Tentang pengguguran kandungan seorang wanita

1. Penanggulangan Tindak Pidana Malpraktik Kedokteran Di Dalam

Konsep KUHP 2008 52

a. Tentang pengguguran kandungan seorang wanita

Pasal 578 Konsep 1 Seorang perempuan yang menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain menggugurkan atau mematikan kandungan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 Empat Tahun dan denda paling banyak kategori IV 2 Setiap orang yang menggugurkan kandungan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 Tiga Tahun dan paling lama 12 Dua Belas Tahun. 3 Jika Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 mengakibatkan matinya perempuan tersebut, maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun Dalam Penjelasan Pasal 578 Konsep, dikatakan bahwa pasal ini dimaksudkan untuk melindungi kandungan seorang perempuan . Tindak Pidana dalam ayat 1 sama dengan tindak pidana dalam pasal 346 KUHP, akan tetapi sistem perumusan pidananya berbeda. Dalam KUHP rumusan pidananya secara pidana tunggal yaitu pidana penjara paling lama 4 empat tahun , sedangkan dalam konsep 2008 Pidana penjara 4 empat tahun dialternatifkan dengan denda paling banyak Rp. 75.000.000 Tujuh Puluh Lima juta Rupiah Konsep KUHP 2008 KUHP 52 Konsep KUHP 2008 Pasal 578 ayat 1Konsep Seorang perempuan yang menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain menggugurkan atau mematikan kandungan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 Empat Tahun dan denda paling banyak kategori IV Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun Tindak Pidana dalam ayat 2 dan ayat 3 sama dengan tindak pidana dalam Pasal 347 ayat 1 dan ayat 2 KUHP, dengan rumusan pidana secara tunggal yaitu pidana penjara paling lama 12 Dua Belas tahun dan 15 Lima Belas Tahun. Perbedaannya dalam pasal 578 ayat 2 dan ayat 3 Konsep, ada sistem pidana minimum khusus yaitu 3 tiga tahun. Sistem pidana minimum khusus merupakan hal yang baru karena dalam KUHP tidak dikenal sistem pidana minimum khusus. KONSEP 2008 KUHP Pasal 578 Ayat 2 Setiap orang yang menggugurkan kandungan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 Tiga Tahun dan paling lama 12 Dua Belas Tahun Pasal 347 ayat 1 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun Pasal 578 Ayat 3 Pasal 347 ayat 2 Jika Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 mengakibatkan matinya perempuan tersebut, maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas Th. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut , dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun Menurut Barda Nawawi Arief, adanya pidana minimum khusus untuk delik – delik tertentu mempunyai landasan antara lain : 1 Untuk mengurangi adanya disparitas pidana 2 Untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya standar minimal yang objektif untuk delik – delik yang sangat dicela dan merugikan atau membahayakan masyarakat negara. 3 Untuk lebih mengefektifkan prevensi umum general prevention 53 Luka berat, atau bahkan meninggalnya pasien seringkali dikaitkan dengan malpraktek, sehingga menjadi masalah pidana. Kasus Dr. Setianingrum yang pasiennya meninggal setelah dilakukan tindakan medik, kasus Muhidin di RSU Syamsudin di Sukabumi tahun 1996 yang mengakibatkan dokternya dituntut di pengadilan menunjukkan bahwa masyarakat mulai mengerti akan hak – hak kesehatannya, sehingga menganggap kasus di atas sebagai kesalahan atau kelalaian dokter. 53 Barda Nawawi Arief, Bunga rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Adiya Bakti, Bandung. 2002 Akan tetapi, setelah dilakukan pemeriksaan atas Dr. Setianingrum, Mahkamah Agung memutuskan bebas karena tidak ada bentuk kelalaian dan kealpaan yang dilakukan Dr. Setianingrum, meski pasien telah meninggal dunia. Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, diperlukan suatu pemikiran dan langkah – langkah yang bijaksana dalam menyikapi masalah akibat tindakan medik yang membahayakan nyawa karena disamping dapat dianggap sebagai malpraktik dapat pula merupakan risiko dari tindakan medik tersebut. Untuk setiap manfaat yang kita dapatkan selalu ada resiko yang harus kita hadapi. Satu – satunya jalan menghindari resiko medik adalah tidak berbuat sama sekali. Begitu pula bagi seorang dokter dalam memberikan pelayanan medik terhadap pasiennya. Pada hakekatnya, dokter akan selalu dituntut untuk lebih mengutamakan rasa puas pasien, yaitu dengan bertanggung jawab dalam penyembuhan pasien. Sebagai contoh resiko yang terjadi pada pelayanan medik ataupun tindakan medik yang dilakukan oleh dokter kepada pasien adalah sebagai berikut : a. Risiko yang melekat, misalnya rambut rontok akibat pemberian sitostatika Obat pembunuh sel kanker b. Reaksi hipersensitivitas, misalnya respon imun Kekebalan tubuh yang berlebihan atau menyimpang terhadap masuknya bahan asing Obat sebagaimana kasus Dr. Setianingrum yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya Pasal 580 Konsep KUHP 2008 1 Dokter, Bidan, Paramedis, Apoteker atau juru obat yang membantu melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 579 ayat 1 atau melakukan atau membantu melakukan salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 578 ayat 2 dan ayat 3 dan Pasal 579, Pidananya dapat ditambah 13 satu pertiga dan dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak untuk menjalankan profesi tersebut. 