3 Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang TAB

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Deputi Bidang TAB

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI TAB

3.1. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini berupa penilaian pencapaian setiap target kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan Deputi TAB dalam pencapaian tujuan.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja khususnya membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No.

09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah).

Rekapitulasi Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program dan Indikator Kinerja Deputi TAB Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TINGKAT ESELON I

Lembaga : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eselon I

: Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi

(Deputi TAB)

Tahun Anggaran

NO SASARAN PROGRAM

INDIKATOR KINERJA

TARGET

1 Terwujudnya inovasi di

Jumlah Inovasi di bidang TAB yang

bidang Agroteknologi dan dihasilkan : Bioteknologi untuk

1 mendukung peningkatan  Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati

 Paten Proses Produksi Enzim Xilanase

daya saing dan

1 kemandirian bangsa

(biopeat)

Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang dimanfaatkan :

1  Buku outlook teknologi kesehatan

 Buku outlook teknologi pangan

2 Terwujudnya layanan Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB : teknologi di bidang

2 Agroteknologi dan

 Layanan konsultasi kepada UKM

pengolah produk olahan jagung Bioteknologi untuk

1 mendukung peningkatan

 Alih teknologi produksi mie jagung di

Technopark Grobogan

daya saing dan  Layanan konsultasi kepada 4 UKM

3 kemandirian bangsa

 Layanan difusi olahan produk pati

2  Layanan teknologi budidaya ubi kayu

dan tebu

2 Layanan kepada Usaha berbadan

hukum dan 100 orang penerima

manfaat teknologi di Technopark Kab.

Bantaeng

1 Layanan teknologi produksi bibit

tanaman melalui kultur jaringan ex- vitro dan in-vitro

Indeks Kepuasan Masyarakat

3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 1

Pengukuran Capaian Sasaran Program 1 (SP 1) yaitu Terwujudnya inovasi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 2 (dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:

1. Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan dengan target 2 Inovasi, yang meliputi :

a) Paten Proses Produksi Enzim Xilanase

b) Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati (biopeat)

2. Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang dimanfaatkan dengan target 2, yang meliputi :

a) Buku outlook teknologi pangan

b) Buku outlook teknologi kesehatan

3.1.1.1. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1

Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 dari sasaran Program 1 yaitu Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan, dengan target 2 Inovasi, yang meliputi : (a) Paten Proses Produksi Enzim Xilanase; (b) Alih Teknologi Pemanfaatan agen hayati (biopeat).

Tabel 3.2. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1

Sasaran Program 1

Terwujudnya inovasi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 1

Jumlah Inovasi di bidang TAB yang dihasilkan

Target :

1 Paten Proses Produksi Enzim Xilanase

1 Alih Teknologi BioPeat

Penjelasan Target Indikator Kinerja

a. Paten Proses Produksi Enzim Xilanase yang bersifat tahan panas dan tahan basa menggunakan tongkol jagung dan tepung ikan untuk aplikasi

di industri pulp dan kertas.

b. Alih Teknologi ke 1 perusahaan yang memanfaatkan teknologi biopeat, dan pengguna teknologi adalah PT. Riau Sakti United Plantation

Program/Kegiatan

Capaian Kinerja Output

Bukti Pendukung

 Surat pemberitahuan Teknologi

Inovasi dan Layanan  Diperolehnya paten

persyaratan formalitas Peningkatan Daya

Proses produksi Enzim

telah terpenuhi dari Saing Produk

Xilanase untuk aplikasi di

Kementerian Hukum Bioindustri

industri pulp dan kertas.

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Pengembangan

 Produk biopeat bioingredien aktif

1. Diperoleh teknologi

dan hilirisasi produk  Berita acara pelatihan

produksi biopeat dengan

isolat mikroba potensil

bioindustri

 Foto pelatihan

milik PTB

 Foto ujicoba produksi

2. Telah dilakukan pelatihan

teknologi produksi biopeat

biopeat skala 14 ton

3. Telah dilakukan uji coba produksi biopeat skala 14 ton

4. Diperoleh satu perusahaan yang memanfaatkan

inovasi teknologi biopeat

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

a. Jumlah Patent Proses Produksi Enzim Xilanase

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Indikator kinerja ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah Patent proses produksi enzim. Dari hasil pengkajian dan penerapan teknologi Bioindustri tahun 2016, dapat dihasilkan 1 buah Paten Proses produksi terdaftar untuk enzim Xilanase. Paten ini belum dikomersialkan dan rencana pengkomersialkan akan dimanfaatkan untuk aplikasi di Industri Pulp dan kertas..

Program DIPA yang digunakan untuk mencapai target kinerja adalah “Program Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Daya Saing Produk Bioindustri ” dengan output : “Paten Proses Produksi Enzim Xilanase”

Indikator Kinerja : Teknologi Produksi Enzim yang Dimanfaatkan oleh Industri (Xilanase)

Tabel 3.3. Kriteria indikator kinerja Paten Proses Produksi Enzim Xilanase

Kriteria

Penjelasan

Spesifik Paten proses produksi Xilanase yang khusus untuk aplikasi di industri pulp dan kertas

Dapat diukur Basic design ini untuk memproduksi Xilanase kapasitas 3 ton/hari

Dapat dicapai Paten ini telah disusun berdasarkan data-data yang diambil dari uji produksi xilanase di pilot plant

Relevan Xilanase yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk pabrik kertas dengan bekerja sama dengan mitra (PT. Sadya Balawan)

Kurun waktu Teknologi produksi xilanase ini diharapkan dapat dilakukan alih teknologi kepada mitra (PT. Petrosida Gresik) tahun 2017.

Capaian kinerja BPPT untuk Indikator Kinerja : Jumlah perekayasaan teknologi produksi enzim yang dimanfaatkan oleh industri dengan target 1 paten proses produksi Xilanase.

RINCIAN KEGIATAN SEBAGAI BERIKUT :

Xilanase adalah enzim yang bekerja mendegradasi polisakarida beta-1,4- xylan menjadi Xilosa. Xilanase banyak diproduksi oleh mikroba, baik fungi (jamur), bakteria, yeast (khamir), alga, maupun protozoa. Namun mamalia tidak dapat memproduksi xilanase. Saat ini sumber utama xylanase komersial adalah filamentous fungi (kapang). Secara komersial, Xilanase dapat diaplikasikan untuk proses bleachingsebagai pengganti klorin dalam industri pulp dan kertas. Selain dimanfaatkan dalam industri pulp dan kertas, Xilanase juga digunakan sebagai additif pakan unggas, dan juga untuk meningkatkan kualitas adonan dalam industri roti/bakeri.Akan tetapi khusus untuk aplikasi pada industri kertas, xilanase dari jamur tidak sesuai karakternya dengan kebutuhan aplikasi di industri, yaitu harus tahan panas dan tahan basa. Oleh karena itu, pencarian xilanase baru dari sumber daya hayati lokal dan produksi xilanase yang bersifat tahan panas dan tahan basa harus senantiasa dilakukan. Ada berbagai galur bakteri yang ada di alam yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil Xilanase tanpa melalui proses rekayasa genetika. Salah satunya adalah bakteri Bacillus halodurans galur CM1 yang ada di koleksi bakteri Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT.

Tim rekayasa genetika Pusat Teknologi Bioindustri-BPPT telah berhasil mengisolasi, mengidentifikasi, dan mengkarakterisasi strain Bacillus halodurans CM1 penghasil xilanase alkalotermofilik yang berasal dari sumber air panas Cimanggu, Jawa Barat (Maria Ulfah et al 2011). Produksi xilanase dari B. halodurans CM1 CM1 ini menghasil xilanase yang bersifat alkalotermofilik dengan aktivitas sekitar 90 U/ml pada pH 9 dan suhu 70 ºC dalam medium standar. Gen xilanase alkalotermofilik dari bakteri telah Tim rekayasa genetika Pusat Teknologi Bioindustri-BPPT telah berhasil mengisolasi, mengidentifikasi, dan mengkarakterisasi strain Bacillus halodurans CM1 penghasil xilanase alkalotermofilik yang berasal dari sumber air panas Cimanggu, Jawa Barat (Maria Ulfah et al 2011). Produksi xilanase dari B. halodurans CM1 CM1 ini menghasil xilanase yang bersifat alkalotermofilik dengan aktivitas sekitar 90 U/ml pada pH 9 dan suhu 70 ºC dalam medium standar. Gen xilanase alkalotermofilik dari bakteri telah

Pada penelitian sebelumnya juga telah berhasil memproduksi enzim xilanase (rekombinan) dalam level yang sangat tinggi di E. coli (Helianti et al. 2010), juga telah memproduksi xilanase ekstraseluler dalam level tinggi di Bacillus subtilis (Helianti et al. 2012) yang disertai xilooligosakarida sebagai hasil produksi secara simultan dengan media tongkol jagung (Helianti et al. 2012).

1) Tujuan

a) Melakukan proses produksi xilanase yang bersifat tahan panas dan tahan basa menggunakan tongkol jagung dan tepung ikan untuk

aplikasi di industri pulp dan kertas.

b) Penyusunan draf paten produksi xianase.

2) Kegiatan

a) Penggunaan RSM untuk optimasi

b) Evaluasi penggunaan antifoam

c) Pengujian stabilitas enzim dalam waktu lama

d) Evaluasi penggunaan media yang berbeda pada strater

e) Penggunaan media Mamo dan Horikoshi yang telah dimodifikasi

f) Evaluasi penggunaan tepung ikan pengganti protein pada starter

3) Hasil Kegiatan dan Pembahasan

a) Desain

Matriks percobaan factorial yang telah dilakukan dengan menggunakan metode statistic program “Design Expert 7.0” adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.4. Hasil pengamatan jumlah sel selama produksi xilanase

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah sel selama produksi xilanase, pertumbuhan sel memasuki fase stasioner setelah jam ke

12. Hampir semua perlakuan jumlah sel setelah memasuki fase tersebut mencapai lebih dari 108. Perlakuan yang memberikan hasiIl enzim tertinggi juga memiliki jumlah sel tertinggi (250rpm dan 0.675vvm).

Gambar 3.1. Pengamatan jumlah sel selama produksi xilanase dalam fermentor 10 liter.

Gambar 3.2. Pengamatan kadar protein larutan enzim selama produksi xilanase oleh Bacillus halodurans CM1 dalam fermentor

10 liter dengan volume kerja 8 L 10 liter dengan volume kerja 8 L

Telah dilakukan ujicoba terhadap 3 jenis antifoam yang digunakan di LAPTIAB yaitu:

 antifoam petrosida baru 0,08 %  antifoam petrosida lama 0,06 %

 minyak 0,08 %

Sample diambil setiap 6 jam, yaitu pada jam ke-6, 12, 18 dan 24 setelah inokulasi. Dari sampel tersebut, diukur aktivitas volumetrik enzim. Hasil ujicoba adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3. Pengaruh jenis antifoam terhadap aktivitas xilanase

c) Uji Stabilitas Enzim Dengan Berbagai Metode Penyimpanan Pengujian stabilitas dilakukan selama 10 minggu,dengan

pengambilan sampel setiap dua minggu.

Metode penyimpanan yang diujikan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.4. Pengaruh cara penyimpanan terhadap aktivitas

xilanase

d) Penggunaan media yang berbeda pada starter Aktivitas xilanase selama produksi menggunakan starter horikoshi

dan mamo yang mengandung tepung ikan sebagai sumber protein.

Tabel 3.5. Penggunaan medium Starte pada produksi xilanase

Dari tabel 3.5 di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan medium starter yang berbeda, baik horikoshii maupun mamo dengan sumber protein tepung ikan memberi aktivitas akhir yang tidak jauh berbeda. Penggunaan media horikoshi maupun mamo dapat digunakan sebagai starter pada proses produksi.

e) Penggunaan tepung ikan dan ragi sebagai pengganti protein pada

starter.

Penggantian sumber protein dari bahan standar (yeast dan pepton) dengan tepung ikan pada starter tidak mempengaruhi aktivitas xilanase secara umum. Karena itu tepung ikan dapat digunakan dalam starter maupun dalam media produksi.

Penggantian protein standar dengan tepung ikan ataupun ragi menyebabkan starter berwarna keruh dan tidak dapat diukur densitasnya secara valid. Karena itu cara lain dengan mengukur kurva pertumbuhan (waktu dan CFU/ml) dilakukan untuk mengetahui masa log phase. Jumlah sel terbanyak dicapai ketika menggunakan medium Horikoshi tersubsitusi ragi roti pada jam ke-

8 (CFU 1,49x109). Dari hasil kegiatan didapatkan bahwa log phase 8 (CFU 1,49x109). Dari hasil kegiatan didapatkan bahwa log phase

f) Penyusunan draft paten proses produksi xilanase yang bersifat tahan panas dan tahan basa menggunakan tongkol jagung dan

tepung ikan untuk aplikasi di industri pulp dan kertas.

4) Kendala Yang Dihadapi

Banyaknya alat substansial yang rusak selama proses produksi membuat target banyak yang terlambat dicapai. Rusaknya sentrifus menyebabkan enzim hasil produksi 100 L yang aktivitasnya sangat baik sekalipun tidak dapat dipanen dengan segera. Sehingga harus disimpan. Sementara tempat penyimpanan seperti cold room juga rusak. Sehingga enzim-enzim yang sudah dihasilkan mengalami kerusakan dan berbau.

5) Kesimpulan

a) Produksi Xilanase tertinggi oleh Bacillus halodurans CM1 dalam fermentor 10 liter dengan volume kerja 8 liter adalah batch dengan agitasi 250ppm dan aerasi 0.675vvm (skala 5) dengan lama fermentasi 30 jam (783.47U/ml).

b) Berdasarkan anova, model yang diuji signifikan, sehingga batas atas agitasi dan aerasi untuk optimasi selanjutnya masing-masing

adalah 250rpm dan 1.75vvm, sedangkan batas bawah nya masing- masing 100rpm dan 0.675vvm

c) Antifoam yang baru dari petrosida memberikan aktivitas terbaik pada jam ke24. Namun tidak ada beda yang signifikan antara

aktifitas yang dihasilkan oleh antifoam yang berbeda pada jam-jam sebelumnya.

d) Tidak terlihat perbedaan yang signifikan atara satu cara

penyimpanan dengan yang lain.

e) Penggantian sumber protein dari bahan standar (yeast dan pepton) dengan tepung ikan pada starter tidak mempengaruhi aktivitas

xilanase secara umum. Karena itu tepung ikan dapat digunakan dalam starter maupun dalam media produksi.

f) Penggantian protein standar dengan tepung ikan menyebabkan starter berwarna keruh dan tidak dapat diukur densitasnya secara

valid. Karena itu cara lain dengan mengukur kurva pertumbuhan (waktu dan CFU/ml) dilakukan untuk mengetahui masa log phase. Dari hasil kegiatan didapatkan bahwa log phase kondisi terbaik untuk memindahkan starter baik yang tersubtitusi tepung ikan maupun ragi ke media produksi antara jam 1 - 3.

a.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian hingga kinerja tahun

Penguasaan teknologi produksi Xilanase telah dilakukan sampai pada skala pilot plant 150L dan telah dibuatkan basic design skaa komersial (3 ton/hari). Produksi xilanase menggunakan Bacillus halodurans galur CM1 ini dengan menggunakan media tepung ikan dan tongkol jagung menghasilkan aktivitas enzim antara 100 – 540 U/ml. Selanjutnya di tahun ini (2017) akan dilakukan ujicoba produksi sampai 1000L di pilot plant untuk mendapatkan data sebagai bahan untuk menyusun SOP dalam produksi xilanase sebagai persiapan produksi sekala komersial. Ujicoba produksi

1000L tidak bisa terealisasikan di tahun 2016 karena adanya pemotongan anggaran.

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian hingga kinerja tahun

Pengembangan dan penguasaan teknologi produksi xilanase difokuskan pada kegiatan optimasi media dan optimasi proses serta validasi produksi Xilanase pada skala 100 L menggunakan media tepung ikan dan tongkol jagung.

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian hingga kinerja tahun

Pengembangan dan penguasaan teknologi produksi xilanase difokuskan pada kegiatan optimasi media dan optimasi proses produksi xilanase pada skala 10 L menggunakan media tepung ikan dan tongkol jagung.

a.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

- Uraian mengenai target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis adalah peningkatan hasil layanan

teknologi yang dapat diaplikasikan di industri dan masyarakat.

- Uraian mengenai realisasi kinerja sampai dengan tahun 2016: telah diajukan paten terkait proses produksi Xilanase untuk dipakai di

industri pulp dan kertas. Dengan adanya paten ini diharapkan bisa disusun dokumen teknologi untuk digunakan dalam alih teknologi produksi Xilanase kepada mitra pengguna teknologi.

a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Tidak ada

a.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Faktor penyebab keberhasilan/peningkatan kinerja diantaranya adalah:

- Kerjasa sama team yang baik selama pelaksanaan kegiatan.

- Pengalaman kerja dari anggota team yang berpengalaman dalam kegiatan serupa di tahun-tahun sebelumnya.

- Dukungan fasilitas yang ada di LAPTIAB, meskipun masih serba terbatas.

a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

- Struktur pekerjaan menggunakan WBS sehingga pekerjaan terdistribusi sesuai dengan keahlian masing-masing sehingga dalam tim kegiatan saling melengkapi

- Melakukan penyesuaian anggaran dengan capaian kegiatan per triwulan

- Efisiensi penggunaan mesin dan peralatan yang ada di LAPTIAB

a.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Struktur pekerjaan menggunakan WBS sehingga pekerjaan terdistribusi dengan baik kepada setiap personel sehingga mudah dikontrol kemajuannya.

- Adanya penetapan jobdesc untuk semua personel di awal tahun sehingga setiap personel terpacu untuk mencapai target yang ditetapkan di dalam jobdesc tersebut.

b. Jumlah perusahaan yang telah memanfaatkan inovasi teknologi pemanfaatan agen hayati (BioPeat)

b.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Indikator kinerja ini dengan cara menghitung jumlah perusahaan yang memanfaatkan teknologi dari hasil alih teknologi biopeat yakni 1 perusahaan PT Riau Sakti United Plantation (PT RSUP).

