Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan Menggunakan Metode Garis Intersek Di Pt Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur

KUANTIFIKASI KAYU SISA PEMANENAN MENGGUNAKAN
METODE GARIS INTERSEK DI PT BALIKPAPAN
WANA LESTARI, KALIMANTAN TIMUR

IMA MIRATUNNISA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kuantifikasi Kayu Sisa
Pemanenan Menggunakan Metode Garis Intersek di PT Balikpapan Wana Lestari,
Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Ima Miratunnisa
NIM E14110034

ABSTRAK
IMA MIRATUNNISA. Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan Menggunakan Metode
Garis Intersek di PT Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur oleh AHMAD
BUDIAMAN.
Metode garis intersek merupakan metode yang menghitung volume dari
semua kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan pada luasan tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kuantitas kayu sisa pemanenan
berdiameter ≥ 5 cm di petak tebang setelah kegiatan pemanenan, menganalisis
pengaruh jarak intersek dan kelas diameter terhadap besarnya volume kayu sisa
pemanenan. Penelitian ini dilakukan di petak tebang O48 RKT 2015 IUPHHK-HA
PT Balikpapan Wana Lestari, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur
pada bulan April - Mei 2015. Panjang garis intersek tidak selalu berbanding lurus

dengan jumlah kayu sisa pemanenan. Volume kayu sisa pemanenan yang
ditemukan di PT Balikpapan Wana Lestari sebesar 82.96 m3/ha. Jarak garis intersek
tidak mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan. Diameter pohon yang
ditebang mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan.
Kata kunci : diameter, kayu sisa pemanenan, metode garis intersek, volume.

ABSTRACT
IMA MIRATUNNISA. Quantification of Forest Residues Using Line Intersect
Method at PT Balikpapan Wana Lestari, East Kalimantan. Supervised by AHMAD
BUDIAMAN.
Line intersect method is a method that calculates the volume of all the forest
residues left on the ground in a certain area. This study aims to calculate the quantity
of forest residues in diameter ≥ 5 cm at logging compartments after harvesting,
analyze the effect of line distance and diameter classes to estimate the volume of
forest residues. This study was conducted at O48 logging compartments of RKT
2015 IUPHHK – HA PT Balikpapan Wana Lestari, Penajam Paser Utara Regency,
East Kalimantan in April-May 2015. Intersect line length is not always directly
proportional with the amount of forest residues. The volume of forest residues
found at PT Balikpapan Wana Lestari is 82.96 m3/ha. Intersect line distance did not
significantly affect the estimation of forest residues volume. Diameter classes of

felled tree affect the estimation of the forest residues volume.
Keywords : diameter, line intersect method, forest residues, volume

KUANTIFIKASI KAYU SISA PEMANENAN MENGGUNAKAN
METODE GARIS INTERSEK DI PT BALIKPAPAN
WANA LESTARI, KALIMANTAN TIMUR

IMA MIRATUNNISA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan
Menggunakan Metode Garis Intersek di PT Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan
Timur”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc
FTrop sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan,
pengetahuan, saran, arahan, dan masukan kepada penulis. Terima kasih kepada
Bapak Sugiyarto (Alm), Ibu Sawijiningsih dan keluarga yang selalu memberi
semangat serta dukungan dalam belajar. Ucapan terima kasih juga ditujukan
teman-teman wisma tutut, kakak tingkat dan teman-teman Departemen Manajemen
Hutan yang tidak bisa disebutkan satu per satu dalam mendukung terlaksananya
skripsi penulis, serta pihak lain yang turut mambantu dalam penyusunan skripsi ini.
Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis berharap ada masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun dan memotivasi penulis agar dapat menuliskan karya tulis yang lebih

baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, September 2015
Ima Miratunnisa

