55
BAB IV KEPENTINGAN YANG DI DAPAT DALAM
PELAKSANAAN SAMELAN
4.1. Pendalaman Ajaran Sikh
Suku bangsa Punjabi terikat dengan budaya dan ajaran sikh yang dianutnya. Kebudayaan dan ajaran tersebut tidak terlepas dari kehidupan mereka
sehari-hari. Hal itu dapat dilihat dari cara berbicara dan berpakaian mereka sebagai simbol identitasi. Sebagaimana seorang informan menegaskan bahwa;
“Bagi orang Punjabi, cara berpakaian laki-laki harus memakai sorban dan berjenggot. Apabila ada seorang Punjabi berada di
tengah-tengah ratusan orang maka orang punjabi yang menggunakan
sorban tersebut langsung nampak. Itu
menunjukkan identitasikami yang selalu melekat Wawancara, Tanggal 2 Mei 2010.”
Lebih jelas lagi dapat dilihat dari rutinitas mereka, setiap hari harus sembayang 2 dua waktu yakni sembayang pagi dan sembayang magrib rehras.
Kedua sembayang tersebut dilakukan di dalam rumah masing-masing. Selain itu, pada setiap hari minggu seluruh penganut ajaran sikh berkumpul di dalam
Gurdwara untuk membaca doa, bernyanyi dan mendengarkan arahan dari guru. Hal ini merupakan kegiatan yang selalu dilakukan dan sangat monoton. Bagi
kebanyakan muda-mudi Punjabi, rutinitas tersebut membuat mereka tidak bersemangat datang ke Gurdwara untuk beribadah.
Melihat hal itu, untuk menarik kembali minat muda-mudi sehingga lebih mengenal ajaran sikh, maka tetua suku bangsa Punjabi mengadakan kegiatan
samelan. Samelan merupakan kegiatan untuk mempertemukan sesama suku
Universitas Sumatera Utara
56 bangsa Punjabi yang dikhususkan terhadap muda-mudi guna mempelajari dan
memperdalam ajaran sikh. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk rekreasi, dilaksanakan di alam terbuka namun memberikan arti yang mendalam bagi muda-
mudi ajaran sikh. Kegiatan ini biasanya dilakukan satu kali dalam setahun. Melalui kegiatan ini, para guru mengajarkan kepada muda-mudi apa
ajaran sikh itu sebenarnya dan bagaimana seharusnya menjalankan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan samelan, penyampaian guru dalam
memberikan ajaran-ajaran sikh berbeda dengan yang dilaksanakan di Gurdwara. Di kegiatan tersebut, guru melibatkan peserta samelan untuk melakukan suatu
pertunjukan atau berupa permainan yang selalu dihubungakan dengan ajaran sikh. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para peserta samelan agar mengikuti
kegiatan-kegiatan tersebut. Para guru dan orang tua berharap, agar para muda- mudi yang mengikuti kegiatan samelan dapat menumbuhkan ajaran sikh dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga pada waktu kedepannya muda-mudi yang sebagai penerus bangsa tersebut nantinya mampu menerapkan ajaran sikh secara baik dan
benar. Mengutip pandangan Geertz 1992, 47:51 bahwa kepercayaan dan ritus religius berhadapan dan saling meneguhkan satu sama lain. Konsep-konsep
religius menyebar melampaui konteks-konteks metafisik khususnya untuk memberikan kerangka kerja bagi gagasan-gagasan umum yang dengan sarana ini
serangkaian pengalaman yang bersifat intelektual, emosional, moral dan dapat diberi bentuk yang bermakna.
Saat kegiatan samelan, para peserta juga dapat melihat dan merasakan ekspresi para guru mengumandangkan doa-doa dan lagu-lagu pujian. Melalui
Universitas Sumatera Utara
57 lantunan doa dan pujian yang dibawa para guru, sehingga dapat menyentuh
perasaan peserta samelan. Pada saat guru mengumandangkan doa dan lagu tersebut, para peserta diharapkan dapat membuka ruang perenungan diri untuk
mendekatkan diri kepada para guru yang mempertahankan ajaran sikh. Pada saat itu, biasanya peserta merenung sebagai refleksi diri atas kehidupan masa lalu.
Pada proses ini, peserta menunjukkan keseriusan diri sebagai anak guru yang dapat mengerti arti dan makna yang terkandung dalam doa dan pujian sehingga
ingin mematuhi, mentaati serta menjalankan ajaran sikh. Hal ini, dapat dilihat dari sebagian para peserta ada yang menangis dan ada yang terharu mendengar doa-
doa dari para guru.
Selain itu, para peserta juga memperoleh didikan sebagai penganut ajaran sikh yang baik. Hal tersebut dimulai dari disiplin untuk membiasakan diri bangun
pagi-pagi, mandi, serta menjalankan sembayang pagi. Pada saat sore hari, para peserta menjalankan sembayang magrib rehras. Para peserta juga diajarkan
untuk menghargai dan menghormati para guru yang mempertahankan ajaran sikh serta menghargai sesama suku bangsa Punjabi khususnya orang yang lebih tua.
