17
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KOTA MEDAN DAN
SUKU BANGSA PUNJABI
2.1. Heterogenitas Masyarakat Kota Medan
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan
merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian Barat dan sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah
dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang dan Danau Toba. Di samping itu, Kota Medan juga sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka. Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar
negeri ekspor-impor. Posisi geografis Kota Medan telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah
Belawan dan pusat Kota Medan http:id.wikipedia.orgwikiSejarah_Kota_Medan, 29 mei 2010.
Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks. Hal ini dibuktikan dengan
perkembangan daerah yang disebut dengan “Kota Medan” yang menuju pada
Universitas Sumatera Utara
18 bentuk kota metropolitan. Sebagai hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 1590
9
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Kota Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan suku bangsa
, sampai saat sekarang ini usia Kota Medan telah tercapai 419 tahun.
Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan suku bangsa Tionghoa, karena
sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan suku bangsa Jawa
sebagai kuli perkebunan. Suku bangsa Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang
kedua ialah kedatangan suku bangsa Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Kota Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan,
tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama http:id.wikipedia.orgwikiSejarah_Kota_Medan, 29 mei 2010.
Keanekaragaman suku bangsa di Kota Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja, kuil dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh daerah.
Penduduk Kota Medan sekarang ialah suku bangsa Jawa, dan suku-suku dari Tapanuli Batak, Mandailing, Karo. Di Kota Medan banyak pula suku bangsa
keturunan India dan Tionghoa. Kota Medan salah satu kota di Indonesia yang memiliki populasi suku bangsa Tionghoa cukup banyak. Secara historis, pada
tahun 1918 tercatat bahwa Kota Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut,
9
Hari jadi Kota Medan pada tulisan yang terdapat dalam keterangan resmi pemerintah Kota Medan dan Wikipenia.com.
Universitas Sumatera Utara
19 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269
berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya. Tabel 1
Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000
Suku bangsa Tahun 1930
Tahun 1980 Tahun 2000
Jawa 24,9
29,41 33,03
Batak 10,7
14,11 -- lihat Catatan
Tionghoa 35,63
12,8 10,65
Mandailing 6,43
11,91 9,36
Minangkabau 7,3
10,93 8,6
Melayu 7,06
8,57 6,59
Karo 0,19
3,99 4,10
Aceh --
2,19 2,78
Sunda 1,58
1,90 --
Lain-lain 16,62
4,13 3,95
Sumber: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut
Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan Batak sebagai salah satu suku bangsa, namun total Simalungun 0,69, TapanuliToba 19,21, Pakpak, 0,34, dan Nias 0,69 adalah
20,93.
Adapun jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan berjumlah 2,083 juta lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,167 juta penduduk
pada tahun 2010, ditambah beban arus penglaju juga menjadi beban pembangunan yang harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Di samping itu,
pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, sangat diperlukan pada masa
datang. Tabel 2
Komposisi Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun
Jumlah Penduduk Jiwa 2002
1.963.086 2003
1.993.060 2004
2.006.014 2005
2.036.018 2007
2.083.156 2008
2.102.105
Sumber: BPS Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
20 Biasanya pengusaha di Kota Medan banyak yang menjadi pedagang
komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh suku bangsa Tionghoa dan Minangkabau. Bidang
pemerintahan dan politik, dikuasai oleh suku bangsa Mandailing, Batak. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti
pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh suku bangsa Minangkabau, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3 Komposisi Suku Bangsa Berdasarkan Profesional
Suku Bangsa Pengacara
Dokter Notaris
Wartawan Minangkabau
36,8 20,6
29,7 37,7
Mandailing 23,6
14,1 14,8
18,3 Batak
13,2 15,9
18,5 8,5
Jawa 5,3
15,9 11,1
10,4 Karo
5,3 10
7,4 0,6
Melayu 5,3
5,9 3,7
17,7 Tionghoa
-- 14,7
7,4 1,2
Aceh 2,6
3,9 --
3,7 Sunda
-- --
3,7 10,4
Sumber: IDI, Peradin, Ikatan Notaris Cabang Medan, PWI, 1980
Perluasan Kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok suku bangsa. Suku bangsa Melayu yang merupakan
penduduk asli Kota Medan, banyak yang tinggal di pinggiran kota. Suku bangsa Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan,
75 dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman suku bangsa Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan
fasilitas pusat perbelanjaan. Suku bangsa Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman. Oleh karena itu terdapat kecenderungan di
Universitas Sumatera Utara
21 kalangan suku bangsa Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di
tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.
2.2. Sejarah Kedatangan Suku Bangsa Punjabi di Kota Medan Khususnya di Sari Rejo