5

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian
Jenis dan Sumber Data

Penentuan Jumlah Plot Contoh
Bentuk dan Pengukuran Plot Contoh
Pola dan Panjang Garis Intersek
Pengukuran Kayu Sisa Pemanenan
Analisis Data
Perhitungan Volume
Analisis Sidik Ragam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Panjang Garis Intersek
Volume Kayu Sisa Pemanenan
Pengaruh Jarak Garis Intersek terhadap Volume Kayu Sisa Pemanenan
Pengaruh Kelas Diameter Pohon Pusat terhadap Volume Kayu Sisa
Pemanenan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP


viii
viii
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3
4
4
5
5
6
7
7

7
8
9
10
11
11
11
12
13

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8

Interval kelas diameter pohon pusat
Konstanta konversi volume kayu sisa pemanenan dengan metode
garis intersek
Panjang garis, jumlah dan volume kayu sisa pemanenan pada interval
garis intersek
Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter pada jarak
garis intersek
Analisis keragaman pengujian pengaruh jarak intersek terhadap
volume kayu sisa pemanenan
Panjang garis, jumlah dan volume kayu sisa berdasarkan kelas
diameter pohon pusat
Analisis keragaman pengujian pengaruh kelas diameter terhadap
besarnya volume kayu sisa pemanenan
Hasil uji Duncan pengaruh kelas diameter terhadap besarnya volume
kayu sisa

3
6

8
9
10
10
10
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Bentuk dan ukuran plot penelitian
Sistematika peletakan garis intersek
Kayu sisa pemanenan yang berpotongan dengan garis intersek
Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak garis intersek

4
4

5
8

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemanenan hutan merupakan usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah
pohon berdiri menjadi sortimen kayu bulat dan membawanya keluar hutan untuk
dimanfaatkan sesuai kegunaannya. Pemanenan hutan yang dilakukan selama ini
masih belum optimal, terutama pada kegiatan penebangan pohon dan pembagian
batang, karena jumlah kayu yang dimanfaatkan lebih rendah dari volume yang
ditebang, sehingga masih menghasilkan kayu sisa pemanenan yang besar
(Budiaman dan Kartika 2004).
Kuantifikasi kayu sisa pemanenan selama ini menggunakan metode pohon
penuh (whole tree method). Metode ini menghitung volume kayu sisa pemanenan
yang disebabkan oleh individu pohon yang ditebang saja, sementara volume total
kayu sisa pemanenan di hutan, termasuk kayu sisa pemanenan yang dihasilkan dari
pohon lain yang rusak akibat pohon yang ditebang, tidak dapat dihitung. Metode ini
juga membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannnya. Selain metode pohon
penuh, terdapat metode kuantifikasi kayu lainnya yang dapat digunakan untuk
menghitung volume kayu sisa pemanenan, yaitu metode garis intersek (line
intersect method/LIM). Metode ini memiliki kelebihan dibandingkan metode
pohon penuh, yaitu membutuhkan waktu lebih singkat. Metode garis intersek
membutuhkan waktu 1/5 sampai 1/3 dari waktu normal yang dibutuhkan untuk
membuat plot (FDPM 1999).
Metode LIM pertama kali digunakan oleh Warren dan Olsen di New Zealand
tahun 1964. Metode ini tidak hanya menghitung volume kayu sisa pemanenan yang
disebabkan oleh individu pohon yang ditebang saja, namun juga menghitung
volume kayu dari semua kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan pada
luasan tertentu. Hasil penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa volume kayu sisa
pemanenan yang dihasilkan akibat pemanenan hutan alam tropis mencapai dua kali
lipat volume kayu yang dimanfaatkan atau dikeluarkan dari petak tebang (Howard
dan Ward 1972).
Penelitian kuantifikasi kayu sisa pemanenan menggunakan metode garis
intersek di pengusahaan hutan di Indonesia telah dilakukan di Kalimantan dan
Papua, dengan menghasilkan volume kayu sisa pemanenan sebesar 159.34 m3/ha
(Reza 2014) dan 114.37 m3/ha (Nurfadilah 2015). Pada penelitian-penelitian
tersebut hanya digunakan satu interval garis intersek, yakni 20 meter. Pada
penelitian ini diuji pengaruh jarak interval garis intersek terhadap volume kayu sisa
pemanenan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghitung kuantitas kayu sisa pemanenan
berdiameter ≥ 5 cm di petak tebang setelah kegiatan pemanenan, menganalisis
pengaruh jarak garis intersek dan kelas diameter terhadap besarnya volume kayu
sisa pemanenan.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah kayu
sisa pemanenan di petak tebang hutan alam, sehingga dapat dijadikan pertimbangan
oleh perusahaan dalam merencanakan sistem pemanenan kayu yang menghasilkan
kayu sisa pemanenan optimal.

METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di petak tebang O48 Rencana Kerja Tahunan
(RKT) 2015, IUPHHK – HA PT Balikpapan Wana Lestari (PT BWL), Kabupaten
Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada bulan April - Mei 2015.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, pita ukur, kompas,
tambang, clinometer, parang, cat, tally sheet, alat tulis, Microsoft office (Ms. Word
dan Ms. Excel), Minitab 16, dan SAS 9.2. Bahan yang digunakan adalah kayu sisa
pemanenan dengan diameter ≥ 5 cm di petak tebang O48.
Prosedur Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan meliputi tinggi dan diameter pohon pusat serta kayu sisa
pemanenan berdiameter ≥ 5 cm. Data sekunder meliputi data Laporan Hasil
Cruising (LHC) petak O48 RKT 2015 dan kondisi umum perusahaan.
Penentuan Jumlah Plot Contoh
Jumlah plot contoh pada penelitian ini ditentukan berdasarkan sebaran kelas
diameter pohon yang ditebang yang diperoleh dari data LHC petak O48 RKT 2015.
Jumlah plot contoh ditentukan menggunakan rumus (Cochran 1991) :

n0 =

� α/ ,dbf

S

�� ȳ

2

3
Keterangan :
n0
t(α/2,dbf)
Sy
SE
ȳ

= jumlah plot contoh
= nilai tabel t-student
= simpangan baku contoh
= sampling error
= rata-rata contoh

Berdasarkan LHC petak O48 RKT 2015 IUPHHK-HA PT BWL, diperoleh
nilai rata-rata diameter pohon yang akan ditebang sebesar 58.11 cm, dengan
simpangan baku 10.19. Sampling error yang digunakan dalam penelitian ini adalah
10 %, sehingga diperoleh jumlah pohon contoh sebanyak 12 pohon (hasil
pembulatan). Kemudian masing-masing pohon contoh tersebut digunakan sebagai
pohon pusat pada setiap plot contoh.
Pohon pusat merupakan pohon yang ditebang di lapangan. Pohon pusat
pertama dipilih secara sengaja di lapangan. Pohon pusat pertama ditandai
menggunakan cat dan diberikan penomoran pada batang pohon dan tunggak,
kemudian diukur diameter dan tinggi pohon. Jarak pohon pusat selanjutnya
ditentukan minimal empat kali tinggi pohon pusat sebelumnya. Diameter pohon
pusat yang dipilih dikelompokkan ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kecil, sedang,
dan besar. Interval kelas diameter pohon pusat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Interval kelas diameter pohon pusat
Kelas diameter
Interval kelas (cm)
Jumlah pohon
Kecil
52-59.8
4
Sedang
59.9-67.7
4
Besar
67.8-75.6
4
Bentuk dan Ukuran Plot Contoh
Plot contoh pada penelitian ini berbentuk lingkaran dengan titik tengah
lingkaran plot berupa pohon pusat dan panjang jari-jari plot berukuran dua kali
tinggi total pohon pusat atau dikenal dengan variable radius circular plot (plot
lingkaran dengan ukuran jari-jari tidak tetap). Menurut Simon (2007), bentuk plot
lingkaran dipilih karena plot lingkaran mudah dibuat di lapangan dan memiliki
tingkat kesalahan yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan plot persegi.
Di samping itu, ukuran plot yang dinamis diadopsi dari penentuan luas daerah
berbahaya pada kegiatan penebangan, yang jari-jari lingkarannya sebesar dua kali
tinggi pohon yang ditebang. Bentuk dan ukuran plot contoh disajikan pada
Gambar 1.