Program ini berhasil mencapai target dimana tahun sebelumnya capaian berupa prototipe biopeat, kemudian tahun berikutnya (2016) alih teknologi produksi biopeat kepada PT RSUP.

Program DIPA yang digunakan untuk mencapai target kinerja adalah “program Pengembangan bioingredien aktif dan hilirisasi produk bioindustri ” dengan

output:

o Diperoleh teknologi produksi biopeat dengan isolat mikroba potensil milik PTB

o Telah dilakukan pelatihan teknologi produksi biopeat o Telah dilakukan uji coba produksi biopeat skala 14 ton o Diperoleh satu perusahaan yang memanfaatkan inovasi teknologi biopeat

RINCIAN KEGIATAN SEBAGAI BERIKUT :

Rancang Bangun Produksi Pupuk Hayati Biopeat, mempunyai tujuan melakukan alih teknologi produksi Biopeat, dengan memberikan pelatihan teknologi produksi Biopeat dan Biopeat Pine, menyiapkan dokumen teknologi Biopeat dan draft paten dari BioPeat serta BioPeat Pine.

Pupuk hayati merupakan komponen penting dalam pertanian organik, tetapi bukan monopoli pertanian organik. Pupuk hayati juga dibutuhkan oleh pertanian konvensional untuk memelihara kelestarian lahan, memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologis tanah. Permintaan pupuk hayati cenderung meningkat seiring dengan makin meningkatnya pertanian organik.

Dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional, lahan sub-optimal (gambut) di luar Pulau Jawa dapat didayagunakan. Lahan gambut berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian dengan memberikan input teknologi untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Salah satunya adalah dengan memberikan tambahan pupuk konsorsia mikrob dalam bentuk pupuk hayati. Pupuk hayati yang diaplikasikan juga berperan dalam proses penguraian bahan organik, melepaskan nutrisi ke dalam bentuk mudah diserap oleh tanaman serta mendegradasi residu toksik. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas lahan gambut yang bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Penelitian PTB - BPPT mengenai fungi yang memiliki kemampuan sebagai agen hayati untuk meningkatkan pH tanah gambut, sekaligus memanfaatkan limbah organik sebagai matriks untuk pertumbuhannya. Hasil kajian tersebut dipopulerkan dengan nama BioPeat dan BioPeat-Pine oleh Tim Pupuk Hayati PTB-BPPT.

BioPeat adalah mikrob potensial berupa fungi yang memiliki kemampuan spesifik dalam menaikkan pH tanah gambut. Sedangkan BioPeat-Pine adalah pupuk hayati yang mengandung mikrob potensial (BioPeat) peningkat pH tanah dengan matriks limbah organik.

Alih Teknologi Produksi Mikrob Penyubur BioPeat dan BioPeat-Pine dilakukan untuk mentransfer teknologi produksi BioPeat dan BioPeat-Pine yang telah dikembangkan oleh tim Pupuk hayati PTB-BPPT ke industri yaitu PT. Riau Sakti United Plantations (PT. RSUP), sehingga diharapkan PT. RSUP dapat menerapkan teknologi produksi mikrob penyubur dari PTB-BPPT yang memanfaatkan limbah nanas di lahan perkebunan PT. RSUP dan bermanfaat untuk meningkatkan hasil produksi tanaman hortikultur di kawasan Pulau Burung.

PT. RSUP memiliki perkebunan kelapa seluas kurang lebih 16.000 ha, dan perkebunan Nanas seluas kurang lebih 4.000 ha, yang merupakan lahan sub- optimal gambut, dengan rata-rata pH tanah sekitar 3 sampai 4. Melalui serangkaian kegiatan alih teknologi tersebut diharapkan pihak PT. RSUP diharapkan mampu memproduksi pupuk hayati BioPeat-Pine yang memanfaatkan limbah nanas menggunakan mikroba dan teknologi produksi yang dirancang oleh tim Pupuk Hayati, Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT. Kedepannya diharapkan PT. RSUP dapat menggunakan teknologi mikrob dari PTB-BPPT ini untuk meningkatkan produktivitas lahan di kawasan perkebunan Pulau Burung.

Alih teknologi proses produksi BioPeat dan BioPeat Pine dilakukan dalam bentuk pelatihan. Pelatihan dilaksanakan dalam dua bagian, yaitu pelatihan pertama mengenai alih teknologi proses produksi BioPeat dan Pelatihan kedua mengenai alih teknologi proses produksi BioPeat Pine.

1. Pelatihan Alih Teknologi Proses Produksi BioPeat

Pelatihan Alih Teknologi Produksi Mikrob Gambut (BioPeat) diselenggarakan pada tanggal 27-29 April 2016, di Laptiab Serpong. Pelatihan diikuti oleh empat orang peserta dari PT. Riau Sakti United Plantations - PT. RSUP (Sambu Group) dengan pemateri dan instruktur dari tim WBS 1. Rancang Bangun Produksi Pupuk Hayati, Program

Pengembangan Bioingridien Aktif dan Hilirisasi Produk Bioindustri, Pusat Teknologi Bioindustri (Gambar 3.5 dan Gambar 3.6).

Pelatihan terutama berisikan tentang alur kerja dari proses produksi BioPeat yang terdiri dari: (a). Peremajaan isolat dalam agar miring; (b). Perbanyakan mikrob dalam cawan petri dan (c). Teknologi produksi biopeat (fermentasi padat).

Ketiga hal tersebut dituangkan dalam materi pelatihan mengenai:

- Pemanfaatan lahan gambut tanpa bakar : Inovasi Teknologi Mikrob Gambut untuk Aplikasi pada Tanaman hortikultur di lahan PT. RSUP

- Mikrobiologi Dasar terkait Produksi Pupuk Hayati BioPeat - Pengenalan Pupuk Hayati dan Pupuk Organik - Peremajaan, pemeliharaan dan perbanyakan mikrob gambut

(BioPeat) - Proses produksi mikrob gambut (BioPeat)

- Desain proses produksi BioPeat-Pine kapasitas 4200 ton/tahun - Praktikum pembuatan media kultur dan peremajaan mikrob gambut

- Praktikum perbanyakan mikrob gambut - Praktikum produksi mikrob gambut - Praktikum pengamatan mikrob gambut dan cara penghitungan

mikrob - Praktikum pengamatan hasil peremajaan mikrob gambut

Pelatihan diakhiri dengan serah terima pelaksanaan alih teknologi mikrob gambut (penandatanganan Berita Acara) oleh Direktur Pusat Teknologi Bioindustri dan Vice General PT. RSUP.

Gambar 3.5. Foto bersama peserta pelatihan Alih Teknologi Produksi

Mikrob Gambut

Gambar 3.6. Pemaparan materi pelatihan

2. Pelatihan Alih Teknologi Produksi BioPeat-Pine

Pelatihan Alih Teknologi Produksi Mikrob Penyubur (BioPeat-Pine) diselenggarakan pada tanggal 6 – 8 September 2016, di PT. RSUP, Riau. Pelatihan diikuti oleh empat orang peserta dari PT. RSUP dengan pemrasaran dan instruktur dari tim Pupuk Hayati Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT (Gambar 3.7 dan Gambar 3.8).

Gambar 3.7. Pelatihan proses produksi pupuk hayati BioPeat Pine

Pelatihan mencakup pemaparan materi yang berkaitan dengan proses produksi BioPeat-Pine menggunakan media teknis dan media teknis organik serta praktikum yang berhubungan dengan proses produksi BioPeat-Pine. Diskusi dilakukan di antara pemaparan materi dan praktikum.

Pelatihan diakhiri dengan serah terima Berita Acara pelaksanaan alih teknologi mikrob gambut yang ditandatangi oleh Direktur Pusat Teknologi Bioindustri dan Vice General PT. RSUP. Melalui serangkaian kegiatan tersebut diharapkan pihak PT. Riau Sakti United Plantations diharapkan mampu memproduksi pupuk hayati BioPeat-Pine yang memanfaatkan limbah nanas menggunakan mikroba dan teknologi produksi yang dirancang oleh tim Pupuk Hayati, Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT.

Gambar 3.8. Serah terima berita acara pelaksanaan Pelatihan Alih Teknologi Produksi Mikrob Penyubur (BioPeat-Pine)

Alur proses produksi dan diagram alir produksi BioPeat Pine seperti pada Gambar 3.9, Gambar 3.10 dan gambar 3.11 di bawah ini:

Gambar 3.9. Skema produksi BioPeat Pine

Gambar 3.10. Diagram alir proses produksi BioPeat Pine

Gambar 3.11. Alur Proses Produksi Biopeat Pine

Kegiatan uji coba produksi BioPeat Pine sebesar 14 ton telah dilakukan pada tanggal 6 sampai tanggal 8 September 2016 di PT. RSUP, Sambu, Riau.

Uji coba produksi dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Preparasi media teknis untuk produksi inokulum

Gambar 3.12. Preparasi media teknis untuk produksi inoculum

2. Preparasi inokulum (BioPeat) dengan cara melarutkan inokulum dengan air (ekstraksi biomassa)

Gambar 3.13. Preparasi inokulum (BioPeat) dengan cara melarutkan inokulum dengan air (ekstraksi biomassa)

3. Produksi inokulum melalui fermentasi cair (400 L) selama 38 jam dengan aerasi menggunakan kompresor

Gambar 3.14. Produksi inokulum melalui fermentasi cair (400 L) selama 38 jam dengan aerasi menggunakan kompresor

4. Pengamatan parameter berupa pH dan Biomassa selama proses fermentasi

Gambar 3.15. Pengamatan parameter berupa pH dan Biomassa

selama proses fermentasi

5. Produksi BioPeat Pine dengan kapasitas 14 ton (inokulasi biomassa hasil fermentasi ke limbah nanas)

Gambar 3.16. Produksi BioPeat Pine dengan kapasitas 14 ton (inokulasi biomassa hasil fermentasi ke limbah nanas)

Dokumen Teknologi BioPeat Pine

Dalam rangka penyusunan dokumen desain proses produksi BioPeat Pine, telah dilakukan pengumpulan data dan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:

1. Perhitungan kapasitas produksi

 Produksi pengalengan buah nanas = 125.000 kg/hari  Limbah nanas = 30% x 125.000 = 37.500 kg/hari  Pengepresan limbah nanas = 45% x 37.500 = 16.875 kg/hari =

16.875 ton/hari

 Perkiraan peningkatan produksi hingga menghasilkan limbah Nanas = 20 ton/hari  Produksi beroperasi selama 300 hari per tahun sehingga menghasilkan limbah nanas: 6000 ton/tahun

 Hasil Komposting (Biopeat-pine) 70% dari bahan baku = 4200

ton/tahun

2. Perhitungan Biaya Bahan Baku BioPeat-Pine 14 Ton

Tabel 3.6. Perhitungan Biaya Bahan Baku BioPeat-Pine 14 Ton

Perbanyakan starter

Bahan starter

Kebutuhan

Harga satuan (Rp) Harga total (Rp)

Limbah Nanas

300 kg

Total

Fermentasi cair

Bahan

Kebutuhan 180.000 L Harga satuan (Rp) Harga total (Rp)

Gula pasir

2700 Kg

Chloram penikol

18 kg

Air Kanal

Biaya composting

Bahan

Kebutuhan 6.000 ton

Harga satuan (Rp) Harga total (Rp)

Limbah Nanas

600 ton

Gula pasir

Total Biaya Bahan Baku

Rp 155.448.900

Tabel 3.7. Perhitungan Biaya Produksi BioPeat-Pine 4.200 ton/tahun

Biaya tenaga kerja

Tenaga kerja

Jumlah

Gaji/bulan

Total/bulan Total/tahun

Pekerja lapang

Biaya lain-lain

Bahan

Kebutuhan

Harga satuan (Rp) Biaya total (Rp)

PDA Teknis

Plastik PP steril

10 kg

Karet Gelang

5 kg

Alumunium foil

4 rol

Plastik wrap

2 rol

Kain Kasa

Tranport Bahan baku

Biaya produksi untuk kapasitas 4200 ton / tahun

Komponen Biaya

Jumlah (Rp)

Biaya Bahan Baku

Biaya Tenaga kerja

Biaya Lain-lain

Total Biaya produksi

Biaya Produksi BioPeat-Pine 4.200 ton/tahun = Rp 125 /kg

3. Perhitungan investasi peralatan

Tabel 3.8. Perhitungan investasi peralatan

No Nama Alat

Harga Alat

Jml satuan

satuan total

1 pH meter 2 buah

2 Soil-pH & Humidity Tester

4 Hot Plate Stirrer 2 buah

6 Jarum ose 5 buah

300.000 1.500.000 7 Mikropipette satu set (0,1; 1; dan 5 ml) 1 set 12.000.000 12.000.000

8 Lemari Es Display

2 buah

3.700.000 7.400.000 9 Shaker Inkubator W Temp Control 1 buah 40.000.000 40.000.000

10 Vortek 1 buah

11 Beaker plastik with handle, 5 l

2 buah

12 Gelas ukur (Cylinder),PP 100 ml 2 buah

13 Erlenmeyer 5000 ml

4 box

14 Petridish, ukuran 100 x 15 3 box

15 Desikator 1 buah

17 Rak Tabung Reaksi 4 buah

18 Tabung reaksi 2 box

19 Satu set Bunsen Burner

1 set

19 Satu set Bunsen Burner 1 set

21 spatula 5 buah

50.000 250.000 22 Laminar 1 set 40.000.000 40.000.000

23 Botol jam

24 Dirigen 30 L 20 buah

25 Tangki air stainless 1000 L

3 buah

26 Pompa air 2 buah

27 Filter udara menuju fermentor

3 buah

28 Air Pump

3 buah

29 Pipa air flow 3 buah

30 Flow Meter

3 buah

31 Ember 50 L 4 buah

32 Saringan santan

1 set

33 pengaduk 4 buah

38 Rumah Produksi

m 2 500.000 1.250.000.000

Total

4. Perhitungan Keuntungan

• Luasan tanah

= 4000 hektar

• Populasi nanas

= 50.000 Tanaman/hektar

• SOP Biopeat-Pine

= 150 gr/tanaman = 7.5 ton/hektar

• Umur nanas

= 2 tahun

• Produksi Biopeat-Pine = 8400 ton/2tahun • Luasan yg bisa menggunakan biopeat-pine = 1.120 hektar

• Keuntungan rata-rata saat panen = Rp 7.612.875.200/ 2tahun = Rp 3.805.737.600/tahun

Dalam rangka produksi pupuk hayati BioPeat dan BioPeat-Pine, telah dilakukan penyusunan draft paten dari produk BioPeat dan BioPeat- Pine. Draft patent BioPeat mencakup komposisi media dan proses produksi BioPeat. Proses produksi dilakukan melalui dua metode yang berbeda, yaitu melalui fermentasi padat dan fermentasi cair. Satu jenis media teknis terdiri dari sekam, dedak dan serasah gambut digunakan dalam fermentasi padat. Dua jenis media teknis, yaitu media anorganik dan media organik digunakan dalam fermentasi cair. Draft paten BioPeat-Pine mencakup substrat dan proses produksi dari produk Biopeat-Pine. Akan dilakukan penyempurnaan lebih lanjut hingga dihasilkan draft paten BioPeat dan BioPeat-Pine yang siap untuk diserahkan kepada Biro Hukum BPPT.

b.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

 Uraian realisasi dan capaian kinerja tahun 2016 :

Kegiatan pengembangan bioingredien aktif dan hilirisasi produk bioindustri difokuskan pada kegiatan alih teknologi dan uji coba produksi

BioPeat pada skala 14 ton. Alih teknologi dilakukan sebagai rangkaian akhir dalam rangka pemanfaatan teknologi BioPeat di ranah industri. Uji produksi dilakukan secara in situ di lahan milik PT. RSUP.

 Uraian realisasi dan capaian kinerja tahun 2015 : Inovasi teknologi pemanfaatan agen hayati, dalam hal ini kegiatan

BioPeat, menghasilkan prototipe produk pupuk hayati yang diberi nama “BioPeat” dengan spesifikasi keunggulan meningkatkan produktivitas tanaman di lahan gambut. Uji aplikasi skala terbatas dilakukan terhadap

tanaman hortikultura seperti jagung.

b.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Sasaran / target kinerja dalam dokumen perencanaan strategis (Renstra PTB 2015 – 2019) difokuskan pada peningkatan teknologi untuk mendorong kemandirian bangsa.

Sejalan dengan hal tersebut, capaian kegiatan tahun 2016 yaitu telah termanfaatkannya teknologi BioPeat di PT. RSUP, merupakan perwujudan / realisasi terhadap upaya teknologi pemanfaatan agen hayati dalam mendorong produksi pupuk dalam negeri.

b.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

TIDAK ADA

b.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Faktor penyebab keberhasilan/peningkatan kinerja diantaranya adalah :

- Komitmen dari mitra industri pengguna teknologi BioPeat yaitu PT. Riau Sakti United Plantations (PT. RSUP) untuk memanfaatkan

teknologi BioPeat dan mengaplikasikannya untuk masyarakat di sekitar wilayah Pulau Burung PT. RSUP serta komitmen untuk membangun unit produksi BioPeat di Pulau Burung.

- Dukungan dari Badan Restorasi Gambut, Pemkab Inhil, Balitbangda Riau, Unri untuk mewujudkan Pilot Project “Desa Peduli Gambut

Sejahtera”, salah satunya dengan menerapkan teknologi BioPeat. Faktor penyebab kegagalan/penurunan kinerja :

- Adanya efisiensi anggaran hampir 85% mengakibatkan beberapa tahapan kegiatan untuk mencapai target akhir tidak dapat terlaksana.

b.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya  Efisiensi penggunaan SDM : Penugasan SDM sesuai dengan bidang

keahliannya.

 Efisiensi penggunaan keuangan : penyesuaian anggaran yang ada

dengan target output yang akan dicapai.

