jarak dan hubungan dari tiap-tiap lokasi yang juga dapat meliputi lebih dari satu pusat pertumbuhan.
Peran kota dalam perkembangan wilayah adalah sebagai elemen nodal yang terjadi dalam suatu sistem hubungan antara kota dan wilayah disekelilingnya.
Menurut Daldjoeni 1998, di Eropa interaksi kota-wilayah memunculkan sebutan untuk kawasan luar kota yang agraris, misalnya Umland sebutan geografis di
Jerman dan Skandinavia; dan hinterland di Inggris. Berdasarkan fungsi pengaruh kota terhadap pedalaman memunculkan sebutan catchment area, space of
influence dan urban field serta city region Daldjoeni, 1998: 77. Dalam pengertian lain, kedudukan kota terhadap wilayah sekelilingnya
adalah sebagai inti dengan wilayah pinggiran, yaitu dalam struktur ruang wilayah sebagai pusat dari kegiatan, yang menjadi pusat pertumbuhan bagi pengembangan
suatu wilayah. Pandangan tentang konsep pertumbuhan menekankan pada peran dan fungsi dari pusat pelayanan yang oleh para ahli menyebutnya sebagai konsep
kutub pertumbuhan Perroux, 1964, konsep pusat pertumbuhan Boudeville, 1966, konsep integrasi ruang ekonomi Friedmann, 1976 yang dalam rencana
tata ruang diterjemahkan kota-kota dengan hierarki tertentu yang melayani wilayah pengembangan.
Parr 1973 mengatakan ada beberapa strategi pusat pertumbuhan yaitu: Membangkitkan Kembali Daerah Terbelakang
39 Daerah terbelakang dipandang sebagai daerah yang memiliki karakteristik
rendahnya tingkat ketrampilan masyarakat, pendapatan perkapita, tingkat kesejahteraan penduduk dan tingkat pelayanan fasilitas sebagai prasarana
dasar maupun utilitas yang ada. Strategi ini dilakukan guna menciptakan struktur ruang wilayah yang lebih
kompetitif. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengkombinasikan antara pergerakan modal secara interregional yang bertujuan untuk mencegah
aliran modal ke luar wilayah serta menurunkan laju pertumbuhan penduduk di daerah tersebut. Hasil yang diharapkan adalah berupa transformasi struktur
ruang ekonomi wilayahnya. Mendorong Dekonsentrasi Wilayah
Strategi ini dilakukan guna menekan tingkat konsentrasi wilayah serta bertujuan untuk membentuk suatu struktur ruang yang tepat khususnya pada
beberapa bagian dari wilayah nonmetropolitan. Artinya, pengembangan dilakukan pada wilayah non-metropolitan guna menekan peranan wilayah
metropolitan yang sudah terlalu besar, yang menjadi masalah adalah tidak semua lokasi bisa dijadikan pusat pertumbuhan.
Memodifikasi Sistem Kota-Kota Tujuan strategi ini adalah untuk mengontrol urbanisasi menuju pusat-pusat
pertumbuhan. Dengan adanya pengaturan sistem kota-kota dengan hierarki yang terstruktur, diharapkan akan dapat mengurangi migrasi penduduk ke kota
besar. Pencapaian terhadap Keseimbangan Wilayah
Strategi ini muncul akibat kurang memuaskannya struktur ekonomi interegional, biasanya dengan mempertimbangkan tingkat kesejahteraan serta
40 yang berhubungan dengan belum dimanfaatkannya sumber daya alam pada
wilayah-wilayah tersebut.
2.5 Pengaruh Pertumbuhan Wilayah Belakang