4

r=2x
tinggi total
pohon

Pohon contoh pusat

Gambar 1 Bentuk dan ukuran plot penelitian
Pola dan Panjang Garis Intersek
Metode garis intersek adalah metode jalur tanpa lebar. Garis contoh akan
dibuat berdasarkan pola sistematik dengan jarak panjang garis intersek 5 m, 10 m,
15 m, 20 m, 25 m, 30 m. Pengukuran kayu sisa pemanenan pada jarak 5 m dilakukan
pada semua garis intersek, pengukuran pada jarak garis intersek 10 m dilakukan
pada garis 2 dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 15 m dilakukan pada
garis 3 dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 20 m dilakukan pada garis
4 dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 25 m dilakukan pada garis 5
dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 30 m dilakukan pada garis 6 dan
kelipatannya. Garis intersek pada penelitian ini dibuat pada plot contoh yang
diawali dengan membuat garis intersek dari titik selatan (S) bergerak ke arah utara
(U) untuk masing-masing jarak interval garis intersek (Gambar 2).
U

Garis 6
Garis 5
Garis 4
Garis 3
Garis 2
Garis 1
S

Gambar 2 Sistematika peletakan garis intersek
Pengukuran Dimensi Kayu Sisa Pemanenan
Pengukuran kayu sisa pemanenan dilakukan setelah rangkaian kegiatan
pemanenan kayu selesai dilaksanakan atau semua kayu selesai disarad. Kayu sisa
pemanenan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua kayu bulat di dalam
plot contoh yang ditinggalkan di hutan atau yang tidak diangkut atau disarad.
Batasan diameter kayu sisa pemanenan adalah sebesar ≥ 5 cm. Semua jenis kayu
sisa pemanenan dihitung termasuk kayu patah, pecah, tercabut seratnya sampai

5
batas cabang, dan kayu sisa pemanenan yang menggantung di atas garis intersek
(Warren dan Olesen 1996). Bagian kayu sisa pemanenan yang berpotongan dengan
garis intersek diukur diameternya (Gambar 3a). Jika ditemukan kayu sisa
pemanenan bercabang yang berpotongan dengan garis intersek, maka diameter
cabang kayu sisa pemanenan tersebut yang diukur (Gambar 3b). Jika kayu sisa
pemanenan menggantung (berada di atas kayu sisa pemanenan), maka diameter
kayu tersebut juga diukur (Gambar 3c).

Garis intersek

(a)

Kayu sisa
pemanenan

(b)

Diameter kayu sisa pemanenan
yang berpotongan dengan garis
intersek
(c)

Gambar 3 Kayu sisa pemanenan yang berpotongan dengan garis intersek
Diameter kayu sisa pemanenan kemudian dikelompokkan ke dalam kelas
diameter kayu sisa pemanenan yang ditentukan berdasarkan persamaan berikut
(Supangat 1997) :

P=




Keterangan :
P = panjang kelas
R = diameter maksimal – diameter minimal
b = jumlah kelas, diperoleh dari 1+3.3 log n
n = jumlah volume kayu sisa pemanenan
Analisis Data
Perhitungan Volume
Perhitungan volume kayu sisa pemanenan menggunakan data diameter kayu
sisa pemanenan yang memotong garis intersek dan akumulasi panjang garis
intersek dengan menggunakan rumus dasar dari Van Wagner (1968) :
�=

�� ∑ ��


. . . . . . . . (1)