2 Tidak dipidana, dokter yang melakukan tindakan medis tertentu dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menelamatkan jiwa Ibu Hamil dan atau Janinnya. Dalam Penjelasan Pasal 580, dikatakan bahwa pasal ini mengancam pidana yang lebih berat kepada pembuat yang berprofesi sebagai dokter , bidan atau juru obat , mengingat profesi mereka mulia bagi kesehatan. Di lain pihak dokter melakukan pengguguran kandungan karena alasan medis “ Abortus Provocatus” sesuai dengan ketentuan undang – undang tidak dipidana . Ketentuan ini merupakan hal yang baru yang tidak terdapat dalam KUHP saat ini. Ketentuan dalam Pasal 580 ayat 1 Konsep sama dengan ketentuan dalam Pasal 349 KUHP. Dokter , bidan , paramedik , apoteker atau juru obat yang “ membantu melakukan “ pengguguran kandungan , sanksi pidananya sama dengan dokter , bidan , paramedis, apoteker atau juru obat yang “ melakukan “ yaitu diperberat dimana pidananya ditambah sepertiga. Hal ini berbeda dengan ketentuan umum mengenai “ membantu melakukan “ yang diatur dalam Pasal 57 ayat 1 KUHP , dimana orang yang membantu melakukan kejahatan, pidananya dikurangi sepertiga. Yang dimaksud dengan peringanan atau pemberatan 13 adalah dari pidana yang diancamkan baik dari maksimum pidana maupun dari minimum pidana yang diancamkan. 54 Selain itu , dokter , bidan , paramedik , apoteker atau juru obat dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak untuk menjalankan profesi mereka. Konsep KUHP 2008 KUHP Pasal 580 ayat 1 Dokter, Bidan, Paramedis, Apoteker atau juru obat yang membantu melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 579 ayat 1 atau melakukan atau membantu melakukan salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 578 ayat 2 dan ayat 3 dan Pasal 579, Pidananya dapat ditambah 13 satu pertiga dan dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak untuk menjalankan profesi tersebut. Pasal 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. Pasal – pasal dalam konsep KUHP 2008 di atas lebih menekankan pada penanggulangan malpraktik kedokteran . Dokter dan pasien memerlukan perlindungan hukum seadil – adilnya, membiarkan opini masyarakat yang 54 Barda Nawawi Arief .Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana , Bandung.2002 negatif terhadap akibat tindakan medik yang beresiko hilangnya nyawa sebagai malpraktek berarti dapat pula menimbulkan dampak negatif bagi dokter dalam menjalankan profesinya. Oleh karena itu masyarakat perlu mengerti bahwa di dalam tindakan medik, terkadang ada resiko medik yang justru dapat membahayakan jiwa pasien yang mencari kesembuhan. Sebaliknya karena dalam setiap tindakan medik ada kemungkinan terjadinya resiko yang dapat membahayakan pasien, maka sebelum melakukan tindakan medik dokter harus menginformasikan kepada pasien tentang efek samping yang mungkin terjadi dari tindakan yang dilakukannya. Bila kita bandingkan antara resiko medik dengan malpraktek medik. Baik pada resiko medik dan malpraktek medik terkandung unsur adanya wujud perbuatan tertentu yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien, perbuatan tersebut sama – sama berakibat luka berat maupun matinya orang lain, antara wujud perbuatan dengan akibat luka berat atau matinya orang lain ada hubungan sebab akibat.

b. Tentang Mengakibatkan mati atau luka karena kealpaan

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA TERORISME DENGAN HUKUM PIDANA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 213

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 149

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 165

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA TERHADAP PENANGGULANGAN CYBERPORN DALAM RANGKA PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 4 338

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 211

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA DI WANG PERBANKAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 197

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PEDOFILIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

5 21 193

Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Terhadap Penanggulangan Delik Agama Dalam Rangka Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 136

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM RANGKA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA MALPRAKTIK KEDOKTERAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 23