Pada saat belajar, kesempatan muda-mudi suku bangsa Punjabi untuk lebih mengetahui ajaran-ajaran sikh sangat besar, seperti halnya cerita-cerita para guru
mereka dalam mempertahankan ajara sikh ini. Adapun cerita-cerita yang sering disampaikan guru adalah sebagai berikut:
1. Guru Nanak, Sapi dan Ular.
Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan Guru Nanak pada saat remaja. Pada masa itu Guru Nanak hidup dalam keluarga
dengan latar belakang peternak sapi. Suatu hari Guru Nanak sedang menggembalakan sapi-sapi milik ayahnya di padang
Universitas Sumatera Utara
58 rumput. Saat menunggu sapi-sapi itu makan, Guru Nanak
tertidur di bawah terik matahari. Pada saat Guru Nanak tertidur dengan lelap, tiba-tiba datang 5 lima ekor ular cobra
menghampirinya. Kelima ekor ular tersebut berbaris di atas kepala Guru Nanak untuk menghindari sengatan matahari yang
mengenai wajah Guru Nanak. Karena begitu terlelapnya Guru Nanak tidak menyadari bahwa sapi-sapinya telah memakan
tanaman yang ada di ladang orang. Kejadian tersebut disaksikan oleh seseorang yang sedang melintas di daerah itu. Kemudian
dia berlari ke rumah pemilik ladang, untuk memberi tahu bahwa tanaman ladangnya telah habis dimakan sapi-sapi milik ayah
Guru Nanak. Guru Nanak yang sedang terlelap tiba-tiba terbangun dan mencari sapi-sapinya. Sementara itu orang yang
melihat kejadian tadi datang bersama pemilik ladang dan ayah Guru Nanak untuk melihat kebenaran dari apa yang dikatakan
orang yang melihat sapi-sapi tadi memakan tanaman di ladang orang. Ternyata sapi-sapi itu makan di padang rumput, bukan di
ladang orang. Mereka melihat tanaman di ladang tersebut masih utuh dan tumbuh seperti biasa tanpa ada kerusakan sedikit pun.
Orang tersebut pun heran dan mengatakan bahwa dia memang melihat sapi-sapi itu telah memakan tanaman di ladang sampai
habis dan dia juga melihat ada lima ekor ular memayungi wajah guru Nanak.
2.
Seorang guru mempertahankan identitasinya Demi mempertahankan ajaran yang dianutnya, salah satu dari
kesepuluh guru tetap mempertahankan identitasinya sebagai penganut sikh dengan tidak memotong rambut. Guru tersebut
tinggal di daerah Punjab, dan pada suatu ketika di daerah tempat tinggal
guru tersebut terjadi peperangan dan untuk
mempertahannkan negrinya guru tersebut turun dalam peperangan. Tetapi pada saat peperangan itu, guru tersebut
kurang bernasib baik karena dia tertangkap oleh lawan perang. Lawan perangnya ini lalu membawa guru kesatu tempat,
ditempat tersebut guru dipaksa untuk pindah agama dan disuruh untuk memotong rambutnya tetapi guru tersebut tidak mau. Dia
tetap mempertahankan rambutnya karena guru tersebut bersikeras mempertahankan rambutnya maka diapun disiksa
tetapi siksaan itu tidak mengubah pendiriannya untuk pindah agama pada akhirnya guru tersebut dibakar sehingga akhirnya
dia meninggal dunia.
Universitas Sumatera Utara
59 Pada saat belajar, guru memilih untuk menceritakan hal tersebut agar para
muda-mudi mengetahui sejarah kehidupan dari ke 11 guru yang mereka agungkan itu. Guru Nanak adalah guru yang pertama sekali menciptakan ajaran sikh dan dia
sangat mempertahankan ajaran sikh. Dalam cerita di atas, menyatakan bahwa Guru Nanak mulai usia muda sudah mempunyai karisma dalam dirinya. Pada
cerita kedua, ditekankan agar muda-mudi mengetahui sangat berharganya rambut bagi ajaran sikh. Ajaran sikh berprinsip tidak boleh mengubah apa yang diberikan
Tuhan kepada manusia. Pada proses belajar sewaktu samelan, guru juga memberitahu aturan-
aturan yang harus ditaati oleh penganut ajaran sikh. Adapun aturan-aturan yang harus ditaati antara lain:
• Hormat kepada Guru granth sahib. Guru granth sahib
merupakan buku kitab suci yang menjadi pedoman ajaran sikh. Guru granth sahib ini
dijadikan sebagai guru ke 11 pengganti guru-guru mereka sebelumnya. •
Hormat kepada orang tua. Aturan ini lebih karena orang tualah yang membesarkan, mendidik, serta memberi kasih sayang kepada anak-
anaknya. •
Saling menyayangi antar sesama suku. •
Bagi kaum laki-laki dilarang untuk memotong rambut dan jenggotnya, begitu juga dengan kaum perempuan dilarang merubah dirinya seperti
memotong rambut, cat rambut, cukur alis, karena itu adalah pemberian dari Tuhan.
Universitas Sumatera Utara
60 •
Bagi para jemaat bila ingin masuk ke dalam Gurdwara harus menggunakan penutup kepala atau sering disebut dengan sorban. Sorban
ini terbuat dari kain dan mempunyai berbagai warna. •
Perempuan dan laki-laki dilarang untuk berdekatan atau bersentuhan, kecuali jika mereka sudah menikah.
• Perempuan dan laki-laki dilarang untuk saling berjabat tangan. Mereka
hanya diperbolehkan mengucap salam saja. •
Dilarang untuk bercerai. •
Pada saat memasuki Gurdwara jemaat sikh harus benar-benar bersih. •
Dilarang merokok, karena merokok di haramkan bagi mereka. Pada saat belajar, para guru selalu mengingatkan para peserta dengan
aturan-aturan yang harus dijalani oleh penganut ajaran sikh. Para guru berharap para peserta dapat berdiskusi dengan guru mengenai larangan-larangan ajaran sikh
yang dianutnya. Pada saat samelan ini, para muda-mudi dibagi ke beberapa jetha. Jetha adalah bagian dari kelompok kecil yang terdiri dari muda-mudi yang seusia.
4.2. Keterikatan Sebagai Sesama Suku Bangsa Punjabi yang Menganut Ajaran Sikh