6
Keterangan :
V = volume kayu sisa pemanenan per unit area (m3)
d = diameter kayu sisa pemanenan pada titik yang berpotongan (cm)
L = panjang garis contoh (m)
Rumus dasar tersebut masih dalam satuan British, maka untuk menentukan
volume kayu sisa pemanenan persatuan luas dalam satuan metrik diperlukan
konstanta untuk mengkonversi ke dalam satuan m3/ha. Konstanta konversi volume
kayu sisa pemanenan untuk metode garis intersek disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Konstanta konversi volume kayu sisa pemanenan dengan metode garis
intersek
Satuan
Satuan
Satuan
Satuan
Konstanta
diameter
panjang
volume
berat
cm
m
m3/m2
0.0001234
3
cm
m
m /ha
1.234
2
cm
m
kg/m
0.1234
cm
m
t/ha
1.234
3 2
in
ft
ft /ft
0.008567
3
in
ft
ft /ac
373.3
2
in
ft
Ib/ft
0.5348
in
ft
T/ha
11.65
Sumber : Van Wagner 1982

Berdasarkan Tabel 2 dihasilkan konversi rumus volume dari persamaan (1)
menjadi satuan m3/ha, yaitu :
�=

∑��

Х

Keterangan :
V = volume kayu sisa pemanenan per unit area (m3/ha)
d = diameter dari kayu sisa pemanenan pada titik yang berpotongan (cm)
L = panjang garis contoh (m)
K = konstanta konversi ke m3/ha, yang besarnya 1.234
Analisis Sidik Ragam
Pengaruh Jarak Garis Intersek dan Kelas Diameter terhadap Besarnya
Volume Kayu Sisa Pemanenan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL), yang hanya menggunakan satu faktor, yaitu garis intersek dan
beberapa taraf perlakuan interval garis intersek 5 m, 10 m, 15 m, 20 m, 25 m, dan
30 m. Jumlah ulangan sebanyak 12. Pada analisis pengaruh kelas diameter terhadap
besarnya volume kayu sisa pemanenan menggunakan taraf perlakuan kelas
diameter kecil, sedang, dan besar. Jumlah ulangan sebanyak 24.

7
Bentuk umum dari model linier aditif dapat dituliskan sebagai berikut
(Mattjik dan Sumertajaya 2013) :
Yij = µ + i + Ɛij
Keterangan :
i
= 1, 2, . . . . , t dan j = 1, 2, . . . , r
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= rataan umum
1
= pengaruh perlakuan ke-i
= µi- µ
Ɛij
= pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H0 : 1 = . . . = 6 = 0, perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati
H1 : paling sedikit ada satu i diuengan i ≠ 0
Jika hasil analisis keragaman berbeda nyata, selanjutnya dilakukan uji beda
nilai tengah antar perlakuan dengan uji Duncan pada taraf nyata (α) = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Area kerja IUPHHK-HA PT BWL terletak di Desa Sotek, Kecamatan
Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara
geografis terletak pada koordinat 1160 01’ – 1160 45’ BT dan 000 42’ – 010 18’ LS.
Luas area konsesi sebesar 140 845. Rata - rata potensi tegakan per hektar untuk
seluruh jenis berdiameter ≥ 40 cm sebesar 11 pohon/ha dengan volume 46.21 m3/ha.
Sistem pemanenan yang digunakan di PT BWL adalah sistem pemanenan
secara mekanis, semua kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan bantuan mesin.
Penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan gergaji rantai merk STIHL
070. Setelah pohon rebah, biasanya penebang hanya melakukan pembersihan
cabang dan ranting, kemudian batang yang sudah bebas cabang disarad keluar.
Sistem pembagian batang yang digunakan adalah sistem kayu panjang. Aturan
pembagian batang (bucking policy) PT BWL dipotong dengan panjang rata-rata
20 m. Kegiatan penyaradan kayu dari petak tebangan ke TPn dilakukan dengan
menggunakan bulldozer merk CAT D7G.
Panjang Garis Intersek
Tabel 3 menyajikan data panjang garis intersek, jumlah dan volume kayu sisa
pemanenan pada setiap interval garis. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa panjang
garis intersek terbesar terdapat pada jarak garis intersek 5 m dengan panjang
17 565 m, sementara panjang garis terpendek terdapat pada jarak garis intersek