 Efisiensi penggunaan peralatan dan mesin.

b.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Penetapan Kinerja :

Paket Alih Teknologi Produksi BioPeat

Kegiatan :

Pendampingan Scale up

Kegiatan :

Kegiatan :

Produksi dan produksi

Pelatihan

Alih Teknologi

Sosialisasi BioPeat di

Gambar 3.17. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Alih Teknologi

Pemanfaatan Agen Hayati (BioPeat)

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja Deputi TAB untuk Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1 yaitu Jumlah Inovasi yang Dihasilkan, dengan target 2 Inovasi adalah sebagai berikut:

Prosentase

Realisasi

x 100% Capaian Kinerja

Target

2 Inovasi

x 100% = 100%

2 Inovasi

Tabel 3.9. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 1

Indikator

Program Mitra Kinerja

Target

Realisasi

100 Pengkajian PT. Paten Proses

1 Paten

1 Paten

produksi Enzim Petrosida Penerapan

dan

(protease, Gresik, Teknologi xilanase dan

Bioindustri Tbk., lipase)

PT. Sadya Balawan

100 Pengembanga PT. Riau Alih Teknologi

1 Alih

1 Alih

n bioingredien Pemanfaatan

aktif dan

agen hayati United

Plantation bioindustri

(PT. RSUP)

3.1.1.2. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 1

Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 dari Sasaran Program 1 yaitu Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang dimanfaatkan, dengan target 2 rekomendasi, yang meliputi : (a) Buku outlook teknologi pangan, (b) Buku outlook teknologi kesehatan.

Tabel 3.10. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 1

Sasaran Program 1

Terwujudnya inovasi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 2

Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang dimanfaatkan

Target :

2 Rekomendasi

Penjelasan Target Indikator Kinerja

a. Buku Outlook Teknologi Pangan 2016 ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan acuan bagi instansi pemerintah, swasta,

industri, akademisi dan masyarakat pada umumnya dalam pengembangan teknologi untuk mendukung diversifikasi pangan nasional jangka panjang.

b. Buku Outlook Teknologi Kesehatan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi sumber informasi, acuan dan bahan pertimbangan dalam

melakukan pengembangan teknologi untuk industri farmasi dan alat kesehatan nasional jangka panjang

Program/Kegiatan

Capaian Kinerja Output

Bukti Pendukung

Program Pengkajian dan - Diperolehnya buku  Foto FGD Penerapan Teknologi

 Buku Teknologi Agroindustri /

Outlook Teknologi

Outlook Pangan Pengembangan Pangan

Pangan

Lokal Program Pengkajian dan - Diperolehnya buku

 Foto Konsinyering Penerpan Teknologi

penyusunan Outlook Farmasi dan Medika

Outlook Teknologi

Kesehatn

 Buku Outlook Teknologi Kesehatan

 Foto acara peluncuran Outlook

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

a. Buku outlook teknologi pangan

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Program Pengembangan Pangan Berbasis Bahan Baku Lokal berupaya untuk mengembangan sumber daya lokal salah satunya untuk mendukung substitusi impor pangan nonberas dan nonterigu, juga dengan memanfaatkan tanaman sagu yang potensi luasannya nomor satu di dunia, jagung, dan ubi kayu sesuai dengan kearifan lokal daerah. Peran teknologi dalam program diversifikasi (penganekaragaman) pangan sangat penting dan dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas, menghasilkan produk pangan yang berkualitas, dan efisiensi produksi. Sehingga dapat dihasilkan produk pangan lokal yang sehat, rasanya enak, praktis, dengan harga terjangkau sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Pengembangan diversifikasi (penganekaragaman) pangan selalu terkait dengan pengembangan ekonomi. Untuk itu perlu disusun sebuah buku Outlook Teknologi Pangan, yang membahas data potensi pangan lokal kita saat ini dan hingga prediski potensi dan kebutuhan hingga 20 tahun kedepan serta skenario pengembangan diversifikasi pangan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Isu penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah upaya untuk melepaskan diri dari ketergantungan impor pangan yang saat ini sudah mencapai 70%.

Buku Outlook Teknologi Pangan 2016 ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan acuan bagi instansi pemerintah, swasta, industri, akademisi dan masyarakat pada umumnya dalam pengembangan teknologi untuk mendukung diversifikasi pangan nasional jangka panjang.

Metodologi yang dilakukan

Sumber Data

Outlook Teknologi Pangan edisi 2016 ini disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer hasil deep interview dari nara sumber dan Focuss Group Discussion (FGD) , serta data sekunder yang bersumber dari Instansi terkait, seperti BPS, Bappenas, BKP-Kementan, Kemenperin, Kemendag, Kemenristekdikti, dan beberapa publikasi terkait lainnya.

Gambar 3.18. FGD dalam rangka penyusunan Outlook teknologi Pangan

- Prediksi Demografi dan Pertumbuhan Penduduk Analisis Prediksi Demografi dan Pertumbuhan Penduduk Indonesia

dilakukan dengan mengacu pada data demografi yang telah tersedia, yaitu data yang dikeluarkan dari BPS dan Bappenas. Data utama yang digunakan adalah data jumlah penduduk, pertumbuhan, jenis kelamin dan kelompok umur penduduk.

- Prediksi Kebutuhan Teknologi Pangan Prediksi Kebutuhan Teknologi Pangan hingga tahun 2035 digunakan dengan

metode penilaian dari para ahli dan pemangku kepentingan (pejabat dari lembaga terkait, pakar dari perguruan tinggi dan lembaga litbang, praktisi industri pangan). Penilaian didukung dengan analisis data sekunder.

Buku Outlook Teknologi pangan diawali dengan sambutan kepala BPPT, halaman berikutnya Sambutan Menetri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Bab 1. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, urgensi, ruang linhkup dan metodologi. Bab 2. Potret Kondisi Panan Saat ini, berisi tentang konsumsi pangan, Ketersediaan Pangan Karbohidrat, Produksi dan Impor pangan, hingga Kebijakan pangan. Bab 3. Ketersediaan Teknologi Diversivikasi Pangan meliputi on farm dan off farm. Bab 4 Proyeksi Hingga Tahun 2045, meliputi proyeksi jumlah penduduk, konsumsi dan produksi pangan pokok, trategi Pengurangan Konsumsi Beras dan roadmap teknologi Diversivikasi Pangan Karbohidrat.

Gambar 3.19. Buku Outlook Teknologi Pangan Edisi 2016 Gambar 3.19. Buku Outlook Teknologi Pangan Edisi 2016

Tidak ada

a.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Tidak ada

a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Tidak ada

a.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Belum ada

a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

Belum ada

a.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Belum ada Belum ada

b.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Buku Outlook Teknologi Kesehatan 2016 disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi dan gambaran tentang proyeksi kebutuhan teknologi untuk industri farmasi dan alat kesehatan ke depan yang diperlukan untuk mendukung penyediaan produk obat dan alat kesehatan hingga tahun 2035 dalam rangka mewujudkan kemandirian dan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan nasional. Sehingga diharapkan Outlook ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan bagi para pihak yang terlibat pada dunia kesehatan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat sesuai semangat Undang-undang Kesehatan.

Metodologi dalam penyusunan Buku Outlook Teknologi Kesehatan 2016 dengan cara pengumpulan data data dan informasi primer hasil deep interview dari narasumber dan Forum Group Discussion (FGD) dan sekunder yang bersumber dari institusi terkait seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan publikasi terkait lainnya. Selanjutnya data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara intensif melalui diskusi tim penyusun dengan menghadirkan pada narasumber yang pakar di bidang masing- masing.

Buku Outlook Teknologi Kesehatan Edisi 2016 yang dihasilkan menyajikan data, analisis, dan proyeksi kebutuhan produk dan teknologi untuk industri farmasi dan alat kesehatan hingga tahun 2035 dengan mengacu pada proyeksi demografi dan pola penyakit, kecendrungan pasar, kemampuan industri dan

kebijakan pemerintah. Berdasarkan data demografi, penduduk Indonesia tahun 2035 diproyesikan akan mencapai 305,5 juta. Prosentase penduduk kelompok usia anak (0-14 tahun) cenderung mengalami penurunan, namun prosentase kelompok produktif (15-59 tahun) dan kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas) mengalami peningkatan. Diproyeksikan hingga tahun 2035 pola penyakit di Indonesia akan mengalami pergeseran yaitu kelompok penyakit menular (communicable disease) mengalami penurunan, sedangkan kelompok penyakit tidak menular (non communicable disease) dan penyakit akibat cedera menunjukkan peningkatan. Ada korelasi antara jumlah penduduk kelompok usia lanjut yang meningkat dengan peningkatan penyakit tidak menular seperti stroke, penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan kanker. Berdasarkan pola penyakit tersenut, diperkirakan kebutuhan produk kesehatan hingga tahun 2035 akan lebih banyak digunakan untuk mengatasi penyakit tidak menular seperti produk untuk penyakit jantung, hipertensi, hiperkolesterol, osteoarthritis dan kanker serta obat analgetik antipiretik. Namun demikian, sediaan obat untuk mengatasi penyakit menular (infeksi) juga masih diperlukan secara kontinyu yaitu kelompok antibiotika, anti virus dan vaksin. Kebutuhan bahan baku obat akan meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan produk jadi. Upaya pengembangan industri bahan baku obat menjadi penting untuk didorong oleh seluruh stakeholder. Diperkirakan permintaan pasar produk herbal lebih banyak untuk fungdi pencegahan penyakit, perlindungan fungsi organ dan peningkatan daya tahan tubuh. Sementara beberapa produk alat kesehatan yang diperkirakan kebutuhannya terus meningkat hingga 2035 adalah kelompok produk bahan medis habis pakai, hospital furniture, produk implan ortopedi, in vitro diagnostic dan peralatan elektronik untuk diagnosis dan monitoring kesehatan.

Outlook Teknologi Kesehatan edisi 2016 ini akan menyajikan potret industri farmasi dan industri alat kesehatan, analisis kebutuhan produk kesehatan yang mengacu pola penyakit, dan proyeksi kebutuhan teknologi untuk mendukung industri farmasi dan alat kesehatan hingga tahun 2035. Industri farmasi yang dimaksud meliputi industri: obat jadi, bahan baku obat, produk herbal, ekstrak Outlook Teknologi Kesehatan edisi 2016 ini akan menyajikan potret industri farmasi dan industri alat kesehatan, analisis kebutuhan produk kesehatan yang mengacu pola penyakit, dan proyeksi kebutuhan teknologi untuk mendukung industri farmasi dan alat kesehatan hingga tahun 2035. Industri farmasi yang dimaksud meliputi industri: obat jadi, bahan baku obat, produk herbal, ekstrak

Gambar 3.20. Buku Outlook Teknologi Kesehatan Edisi 2016

Berdasarkan hasil review dan analisis yang dilakukan, maka kebutuhan teknologi untuk industri farmasi dan alat kesehatan hingga tahun 2035 dapat diproyeksikan sebagai berikut:

(i) Teknologi untuk pengembangan sediaan obat jadi

Kebijakan pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional akan memberikan pengaruh besar pada peningkatan penyediaan obat generik.

Diperkirakan teknologi formulasi sediaan obat menjadi prioritas kebutuhan, terutama teknologi formulasi untuk memperbaiki sistem penghantaran obat dan teknologi formulasi untuk memperbaiki atau mengubah bentuk sediaan dalam rangka memenuhi persyaratan farmasetika, farmakodinamik dan farmakokinetik serta efisiensi proses Diperkirakan teknologi formulasi sediaan obat menjadi prioritas kebutuhan, terutama teknologi formulasi untuk memperbaiki sistem penghantaran obat dan teknologi formulasi untuk memperbaiki atau mengubah bentuk sediaan dalam rangka memenuhi persyaratan farmasetika, farmakodinamik dan farmakokinetik serta efisiensi proses

(ii) Teknologi untuk produksi bahan baku obat Dalam upaya mengurangi ketergantungan impor, pembangunan pabrik

bahan baku obat penting untuk ditingkatkan. Teknologi produksi bahan baku obat menggunakan konsep multipurpose plant dengan 2-3 langkah proses merupakan pilihan terbaik untuk diterapkan. Pengembangan katalis dalam rangka optimalisasi proses sintesis, peningkatan produktivitas dan efisensi biaya penting untuk dilakukan. Dalam produksi bahan baku obat juga perlu menerapkan konsep proses produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan serta berbasis sumberdaya bahan baku lokal yang ada.

(iii) Teknologi untuk pengembangan produk biologi dan biosimilar Produk biologi dan biosimilar yang diperkirakan akan berkembang hingga

tahun 2035 adalah produk-produk untuk penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes mellitus, osteoarthritis, dan penyakit menular yang

disebabkan virus. Teknologi yang diperkirakan akan berkembang adalah teknologi antibodi monoklonal, teknologi protein dan DNA rekombinan, serta teknologi sel punca.

(iv) Teknologi untuk pengembangan produk herbal Teknologi pengembangan produk herbal diperkirakan akan

menggunakan teknologi verifikasi botani secara molekular untuk menjamin kualitas simplisia, teknologi ekstraksi cairan bertekanan untuk meningkatkan rendemen dan menjaga kualitas hasil, teknologi ekstraksi dengan ultrabunyi, penapisan bioaktivitas dengan menggunakan kombinasi ekspresi gen, protein array dan identifikasi konstituen kandungan senyawa dalam ekstrak atau fraksi, teknologi untuk verifikasi efek farmakodinamik secara in vivo, serta teknologi untuk meningkatkan menggunakan teknologi verifikasi botani secara molekular untuk menjamin kualitas simplisia, teknologi ekstraksi cairan bertekanan untuk meningkatkan rendemen dan menjaga kualitas hasil, teknologi ekstraksi dengan ultrabunyi, penapisan bioaktivitas dengan menggunakan kombinasi ekspresi gen, protein array dan identifikasi konstituen kandungan senyawa dalam ekstrak atau fraksi, teknologi untuk verifikasi efek farmakodinamik secara in vivo, serta teknologi untuk meningkatkan

(v) Teknologi untuk pengembangan alat kesehatan Kebijakan pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional juga

berpengaruh cukup besar terhadap penyediaan alat kesehatan, khususnya kelompok bahan habis pakai (disposable), hospital furniture, peralatan elektromedik, radiologi dan implan ortopedi. Teknologi produksi peralatan dan bahan baku alat kesehatan terkait kelompok produk tersebut, sangat perlu dikembangkan untuk mendorong industri alat kesehatan dalam negeri. Selain itu teknologi informasi diperkirakan akan semakin banyak dimanfaatkan dalam bidang pengembangan alat kesehatan.

(vi) Teknologi untuk pengembangan in vitro diagnostic (IVD) Produk kit diagnostika yang diproyeksikan banyak digunakan adalah

reagen diagnostika dan point of care testing. Teknologi yang prospek untuk dikembangkan adalah deteksi dini untuk penyakit demam

berdarah, HIV-AIDS, malaria, dan tuberkulosis.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3.21. Rangkaian kegiatan penyusunan Buku Outlook Teknologi Kesehatan 2016, gambar (a) dan (b) Konsinyering penyusunan buku outlook teknologi kesehatan 2016 oleh tim penyusun; (c) dan (d) Lounching dan pemberian buku outlook teknologi kesehatan 2016 untuk stakeholder

b.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Outlook Teknologi Kesehatan ada ditahun 2016 dan belum ada di tahun lalu dan tahun sebelumnya.

b.3. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Buku Outlook

Buku Outlook Teknologi Kesehatan Teknologi Kesehatan

bidang Inovasi

bidang Inovasi

Teknologi

Teknologi Produksi

Pengembangan Alat

Bahan Baku Obat

Kesehatan

Teknologi untuk

Industri Farmasi dan

Alat Kesehatan

Nasional

Proyeksi 2035

Buku Outlook

Buku Outlook

Buku Outlook

Teknologi Kesehatan

Kesehatan bidang

Kesehatan bidang

Inovasi Teknologi

Inovasi Teknologi

Produksi Sediaan Obat Herbal dan Produksi Produk

Biologi dan Ekstrak

Terstandar Biosimilar

Gambar 3.22. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini

dengan target jangka menengah

b.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional  Kemenkes mengeluarkan roadmap pengembangan industri bahan baku

obat nasional tahun 2015-2020.  Kementerian Perindustrian mengeluarkan RIPIN (Rencana Induk

Pembangunan Industri Nasional ) tahun 2015-2035.

b.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja  Faktor Penyebab Keberhasilan:

 SDM: Tersedia SDM dengan pendidikan dan kompetensi sesuai  Lainnya: Adanya target launching saat acara LABINDO

 Faktor Penyebab Kegagalan/Penurunan Kinerja:  Industri nasional belum mempunyai budaya riset untuk

mengembangkan riset dan teknologi.

 Waktu penyusunan yang terlalu sempit.  Anggaran yang relative kecil.

