BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Dokter Pasien
Hubungan antara dokter dan pasien secara yuridis dapat dimasukkan ke dalam golongan kontrak . Suatu kontrak adalah pertemuan pikiran
meeting of minds dari dua orang mengenai suatu hal . Pihak pertama mengikatkan diri untuk memberikan pelayanan , sedangkan pihak kedua
menerima pemberian pelayanan tersebut. Pasien datang kepada dokter untuk diberikan pelayanan pengobatan sedangkan dokter menerima untuk
memberikannya. Dengan demikian maka sifat hubungannya mempunyai 2 ciri :
1. Adanya suatu persetujuan consensual agreement ,atas dasar saling
menyetujui dari pihak dokter dan pasien tentang pemberian pelayanan pengobatan.
2. Adanya suatu kepercayaan fiduciary, karena hubungan kontrak tersebut
berdasarkan saling percaya mempercayai satu sama lain .
1
Karena bersifat hubungan kontrak antara dokter dan pasien maka harus dipenuhi persyaratan :
1. Harus adanya persetujuan Consent dari pihak – pihak yang berkontrak
1
Guwandi, Dokter Pasien dan Hukum, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta , 1996. hal 11.
Artinya ketika pasien datang kepada Dokter untuk berobat maka terjadi penawaran dari pasien apakah Dokter bersedia menyembuhkan penyakit
yang diderita pasien, maka secara tidak langsung akan menimbulkan kontrak antara Dokter dengan pasien.
2. Harus ada suatu objek yang merupakan substansi dari kontrak , objek
atau substansi kontrak dari hubungan dokter pasien adalah pemberian pelayanan pengobatan yang dikehendaki pasien dan diberikan
kepadanya oleh dokter . Objek dari kontrak harus dapat dipastikan legal dan tidak diluar profesinya .
3. Harus ada suatu sebab Cause atau pertimbangan consideration
sebab atau pertimbangan itu adalah faktor yang menggerakkan dokter untuk memberikan pelayanan pengobatan kepada pasien , bisa dengan
pemberian imbalan atau bisa juga hanya untuk menolong atas dasar kemurahan hati dokter.
1 Bentuk Hubungan Kontrak Dokter - Pasien
Terdapat juga bentuk hubungan kontrak dokter dan pasien : a. Kontrak yang nyata Exspressed contract
Dalam bentuk ini sifat atau luas jangkauan pemberian pelayanan pengobatan sudah ditawarkan oleh dokter yang dilakukan secara nyata
dan jelas, baik secara tertulis maupun secara lisan . b. Kontrak yang tersirat Implied contract
Dalam bentuk ini adanya kontrak disimpulkan dari tindakan- tindakan para pihak. Timbulnya bukan karena adanya persetujuan, tetapi dianggap ada
oleh hukum berdasarkan akal sehat dan keadilan . Maka jika seorang pasien datang ke suatu klinik medis dan dokter mengambil riwayat
penyakitnya, memeriksa keadaan fisik pasien dan memberikan pengobatan yang diperlukan, maka dianggap tersirat sudah ada
hubungan kontrak antara dokter dan pasien.
Dengan adanya hubungan antara dokter dan pasien maka akan timbul hak dan kewajiban diantara dokter dan pasien tersebut . Hak yang timbul
dalam profesi kedokteran sebenarnya bersumber pada hak dasar individu, yaitu hak dasar sosial dan hak dasar individu , dimana kedua hak tersebut
akan saling mendukung, minimal akan berjalan sejajar dan tidak saling bertentangan, karena merupakan hak dasar manusia, maka dokter maupun
pasien sama – sama mempunyai hak tersebut. Sedangkan kewajiban yang dimaksud yaitu dalam kaitan hubungan
profesional dokter dan pasien , dengan salah satu pihak benar – benar berlaku sebagai dokter sesuai dengan syarat – syarat dan norma – norma
profesi kedokteran yang berlaku, kewajiban dari dokter yang utama adalah pemulihan atau peningkatan kesehatan pasien.
2 Tidak Terdapat Hubungan Dokter Pasien
Menurut Solis beberapa keputusan pengadilan telah memutuskan beberapa kasus, dimana dianggap tidak terdapat hubungan dokter – pasien
dalam hal :
2
1. Suatu pemeriksaan kesehatan sebelum masuk bekerja untuk menentukan apakah calon tersebut cocok atau tidak masuk lowongan pekerjaan
tersebut. 2. Pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah seseorang memenuhi syarat
untuk asuransi, tidak menimbulkan hubungan dokter – pasien. 3. Apabila seorang dokter ditunjuk oleh pengadilan untuk memeriksa apakah
tertuduh menderita penyakit jiwa atau tidak dan melaporkan kepada pengadilan, maka tidak terdapat hubungan dokter – pasien.
4. Seorang spesialis bedah yang melakukan suatu otopsi terhadap suatu tubuh mayat, tidak terdapat hubungan dokter pasien.
5. Suatu tanya jawab dalam percakapan antara seorang dokter dengan seseorang tidak menciptakan hubungan dokter pasien.
3 Berakhirnya hubungan dokter dan pasien
Penentuan saat berakhirnya hubungan dokter - pasien adalah penting, karena segala hak dan kewajiban yang dibebankan kepada dokter juga akan
ikut berakhir. Kecuali sifat dari pengobatannya menentukan lain, maka berakhirnya hubungan menimbulkan kewajiban dari pasien untuk membayar
2
Ibid, hal 19
pelayanan pengobatan yang diberikan. Dibawah ini beberapa cara berakhirnya hubungan dokter – pasien tersebut yaitu :
a. Sembuhnya pasien dari keadaan sakit yang diderita dan sang dokter menganggap tidak diperlukan lagi pengobatan, sehingga tidak ada
manfaatnya lagi bagi pasien untuk meneruskannya b. Dokternya mengundurkan diri dari hubungan dokter – pasien dengan
syarat pasien menyetujuinya. c. Pasien meninggal dunia
d. Sudah selesainya kewajiban dokter seperti ditentukan dalam kontrak.
B. Malpraktik Medik