8
30 m dengan panjang 2709 m. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa panjang
garis intersek tidak berbanding lurus dengan jumah kayu sisa yang ditemukan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Nurfadilah (2015) yang melaporkan bahwa
panjang garis intersek memiliki korelasi positif dengan jumlah kayu sisa
pemanenan.
Tabel 3 Panjang garis, jumlah dan volume kayu sisa pemanenan pada setiap
interval garis intersek
Jarak garis
Panjang garis
Jumlah kayu sisa
Volume kayu sisa
intersek
intersek
pemanenan
pemanenan
(m)
(m)
(batang)
(m3/ha)
5
17565
2678
81.08
10
8645
1185
79.86
15
5677
877
83.97
20
4111
487
92.56
25
3195
531
78.79
30
2709
412
81.47

Volume Kayu Sisa Pemanenan
Gambar 4 menyajikan data volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak
garis intersek. Volume kayu sisa pemanenan bervariasi dari 78.79-92.56 m3/ha.
Rata - rata volume kayu sisa pemanenan yang terdapat di petak tebang O48, RKT
2015, PT BWL sebesar 82.96 m3/ha. Volume kayu sisa pemanenan pada penelitian
ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di PT Wijaya
Sentosa yang besarnya mencapai 114.37 m3/ha (Nurfadilah 2015). Salah satu
penyebab perbedaan volume kayu ini adalah perbedaan kerapatan tegakan.
Kerapatan tegakan di PT BWL sebesar 11 pohon/ha. Sementara di PT Wijaya
Sentosa sebanyak 28.63 pohon/ha. Selain itu, area kelola PT BWL merupakan Log
Over Area (LOA) penebangan rotasi ke-3, sedangkan PT Wijaya Sentosa pada
penebangan rotasi ke-2. Hal ini yang menyebabkan volume kayu sisa pemanenan
di PT BWL lebih sedikit dibandingkan di PT Wijaya Sentosa.
95.00

Volume m3/ha

90.00
85.00
80.00
75.00
70.00

5

10

15

20

25

30

Jarak garis intersek (m)

Gambar 4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak garis intersek

9
Tabel 4 menyajikan volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter
kayu sisa. Kayu sisa pemanenan yang ditemukan memiliki volume yang bervariasi,
yaitu sebesar 1.32-23.45 m3/ha. Kayu sisa pemanenan yang tertinggal di petak
tebang sebagian besar terdiri atas kayu sisa pemanenan yang memiliki diameter
< 31.6 cm, kayu sisa pemanenan ini sebagian besar terdiri atas cabang dan ranting.
Hal ini disebabkan karena pohon yang ditebang akan menyisakan kayu bulat
dengan diameter kecil dalam jumlah banyak. Sortimen kayu sisa pemanenan
dengan diameter ≥ 31.6 cm terdiri atas bermacam jenis, bentuk, dan ukuran seperti
potongan pendek, batang atas, maupun batang komersial yang kondisinya cacat
maupun bagus. Penelitian ini selaras dengan penelitian Sari (2009) yang
mendapatkan bahwa bentuk kayu sisa pemanenan terbesar pada kegiatan
pemanenan kayu adalah cabang dan ranting.
Tabel 4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter pada jarak garis
intersek
Jarak garis intersek (m)
Selang diameter (cm)
5
10
15
20
25
30
m3/ha
m3/ha m3/ha m3/ha m3/ha
m3/ha
5 sd 18.2
15.96 14.64 16.70 17.25 14.91
14.85
18.3 sd 31.5
22.09 22.07 22.98 23.22 23.45
22.80
31.6 sd 44.8
10.88 10.32 10.36 11.54 10.08
7.50
44.9 sd 58.1
9.71
9.88 10.32 12.35
8.71
13.71
58.2 sd 71.4
7.99
8.73
7.69
8.60
7.78
5.41
71.5 sd 84.7
1.32
0.80
0.00
1.75
0.00
0.00
84.8 sd 98
4.78
5.06
5.50
7.32
3.81
7.24
98.1 sd 111.3
1.68
1.98
0.00
4.32
0.00
0.00
111.4 sd 124.6
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
124.7 sd 137.9
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
138 sd 151.2
1.36
2.84
4.33
6.22
0.00
9.95
151.3 sd 164.5
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
164.6 sd 177.8
3.39
3.54
0.00
0.00 10.04
0.00
177.9 sd 191.1
1.91
0.00
6.10
0.00
0.00
0.00
Jumlah
81.08 79.86 83.97 92.56 78.79
81.47