 Alternatif Solusi yang telah dilakukan :  Sosialisasi dan koordinasi dengan stakeholder terkait seperti BPOM, Kemenkes, Industri Obat Herbal, Industri Bahan Baku Obat, Industri Biofarmasetika dan alat kesehatan.  Penyusunan dilakukan dengan target waktu yang sudah ditentukan.

b.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

- Tidak ada

b.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Penetapan Kinerja

Buku Outlook Teknologi Kesehatan 2016

Menunjang

SDM

: tersedia SDM dengan pendidikan dan kompetensi

sesuai

Kerja sama : Adanya koordinasi dan stakeholder dalam penyusunan buku outlook teknologi kesehatan 2016

Lainnya

: Adanya target launching saat acara LABINDO

Menghambat

Keuangan : anggaran yang tersedia relative kecil Lainnya

: Waktu penyusunan yang terlalu singkat

Gambar 3.23. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Outlook

Teknologi Kesehatan 2016

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja Deputi TAB untuk Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 1 yaitu Jumlah Rekomendasi Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja Deputi TAB untuk Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 1 yaitu Jumlah Rekomendasi

Dalam penetapan indikator kinerja tingkat Lembaga sampai Unit Kerja/ Satuan Kerja, BPPT selalu berupaya memenuhi kriteria SMART. Pemenuhan kriteria indikator kinerja adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11. Kriteria indikator kinerja untuk Indikator Outlook Teknologi

Kriteria

Penjelasan

Spesifik  Buku Outlook teknologi Pangan spesifik menampilkan potret kondisi pangan saat ini, ketersediaan teknologi serta proyeksi pangan hingga tahun 2045

 Buku Outlook Teknologi Kesehatan menampilkan hasil kajian yang berisi tentang potret, analisis, dan proyeksi kebutuhan teknologi untuk industri farmasi dan alat kesehatan hingga tahun 2035

Dapat diukur Kandungan dalam buku bisa diukur akurasinya, dilengkapi

dengan foto dan sumber data

Dapat dicapai  Buku Outlook Teknologi Pangan telah dicetak dengan ISBN 978-

602-74844-0-5  Buku Outlook Teknologi Kesehatan telah dicetak dengan ISBN

978-602-95911-2-5

Relevan  Kegiatan pembuatan buku ini sangat relevan dengan kebutuhan teknologi pengeringan pangan dengan kapasitas besar yang belum tersedia khususnya untk industri beras analog

 Sementara itu untuk buku Outlook Teknologi Kesehatan sangat relevan mengganbarkan kondisi teknologi farmasi dan kesehatan saat ini serta prediksi kebutuhan hingga 2035 demi mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan nasional

Kurun waktu Waktu kegiatan 1 tahun (tahun 2016)

Capaian Kinerja BPPT untuk untuk Indikator Jumlah Rekomendasi di bidang TAB yang dimanfaatkan : Buku Outlook Teknologi Pangan dan Buku Outlook Teknologi Kesehatan

Prosentase

Realisasi

x 100% Capaian Kinerja

Tabel 3.12. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja 2 sasaran program 1

Indikator

Program Mitra Kinerja

Target

Realisasi

1 1 100 Program Pengkajian - Buku Outlook

dan Penerapan Teknologi

Teknologi Agroindustri Pangan

/ Pengembangan Pangan Lokal

1 1 100 Program Pengkajian - Buku Outlook

dan Penerapan Teknologi

Teknologi Farmasi dan Kesehatan

Medika

3.1.2. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Program 2

Pengukuran Capaian Sasaran Program 2 (SP 2) yaitu Terwujudnya layanan teknologi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, dengan 2 (dua) Indikator Kinerja dan target sebagai berikut:

1. Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB:

a) Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung

b) Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan

c) Layanan konsultasi kepada 4 UKM

d) Layanan difusi olahan produk pati

e) Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu

f) Terbentuknya 2 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi dan 100 orang penerima manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng

g) Layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro

2. Indeks Kepuasan Masyarakat dengan target B

3.1.2.1. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 2

Pengukuran capaian Indikator kinerja 1 dari Sasaran Program 2 yaitu Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB, dengan target 12 layanan, yang meliputi : (a) Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung; (b) Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan; (c) Layanan konsultasi kepada 4 UKM; (d) Layanan difusi olahan produk pati; (e) Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu; (f) Terbentuknya 2 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi dan 100 orang penerima manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng; dan (g) Layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro .

Tabel 3.13. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 1 Sasaran Program 2

Sasaran Program 2

Terwujudnya layanan teknologi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 1

Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB

Target :

12 LayananTeknologi

Penjelasan Target Indikator Kinerja

a. Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung. Layanan konsultasi teknologi bertujuan untuk membina UKM di wilayah

technopark Grobogan untuk berkembang, melalui pengenalan teknologi proses pengolahan pangan

b. Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan, memberikan inforamsi, pelatihan hingga UKM bisa mandiri melakukan proses produksi

mie jagung

c. Layanan konsultasi kepada 4 UKM

d. Layanan difusi olahan produk pati

e. Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu

f. Terbentuknya 2 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi dan 100 orang penerima manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng

g. Layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro

Program/Kegiatan

Capaian Kinerja Output

Bukti Pendukung

Pengkajian dan

 Laporan dan Penerapan Teknolog/

 2 Layanan konsultasi

dokumentasi kegiatan Pengembangan

Kepada UKM pengolah

pelatihan, workshop Teknologi Agroindustri

produk olahan jagung

dan pameran

Technopark Grobogan Pengkajian dan

 Laporan dan Penerapan Teknolog/

 1 Alih teknologi

dokumentasi kegiatan Pengembangan

produksi mie Jagung

pelatihan, workshop Teknologi Agroindustri

dengan pewarna alami

dan pameran Technopark Grobogan

Inovasi dan Layanan

 Daftar hadir Teknologi Techno Park

Layanan konsultasi

kepada 4 UKM

di Kabupaten Lampung Foto kegiatan

Tengah Layanan Jasa Teknologi

 Foto kegiatan Pati

Layanan difusi olahan

produk pati

 Perjanjian Kerjasama

Layanan Jasa Teknologi

 Foto kegiatan Pati

Layanan teknologi

budidaya ubikayu dan

 Perjanjian Kerjasama

tebu

 Bukti setoran PNBP

Pengembangan

 Pembentukan 2 PPBT

Sertifikat

Kawasan Technopark pembentukan PPBT

bidang perbenihan dan

Bantaeng Kab. Bantaeng

pengolahan pangan

 Sertifikat pelatihan

(pasca panen

 100 orang penerima manfaat teknologi pada Technopark bantaeng

Layanan jasa Teknologi Layanan teknologi produksi  bibit tanaman melalui kultur Perjanjian Kerjasama

jaringan ex-vitro dan in-vitro  Foto Kegiatan (1 layanan)

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

a. Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Ketahanan pangan telah ditetapkan sebagai program prioritas utama dalam pembangunan nasional. Sejalan dengan hal tersebut di atas, jagung merupakan salah satu produk pangan lokal yang mempunyai prospek baik untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan jagung telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan pokok dan makan ringan di wilayah Kabupaten Grobogan.

Melihat potensi jagung di wilayah Grobogan yang cukup melimpah, BPPT pada program Kawasan Teknopark Grobogan berserta pemerintah setempat terdorong untuk mengembangkan potensi yang ada menjadi peluang usaha. Salah satu bentuk kontribusi Program Technopark Grobogan adalah dengan

memperhatikan dan memberikan layanan teknologi kepada UKM produk pangan dan membentuk serta membina Kelompok Usaha Baru berbasis teknologi pangan di kabupaten Grobogan. Tahun 2016 ini layanan konsultasi yang diberikan kepada UKM adalah teknologi dan proses pengolahan pangan berbahan baku jagung. Pada tahun 2016 ini, dihasilkan 2 layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk pangan berbahan baku jagung.

Layanan 1

Layanan konsultasi teknologi Proses Produksi Emping Jagung

UKM yang diberi layanan teknologi adalah:  Nama UKM : KUB Mekar Abadi

 Alamat : Desa Taruman Kecamatan Klambu Kabuapten Grobogan  Nama Ketua : Khusnul Khotimah  Anggota : 12 orang  Produk

: Emping Jagung, Tortila Jagung, Keripik Singkong, Keripik pisang Keripik Sukun,  Kapasitas : Awal

: 65 Kg/hari

Setelah optimasi

: 100 kg .hari

 Permasalahan : Proses produksi tidak efisien pada tahap pencucian  Solusi

: Pengenalan teknologi horizontal mixer tank untuk pencucian

Dalam usaha untuk ingin meningkatkan kapasitas produksi emping jagung KUB Mekar Abadi, terkendala dengan efisiensi proses produksi. Setelah dilakukan survey lokasi, maka ditemukan permasalah utama proses produksi adalah penanganan tahap pencucian jagung pada proses produksi emping jagung setelah perebusan sebelum digiling.

Pada awalnya Proses pencucian yang dilakukan di KUB Mekar Abadi secara manual menggunakan tangan pada bak perendaman.

Gambar 3.24. Layanan teknologi untuk KUB Mekar Abadi di Kawasan

Teknopark Grobogan

Program Teknopark Grobogan untuk KUB Mekar Abadi adalah dengan mengenalkan teknologi proses yang sesuai karakter bahan yaitu jagung hasil perebusan, dimana proses pencucian menggunakan horizontal mixer tank sehingga kapasitas pencucian besar. Dengan menggunakan perendaman manual kapasitas produksi 65 kg/hari, dengan adanya teknologi pencucian dapat meningkatkan produktifitas, diperoleh kapasitas akhir produk adalah 100 kg/hari.

Layanan 2 Layanan konsultasi teknologi Proses Produksi marning Jagung.

UKM yang diberi layanan teknologi adalah:  Nama UKM : KUB Sumber Makmur.  Alamat : Desa Tambak Selo Kecamatan:Wirosari Kabuapten Grobogan  Nama Ketua

: Hasyim

 Anggota : 8 orang  Produk : Emping jagung, marning jagung  Kapasitas : 100 kg/hari  Permasalahan : Nilai ekonomis produk rendah  Solusi

: audit proses produksi dan rekomendasi tekanologi

UKM pengolah produk olahan jagung di Kabupaten Grobogan yang lain adalah KUB Sumber Makmur pimpinan Bapak Hasyim yang memproduksi emping jagung dan marning jagung dengan kapasitas 1 ton bahan baku per hari. Proses konsultasi teknologi yang dilakukan dititik beratkan pada nilai ekonomis produk emping jagung serta memperpendek waktu proses marning jagung. Emping jagung yang diproduksi oleh KUB Sumber Makmur dijual curah sehingga margin keuntungannya sangat kecil. Untuk mendapatkan keuntungan dari produk emping jagung dilakukan dengan menekan biaya produksi. Hal utama yang menjadi permasalahan adalah kurang efisiennya penggunaan minyak goreng UKM pengolah produk olahan jagung di Kabupaten Grobogan yang lain adalah KUB Sumber Makmur pimpinan Bapak Hasyim yang memproduksi emping jagung dan marning jagung dengan kapasitas 1 ton bahan baku per hari. Proses konsultasi teknologi yang dilakukan dititik beratkan pada nilai ekonomis produk emping jagung serta memperpendek waktu proses marning jagung. Emping jagung yang diproduksi oleh KUB Sumber Makmur dijual curah sehingga margin keuntungannya sangat kecil. Untuk mendapatkan keuntungan dari produk emping jagung dilakukan dengan menekan biaya produksi. Hal utama yang menjadi permasalahan adalah kurang efisiennya penggunaan minyak goreng

Layanan teknologi yang diberikan ke KUB Sumber Makmur adalah memberi solusi pemborosan pada tahap penggorengan:

1) Dilakukan dengan penggunaan thermostat pada tungku penggoreng sehingga dapat mengatur suhu minyak goreng

2) Pemasangan regulator pada bahan bakar gas untuk penyesuaian aliran gas dengan suhu minyak goreng.

3) Untuk mempersingkat waktu perebusan, yang biasanya memerlukan waktu

24 jam. Dikenalkan teknologi vakum pressure pada proses perebusan sehingga waktu yang diperlukan kurang dari 6 jam

Dengan perlakuan teknologi ini, dapat meningkatkan keuntungan produk per kilo dari Rp. 200,- menjadi Rp. 1.000,-.

Selain layanan di atas Tim Technopark juga memberi arahan untuk pemasaran ke KUB Sumber Makmur. Awalnya semua produk dijual dalam bentuk curan, maka diarahkan untuk mengemas sebagian produknya sehingga dengan teknologi pengemasan yang ada di Kawasan Teknopark serta mengenalkan tenologi pemasaran online untuk meningkatkan nilai ekonomis produk.

Gambar 3.25. Pendampingan Teknologi KUB Sumber Makmur

a.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Tabel 3.14. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Layanan konsultasi kepada UKM pengolah

produk olahan jagung

Realisasi dan

Realisasi Kinerja

Formulasi dan proses

 2 Layanan

produksi beras analog

konsultasi Kepada

yang dialih

UKM pengolah

teknonologi-kan ke

produk olahan

ukm inovasi

jagung

1 Alih teknologi produksi mie Jagung dengan pewarna alami 1 Alih teknologi produksi mie Jagung dengan pewarna alami

2 Layanan

2 Layanan

Pendampingan Bisnis

Pendampingan Bisnis

Kepada Pengelola

UKM Inovatif Teknopark

Technopark Grobogan

Sentra Produksi

dan Diversifikasi Pangan

Tahun 2019

2 Layanan

2 Layanan Konsultasi

Konsultasi

Teknologi Kepada

Kepada UKM

UKM Pengolah Jagung Olahan Pengolah Mie

Jagung

Gambar 3.26. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk

olahan jagung

a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional Tidak ada

a.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Faktor penyebab keberhasilan/peningkatan kinerja diantaranya adalah:

- Komitmen Pemda Kabupaten Grobogan yang besar dalam pelaksanaan di tahun anggran 2016 berupa : PEndampingan UKM pelaksana hasil

diseminasi

- Dukungan Universitas (USM, UNIKA) sebagai lembaga riset dan pengabdian masyarakat dalam pengembangan produk inovasi dan pendampingan

usaha.

Faktor penyebab kegagalan/penurunan kinerja :

- Adanya penyesuaian kegiatan akibat dari adanya pengurangan anggaran yang cukup besar (~79 %) mengakibatkan perlu refocusing kegiatan

diseuaikan dengan anggaran yang tersedia

Alternatif solusi yang telah dilakukan :

- Koordinasi dengan Pemda dan stake holder technopark yang lain.

a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

- Efisiensi penggunaan SDM : dengan spesifikasi keahlian masing-masing sehingga dalam tim kegiatan saling melengkapi

- Efisiensi penggunaan keuangan : penyesuaian anggaran dengan capaian kegiatan per triwulan

- Efisiensi penggunaan mesin dan peralatan - Efisiensi lainnya

a.7. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Gambar 3.27. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan konsultasi kepada UKM pengolah produk olahan jagung

b. Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan

b.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Sektor Pertanian merupakan sektor basis yang sangat penting bagi Kabupaten Grobogan, karena mayoritas masyarakatnya bermata-pencaharian sebagai petani. Dari aspek pendapatan masyarakat, lebih dari 45% PDRB Kabupaten Grobogan bersumber dari Sub Sektor Tanaman Pangan. Sumber pendapatan masyarakat Grobogan sangat tergantung pada komoditas tanaman pangan, yaitu: padi, jagung, kedelai, Singkong dan kacang hijau.

Produk mie merupakan produk yang sangat dikenal dan disukai oleh masyarakat. Saat ini mie yang banyak beredar di pasaran adalah mie dengan bahan dasar terigu, dimana gandum sebagai bahan baku terigu sampai saat ini 100% masih impor. Hasil litbang BPPT berhasil mengembangkan produk mie dengan bahan baku lokal khususnya tepung jagung dan mokaf. UNIKA

Sogijapranata sebagai salah satu perguruan tinggi yang mendukung kegiatan pengembangan technopark di Kabupaten Grobogan telah melakukan riset ektraksi pewarna alami.

Techno Park Grobogan mengemban misi mempercepat alih teknologi, layak teknis, ekonomi sosial dan ramah lingkungan. Selain itu membangun kawasan

percontohan pertanian terpadu berbasis teknologi untuk peningkatan produktifitas, efisiensi dan nilai tambah produk.

Gambar 3.28. Workshop Sosialisasi Teknologi Mie Jagung

Tahapan proses alih teknologi produksi mie jagung diawali dengan pelaksanaan riset bersama (BPPT dan UNIKA) yang melakukan pengembangan produk pangan mie berbahan baku lokal guna meningkatkan nilai tambah terhadap produk innovasi ini agar lebih menarik dan mempunyai nilai gizi dalam konsumsi mie tersebut. Untuk mensosialisasikan hasil inovasi ini diperluan sarana promosi dan pengenalam kepada masyarakat luas. Program sosialisasi produk mie jagung dari UKM Grobogan - BPPT dan UNIKA dalam Kegiatan Pemecahan Rekor MURI mie jagung dengan Varian pewarna alam terbanyak. Untuk memperluas proses promosi teknologi produksi mie jagung di Grobogan maka dilakukan Focus Group Discusion kepada para UKM yang berbasis mie di Grobogan berserta Tahapan proses alih teknologi produksi mie jagung diawali dengan pelaksanaan riset bersama (BPPT dan UNIKA) yang melakukan pengembangan produk pangan mie berbahan baku lokal guna meningkatkan nilai tambah terhadap produk innovasi ini agar lebih menarik dan mempunyai nilai gizi dalam konsumsi mie tersebut. Untuk mensosialisasikan hasil inovasi ini diperluan sarana promosi dan pengenalam kepada masyarakat luas. Program sosialisasi produk mie jagung dari UKM Grobogan - BPPT dan UNIKA dalam Kegiatan Pemecahan Rekor MURI mie jagung dengan Varian pewarna alam terbanyak. Untuk memperluas proses promosi teknologi produksi mie jagung di Grobogan maka dilakukan Focus Group Discusion kepada para UKM yang berbasis mie di Grobogan berserta

b.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Tabel 3.15. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Alih teknologi produksi mie jagung di

Technopark Grobogan

Realisasi dan

Capaian Kinerja

Alih Teknologi

a. Alih teknologi

a. Teknologi produksi

produksi mie

beras Rasteja

jagung

b. 2 Layanan

b. Teknologi produksi

konsultasi

Susu Kedelai

teknologi pada

c. Teknologi

UKM pengolah

bioconversi

produk olahan

pengolahan limbah

jagung

pertanian (jagung) untuk pakan ternak

b.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Belum ada Belum ada

Belum ada

b.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Faktor penyebab keberhasilan/peningkatan kinerja diantaranya adalah:

- Komitmen Pemda Kabupaten Grobogan yang besar dalam pelaksanaan di tahun anggran 2016 berupa : Pendampingan UKM pelaksana hasil

diseminasi

- Dukungan Universitas (USM, UNIKA) sebagai lembaga riset dan pengabdian masyarakat dalam pengembangan produk inovasi dan pendampingan

usaha.

