Peran Masyarakat Adat Sebagai Agen Komunikasi Pembangunan
b. Peran Masyarakat Adat Sebagai Agen Komunikasi Pembangunan
Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu, khususnya Dayak dan Melayu memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan (alam dan isinya). Masyarakat hidup sangat tergantung dengan lingkungannya, mereka hidup, menjaga dan memanfaatkan lingkungan sejak dulu, bahkan ada ritual – ritual adat yang rutin dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk pujian dan doa pada alam dan Sang Pencipta. Masyarakat adat Dayak Sub Dayak Tamambaloh berpendapat bahwa hidup mereka sangat tergantung pada tiga hal, tiga hal tersebut ialah Rumah Panjang, Adat Istiadat dan Lingkungan (Alam dan isinya) apabila satu diantara ketiga hal tersebut hilang maka kehidupan masyarakat Tamambaloh pun diyakini tidak utuh lagi sebagai masyarakat adat.
Sejalan dengan itu pada masyarakat Dayak Sub Daya Iban khususnya Sub Dayak Iban yang ada di Desa Batu Lintang (Sungai Utik), mereka selalu menyampaikan kepada siapa pun yang datang bahwa Hutan adalah nafas Dayak Iban dan Air adalah darah bagi mereka, oleh karenanya apabila satu
Model Konservasi Hutan...
diantara dua hal ini rusak sama halnya membunuh mereka dan generasi yang akan datang. Oleh sebab itu masyarakat adat di daerah ini, Kapuas Hulu, pada umumnya sampai saat ini masih menjaga lingkungan mereka dengan baik.
Guna menguatkan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, sederhana, diantaranya, ditengah harga karet yang sangat anjlok, sementara sebagian besar masyarakat hidup dari karet, perlu adanya alternatif mata pencaharian bagi masyarakat. Kedua perlu adanya kegiatan peningkatan kapasitas SDM masyarakat lokal dalam mengelola dan mengembangkan sumberdaya alam yang ada, contonya pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata dan lain sebagainnya. Masyarakat harus dilibatkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun para NGO, baik dalam hal perencanaan, implementasi maupun dalam tahap evaluasi, khususnya kaitannya dengan lingkungan.
Agen komunikasi pembangunan dapat juga diidentiikasi sebagai agen perubahan, yakni seseorang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi yang terencana (Haverlock, 1973). Agen-agen perubahan ini, berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antardua (atau lebih) sistem sosial, yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang smenjadi klien dalam usaha perubahan tersebut (Rogers dan Shoemaker, 1971).
Sejauh ini komunikasi yang dilakukan sudah menujuh ke arah yang positif, dalam artian semua elemen, baik pemerintah, elemen masyarakat maupun NGO mulai menjalin kerjasama baik dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas masyarakat dan melakukan evaluasi bersama. Namun disisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa ada kekecewaan yang dialami oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal dalam kawasan konservasi maupun kawasan lindung. Karena bukan rahasia lagi bahwa untuk wilayah – wilayah yang sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi maupun kawasan lindung akan sulit sulit membangun maupun dibangun dan aksesnya ke hutanpun sangat dibatasi, karena aturannya sangat jelas.
Kekecewaan itu, dari masyarakat merasa mereka selama ini menjaga/ melindungi lingkungan (hutan dan isinya) namun mereka tidak mendapa kompensasi apapun dari itu, bahkan untuk mereka membangun jalan, sawah, mengambil sesuatu dari hutan pun dilarang. Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Konvensi, ini kawasan yang biasanya sudah terbebani ijin, baik Hak Penguasaan Hutan (HPH), pertambangan
Komunikasi Pariwisata, Budaya & Pengembangan Potensi Daerah
maupun perkebunan. Sama halnya dengan kawasan hutan lindung dan taman nasional, pada kawasan hutan produksi pun masyarakat tidak boleh memanfaatkannya dan mensertiikatkannya. Sedangkan APL, daerah haknya masyarakat yang boleh di kelola, dan di sertiikatkan oleh masyarakat. Namun kenyataannya hampir semua areal APL yang ada juga sudah terbebani ijin yang dikeluarkan oleh bupati maupun gubernur, khususnya perkebunan dan pertambangan.
Hal ini yang akhir – akhir ini menjadi dilema bagi pemerintah daerah dan Taman Nasional. Padahal pada dasarnya masyarakat tidak anti dengan kawasan konservasi maupun kawasan lindung, karena tidak ditetapkan menjadi kawasan hutanpun masyarakat akan tetap menjaga lingkungannya, hanya yang menjadi persoalan bagi mereka ialah tempat tinggal merekapun masuk dalam kawasan dan untuk membangun diri merekapun tidak boleh karena ini kawasan yang dilindungi.
Karena itu, perlu dibangun komunikasi antara masyarakat dan pemerintah terkait hal ini dan secepatnya perlu ada solusi, sehingga masyarakat tidak merasa dianak tirikan dan mereka bisa dibangun, serta bisa membangun daerahnya tanpa merusak lingkungan. Ditambah lagi pada akhir – akhir ini sering terjadi musibah banjir dan daerah – daerah yang dilandah banjir ialah daerah – daerah yang lingkungannya sudah rusak, baik disebabkan oleh perkebunan sawit, HPH maupun pertambangan dan kejadian ini dirasakan langsung, didengar maupun dibaca dan ditonton masyarakat melalui media. Melihat kejadian tersebut masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Selain itu, perlu adanya kejelasan bagi masyarakat yang berada dalam kawasan hutan. Sehingga mereka bisa hidup, bisa dibangun seperti daerah – daerah lainnya. Jangan sampai karena kekecewan mereka terhadap pemerintah, mereka malah membabat hutan sebagai bagian dari aksi protes mereka.
Dalam hal ini, peran media massa diperlukan. Hal yang paling penting dilakukan media massa di Kabupaten Kapuas Hulu, khususnya kaitanya dengan persoalan lingkungan ialah mereka harus memberitakan segala hal dengan seimbang, baik dari sisi masyarakatnya maupun dari sisi lingkungannya. Kedua, media massa seharusnya terus mengkampanyekan tentang persoalan – persoalan lingkungan, diantaranya kasus perkebunan sawit, penambangan emas, HPH dan lain sebagainya yang pada akhirnya hanya menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Seperti sering terjadi banjir, longsor, air tidak layak konsumsi dan lain sebagainya.
Model Konservasi Hutan...
Sebagai bentuk penguatan peran yang bisa dilakukan oleh masyarakat sebagai agen komunikasi pembangunan, terutama pemuda Kapuas Hulu yang tetap menjunjung tinggi kearifan lokal, untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, diantaranya:
1) Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti penting menjaga lingkungan;
Maksudnya ialah sebagai anak muda harus berperan aktif mensosialisasikan tentang pentingnya menjaga lingkungan, bukan hanya mengekspoloitasinya tanpa bertanggung jawab, juga melihat keberlanjutannya. Sebab apabila lingkungan rusak akan berdampak buruk bagi manusia dan alam. Dengan lingkungan yang tetap terjaga, masyarakat akan tetap bisa mengambil apapun dari alam, baik ikan, daging, rotan, kayu, obat-obatan dan lain sebagainya. Kebutuhan masyarakat akan hal - hal ini akan terus ada selagi kehidupan manusia ada di bumi.
2) Memberikan pendidikan dan pendampingan terkait bagaimana memanfaatkan lingkungan dengan seimbang, lestari dan bertanggungjawab;
Akhir - akhir ini orientasi pembangunan di desa - desa mulai cenderung pada eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan sering melupakan aspek lingkungan. Padahal pembangunan yang tidak seimbang akan menimbulkan dampak negatif bagi manusia itu sendiri, tidak untuk sekarang tapi di masa yang akan datang pasti. Oleh karenanya pendampingan kepada masyarakat terkait bagaimana seharusnya memanfaatkan lingkungan dengan lestari. Tidak hanya melihat sisi ekonomi, sisi budaya dan lingkungan juga penting dalam melakukan pembangunan di desa.
3) Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa apa yang ada sekarang merupakan titipan dari generasi yang akan datang oleh karenanya perlu dijaga;
Dalam upaya ini, istilah “titipan generasi yang akan datang” akhir- akhir ini sering digunakan oleh para agen komunikasi pembangunan di masyarakat Kapuas Hulu. Karena, kita melihat bahwa sesuatu yang ada sekarang ini (alam dan isinya) merupakan titipan dari anak cucu kita, artinya sesuatu yang dititip harus kita jaga. Mengapa demikian? supaya barang yang dititip ini pada masa yang akan datang (anak/cucu) mereka bisa menikmati apa yang mereka titip dan begitu seterusnya. Akan berbeda apabila kita melihat (alam dan isinya) ini sebagai warisan
Komunikasi Pariwisata, Budaya & Pengembangan Potensi Daerah
untuk kita, yang namanya warisan itu artinya menjadi hak kita dan kita bisa saja menghabiskan/menghancurkannya.
4) Memberikan informasi yang valid terkait kejadian – kejadian atau persoalan – persoalan yang dihadapi orang –orang yang lingkungannya sudah hancur;
Peran agen komunikasi pembangunan di sini lebih pada memberikan infomasi, baik melalui media, maupun berbicara langsung kepada masyarakat tentang kejadian - kejadian di daerah lain, yang hutannya hancur, lingkungan rusak, sehingga sering terjadi musibah alam yang merugikan bahkan menghilangkan nyawa warga.
5) Mendorong pemangku adat supaya dalam aturan/buku adatnya juga perlu mengatur tentang cara melindungi dan memanfaatkan lingkungan (alam dan isinya) secara lestari (bagi yang belum punya).
Maksudnya ialah, bagaimana mendorong para temenggung, kadat dan pemangkuh adat lainnya di dalam aturan/buku adannya penting menjelaskan tentang tata cara memanfaatkan dan melindungi lingkungan (hutan dan seisinya). Sejauh ini memang sudah ada beberapa masyarakat adat yang telah memasukkan hal itu dalam aturan adatnya, namun masih terlalu umum dan tidak semua sudah mengatur hal itu. Di sisi lain selama ini masyarakat adat selalu berteriak /memperjuangkan hak/wilayah adat mereka. Namin di lain sisi ketika ditanya apakah ada aturan dalam hukum adat yang mengatur tentang wilayah yang diperjuangkan, masyarakat adat kesulitan menjawabnya.
Hal lain, yang penting untuk dilakukan adalah aturan ini dimasukkan dalam mata pelajaran formal di sekolah, misalnya dalam mata pelajaran muatan lokal. Sehingga generasi muda bisa tetap mengetahui tentang aturan adat yang ada di daerahnya, serta tidak kehilangan identitasnya sebagai masyarakat adat.
Penutup Simpulan
Menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Kapuas Hulu tidaklah sulit, karena pada dasarnya masyarakat sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Keberadaan budaya lokal maupun kearifan lokal yang ada sangat berpengaruh besar dalam menjaga lingkungan,
Model Konservasi Hutan...
karena tanpa diarahkan, tanpa perlu diperintah pun, masyarakat dengan sendirinya akan menjaga lingkungannya. Hal ini dikarenakan masyarakat Kapuas Hulu merupakan masyarakat yang masih memegang teguh budaya mereka termasuk kearifan lokal yang ada masih sangat dijaga. Peran masyarakat adat yang menjunjung tinggi budaya dan kearifan lokal, layaknya diapresiasi dengan tepat oleh pemerintah setempat. Sebagai agen komunikasi pembangunan, penguatan peran masyarakat adat didampingi oleh NGO lingkungan hidup yang peduli akan konservasi alam. Dari merekalah, kelestarian lingkungan akan dapat dijaga hingga kapanpun.
Komunikasi Pariwisata, Budaya & Pengembangan Potensi Daerah