Pengaruh Jarak Garis Intersek terhadap Volume Kayu Sisa Pemanenan
Tabel 5 menyajikan data hasil analisis ragam pengujian pengaruh jarak
intersek terhadap volume kayu sisa pemanenan. Berdasarkan Tabel 5 diperoleh
bahwa nilai P sebesar 0.99 yang lebih besar dari taraf nyata 0.05 menunjukkan
bahwa jarak garis intersek tidak berpengaruh terhadap volume kayu sisa
pemanenan.

10
Tabel 5 Analisis keragaman pengujian pengaruh jarak intersek terhadap volume
kayu sisa pemanenan
Kuadrat
Sumber
Derajat Jumlah kuadrat
F Value
Pr > F
tengah
keragaman
bebas
(JK)
(KT)
0.09
0.99
335.17
Perlakuan
5
1675.83
3846.99
Galat
66
25 3901.37
Total
71
255 577.20
Pengaruh Kelas Diameter Pohon Pusat terhadap
Volume Kayu Sisa Pemanenan
Tabel 6 menyajikan data panjang garis intersek, jumlah dan volume kayu sisa
berdasarkan kelas diameter pohon pusat. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa
panjang garis intersek terbesar terdapat pada kelas diamater besar dengan panjang
16 530 m, sementara panjang garis intersek terpendek terdapat pada kelas diameter
kecil dengan panjang 11 671 m. Jumlah kayu sisa terbesar terdapat pada kelas
diameter kecil sebesar 2981. Jumlah kayu sisa pemanenan berbanding lurus dengan
volume kayu sisa pemanenan, namun menunjukkan tendensi yang meningkat
dengan berkurangnya diameter pohon yang ditebang. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada kelas diameter kecil, jumlah kayu sisa yang ditinggalkan lebih besar
dibandingkan pada kelas diameter besar ataupun sedang.
Tabel 6 Panjang garis, jumlah dan volume kayu sisa berdasarkan kelas diameter
pohon pusat
Panjang garis
Kelas diameter
Jumlah kayu sisa Volume kayu sisa
intersek
pohon pusat
(batang)
(m3/ha)
(m)
Kecil
11671
2981
120.48
Sedang
13701
1150
69.78
Besar
16530
825
59.24
Hasil pengujian pengaruh diameter pohon pusat (pohon yang ditebang)
terhadap besarnya volume kayu sisa pemanenan disajikan pada Tabel 7.
Berdasarkan data pada Tabel 8 diperoleh bahwa perlakuan berpengaruh sangat
nyata dengan peluang nyata 0.0001 ( F
kuadrat
keragaman
bebas
(KT)
(JK)
10.28 0.0001
Perlakuan
2
58651.58
29325.79
Galat
69
196925.62
2853.99
Total
71
255577.20