Faktor penyebab kegagalan/penurunan kinerja :

- Adanya penyesuaian kegiatan akibat dari adanya pengurangan anggaran yang cukup besar (~79 %) mengakibatkan perlu refocusing kegiatan

diseuaikan dengan anggaran yang tersedia

Alternatif solusi yang telah dilakukan : - Koordinasi dengan Pemda dan stake holder technopark yang lain.

b.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

- Efisiensi penggunaan SDM : dengan spesifikasi keahlian masing-masing sehingga dalam tim kegiatan saling melengkapi

- Efisiensi penggunaan keuangan : penyesuaian anggaran dengan capaian kegiatan per triwulan

- Efisiensi penggunaan mesin dan peralatan

- Efisiensi lainnya

b.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Penetapan Kinerja :

Paket Alih teknologi produksi mie jagung dengan pewarna alami di

Technopark Grobogan

Kegiatan :

Sosialiasi dan Pengujian

Kegiatan :

Kegiatan :

promosi formulasi dan

Alih Teknologi

Pendampingan

produksi mie

produksi mie

proses produksi

Gambar 3.29. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Alih teknologi produksi mie jagung di Technopark Grobogan

c. Layanan konsultasi kepada 4 UKM

c.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

1. Layanan Konsultasi Pada Pelaku Usaha Bidang Pangan di Provinsi Lampung Dalam rangka mengenalkan produk-produk inovasi Techno Park Lampung

Tengah, telah diselenggarakan Temu Bisnis sekaligus peresmian Gedung Pusat Informasi Bisnis Teknologi dan Techno Park (PIBTT) pada 6 Desember 2016. Peresmian dilakukan oleh Kepala BPPT dan Gubernur Lampung. Hadir dalam Tengah, telah diselenggarakan Temu Bisnis sekaligus peresmian Gedung Pusat Informasi Bisnis Teknologi dan Techno Park (PIBTT) pada 6 Desember 2016. Peresmian dilakukan oleh Kepala BPPT dan Gubernur Lampung. Hadir dalam

Acara temu bisnis diikuti oleh perusahaan/industri tapioka, kelompok wanita tani pengusaha beras siger ( oyek/tiwul tradisional ), serta pengusaha yang bergerak dalam agroindustri. Dari event ini diharapkan ada pengusaha yang tertarik melakukan investasi usaha produk-produk inovat tersebut.

Gedung PIBTT berfungsi sebagai pusat bisnis teknologi, advokasi, konsultansi, pelatihan, serta memasyarakatkan produk-produk inovasi BPPT dan Techno Park Lampung Tengah. Selain hal tersebut, PIBTT ini juga berfungsi sebagai wahana informasi produk dan hasil teknologi yang telah siap/layak dialihkan kepada masyarakat/industri/pelaku bisnis.

PIBTT juga menyediakan berbagai informasi tentang layanan Techno Park Lampung Tengah seperti fasilitasi kegiatan R & D, konsultasi teknologi dan bisnis,audit teknologi, mediasi bisnis, inkubasi bisnis, serta pelatihan di bidang teknologi dan bisnis. Disamping itu Techno Park juga melaksanakan fungsi

inkubator bagi lahirnya usaha baru dengan memberikan dukungan teknis- substantif, teknis-bisnis, fasilitas fisik, bisnis, dan permodalan.

Produk-produk inovasi yang dipamerkan pada Gedung PIBTT diantaranya adalah produk-produk berbasis pati hasil kajian Techno Park Lampung Tengah dan Balai Besar Teknologi Pati diataranya Beras Sehatku, Beras Sigerku, Beras Tiwulku, Tepung Sugih, Tepung Fantasi, Pati Pargel, Pyro-dextrin, Glukosa Cair, Bioetanol Fuel Grade, Bioteanol Padat. Unit-unit kerja pada Deputi Bidang TAB seperti Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, Pusat Teknologi Pertanian, Pusat Teknologi Agroindustri, serta Balai Bioteknologi, memasarkan diantaranya Biskuneo, Pupuk Lepas Lambat ( Slow Release Fertilizer), Black Garlic, Bio Floatation, Technofert, dan Pakan Ternak Unggul. Universitas Lampung memamerkan Gula Semut Aren, Beras Siger Lampung, dan Produk Agensia Hayati serta produk-produk dari UKM Provinsi Lampung, dan Kabupaten Lampung Tengah.

Setelah berfungsi diharapkan PIBTT ini akan menjadi tempat mendapatkan berbagai informasi terkait bisnis, teknologi, maupun konsiultasi bagi para pengusaha, calon pengusaha pemula, maupun tempat pelatihan.

Gambar 3.30. Acara Temu Bisnis di Gedung Pusat Informasi Bisnis Teknologi

dan Technopark

2. Layanan Konsultansi Kepada UKM Bidang Pangan di Kabupaten Lampung Tengah

Telah dilakukan layanan konsultansi terhadap UKM bidang pangan yang ada di kabupaten Lampung Tengah, melalui berbagai pengamatan, konsultansi dan seleksi telah terpilih beberapa UKM yang dinilai mempunyai kemampuan untuk menerima teknologi inovasi Techno Park Lampung Tengah dan memasyarakatkan produk inovasi Techno Park Lampung Tengah.

Gambar 3.31. Survey Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati Gunung Sari, Telawang Sari, Gunung Sugih Lampung Tengah

Gambar 3.32. Survey IKM Bolu Yukum, Bandar Jaya Lampung Tengah

Gambar 3.33. Survey Kelompok Wanita Tani (KWT) Lancar Abadi, Buyut Ilir

Lampung Tengah

Gambar 3.34. Survey IKM Kue Lempit, Nambah Dadi Bandar Jaya Lampung

Tengah

3. Layanan Konsultansi Kepada Peternak Sapi Kabupaten Lampung Tengah Tentang Kesehatan Hewan dan Pakan Ternak

Layanan konsultansi kepada peternak sapi Kabupaten Lampung Tengah dilaksanakan di Balai Besar Teknologi Pati, yang dihadiri oleh Bappeda Kab. Lampung Tengah, Balai Besar Teknologi Pati, Dinas Peternakan dan Koperasi Kabupaten Lampung Tengah; narasumber oleh TAB-BPPT dengan topik Pengalaman Usaha Ternak, Dr. Erwanto (Universitas Lampung) dengan topik Kesehatan Hewan dan Pakan Ternak, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan topik tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR); serta peserta dari Kelompok Ternak Sapi Kabupaten Lampung Tengah.

Gambar 3.35. Pendaftaran Peserta Pelatihan Ternak Sapi

Gambar 3.36. Pelaksanaan Pelatihan Ternak Sapi

4. Layanan Konsultansi Produk Inovasi Techno Park Lampung Tengah Kepada UKM Bidang Pangan di Kabupaten Lampung Tengah

Layanan konsultansi produk inovasi diadakan di Bappeda Kabupaten Lampung Tengah yang dihadiri oleh Kepala Bappeda Kab. Lampung Tengah, Kepala Balai Besar Teknologi Pati, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Tengah; narasumber oleh B2TP, Universitas Lampung, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI); serta peserta dari KWT UKM Kabupaten Lampung Tengah. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan produk inovasi sebagai bahan pangan inovatif berbasis ubikayu yang merupakan komoditas pertanian unggulan daerah Kabupaten Lampung Tengah. Kegiatan ini sekaligus merupakan tes pasar (market test) terhadap produk hasil invensi para Perekayasa di B2TP, Kedeputian TAB – BPPT sebagai Pendamping dan salah satu anggota tim fasilitator Techno Park Lampung Tengah.

Keunggulan tepung sugih adalah:

 Praktis

Dapat membentuk gel lembut dengan hanya menggunakan air suhu ruang (bukan air panas). Gel yang terbentuk dapat dibuat bahan pangan olahan dengan tekstur seperti cireng (aci yang digoreng)

 Ekonomis

Tepung sugih dapat diolah menjadi cream soup, menggantikan 100 % penggunaan tepung maizena (pati jagung) yang harganya lebih mahal.

 Dapat mensubstitusi tepung terigu

Pada pembuatan cheese stick, tepung sugih mensubstitusi 30 % penggunaan tepung terigu dengan hasil lebih renyah dan tidak lengket di mulut

 Tidak tercium aroma ubi kayu

 Tidak menggunakan pengawet pada proses pembuatannya

 Terbuka peluang besar pemanfaatan tepung sugih menjadi berbagai pangan olahan, antara lain: ice cream, nugget, creeps, puding, pasta, bubur, dsb

Peserta yang hadir berjumlah 75 orang UKM binaan Dinas Koperasi dan UKM Kab. Lampung Tengah yang bergerak di bidang pangan olahan. Peserta mendapat pembekalan materi mengenai karakteristik dan kelebihan produk inovasi untuk pangan olahan yang disampaikan oleh Ir. Banon Rustiaty (Chief Engineer Techno Park Lampung Tengah), Dr. Ir. Kuswanta, M.Si. (dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung) serta materi pendanaan yang disampaikan Ir. Rasyid (Bank Rakyat Indonesia). Sedangkan foto kegiatannya dapat disampaikan sebagai berikut

Gambar 3.37. Paparan Pelatihan Produk Inovasi

c.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2016 Pada tahun ini telah dilakukan upaya untuk mewujudkan pelayanan

kepada UKM/industri di Kabupaten Lampung Tengah dengan dihasilkannya beberapa capaian sebagai berikut :

 Terlaksananya layanan konsultansi kepada pelaku usaha bidang pangan di Provinsi Lampung dalam rangka mengenalkan produk- produk inovasi Techno Park Lampung Tengah sekaligus menjaring mitra kerjasama operasional produksi produk inovasi tersebut.

 Terlaksananya layanan konsultansi kepada UKM bidang pangan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah dalam rangka identifikasi UKM yang mempunyai kemampuan untuk menerima teknologi dan memasyarakatkan produk inovasi Techno Park Lampung Tengah.

 Terlaksananya layanan konsultansi kepada peternak sapi tentang kesehatan hewan dan pakan ternak yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan SDM peternak dengan materi kesehatan hewan, pakan ternak, dan pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

 Terlaksananya layanan konsultansi produk inovasi Techno Park Lampung Tengah kepada UKM Bidang Pangan di Kabupaten Lampung Tengah yang bertujuan untuk mengenalkan produk inovasi sebagai bahan pangan inovatif berbasis ubikayu yang merupakan komoditas pertanian unggulan daerah Kabupaten Lampung Tengah.

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2015 Pada tahun 2015 telah dilakukan upaya untuk mewujudkan pelayanan

kepada UKM/industri di Kabupaten Lampung Tengah dengan dihasilkannya beberapa capaian sebagai berikut :

 Terlaksananya pendidikan dan pelatihan bagi UKM berbasis inovasi

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014 Pada tahun 2014 program kegiatan Pengembangan Technopark

Lampung Tengah masih berupa konsep sedangkan pendanaan dan pengerjaan baru dilaksanakan pada tahun 2015.

c.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

- Uraian mengenai target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

 Rencana Capaian Keluaran (Output) tahun 2015

1. Dilayaninya 1 unit usaha di Techno Park Kabupaten Lampung Tengah

 Rencana Capaian Keluaran (Output) tahun 2016

1. Dilayaninya 3 unit usaha di Techno Park Kabupaten Lampung Tengah

 Rencana Capaian Keluaran (Output) sampai dengan tahun 2019

1. Dilayani 3 unit usaha/ UKM berbasis inovasi di Techno Park Kabupaten Lampung Tengah

2. Technopark berfungsi dengan baik, dan terdapat 1 (satu) Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)

- Uraian mengenai realisasi kinerja sampai dengan tahun 2016

Pada tahun ini telah dilakukan upaya untuk mewujudkan pelayanan kepada UKM/industri di Kabupaten Lampung Tengah dengan dihasilkannya beberapa capaian sebagai berikut :

 Terlaksananya temu bisnis dalam rangka mengenalkan produk- produk inovasi Techno Park Lampung Tengah sekaligus menjaring mitra kerjasama operasional produksi produk inovasi tersebut.

 Terlaksananya survey petain-ternak sapi potong di Desa Karang Endah Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

 Terlaksananya survey UKM yang ada di Kabupaten Lampung Tengah dalam rangka identifikasi UKM yang mempunyai kemampuan untuk menerima teknologi dan memasyarakatkan produk inovasi Techno Park Lampung Tengah.

 Terlaksananya pelatihan pakan ternak yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan SDM peternak dengan materi kesehatan hewan, pakan ternak, dan pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Terlaksananya pelatihan produk inovasi yang bertujuan untuk mengenalkan produk inovasi sebagai bahan pangan inovatif berbasis Terlaksananya pelatihan produk inovasi yang bertujuan untuk mengenalkan produk inovasi sebagai bahan pangan inovatif berbasis

c.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Realisasi kinerja berupa layanan kepada UKM belum ada dalam standar nasional.

c.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

 B2TP memiliki SDM yang kompeten dan memadai dalam bidang teknologi proses produksi pati.

 Pendanaan yang cukup.

 Networking dengan institusi lain sudah terbangun.

 B2TP memiliki teknologi dan peralatan yang mendukung pengembangan pusat inovasi dan layanan teknologi.

 Dukungan mitra untuk bersama-sama mengembangkan inovasi dan layanan teknologi Techno Park di Kabupaten Lampung Tengah.

 Lokasi B2TP berada di daerah yang mempunyai sumberdaya pati dan bergula yang melimpah (ubi kayu, jagung, tebu).

c.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia :

Program kegiatan ini dijalankan menggunakan sistem tatakerja kerekayasaan yang diisi oleh pegawai dengan berbagai disiplin ilmu Program kegiatan ini dijalankan menggunakan sistem tatakerja kerekayasaan yang diisi oleh pegawai dengan berbagai disiplin ilmu

 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan :

Alokasi anggaran pemerintah untuk pelaksanaan program dan kegiatan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut B2TP telah melakukan pengelolaan anggaran DIPA program secara baik, efisien dan akuntabel sehingga pelaksanaan program dan kegiatan dapat terselenggara dengan baik dan tujuan serta sasarannya tercapai sebagaimana yang direncanakan.

 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan :

Laboratorium dan peralatan yang ada sudah cukup lengkap untuk melaksanakan program dan kegiatan, namun demikian masih ada kegiatan yang memerlukan peralatan dan laboratorium yang ada pada instansi lain sehingga kedepannya perlu peningkatan peralatan laboratorium baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga pelaksanaan program dan kegiatan termasuk layanan jasa dapat terselenggara dengan baik.

c.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Penetapan Kinerja

Peningkatan

Peningkatan kualitas

Peningkatan

Sarana dan sumberdaya

kemitraan

prasarana Manusia

dengan dunia

usaha

Gambar 3.38. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan

konsultasi kepada 4 UKM

d. Layanan difusi olahan produk pati, 2 difusi

d.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

1. Layanan Difusi Teknologi Produksi Pati Termodifikasi Penerapan teknologi produksi pati termodifikasi (pati pragel) dilaksanakan di

fasilitas produksi yang berlokasi di Kabupaten Tulang Bawang. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan penerapan teknologi produksi pati pragel serta melakukan kegiatan pemasaran hasil penerapan teknologi produksi pati pragel secara berkelanjutan.

Ruang lingkup kegiatan dan ketentuan lain tercantum dalam perjanjian kerjasama antara Balai Besar Teknologi Pati Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan Diaci Jaya Abadi.

Gambar 3.39. Layanan Difusi Teknologi Pati Pragel

2. Layanan Difusi Teknologi Pengolahan Sorgum Penerapan teknologi pengolahan sorgum dilaksanakan di fasilitas yang berlokasi

di Desa Negara Bumi Ilir Kecamatan Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan penerapan teknologi pasca panen sorgum yang mudah diadopsi oleh petani pengguna (user friendly technology).

Ruang lingkup kegiatan dan ketentuan lain tercantum dalam perjanjian kerjasama antara Balai Besar Teknologi Pati Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan PT Sedana Panen Sejahtera.

Gambar 3.40. Biji Sorgum Coklat 4 mili

Gambar 3.41. Biji Sorgum Coklat Setelah Disosoh

Gambar 3.42. Biji Sorgum Putih 3 mili

Gambar 3.43. Proses Penyosohan Sorgum

Gambar 3.44. Sorgum Putih Setelah Disosoh

d.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2016 Pada tahun ini telah dilakukan difusi teknologi dengan dihasilkannya

beberapa capaian sebagai berikut :  Terlaksananya layanan difusi Penerapan Teknologi Produksi Pati

Termodifikasi (Pati Pragel).

 Terlaksananya layanan difusi Penerapan Teknologi Pengolahan Sorgum.

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2015 Pada tahun 2015 telah dilakukan difusi dengan dihasilkannya capaian

sebagai berikut :

 Terdifusinya 2 prototipe produk inovatif yakni Tepung Sugih dan Beras

Sehat

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014 Pada tahun 2014 program kegiatan Pengembangan Technopark Lampung

Tengah masih berupa konsep sedangkan pendanaan dan pengerjaan baru dilaksanakan pada tahun 2015.

d.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

- Uraian mengenai target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

 Rencana Capaian Keluaran (Output) tahun 2015

1. Terdifusikannya 2 paket teknologi  Rencana Capaian Keluaran (Output) tahun 2016

1. Terdifusikannya 2 paket teknologi  Rencana Capaian Keluaran (Output) sampai dengan tahun 2019

1. Terdifusikannya 4 paket teknologi

- Uraian mengenai realisasi kinerja sampai dengan tahun 2016

Pada tahun ini telah dilakukan difusi teknologi dengan dihasilkannya beberapa capaian sebagai berikut :

 Terlaksananya difusi Penerapan Teknologi Produksi Pati Termodifikasi

(Pati Pragel).  Terlaksananya difusi Penerapan Teknologi Pengolahan Sorgum.

d.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Realisasi kinerja berupa difusi teknologi belum ada dalam standar nasional.

d.5 Analisis penyebab keberhasilanatau peningkatankinerja

 B2TP memiliki SDM yang kompeten dan memadai dalam bidang teknologi proses produksi pati.

 Pendanaan yang cukup.  Networking dengan institusi lain sudah terbangun.  B2TP memiliki teknologi dan peralatan yang mendukung pengembangan

pusat inovasi dan layanan teknologi.  Dukungan mitra untuk bersama-sama mengembangkan inovasi dan layanan teknologi Techno Park di Kabupaten Lampung Tengah.  Lokasi B2TP berada di daerah yang mempunyai sumberdaya pati dan

bergula yang melimpah (ubi kayu, jagung, tebu).

d.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia :

Program kegiatan ini dijalankan menggunakan sistem tatakerja kerekayasaan yang diisi oleh pegawai dengan berbagai disiplin ilmu dan masing-masing telah menempati posisi sesuai dengan kompetensinya. Pegawai B2TP yang terlibat pada kegiatan ini telah mampu memberikan kontribusi yang maksimal dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik serta tepat waktu sehingga tujuan dan sasaran kegiatan yang telah ditentukan dapat tercapai. Namun demikian tetap perlu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan mengikuti diklat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan :

Alokasi anggaran pemerintah untuk pelaksanaan program dan kegiatan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut B2TP telah melakukan pengelolaan anggaran DIPA program secara baik, efisien dan akuntabel sehingga pelaksanaan program dan kegiatan dapat terselenggara dengan baik dan tujuan serta sasarannya tercapai sebagaimana yang direncanakan.

 Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan :

Laboratorium dan peralatan yang ada sudah cukup lengkap untuk melaksanakan program dan kegiatan, namun demikian masih ada kegiatan yang memerlukan peralatan dan laboratorium yang ada pada instansi lain sehingga kedepannya perlu peningkatan peralatan laboratorium baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga pelaksanaan program dan kegiatan termasuk layanan jasa dapat terselenggara dengan baik.

d.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Penetapan Kinerja

Peningkatan

Peningkatan kualitas

Peningkatan

kemitraan dengan

Sarana dan

sumberdaya

prasarana Manusia

dunia usaha

Gambar 3.45. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan

difusi olahan produk pati difusi olahan produk pati

e.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

1. Layanan Teknologi Budidaya Ubikayu Kegiatan budidaya tanaman ubikayu yang dilaksanakan oleh mitra kerja CV

Kresna pada lahan 7,9 ha di Tulang Bawang, umur 10 bulan, total produktivitas sebanyak 148,4 ton, produktivitas rata-rata per ha 18,80 ton.

Gambar 3.46. Kegiatan Budidaya Tanaman Ubi kayu

2. Layanan Teknologi Budidaya Tebu Kegiatan budidaya tanaman tebu varetas GM 25 yang dilaksanakan oleh

mitra kerja CV Kresna pada lahan 30,35 ha di Tulang Bawang, umur 12 bulan , dengan hasil sebanyak 1.800,5 ton, produktivitas rata-rata per ha 59,32 ton.

Kegiatan budidaya tanaman tebu (ratoon 2) varietas GM 25 yang dilaksanakan oleh mitra kerja PT. Gunung Madu Plantation pada lahan 18,40 ha di Negara Bumi Ilir, umur 12 bulan , dengan hasil sebanyak 1.032,79 ton, produktivitas rata-rata per ha 56,13 ton.

Gambar 3.47. Kegiatan Pengolahan Lahan Budidaya Tanaman Tebu

Gambar 3.48. Kegiatan Pemeliharaan Tanaman Tebu

Gambar 3.49. Kegiatan Panen Tanaman Tebu

e.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2016 Pada tahun ini pelaksanaan program layanan jasa teknologi penerapan

teknologi budidaya tanaman berpati dan bergula yang bekerjasama dengan CV Kresna dan PT.Gunung Madu Plantation menghasilkan PNBP sebesar Rp. 283.106.088.

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2015 Pada tahun 2015 pelaksanaan program layanan teknologi budidaya bahan

baku yang bekerjasama dengan CV Kresna dan PT Gunung Madu Plantation menghasilkan PNBP sebesar Rp. 212.735.473.

- Uraian mengenai realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014 Pada tahun 2014, total dana PNBP yang dihasilkan dari layanan teknologi

pati sebesar Rp. 294.380.589 yang terdiri dari jasa operasional produksi pati termodifikasi yang bekerja sama dengan SFT dan jasa operasional dari pati sebesar Rp. 294.380.589 yang terdiri dari jasa operasional produksi pati termodifikasi yang bekerja sama dengan SFT dan jasa operasional dari

e.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

- Uraian mengenai target jangka menengah yang terdapat dalam

dokumen perencanaan strategis

 Rencana Capaian Keluaran (Output) tahun 2015 Terlaksananya 1 layanan teknologi budidaya ubikayu dan tebu  Rencana Capaian Keluaran (Output) tahun 2016 Terlaksananya 1 layanan teknologi budidaya ubikayu dan tebu  Rencana Capaian Keluaran (Output) sampai dengan tahun 2019  Terlaksananya 3 layanan teknologi budidaya ubikayu dan tebu

e.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Realisasi kinerja berupa layanan teknologi budidaya belum ada dalam standar nasional.

e.5 Analisis penyebab keberhasilanatau peningkatankinerja

 B2TP memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi proses produksi pati termodifikasi dan teknologi budidaya tanaman berpati.

 B2TP memiliki teknologi dan peralatan yang mendukung pengembangan teknologi proses produksi pati termodifikasi dan teknologi budidaya.

e.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya

Pegawai B2TP yang terlibat pada kegiatan ini telah mampu memberikan kontribusi yang maksimal dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik serta tepat waktu sehingga tujuan dan sasaran kegiatan yang telah ditentukan dapat tercapai. Namun demikian tetap perlu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan mengikuti diklat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

e.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan

Penetapan Kinerja

Peningkatan

Peningkatan kualitas

Peningkatan

Sarana dan sumberdaya

kemitraan dengan

prasarana Manusia

dunia usaha

Gambar 3.50. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu Gambar 3.50. Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan Layanan teknologi budidaya ubi kayu dan tebu

f.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

PENGEMBANGAN KAWASAN TECHNOPARK BANTAENG

Pembangunan technopark adalah salah satu upaya penguatan sistem inovasi dengan cara meningkatkan interaksi dan kolaborasi di antara sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dengan gerakan masyarakat untuk peningkatan daya saing daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya pembangunan daerah yang lebih progresif, inklusif, dan berkelanjutan. Adanya technopark diharapkan dapat mempercepat pengembangan produk dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mentransfer inovasi ke produk yang dapat dipasarkan serta menguntungkan.

Kabupaten Bantaeng merupakan kabupaten terkecil se pulau Sulawesi dan menempati urutan ke 4 dari 10 kabupaten terkecil di Indonesia dengan total

luas wilayah hanya 539,83 km 2 , yang terdiri dari 395,83 km 2 berupa daratan dan 144 km 2 berupa lautan, selain itu Kabupaten Bantaeng termasuk daerah yang memiliki keanekaragaman agroklimat, sehingga boleh dibilang wilayah ini mampu menghasilkan hampir semua jenis tanaman tropis dan sub tropis. Visi dan Misi Kabupaten Bantaeng adalah menjadi pusat perbenihan untuk Sulawesi Selatan, bahkan jika memungkinkan untuk Indonesia Bagian Timur. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut maka dibutuhkan suatu Kawasan Teknologi perbenihan yang didalamnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, pelepasan varietas, produksi benih dan pengolahan hasil (pasca panen).

Wilayah Kabupaten Bantaeng dibagi menjadi tiga zona ekonomi yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan technopark yang telah kembangkan oleh

Pemerintah Pusat melalui BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Ketiga zona ekonomi tersebut adalah:

1. Zona I, merupakan zona untuk pengembangan penataan kota, pelabuhan, gudang, Rumah Sakit Modern, revitalisasi, rumput laut, industri, dan korong

batu.

2. Zona II, merupakan zona pengembangan komoditas padi, jagung dan talas.

3. Zona III, merupakan zona pengembangan hutan, pertanian dataran tinggi (terutama hortikultura), dan agrowisata.

Pada tahun 2015, BPPT bersama Pemerintah Kabupaten .Banteng melakukan kerja sama dalam pembangunan kawasan Technopark di Bantaeng yang merupakan salah satu dari sembilan lokasi pembangunan Technopark di Indonesia yang mendapat pendampingan dari BPPT. Pembangunan Technopark pada dasarnya adalah untuk meningkatkan performa inovasi, kesiapan teknologi dan daya saing dalam menghadapi persaingan global. Technopark melalui upaya penguatan sistem inovasi dengan cara meningkatkan interaksi dan kolaborasi di antara sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan masyarakat untuk peningkatan daya saing daerah. Upaya peningkatan daya saing daerah dapat dilakukan melalui pembangunan daerah yang lebih progresif, inklusif, dan berkelanjutan dalam penguasaan, pemajuan dan pemanfaatan IPTEKIN (ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi). Diharapkan pembangunan kawasan Technopark ini dapat mewujudkan cita cita Kab.Bantaeng yaitu sebagai pusat perbenihan di wilayah Indonesia bagian timur, mampu memberikan daya ungkit tinggi bagi perekonomian daerah, menghasilkan produk inovatif (benih) berbasis teknologi terkini/unggul, siap dikomersialisasikan (harga kompetitif) dan mendorong tumbuhnya pengusaha-pengusaha baru yang inovatif.

Penerapan teknologi di kawasan Technopark di Kab.Bantaeng tidak hanya dilihat dari kecanggihannya tetapi harus tepat sasaran agar tingkat keberhasilannya tinggi, untuk itu diperlukan beberapa pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Agroekosistem

Pengembangan sistim usaha pertanian di Technopark Bantaeng (TP Bantaeng) yaitu sebagai pusat perbenihan, disesuaikan dengan zona agroekosistem sehingga memungkinkan keunggulan atau kekhasan sumber daya alam dan kondisi sosial ekonomi setempat menjadi penggerak usaha pertanian. Sumber daya lokal dapat dimanfaatkan secara optimal dan meminimalkan penggunaan input dari luar lokasi .

2. Pendekatan Usaha Agribisnis

Berbagai kegiatan budidaya pertanian di TP Bantaeng adalah saling terkait / tak terpisahkan antara industri hulu, hilir dan sektor penyedia jasa. Salah satu komponen usaha agribisnis adalah peningkatan produktivitas melalui peningkatan kualitas tanah/lahan (pemupukkan), kesehatan tanaman

(penanganan OPT) dan peningkatan kemampuan pelaksana di lapangan tentang teknik budidaya

3. Pendekatan Partisipatif

Melibatkan seluruh pelaku pembangunan pertanian di wilayah Kab.Bantaeng termasuk para petani yang dilibatkan sejak awal indentifikasi kondisi dan masalah wilayah. Sedangkan untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi produksi dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan aplikasi teknologi (diseminasi)

4. Penetapan Prioritas Kegiatan

Prioritas kegiatan Technopark di Kab.Bantaeng adalah produksi benih yang optimal dan ekonomis (menguntungkan) sehingga mampu menciptakan peluang bisnis baik pada industri hulu maupun hilir.

5. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Keberadaan Technopark dalam lingkungan global mau tidak mau harus memanfaatkan TIK untuk melewati kendala ruang dan waktu agar tidak tertinggal/kalah dalam persaingan global.

Teknologi Yang Digunakan

Adapun teknologi/metode yang diaplikasikan BPPT untuk mempercepat terwujud dan berfungsinya kawasan Technopark perbenihan di Kab.Bantaeng : Perbanyakan bibit jagung hibrida, teknologi yang digunakan adalah persilangan antara para tetua (galur murni) yang sudah dimiliki oleh BPPT yaitu BI-3 dan BR-4. Dibidang perbanyakan benih pada komoditas talas satoimo dan kentang , diterapkan teknologi perbanyakan benih baik melalui teknologi kultur jaringan (kentang bebas virus), teknologi ex vitro (bibit talas satoimo) maupun teknologi perlambatan masa dormansi (umbi bibit sataoimo) adalah teknologi untuk menyiasati penundaan penanaman (musim kemarau). Pada komoditas benih ikan nila diterapkan teknologi untuk menciptakan Induk ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesia Tilapia) berkelamin jantan yang diperoleh melalui penerapan teknik sex reversal (feminisasi) dan uji progeny (uji keturunan).IIkan nila salina (ikan hibrida) yang tubuhnya berwarna merah , dengan teknik adaptasi mampu hidup di salinitas 32 ppt yang natinya akan di tingkatkan menjadi Nila laut (marine tilapia). Perbanyakan bibit rumput laut di gunakan teknologi seleksi bibit rumput laut dan pembuatan kebun bibit rumput laut.

Di tahun 2016 ini, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) melaksanakan Program Pengembangan Kawasan Technopark Bantaeng yang sebelumnya di laksanakan oleh Deputi Bidang Kebijakan Teknologi (PKT). Program ini merupakan bagian dari Program Pengembangan Technopark di Indonesia, yang dalam pelaksanaannya, dipecah menjadi beberapa bagian struktur dan paket kerja. Secara struktur, Program Pengembangan Kawasan

Technopark Bantaeng dibagi menjadi enam struktur kerja atau yang biasa dikenal dalam tata kerja kerekayasaan adalah enam Work Breakdown Structure (WBS), yakni:

WBS.1. Pengembangan Ekosistim Inovasi Dan Technopreneur

WBS.2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Infrastruktur)

WBS.3. Teknologi Produksi Benih Tanaman Unggul

WBS.4. Penerapan Teknologi Produksi Benih Ikan Nila Unggul dan Bibit Rumput Laut

WBS.5. Teknologi Reproduksi dan Pakan Ternak Ruminansia

WBS.6. Pengolahan Hasil (Pasca Panen)

Struktur struktur tersebut mempunyai kontribusi dalam menghasilkan luaran Technopark Bantaeng yaitu 2 unit peursahaan berbasis teknologi dan 100 orang penerima manfaat yang dihasilkan dan dibina oleh technopark Bantaeng.

A. Terbentuknya 2 PPBT perusahan berbasis teknologi baru yang di bina dan di hasilkan oleh TP Bantaeng

Luaran PPBT baru pada kawasan technopark bantaeng terbentuk melalui beberapa tahapan yaitu :

- Kajian businessplan Kawasan Techno Park Kabupaten Bantaeng - Penentuan peta pola investasi di kawasan Technopark Bantaeng - Kajian kebijakan dan kelembagaan - Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Bantaeng - Pengembangan Technopreuner

A.1. Kajian businessplan Kawasan Techno Park Kabupaten Bantaeng

disusun dengan melakukan analisis terhadap hal-hal berikut ini.

1. Visi dan misi Kabupaten Bantaeng

2. Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman yang mungkin dihadapi dalam pengembangan kawasan techno park Kabupaten Bantaeng

3. Kompetensi utama yang dimiliki

4. Strategi Pemasaran Techno Park Bantaeng, yaitu terdiri dari

a. Strategi produk

b. Strategi harga

c. Strategi penempatan

d. Strategi promosi

5. Model bisnis

6. Organisasi dan Manajemen; serta

7. Perkiraan keuangan pengelola Techno Park Bantaeng

A.2. Penentuan Peta Potensi Investasi

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk membuat peta potensi lahan dalam mendukung investasi di kabupaten Bantaeng (khususnya lahan pertanian dan kawasan techno park). Sementara sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan pembuatan profil kawasan techno park ini adalah :

1. Terpetakannya potensi lahan pertanian yang ada di kabupaten Bantaeng;

2. Terpetakannya potensi lahan kawasan techno park di kabupaten Bantaeng; dan

3. Tersusunnya informasi peluang investasi di kabupaten Bantaeng Dalam menyusun peta persebaran komoditas, perlu dilakukan tekni layover

dengan karakteristik lahan. Dalam menilai karakteristik lahan, hal-hal yang perlu diidentifikasi dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu :

a. topografi,

b. tanah (drainase tanah, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, alkalinitas, bahaya erosi, bahaya banjir/genangan, dan

kemasaman tanah); dan

c. iklim (suhu udara, curah hujan). Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah)

Berdasarkan data yang telah diperoleh, disusun peta persebaran komoditas sebagaimana telah dimuat dalam profil kawasan Technopark Bantaeng. Berikut daftar peta persebaran komoditas yang telah disusun.

a) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Kabupaten Bantaeng

b) Peta Sebaran Luas Lahan Perikanan Kabupaten Bantaeng

c) Peta Sebaran Luas Lahan Perkebunan Kabupaten Bantaeng

d) Peta Sebaran Luas Lahan Hortikultura Kabupaten Bantaeng

e) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Tanaman Padi Kabupaten Bantaeng

f) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Kopi Kabupaten Bantaeng

g) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Lada Kabupaten Bantaeng

h) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Kemiri Kabupaten Bantaeng

i) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Kelapa Kabupaten Bantaeng j) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Kapuk Kabupaten Bantaeng k) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Cengkeh Kabupaten Bantaeng l) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Kakao Kabupaten Bantaeng m) Peta Sebaran Luas Lahan Komoditi Kapas Kabupaten Bantaeng

A.3. Kajian Kebijakan dan Kelembagaan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menjembatani terbentukanya lembaga sertifikasi benih mandiri yang akan dikembangkan dalam Technopark Bantaeng. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : kajian literatur tentang sertifikasi benih, survey dan inisiasi pembentukan lembaga sertifikasi benih mandiri ke lembaga sertifkasi benih milik pemerintah maupun swasta.

Beberapa lembaga yang menjadi acuan dalam kegiatan pembentukan lembaga sertifikasi benih mandiri adalah:

1. Badan Benih Nasional (BBN)

2. Balai Benih Daerah yang ada di pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota

3. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih di provinsi.

4. Lembaga Produsen dan Pemasaran Benih.Produsen Benih

5. Lembaga Sertifikasi Sistim Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSM-BPTPH)

Sebagai tindak lanjut dalam sektor kelembagaan, pada tahun 2016 tim juga melakukan pendampingan dalam pembentukan lembaga pengelola kawasan techno park Bantaeng. Lembaga pengelola penting untuk segera dibentuk karena pengelola tersebutlah yang akan menjadi aktor penting dalam operasionalisasi dan keberlanjutan techno park Bantaeng. Sebagai hasil dari pendampingan yang dilakukan, telah ditandatanganinya :

a. Peraturan Bupati Kabupaten Bantaeng No. 22 Nomor 2016 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Technopark

Kabupaten Bantaeng pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantaeng Kabupaten Bantaeng pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantaeng

Bantaeng Tahun Anggaran 2016

Gambar 3.51. SK dan Peraturan Bupati Bantaeng tentang Technopark

A.4. Pengembangan Sistem Inovasi Tekno Industri

a. Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Bantaeng

Secara matematis, persamaan LQ statis ditunjukkan sebagai berikut:

dimana y ij adalah nilai tambah produksi dan usaha sektor i di wilayah j, yang dinyatakan dengan data PDRB suatu wilayah.

Dan secara matematis pula, persamaan LQ dinamis ditunjukkan sebagai berikut: Dan secara matematis pula, persamaan LQ dinamis ditunjukkan sebagai berikut:

Selanjutnya, kriteria penentuan sektor-sektor ekonomi potensial berdasarkan hasil perhitungan LQ statis dan dinamis adalah sebagai berikut:

 Sektor unggulan memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1, yang berarti bahwa sektor tersebut (pada saat dilakukan analisis) merupakan sektor yang unggul dan akan tetap menjadi sektor unggul untuk beberapa tahun ke depan;

 Sektor andalan memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1, yang berarti bahwa sektor tersebut (pada saat dilakukan analisis) bukan merupakan sektor yang unggul atau belum menjadi sektor yang unggul namun untuk beberapa tahun ke depan berpotensi menjadi sektor yang unggul;

 Sektor prospektif memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1, yang berarti bahwa sektor tersebut (pada saat dilakukan analisis) merupakan sektor yang

unggul namun dalam beberapa tahun ke depan bukan merupakan sektor yang unggul atau tidak berpotensi menjadi sektor yang unggul;

 Sektor tertinggal memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1, yang berarti bahwa sektor tersebut (pada saat dilakukan analisis) bukan merupakan sektor yang unggul atau belum menjadi sektor yang unggul dan untuk beberapa tahun ke depan juga akan tetap menjadi sektor yang tidak berpotensi untuk menjadi sektor unggulan.

Lapangan usaha yang merupakan sektor basis memiliki tingkat spesialisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapangan usaha yang sama di tingkat provinsi, dimana lapangan-lapangan usaha tersebut mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Bantaeng dan masyarakat di luar Kabupaten Bantaeng di Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan kata lain, lapangan-lapangan usaha yang masuk ke dalam sektor basis tersebut merupakan sumber pertumbuhan ekonomi atau merupakan sektor unggulan Kabupaten Bantaeng karena tingkat produksinya melebihi tingkat konsumsi masyarakat Kabupaten Bantaeng dan dapat diekspor ke luar wilayah Kabupaten Bantaeng dalam Provinsi Sulawesi Selatan.

Sebaliknya dengan lapangan-lapangan usaha yang masuk ke dalam sektor non basis. Lapangan-lapangan usaha yang masuk ke dalam sektor non basis merupakan lapangan-lapangan usaha yang bukan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi atau bukan merupakan sektor unggulan Kabupaten Bantaeng karena tingkat produksinya tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Bantaeng sehingga memerlukan pasokan dari luar Kabupaten Bantaeng di Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 3.16. Hasil perhitungan dan analisis LQ statis tahun 2013 s/d 2015

Sektor basis 2013 s/d 2015 adalah sama yaitu : Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pengadaan Listrik dan Gas; Konstruksi/Bangunan; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Real Estate; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya. Sektor non basis 2013 s/d 2015 adalah sama yaitu : Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; dan Jasa Perusahaan.

A.5. Pengembangan Technopreneur

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut :

1. Pendampingan Manajemen Pemasaran

2. Pendampingan Manajemen Keuangan

3. Pendampingan Manajemen Sumberdaya Manusia, dan

4. Pendampingan dalam mewujudkan PPBT

Secara garis besar, pendampingan diatas adalah upaya melaksanakan inkubasi bisnis teknologi untuk menciptakan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) melalui tahapan proses membangun sinergi kemitraan, melaksanakan kerjasama teknik dan kelembagaan, melaksanakan layanan pendampingan inkubasi teknologi dan bisnis, melaksanakan layanan pendampingan aksesibilitas usaha, mengelola Sistem Informasi Manajemen, dan melaksanakan administrasi umum inkubasi teknologi.

Proses yang harus dilalui dalam inkubasi bisnis adalah :  Proses Utama Bisnis Inkubasi

 Sub Proses Bisnis Pra-inkubasi  Sub Proses Bisnis Inkubasi  Sub Proses Bisnis Pasca Inkubasi

Berdasarkan target yang telah ditetapkan dan berbagai kendala adminstrasi maupun dilapangan, target pencapaian 2 PPBT akhirnya dapat dicapai. Namun perlu digaris-bawahi bahwa pencapaian ini terpaksa dilakukan secara menyimpang, dan tidak sesuai dengan prosedur tetap yang telah digariskan di awal. Langkah ini terpaksa dilakukan sebagai maneuver dalam mengatasi kendala yang ada. Beberapa kaidah yang dilanggar adalah tidak dilakukannya Proses Utama Bisnis Inkubasi dan PPBT yang dihasilkan adalah Koperasi Serba Usaha dimana anggotanya adalah para tenant hasil technocamp.

Dua koperasi yang dimaksud adalah Koperasi Serba Usaha dan Koperasi Perbenihan Jagung sebagai 2 PPBT yang dicapai oleh TP Bantaeng pada tahun 2016.

B. Luaran 100 orang peneriman manfaat teknologi dari Technopark Bantaeng

Kegiatan diseminasi teknologi pada technoaprk Bantaneg merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan manfaatk teknologi yang akan diberikan kepada masrakat/kelompok usaha dalam memenfaatkan teknologi sesuai dengan kebutuhannya.

Beberapa kegiatan diseminasi teknologi tersebut mempunyai target untuk memberikan manfaat teknologi kepada 100 orang penerima manfaat teknologi melalui beberapa pelatihan kegiatan perbenihan dan pasca panen yaitu :

B.1. Pelatihan Produsen Benih Jagung Hibrida

Salah satu kegiatan inovasi dalam bidang perbenihan di Technopark Bantaeng adalah introduksi benih jagung varietas baru dan pelatihan produksi benih jagung hibrida pada petani produsen benih jagung hibrida. Adapun varietas jagung hibrida baru yang diintroduksikan serta dilakukan uji produktivitas di Bantaeng adalah jagung hibrida hasil rakitan BPPT yaitu BI-3 dan BR-4. Varietas BR-4 merupakan benih jagung hibrida yang telah lulus sertifikasi oleh Kementerian Pertanian dengan beberapa keunggulan yaitu tahan bulai dan umur lebih genjah.

Gambar 3.52. Uji produktivitas benih jagung hibrida hasil rakitan BPPT (BI-3

dan BR-4) di Technopark Bantaeng

Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani memegang peranan penting, dan hal ini tidak terlepas dari peranan para produsen benih. Sehingga terjalin kesinambungan yang berkelanjutan antara penghasil dengan pengguna teknologi, utamanya varietas maka penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan ini merupakan langkah awal untuk pengembangan varietas. Pelatihan bagi produsen benih padi dan jagung hibrida ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait proses sertifikasi benih bina tanaman pangan;

2. Mempelajari pemanfaatan agen pengendali hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit jagung;

3. Meningkatkan kemampuan teknik produksi dan pengelolaan benih jagung hibrida;

4. Meningkatkan kemampuan processing benih jagung hibrida

5. Meningkatkan kemampuan pengemasan, penyimpanan, dan pemasaran benih jagung hibrida

Materi dan Narasumber

Materi dan narasumber dalam kegiatan pelatihan ini adalah :

1. Ir. Titiek Salmawati, MP (BPSBTPH Sulawesi Selatan)

2. Winda Nawfetrias, SP, M.Si (BPPT)

3. Dr. Andi Takdir Makkulawu, MP (Balit Serealia Sulawesi Selatan)

4. Dr. Ramlah Arief, MP (Balit Serealia Sulawesi Selatan)

5. Fauziah Koes, SP, MP (Balit Serealia Sulawesi Selatan)

6. Dr. Ir. Novaty Eny Dungga, MP (Universitas Hasanuddin)

Gambar 3.53. Pelatihan produsen benih jagung hibrida di Technopark Bantaeng

B.2. Pelatihan Produsen Benih Padi

Salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan benih dan menghindari kejenuhan pada satu varietas tertentu adalah dengan melakukan introduksi varietas unggul baru. Pada komoditas padi di Technopark Bantaeng, BPPT melakukan introduksi varietas unggul baru padi yang bekerjasama dengan beberapa instansi penghasil benih padi generasi baru yaitu Balitpa (Kementerian Pertanian), Batan dan IPB. Beberapa varietas unggul baru Salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan benih dan menghindari kejenuhan pada satu varietas tertentu adalah dengan melakukan introduksi varietas unggul baru. Pada komoditas padi di Technopark Bantaeng, BPPT melakukan introduksi varietas unggul baru padi yang bekerjasama dengan beberapa instansi penghasil benih padi generasi baru yaitu Balitpa (Kementerian Pertanian), Batan dan IPB. Beberapa varietas unggul baru

Gambar 3.54. Panen varietas unggul baru (VUB) padi di Technopark Bantaeng bersama anggota DPR RI Komisi VII Dapil Sulawesi Selatan, Bapak Muchtar

Tompo

Pada produksi benih padi oleh produsen benih, perlu adanya pemahaman akan pedoman produksi benih sehingga dapat lulus dalam sertifikasi untuk mendapatkan izin edar. Untuk kepentingan tersebut maka dilakukan pelatihan terhadap produsen benih padi di kab. Bantaeng tentang detail produksi benih padi dari awal hingga akhirnya. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk :

1. Memberikan pembekalan pada produsen benih padi tentang peraturan sertifikasi benih padi

2. Memberikan pembekalan tentang produksi dan pengeloalaan benih padi yang baik dan benar

3. Memberikan pembekalan tentang pengemasan, penyimpanan dan pemasaran benih padi yang tepat

4. Mengenalkan produk inovasi BPPT yang telah dilakukan dalam rangka mendukung peningkatan produksi benih padi di Technopark Bantaeng

Materi dan Narasumber

Materi dan narasumber dalam kegiatan pelatihan ini adalah :

1. Sertifikasi benih padi oleh Ir. Titiek Salmawati (BPSBTPH Sulawesi Selatan)

2. Produksi benih padi oleh Ir. Ramlan, MSi (BPTP Sulawesi Selatan)

3. Pengelolaan benih padi oelh Ir. Arafah, MP (BPTP Sulawesi Selatan)

4. Fieldtrip produksi benih padi oleh Ir. Muhammad Amin (BPTP Sulawesi Selatan)

5. Fieldtrip pengelolaan benih padi oleh Muh. Herman Nur (UPTD BBD Kab. Bantaeng)

2. Pengemasan, penyimpanan dan pemasaran benih padi oleh Dr. Ir. Novaty Eny Dungga (Unhas)

3. Inovasi BPPT untuk mendukung peningkatan produksi benih padi di Technopark Bantaeng oleh Dwi Pangesti Handayani, SP MSi (BPPT)

Gambar 3.55. Pelatihan produsen benih padi untuk mendukung pengembangan kawasan Technopark

B.3. Pelatihan Perbanyakan Trichoderma

pelatihan perbanyakan trichoderma bertujuan agar petani dapat memperbanyak Trichoderma spp menggunakan beras. Pelatihan diikuti oleh

30 orang peserta yang terdiri dari 10 orang petani produsen benih padi dan jagung, 5 orang penyuluh pertanian kecamatan dan 15 orang pendamping produsen benih padi dan jagung hibrida yang juga staf di UPTD BBD Kab. Bantaeng.

Gambar 3.56. Pelatihan perbanyakan Trichoderma spp untuk produksi benih

B.4. Pendampingan Pengukuhan Koperasi

Pengukuhan koperasi produksi benih tanaman pangan dilakukan di Dinas Koperasi dan UKM Kab. Bantaeng oleh Sekda Kab. Bantaeng Ir. Abdul Wahab, MSi terhadap Koperasi Tani Errematika dari Desa Biangloe. Koperasinya yang dipimpin oleh Jumadil Awal, SP beranggotakan 26 orang (anggota dan pengurus) yang kesemuanya adalah produsen benih tanaman pangan (utamanya padi dan jagung hibrida).

Gambar 3.57. Pengukuhan koperasi benih Errematika oleh Sekda Bantaeng

Sosialisasi e-commerce Technopark Bantaeng disampikan oleh Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian Ir. Arief Arianto, MSc. Sosialisasi e-commerce ditujukan pada semua tenant Technopark Bantaeng dan instansi terkait (kurang lebih 30 orang) yang nantinya akan menjual produk tenantnya melalui Technopark Bantaeng. Diharapkan dengan adanya e-commerce ini akan memudahkan tenant Technopark Bantaeng dan konsumen untuk bertransaksi melalui media online.

Gambar 3.58. Sosialisasi e-commerce oleh Direktur PTPP-BPPT

B.5. Diseminasi/Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk : Meningkatkan kemampuan teknis pengolahan, pembuatan/pengembangan produk, dan kemampuan pengolahan usaha (bisnis) untuk pengembangan usaha.

 Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta pelatihan dalam membuat dan memproduksi produk olahan secara baik dan benar yang memenuhi prinsip sanitasi dan higienis.

 Memperkaya pilihan jenis olahan bagi konsumen dengan tersedianya diversifikasi produk.

 Meningkatkan nilai tambah produk olahan ikan sehingga berdampak pula pada pendapatan pelaku usaha (POKLAHSAR) perikanan.

 Mengetahui cara pembuatan diversifikasi olahan hasil perikanan dan olahan pangan berbahan baku lokal.

Sasaran secara umum dari kegiatan ini adalah terlaksananya pelatihan diversifikasi produk olahan hasil perikanan dan olahan pangan berbahan baku lokal, Program Pengembangan Kawasan Technopark Kabupaten Bantaeng, Tahun Anggaran 2016.

Sasaran khusus dari pelaksanaan diseminasi / pelatihan ini antara lain adalah :  Peserta mendapatkan pemahaman tentang cara membuat produk yang

murah dan disukai konsumen (laris).  Peserta mendapatkan pemahaman mengelola usaha (bisnis) yang efektif

hingga usahanya dapat berkembang menjadi besar.

Peserta kegiatan Diseminasi Teknologi Pengolahan Hasil perikanan dan Pangan Lokal ini diikuti oleh 22 orang peserta (dari 25 orang/kelompok yang diundang), dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) pengolahan ikan/rumput laut, Peserta kegiatan Diseminasi Teknologi Pengolahan Hasil perikanan dan Pangan Lokal ini diikuti oleh 22 orang peserta (dari 25 orang/kelompok yang diundang), dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) pengolahan ikan/rumput laut,

Gambar 3.59. Pelatihan diseminasi teknologi pengolahan pasca panen

Kegiatan diseminasi/pelatihan dihadiri oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bantaeng dan Kepala Bappeda Sekaligus Ketua Tim Koordinator Kegiatan Technopark Bantaeng 2016. Dalam pelaksanaan pelatihan ini disampaikan 3 jenis produk berbahan baku hasil perikanan dan pangan lokal. 3 Produk tersebut adalah Stick Bandeng, Kue Lapis Ganyong (Ta’sabbe) dan Olahan Tapioka. Bahan baku lokal yang digunakan antara lain mengangkat potensi lokal Kabupaten Bantaeng yaitu Pati Ganyong (Ta’sabbe) dan Tapioka.

Gambar 3.60. Pengolahan produk inovatif pati ganyong/Ta’sabbe dan Produk

(Stick Bandeng) dalam kemasan

B.6. Pendampingan Berdirinya Pendidikan Vokasi

Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu meliputi program pendidikan Diploma (diploma 1, diploma 2, diploma 3 atau diploma 4) yang setara dengan program pendidikan akademik strata 1 yang akan mendapatkan gelar vokasi.

Salah satu misi Technopark Bantaeng adalah meningkatkan daya saing daerah dan menjadikan Kab. Bantaeng sebagai pusat benih di Sulawesi Selatan dan Indonesia Timur. Technopark Bantaeng berkonsentrasi pada penyediaan benih berbasis teknologi sesuai dengan visi dan misi Kab. Bantaeng. Untuk mendukung hal tersebut, BPPT melakukan pendampingan dalam pembentukan Diplomas Vokasi Pertanian melalui kerjasama dengan IPB dan Pemda Bantaeng.

Gambar 3.61. Mahasiswa Diploma Vokasi (D1) Pertanian IPB di Bantaeng sedang mengikuti kuliah umum awal tahun

f.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Tabel 3.17. Perbandingan capaian kinerja PTPP tahun ini dengan beberapa tahun terakhir

Tahun

Target Realisasi Capaian (%) 2016

Indikator Kinerja

Jumlah PPBT

- Relisasi serta capaian kinerja tahun 2016 terkait kegiatan pengembangan kawasan technopark Bantaeng adalah 100%, yaitu 2

PPBT baru di bidang pembibitan jagung melalui layanan teknologi kepada usaha berbadan hukum dan 100 orang penerima manfaat teknologi di Tehnopak Bantaeng

Jumlah Paket Layanan Teknologi Pengembangan Kawasan Teknopark Bantaeng

Tahun 2016 : 2 tenant PPBT berbadan hukum dalam bidang perbenihan

Tahun 2017 : 3 tenant PPBT berbadan hukum dalam bidang perbenihan dan pasca panen Tahun 2017 : 3 tenant PPBT berbadan hukum dalam bidang perbenihan dan pasca panen

Realisasi kinerja Technopark Bantaeng pada tahun 2016 adalah terwujudnya 2 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) dan hal ini telah sesuai dengan perencanaan strategis PTPP – BPPT

f.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Realisasi kinerja Technopark hanya dapat dicapai melalui kerjasama dan terbentunya link antar lembaga pemerintah (BPPT dan Kab. Bantaeng), litbang perguruan tinggi (IPB/UNHAS), bisnis dan masyarakat (Konsep quadruple helix), technopark Bantaeng telah membangun sistem penguatan/kerjasama tersebut.

f.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja

Faktor penyebab keberhasilan kinerja:  PTPP memiliki SDM, teknologi dan peralatan yang memadai dalam bidang

teknologi produksi perbenihan pertanian peternakan dan perikanan.  Dukungan pemerintah daerah Kab. Bantaeng (mitra), pimpinan BPPT serta

kedeputian dan unit kerja di lingkungan BPPT (internal) terhadap kegiatan pengembangan Technopark Bantaeng

Faktor penyebab kegagalan kinerja:  Adanya kebijakan pemerintah pusat mengenai pemotongan anggaran

penghematan dan lainnya menyebabkan ada beberapa kegiatan yang dihilangkan di tengah pelaksanaan program Technopark Bantaeng sehingga penghematan dan lainnya menyebabkan ada beberapa kegiatan yang dihilangkan di tengah pelaksanaan program Technopark Bantaeng sehingga

Faktor penyebab penurunan kinerja:  Selain adanya penghapusan beberapa kegiatan juga terdapat pemotongan

dana pada kegiatan yang sedang berjalan di Technopark Bantaeng sehingga menurunkan kinerja kegiatan

Alternatif solusi yang telah dilakukan:  Tidak memberlakukan pemotongan dana/anggaran disaat kegiatan sedang

berlangsung  Memberikan

apabia dilakukan penghilangan/penghapusan kegiatan karena pemotongan anggaran

skala

prioritas/pembobotan

f.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya  Melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam Technopark

Bantaeng untuk efiiensi penggunaan sumberdaya manusia

f.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan  Pelaksanaan kegiatan pengembangan ekosistem inovasi dan technopreneur

yang menyeleksi calon tenant/PPBT menjadi Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) berdasarkan kemampuan dalam produksi benih di Technopark Bantaeng

 Kegiatan pelatihan dalam produksi perbenihan (satoimo, jagung, padi, kentang, ikan nila, rumput laut) serta pengolahan pasca panen sebagai penerima manfaat dari kegiatan Technopark Bantaeng telah dilakukan pada masyarakat (calon tenant) sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya  Kegiatan pelatihan dalam produksi perbenihan (satoimo, jagung, padi, kentang, ikan nila, rumput laut) serta pengolahan pasca panen sebagai penerima manfaat dari kegiatan Technopark Bantaeng telah dilakukan pada masyarakat (calon tenant) sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya

g.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Aplikasi Teknologi Kultur Jaringan Ex Vitro Untuk Perbanyakan Bibit Lada di Kabupaten Bangka

Salah satu potensi alam yang diunggulkan di bidang perkebunan di Bangka adalah lada. Akan tetapi pengembangan lada di Kabupaten Bangka terkendala ketersediaan bibit. Rata-rata petani menyediakan bibit sendiri dari kebun produksi yang dimilikinya karena bibit yang tersedia di penangkar biasanya harganya relatif mahal.

Dalam memecahkan permasalahan ketersediaan bibit lada di Kabupaten Bangka, Balai Bioteknologi menyasar tiga pendekatan yaitu, 1) Penyediaan sarana dan prasarana perbanyakan bibit yang memadai 2) Penyediaan bibit secara masal secara ex vitro dan 3) Aplikasi konsorsia mikroba yang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dimaksudkan sebagai wahana dimana operasional perbanyakan bibit dapat dilaksanakan dengan optimal sehingga usaha untuk merekayasa faktor- faktor mikroklimat dengan mudah dapat dilakukan. Penggunaan teknik ex vitro untuk tujuan perbanyakan vegetatif merupakan areal/bidang yang paling mudah untuk dilakukan dalam perbanyakan tanaman secara massal. Sedangkan penggunaan produk konsorsia mikroba dapat membantu menyediakan unsur- unsur hara yang lengkap bagi tanaman, juga sangat penting dalam memperbaiki stuktur media tanam, meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia Dalam memecahkan permasalahan ketersediaan bibit lada di Kabupaten Bangka, Balai Bioteknologi menyasar tiga pendekatan yaitu, 1) Penyediaan sarana dan prasarana perbanyakan bibit yang memadai 2) Penyediaan bibit secara masal secara ex vitro dan 3) Aplikasi konsorsia mikroba yang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dimaksudkan sebagai wahana dimana operasional perbanyakan bibit dapat dilaksanakan dengan optimal sehingga usaha untuk merekayasa faktor- faktor mikroklimat dengan mudah dapat dilakukan. Penggunaan teknik ex vitro untuk tujuan perbanyakan vegetatif merupakan areal/bidang yang paling mudah untuk dilakukan dalam perbanyakan tanaman secara massal. Sedangkan penggunaan produk konsorsia mikroba dapat membantu menyediakan unsur- unsur hara yang lengkap bagi tanaman, juga sangat penting dalam memperbaiki stuktur media tanam, meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia

Tujuan Kegiatan:

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melaksanakan kegiatan Aplikasi Teknologi Kultur Jaringan Ex Vitro untuk Perbanyakan Bibit Lada di Kabupaten Bangka dalam rangka pemanfaatan dan peningkatan produktivitas sumber daya perkebunan Kabupaten Bangka.

Sasaran Kegiatan Tahun 2016:

1. Tersedianya sarana dan prasarana perbanyakan bibit lada secara ex vitro sesuai dengan spesifikasi yang mendukung pertumbuhan bibit lada.

2. Tersedianya bibit lada hasil produksi secara ex vitro secara bertahap sesuai dengan jadwal yang direncanakan.

3. Diaplikasikannya produk bioteknologi berbasis mikroba pada produksi bibit tanaman lada.

Hasil Kegiatan:

1. Tersedianya sarana dan prasarana pembibitan Sarana dan prasarana perbanyakan bibit lada berupa screenhouse ukuran

51 mx 20 m x 3 m, pondasi 30 m, dengan konstruksi baja ringan, dinding dan atap berupa shading net. Ruangan screenhouse terbagi menjadi:

- Ruang media ukuran 15 m x 20 m - Ruang inkubator multiplikasi - Ruang inkubator perbanyakan - Ruang aklimatisasi, dan

- Ruang nursery Sarana dan prasarana tersebut juga sudah dilengkapi dengan 68 unit

inkubator, instalasi irigasi mikro, kontainer penampungan air, rumah pompa dan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) berupa toilet.

2. Dihasilkannya bibit lada ex vitro sebanyak 200.000 polibag

Bibit yang dihasilkan t berasal dari bahan tanaman induk yang telah ditetapkan sebagai sumber benih dan atau berasal dari sumber benih bersertifikat yangs merupakan varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Spesifikasi bibit yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

a. Bibit yang diperbanyak berupa bibit siap tanam 5-7 ruas dalam polybag ukuran 15 cm x 20 cm warna hitam

b. Bibit berlabel ex vitro dari Balai Bioteknologi - BPPT

c. Media tanam mengandung pupuk hayati

Mitra: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Gambar 3.62. Sarana dan prasarana pembibitan dan pendukungnya. a. Screenhouse, b. Ruangan-ruangan dalam screenhouse, c. Inkubator, d.

Instalasi irigasi mikro (fogging system), e. Rumah pompa dan kontainer

fertigasi, f. Fasilitas MCK

Gambar 3.63. Bibit lada hasil ex vitro. a, b. Bibit siap salur, c. Kegiatan

sortasi bibits, d. Pelabelan bibit

g.2. Perbandingan antara capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Dalam dokumen perencanaan strategis BPPT tahun 2015-2019, Revisi 2, pada tahun 2015 tidak terdapat target pada indikator kinerja jumlah layanan yang dihasilkan, oleh karena itu tidak dapat dilakukan perbandingan antara realisasi kinerja indikator kinerja tahun ini (2016) dengan capaian kinerja tahun sebelumnya (2015).

g.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Sesuai dokumen perencanaan strategis, layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro, pada tahun 2016 Sesuai dokumen perencanaan strategis, layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro, pada tahun 2016

g.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

Tidak ada

g.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja  Komitmen dan dukungan dari Pimpinan BPPT terhadap pelaksanaan

program BPPT, khususnya terhadap pelaksanaan kegiatan layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro

 Komitmen dan dukungan Pimpinan dan Manajemen Unit Kerja BPPT yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan BPPT, khususnya terhadap pelaksanaan kegiatan layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro

 Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja untuk peningkatan kinerja BPPT.

 BPPT memiliki SDM yang kompeten untuk keberhasilan pelaksanaan program BPPT.

 BPPT memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk pelaksanaan program BPPT

 Adanya dukungan dari mitra BPPT yaitu Pemerintah Kabupaten Bangka khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka.

g.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya  Fasilitas yang mendukung keberhasilan kegiatan, yaitu laboratorium

agromikrobiologi, laboratorium mikropropagasi, pilot plant propagasi tanaman, green house, screen house dan fasilitas uji lapang.

 Sumberdaya manusia yang kompeten di bidang teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro.

 Dukungan pendanaan yang memadai dari mitra

g.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan  Penguatan kompetensi SDM melalui keikutsertaan dalm workshop dan

kegiatan ilmiah terkait  Komunikasi dan diskusi intensif dengan mitra

 Pemantauan dan evaluasi secara berkala

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja Deputi TAB untuk Indikator Kinerja 1 dari Sasaran Program 2 yaitu Jumlah Layanan teknologi di bidang TAB, dengan target 12 layanan adalah sebagai berikut:

Prosentase

Realisasi

x 100% Capaian Kinerja

Tabel 3.18. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini

Indikator Kinerja 1 sasaran Program 2

Indikator Kinerja

Target Realisasi

Program Mitra

2 2 100 Pengkajian dan

Pemkab

Layanan konsultasi Penerapan

kepada UKM pengolah

Grobogan

Teknolog/

produk olahan jagung

UKM KUB

Pengembangan Teknologi Mekar Abadi

Alih teknologi produksi mie jagung di

USM

Technopark Grobogan

UKM Grobogan

Bappeda Layanan konsultasi

Inovasi dan kepada 4 UKM

Tengah Technopark di

Diaci Jaya Layanan difusi olahan

Kabupaten produk pati

Lampung

Abadi Tengah PT. Sedana Panen

Sejahtera 1 1 100 Program Layanan PT. Gunung

Layanan teknologi Jasa Teknologi

budidaya ubi kayu dan Madu Pati (PNBP)

tebu

Plantation CV. Kresna PT. Gunung Madu Plantation

2 2 100 Pengembangan Pemkab Layanan kepada Usaha

berbadan hukum dan Bantaeng Technopark

Kawasan

100 orang penerima

Bantaeng

manfaat teknologi di Technopark Kab. Bantaeng

1 1 100 Program dan Pemda Kab Layanan teknologi

Pengkajian produksi bibit

Bangka Bioteknologi

tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-vitro

3.1.2.2. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 2

Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 dari Sasaran Program 2 yaitu Indeks Kepuasan Masyarakat, dengan target “B”.

Tabel 3.19. Capaian Kinerja Indikator Kinerja 2 Sasaran Program 2

Sasaran Program 2

Terwujudnya layanan teknologi di bidang Agroteknologi dan Bioteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Indikator Kinerja 2

Indeks Kepuasan Masyarakat

Target :

“B”

Penjelasan Target Indikator Kinerja

Indeks Kepuasan Pelanggan.

Program/Kegiatan

Capaian Kinerja Output

Bukti Pendukung

Layanan Jasa  Diperolehnya IKM dengan  Kuisioner Hasil Survey. Teknologi

nilai 88,75 setara A.

Penjelasan Capaian Indikator Kinerja :

a. Indeks Kepuasan Masyarakat

a.1. Uraian Pelaksanaan Kegiatan tahun 2016 dan hasil yang dicapai (disertai dengan foto-foto kegiatan dan mitra pengguna)

Uraian Kegiatan

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik Pemerintah telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Surat keputusan tersebut menyebutkan bahwa transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Untuk Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik Pemerintah telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Surat keputusan tersebut menyebutkan bahwa transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Untuk

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner kepada sejumlah responden yang dipilih secara acak. Kuesioner tersebut disusun berdasarkan Keputusan Menpan No. 25/KEP/M.PAN/2/2004 yang digunakan untuk melihat tingkat kepuasan

masyarakat terhadap unsur-unsur pelayanan, yang meliputi:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya.

3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung

jawabnya).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan, terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

ketentuan yang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan.

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada

masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman

kepada penerima pelayanan.

14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko- resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Adapun bentuk pertanyaan dalam kuisioner menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/25/M.PAN/2/2004 adalah sebagai berikut :

Gambar 3.64. Pendapat Responden tentang Pelayanan Publik menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/25/M.PAN/2/2004

Pengolahan Data

Pengolahan data nilai IKM dihitung dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing-masing unsur pelayanan. Karena itu untuk pengolahan data dilakukan dengan cara:

a. Membuat scoring/nilai persepsi untuk setiap jawaban sebagai berikut: alternatif jawaban ‘a’ diberi nilai 1, ‘b’ diberi nilai 2, ‘c’ diberi nilai 3 dan ‘d’ diberi nilai ‘4’.

b. Dalam penghitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang

sama dengan rumus:

Bobot nilai rata-rata tertimbang = Jumlah bobot = 1 = 0,071

Jumlah unsur

c. Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut:

IKM = Total dari nilai persepsi per unsur X Nilai penimbang

Total unsur yang terisi

d. Untuk memudahkan interprestasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 - 100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar

25, dengan rumus :

IKM Unit Pelayanan X 25

Konversi nilai persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.20. Konversi nilai persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan

Nilai Persepsi

Nilai Interval

Nilai Interval

Mutu

Kinerja Unit

IKM

Konversi IKM

D Tidak Baik

2 1,76-2,50

43,76-62,50

C Kurang Baik

3 2,51-3,25

62,51-81,25

B Baik

4 3,26-4,00

81,26-100,00

A Sangat Baik

Hasil Survei

Survei kepuasan pelanggan Balai Bioteknologi Tahun 2016 dilakukan terhadap 7 instansi, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa Balai Bioteknologi mempunyai capaian kinerja pelayanan yang sangat baik dengan nilai IKM 88,75

setara “A”.

Data kuesioner dapat dilihat pada LAMPIRAN.

Tabel 3.21. Hasil analisa Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun Anggaran 2016

Unsur Pelayanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 No

Instansi

Kepastian Kenyamanan Keamanan Pelayanan

ab Petugas

Jadwal Lingkungan Pelayanan

1 Dinkes Kab. 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 Tangerang

FTP Universitas

2 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 Brawijaya

Malang PT Catur

3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 Mitra

4 CV Setya 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 Jasa Caraka

KAO 5 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 Indonesia

CV Multi 6 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 Alga

PT Mahoni 7 Agro

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 Industri

Jumlah Nilai

Perunsur

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 134

Nilai Rata- rata (NRR) Per Unsur=Juml

ah Nilai Per

Unsur : Jumlah Kuesioner Terisi NRR Tertimbang Per Unsur =

NRR Per Unsur x 0,071

Jumlah NRR 3.55 Tertimbang

Konversi IKM Unit Pelayanan =

NRR IKM Tertimbang x 25

LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 135 LAKIP DEPUTI BIDANG TAB - BPPT TAHUN 2016 III - 135

Dalam dokumen perencanaan strategis Kedeputian TAB tahun 2015- 2019, Revisi 2, pada tahun 2015 terdapat target pada indikator kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan target nilai B, hasilnya telah tercapai sesuai target. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat target IKM dengan nilai B, diperoleh hasil melebihi target dengan nilai A. Sebelum tahun 2015 tidak dilakukan survei IKM.

a.3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Sesuai dokumen perencanaan strategis, indikator kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2016 ditargetkan mendapatkan nilai B, hasil yang dicapai melebihi target, yaitu memperoleh nilai A. Pada tahun 2017 sampai 2019 ditargetkan nilai B, B dan A.

a.4 Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional Menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, penyelenggaraan pelayanan berhasil jika mempunyai kinerja yang baik, yang berarti memperoleh IKM dengan nilai B. Pada Tahun ini realisasi kinerja melebihi standar nasional dengan nilai A.

a.5 Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja  Komitmen dan dukungan Pimpinan dan Manajemen Unit Kerja

yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan, khususnya terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan teknologi, sehingga diperoleh Indeks Kepuasan Masyarakat dengan nilai sangat baik.

 Komitmen, dukungan dan partisipasi seluruh jajaran Unit Kerja

untuk peningkatan kinerja.  SDM yang kompeten untuk keberhasilan pelaksanaan program.

 Sarana dan prasarana yang mendukung untuk pelaksanaan

program  Adanya dukungan dari masyarakat khususnya pelanggan yang

memanfaatkan jasa pelayanan.

a.6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya  Fasilitas yang mendukung keberhasilan kegiatan, yaitu

laboratorium pengujian yang terdiri dari laboratorium kimia analitik, laboratorium mikrobiologi dan laboratorium teknologi gen.

 Sumberdaya manusia yang kompeten di bidang pelayanan jasa.  Sumberdaya manusia yang kompeten di bidang administrasi ISO

17025.  Komitmen seluruh jajaran di unit kerja dalam melaksanakan

pengujian sesuai ISO 17025.

d.7 Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan  Penguatan kompetensi SDM melalui keikutsertaan dalam

workshop dan kegiatan ilmiah terkait  Komunikasi yang baik dengan pelanggan  Pemantauan dan evaluasi secara berkala

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja Deputi TAB untuk Indikator Kinerja 2 dari Sasaran Program 2 yaitu Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) berhasilmencapai Nilai 88,75 setara dengan “A”, sedangkan Target hanya “B”

3.2. Realisasi Anggaran

Pada tahun 2016, total anggaran yang dikelola oleh Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi adalah : Pagu Awalnya sebesar Rp. 74.932.111.000,-, yang berada pada Satker Balai Biotekologi; Satker Balai Besar Teknologi Pati dan 4 Program PPT yang berada di Satker BPPT. Dengan adanya berbagai kebijakan pemerintah untuk optimasi penggunaan anggaran secara nasional, kemudian pagu akhir anggaran yang dikelola Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menjadi sebesar Rp. 56.854.543.000,-.

Dari pagu akhir anggaran tersebut, realisasi anggaran pada tahun 2016 adalah sebesar Rp. 54.870.495.534,-. Dengan demikian prosentase capaian realisasi

anggaran adalah sebesar 96.51%.

Tabel 3.22. Realisasi Anggaran Kedeputian Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) – BPPT (Rupiah)

% Satker

Pagu Awal

Pagu Akhir

Serapan Serapan

BPPT (PPTA, PPTB, PPTFM,

18,550,898,000 17,387,538,338 93.73% Balai Biotek

JUMLAH 74,932,111,000 56,854,543,000 54,870,495,534 96.51%