11
Berdasarkan pengujian, diperoleh bahwa kelas diameter pohon yang ditebang
mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan. Kelas diameter pohon pusat
kecil menghasilkan rata-rata volume kayu sisa yang berbeda dengan kelas diameter
pohon pusat sedang dan besar. Sementara kelas diameter pohon sedang dan besar
tidak memiliki perbedaan terhadap terjadinya volume kayu sisa pemanenan
(Tabel 8). Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah
kerapatan pohon dan kebijakan perusahaan. Hasil ITSP di petak contoh
menunjukkan bahwa pada kelas diameter pohon pusat kecil lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas diameter pohon pusat sedang dan besar. Teknis
pemanfaatan kayu yang dilakukan oleh tenaga kerja sesuai dengan perusahaan yang
memanfaatkan kayu bulat dengan panjang semaksimal mungkin, sehingga pohon
berdiameter besar dapat menyisakan kayu sisa lebih sedikit dibandingkan dengan
pohon berdiameter kecil yang mempunyai banyak percabangan.
Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh kelas diameter terhadap besarnya volume kayu
sisa pemanenan
Volume kayu sisa pemanenan (m3/ha)
Kelas diameter pohon pusat (cm)
(x̅ ± SE)
Kecil
125.3 ± 15.1a
Sedang
71.5 ± 10.5b
Besar
59.78 ± 4.26b
Keterangan:
Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji t pada taraf nyata 5%;
x̅: rata-rata, SE: standard error.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Rata-rata volume kayu sisa pemanenan di PT BWL sebesar 82.96 m3/ha.
Pengukuran volume kayu sisa pemanenan menggunakan metode garis intersek
tidak dipengaruhi oleh jarak garis intersek. Diameter pohon yang ditebang
mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa jarak garis intersek tidak
mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan, sehingga pengukuran kayu
sisa pemanenan dapat dilakukan pada jarak garis intersek 5 m, 10 m, 15 m, 20 m,
25 m, dan 30 m.

DAFTAR PUSTAKA
Budiaman A, Kartika EC. 2004. Kuantifikasi kayu sisa pemanenan kayu pada
pengusahaan hutan tanaman industri kayu pulp dengan metode kayu penuh
(whole tree method) : studi kasus di HPHTI PT INHUTANI II Pulau
Laut Kalimantan Selatan. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
IPB. 17(2) : 92-99.
Cochran GW. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon, Sons, penerjemah.
Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari : Sampling Technique.
[FDPM] Forestry Departement of Peninsular Malaysia. 1999. Quantification of
forest residue and small dimension logs. Forest Departement Peninsular
Malaysia, Trengganu State Goverment and Danish Corporation for
Environtment.
Howard JO, Ward FR. 1972. Measurement of logging residue, alternative
applications of the line intersect method. USDA Forest Service. Research
Note. PNW-183.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor (ID) : IPB Press.
Nurfadilah S. 2015. Kuantifikasi kayu sisa pemanenan penebangan dengan metode
garis intersek (Line Intersect Method) di IUPHHK – HA PT Wijaya Sentosa,
Papua Barat. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Reza CF. 2014. Kayu sisa pemanenan penebangan pohon dengan dua intensitas
penebangan di IUPHHK-HA PT Inhutani II Malinau [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Sari RM. 2009. Identifikasi dan pengukuran potensi kayu sisa pemanenan kayu.
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Simon H. 2007. Metode Inventarisasi Hutan. Yogyakarta (ID) : Pustaka Pelajar.
Supangat A. 1997. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta (ID) : Prenada Media Group.
Van Wagner C.E. 1968. The line intersect method in forest fuel sampling. For. Sci.
14:20-26.
Van Wagner CE. 1982. Practical aspects of the line intersect method. Petawawa
National Forestry Institute,Canadian Forestry Service, Chalk River, Ontario,
Canada. Information Report. PI - X - 12.

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 27 Mei 1994. Penulis sebagai
anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Sugiyarto (Alm) dan
Sawijiningsih. Pendidikan sekolah menengah ditempuh di SMA Negeri 1 Rembang
pada program IPA dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan sarjana di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama kuliah, penulis mendapatkan
beasiswa PPA dari pemerintah.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan
Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB) pada tahun 2011 sampai 2013.
Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kepanitiaan dari Forest
Management Student Club (FMSC), menjadi pengurus di divisi keprofesian tahun
2012 - 2013. Anggota Public relation IFSA 2012-2013. Prestasi yang diperoleh di
bidang akademik yaitu Juara 3 kelas presentasi PKM-M PIMNAS XXVI di Unram
tahun 2013, lolos didanai Dikti PKM-M 2014.
Selama pendidikan penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat dan Kamojang, Jawa Barat, Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, serta Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur. Sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor
penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan
Menggunakan Metode Garis Intersek di PT Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan
Timur” dibimbing oleh Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop.